Anda di halaman 1dari 27

BUDAYA LOKAL:

3 Ranah Budaya Lokal


RANAH IDE
 Lampung; SANG BUMI RUWAI JURAI (meskipun berbeda bahasa
tapi teta[ satu)
 Ragem Sai Mangi Wawai (Kebersamaan menuju Keberhasilan)
 Sunda:
 Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok (batu yang ditetesi air, lama-lama
akan berlubang)
 Agul ku payung butut (bangga dengan barang orang lain)
 Teu ngakal moal ngakeul, teu ngarah moal ngarih, teu ngoprek moal nyapek
(orang itu harus selalu berpikir dan bekerja agar tidak menyusahkan oranglain)
 Bechik kethithi’ ala kethara (perbuatan baik dan jelek meskipun
sedikit akan diketahui
 Ajining diri amunung aneng lathi (kehormatan diri seseorang
terletak pada tutur katanya)
 Palembang; besak kecik tuo mudo, jangan saling lepaskan ikatan
kain( besar kecil tua muda harus saling membantu dan tidak saling
melupakan)
 . Ternate: Mari moi ngone futuru (mari bersatu dalam
kebersamaaan)
 Padang : Dima bumi dipijak disitu langiak dijunjuang ( dimana
bumi dipijak disitu langit dijunjung)
 Bima : Maja labo dahu ( apapun yang kita perbuat kita harus
punya rasa malu dan takut).
 Kal-sel /Banjar:
 Waja sampai kaputing (berusaha bersungguh-sungguh sampai
mendapatkan apa yg diinginkan)
 Banganga dahulu hanyar baucap (mikir dulu sebelum berbicara)
 Lombok/Sasak : Dengah ongkat dengan toaq (Dengarkan setiap
nasihat orang tua)
 Ndaq girang lawan dengan toaq (jangan suka melawan orang
tua)
 Jambi: kecik dak besebut namo, besak dak besebut gelak
( antara yang kaya dan yg miskin sama )
 Makasar/Bugis: Siri’ na Pacce/ Sipakatau, Sipakalebbi,
Sipakainge’ (Saling memanusiakan, saling meninggikan, dan
saling mengingatkan)
 Madura : buppa’ babu’ ghuruh ratoh; Lebbi bagus pote mata
dhari pote tolang;
 Ta ajah onyak ndek na patik payu salak kenjarian (di peringatin
gak nurut jadinya salah jalan)
 Nilai-nilai lokal ini sering disebut dengan
kearifan lokal (local wisdom)
 Terdapat di setiap suku, daerah, lokasi
tertentu, khususnya yang berkaitan dengan
hidup (rukun) antarmanusia.
Misalnya di Maluku ada ‘pela gandong’ sebagai nilai lokal yang
mengajarkan agar masyarakat hidup berdampingan dan bertoleransi
antaragama dan suku.
 Dalam kaitannya ini nilai-nilai budaya lokal:
 Tidak sekedar berupa nilai-nilai warisan nenek
moyang masa lalu yang dianggap ‘kuno’
 Juga nilai-nilai yang sedang tumbuh di tengah
kehidupan masyarakat saat ini yang dijadikan
rujukan dan kesepakatan bersama dari masyarakat
setempat.
RANAH AKTIVITAS:
Lembaga Lokal

 Perangkat aktivitas manusia muncul sebagai upaya


pemenuhan kebutuhan hidupnya.
 Proses pemenuhan kebutuhan tersebut kemudian
melahirkan berbagai PRANATA. seperti pranata
keluarga dan kekerabatan
 Kebutuhan berkelompok ini melahirkan organisasi
dalam kehidupan masyarakat.
 Kelompok dapat berupa:
 Satuan manusia akibat terjadinya perkawinan =
organisasi primer seperti keluarga dan
kekerabatan.
 Satuan manusia /kelompok buatan = organisasi
sekunder atau formal seperti RT/RW, organisasi
desa, atau dusun,
 Trah, Bani, Marga
PRANATA (Institution) SOSIAL

 Sistem norma atau aturan yang


menjadi wadah yang memungkinkan
warga masyarakat beriteraksi
menurut pola-pola tertentu. ATAU
‘Cara-cara masyarakat bertindak
menurut pola tertentu guna
memenuhi kebutuhannya yang
sudah melembaga
 Pranata dalam suatu masyarakat
terdiri dari berbagai tindakan-
interaksi yang menyebabkan adanya
pola-pola sosial dalam masyarakat.
 Exp: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan
di bidang perolehan pengetahuan
melahirkan pranata pendidikan.
 Lembaga (institute): Jika pranata
merupakan sistem norma/aturan berkaitan
dengan tindakan/kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya. LEMBAGA
adalah badan atau organisasi yang
melaksanakan kegiatan tersebut.
BIDANG KEBUTUHAN, PRANATA, LEMBAGA

Bidang Kebutuhan Pranata Lembaga (Institute)


Tranfer ilmu, pendidikan dasar, Pendidikan TK, SD, SMA, UMY,
menengah, tinggi
Hubungan manusia dengan Tuhan, ritual Agama MUI, Departemen Agama,
agama, penyiaran, hubungan umat Organisasi keagamaan
beragama
Pengelolaaan keseimbangan- pembagian Politik Lembaga pemerintah, DPR,
kuasa parpol, MA,dll
Pemenuhan kebutuhan mata Ekonomi Koperasi, pasar, Bank,
pencaharian, kekayaan, bertani, jual perusahaan
beli
Kesehatan badan, rekreasi Olah raga PSSI, organissi-olah raga
Perkawinan, pengasuhan anak,sopan Kekerabata Lembaga pencatat nikah,trah
santun, hubungan kekeluargaan n

Pemenuhan keinginantahuan ttg Jurnalistik Penerbit Republika, KR, Bulletin


perkembangan peristiwa tertentu
 2 macam kelompok:
 Primary group/Informal Organization
 Tidak dibentuk dengan sengaja/alamiah/keturunan
 Dasar organsiasi: adat
 Sistem norma terbentuk tak sengaja/tak tertulis
 Sistem Pimpinan: kharismatik/kewibawaan
 Hubungan antaranggota: berdasarkan azas
perorangan (disesuaikan dengan sifat dan
kepentingan dari tiap orang yang dihadapi)
 Exp. kelompok marga atau kekerabatan ttt,
kelompok usroh
 Secondary group/Formal Organization
 Dibentuk dengan sengaja
 Sistem norma disusun sengaja (bisa tertulis)
 Exp. Ahmadiyah, PSIM,
RANAH AKTIVITAS: Tokoh Lokal

 Dalam setiap kelompok/ organisasi,


baik primer maupun sekunder,
melahirkan sistem kepemimpinan.
 Setiap organisasi ada orang yang
dijadikan panutan dan anggota. Di
setiap budaya hal ini berbeda-
beda.
 Exp. Di Sasak ada ‘Lalu’, Baiq,
tuan guru. Sunda: ajengan.
RANAH AKTIVITAS: Upacara

 Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual-emosional,


baik dalam hubungannya dengan sesuatu yang
dianggap transenden atau immanen, melahirkan
berbagai ritus dan upacara.
 2 Tipe Upacara
 Terkait dengan upaya pemenuhan kepentingan
kelompok/ umum
Misalnya untuk menjaga kelompok dari bencana,
upacara yang berkaitan dengan kesuburan tanah dan
panen, bersih desa/gotong royong
 Terkait dengan siklus kehidupan manusia/ upacara
lingkaran hidup/Rites of life circle (ULH)
Misalnya: kehamilan, kelahiran, pubertas, perkawinan,
dan kematian

 Di antara upacara tersebut dalam suatu budaya dapat


menjadi pemersatu antarkelompok seperti slametan,
sambatan, sinoman, tahlilan, dibaan, dan bersih desa.
SIMPULAN
 Komponen Budaya Lokal berdasarkan
ranah kebudayaannya meliputi:
 Nilai-nilai lokal atau kearifan lokal
 Ide, ugeran, papatah, filosofi lokal
 Aktivitas:
 Lembaga lokal
 Tokoh lokal

 Upacara lokal (ULH+Sosial)

 Budaya fisik lokal


FUNGSI BL

Wadah cross-cutting
 Wadah titik temu/interaksi anggota masyarakat
dari berbagai latar belakang seperti status
sosial, suku, dan agama, ideologi, dan politik.
 Wadah sosialisasi nilai
 Mis. upacara slametan yang terus
berkembang di tengah deru modernisasi.
 Acuan moral/Pedoman bersama
 Budaya lokal seperti lembaga adat, tradisi
berfungsi sebagai norma-norma bersama: Pela
gandong, bupak-babu-guru-ratoh, gudel nusu
kebo.
 Kontrol sosial
 Pengawas setiap anggota masyarakat .
Misalnya tradisi bersih desa bukan sekedar
sebagai kegiatan yang bersifat gotong royong
dan lingkungan tetapi juga memiliki makna
bersih dosa setiap anggota masyarakat
 Acuan moral BL sebagai pengendali dan
pengatur sikap dan perilaku masyarakat
Exp: Makkaroda (Sultenggara): tidak boleh
mengatakan suatu yang kotor spt ‘asem’ dll.
Atau tradisi ‘sirri’.
 Garansi dan asuransi sosial
 Penjamin anggota pendukung budaya
 Misalnya: sinoman dan sambatan bernilai
sosial-ekonomis bagi anggotanya
Tabel 1: Budaya Lokal di Kulonprogo

Komponen Budaya Potensial Aktual Inpotensial


PB/Sos Inter. PB/Sos Inter PB/Sos Inter

Nilai-nilai:
1. Tayub + + +
2. Leliru saka liyan +
3. Teposeliro +
4. Sambatan dan gotong royong +
5. alon-alon waton klakon -
Kelompok sosial
1. Trah + + +
2. PKK/Dasa Wisma + +
3. Gotong royong
Aktor lokal:
1. Priyayi + +
2. Kyai +
3. Pamong
Upacara Adat:
1. Baritan (UA Tipe 3) + + +
2. Jamasan pusaka (Tipe 3) + +
3. Bersih desa (Tipe 3) + +
4. Saparan (Tipe 2) + +
5. Nyekar (Tipe 2) +
6. Sadranan (Tipe 2) +
Upacara lingk.hidup:
1. Kelahiran- kematian
Tabel 2: Budaya Lokal di Pasuruan

Potensial Aktual Inpotensial

Komponen Budaya
PB/Sos Inter. PB/Sos Inter PB/Sos Inter

Nilai-nilai:
1.Mbiodo +
2. Bowo +
3. Gotong royong +
Kelompok sosial
1. Trah + +
2. Pesantren +
3. Komunitas Madura +
4. Gotong royong
Aktor lokal:
1. Kyai +
2. Tokoh Madura +
Upacara Adat: Sesajen + + +

Upacara lingk.hidup:
Kelahiran- kematian
Tabel 3: Budaya Lokal di Tasikmalaya

Komponen Budaya Potensial Aktual Inpotensial


PB/Sos Inter PB/Sos Inter PB/Sos Inter
.

Nilai-nilai: Batur Sasumur- +


Salembur

Kelompok sosial
1. Majelis taklim +
2. Pondok pesantren +
3. MUI kecam/desa +
Aktor lokal: Ajengan +

Upacara Adat:
1. Bersih desa + +
2. Sadran + +
3. Hajat laut + +
Upacara lingk.hidup:
1. Kelahiran- kematian
Tabel 4: Budaya Lokal di Mataram

Komponen Budaya Potensial Aktual Inpotensial


PB/Sos Inter. PB/Sos Inter PB/Sos Inter

Nilai-nilai: +
1. Ngejot +
2. Blangan +
3. Bebagar +
4. Bumi dipijak di situ langit
dijunjung/Merang
Kelompok sosial
1. Pengusung-keliang-banjar +
adaptasi
fungsi
2. Org.agama:Nahdatul Wathan +
3. Pondok pesantren + +
Aktor lokal:
1. Tuan guru + +
2. Lalu +
3. Pengusung-keliang-banjar + +
Upacara Adat:
1. Pujawali + + +
2. Ngentunin + +
3. Bau Nyele + +
4. Sadran + +
Upacara lingk.hidup:
Kelahiran- nyongkol, kematian
Tabel 5: Budaya Lokal di Solo

Komponen Budaya Potensial Aktual Inpotensial


PB/Sos Inter. PB/Sos Inter PB/Sos Inter

Nilai-nilai:
1.Teposelira +
2. Sambatan +
3. Gotong royong +
4. Alon-alon waton klakon - +
Kelompok sosial
1. Trah + + -
2. PKK/Dasa Wisma + +
3. RT-RW + +
4. Gotong royong - - +
Aktor lokal:
1. Tokoh Parpol +
2. Kyai +
3. Kasunanan - +
Upacara Adat:
1. Dilaksanakan kraton/Pemkot + +
1.Dilaksanakan masyarakat + -
Upacara lingk.hidup:
1. Kelahiran- kematian +
MAKNA ISTILAH NILAI DAN UPACARA
ADAT DI KULONPROGO

 Tayub= ‘ta’ - tata (menata) dan ‘yub’- guyub (rukun-


kekeluargaan). Arti: menata kehidupan masyarakat
agar hidup rukun penuh kekeluargaan.
 Leliru (mendapatkan ganti)+ saka liyan ( dari yang
lain). Jika digabung maka akan didapatkan kalimat
“mendapatkan ganti dalam bentuk lain”
 Tepo seliro (tenggang rasa), alon-alon waton
klakon (sikap berhati-hati), dan sambatan (saling
membantu dan bekerja sama).
 Nilai-nilai ini umumnya memberi rambu-rambu bagi
anggota masyarakat, agar saling menghargai dan
memahami perasaan orang lain, memberikan
bantuan dalam hal apapun sesuai kemampuannya.
Tujuan akhirnya adalah supaya dalam kehidupan
masyarakat berkembang kerukunan
 Baritan (lebar ngarit/pasca panen), setahun sekali, di
Samigaluh. Setiap wakil keluarga membawa hewan dan
hasil panen yang dimiliki, lalu berkumpul disawah/ ladang/
tempat yang ditentukan. Mereka membawa ubarampe berupa
dua tumpeng, kupat dan tahu atau lauk pauk lainnya seperti
pelas udang, pelas yuyu.
 Saparan: upacara adat bulan Sapar (Shofar dalam
Penanggalan Islam).
 Ditampilkan kesenian lokal: jatilan
 Pukul 10.00-12.00 diadakan kenduren (upacara selamatan),
Dilanjutkan Sholat Dhuhur/Jum’at.
 Sekitar pukul 13.00 dilakukan acara jejer wayang.
 Pukul 16.00 ditampilkan kesnian lokal.
 Pukul 20-23.30: acara gambyong yaitu perempuan menari dan
diibing oleh laki-laki namun berbeda tempat (tidak berdekatan).
 Pukul 24.00 – pagi: acara wayangan.
 Semua acara itu dikenal dengan tradisi tayub yang berarti Tata
lan Guyub
 Tujuan: mengusir segala bentuk kesukaran supaya tidak datang
lagi. Meminta berkah kepada Tuhan dan sebagai bentuk rasa
syukur. Peserta upacara: semua warga tanpa melihat latar
agama.
 Jamasan Pusaka:
 Di Gerbosari Samigaluh tiap 1 Suro tahun
Jawa.
 Pusaka yang dijamasi ialah tombak Kiai
manggala Murti dan Songsong Kiai manggolo
Dewo yang merupakan pemberian Kesultanan
Yogyakarta.
 Prosesi: kirab dari rumah sesepuh dusun
menuju Sendang Kawidodaren. Arak-arakan
warga membawa hasil bumi berbentuk
gunungan serta rombongan kesenian
tradisional.
 Ada udik-udik berupa hasil bumi yang
diperebutkan warga dan pengunjung untuk
mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha
Esa agar pertanian berhasil.
MAKNA ISTILAH NILAI DAN
UPACARA ADAT DI PASURUAN
 Yahanno: pura-pura, artifisial. Bentuk perlawanan
diam-diam terhadap dominasi budaya kaum
pendatang, khusus priyayi Mataraman dan Cina
 Mbiodo: menyediakan tenaga, juga pikiran, untuk
membantu orang lain, tetangga ataupun kenalan
yang sedang mengadakan hajatan: pernikahan dan
sunatan. Dilakukan warga tanpa melihat latar
belakang agama, suku, pendatang atau asli, dan
status sosial. Jika warga berstatus sosial lebih
tinggi atau minoritas, maka orang tersebut lebih
dihormati.
 Bowo: memberi bantuan secara ikhlas tanpa pamrih
ketika ada hajatan atau resepsi, di antara kerabat.
MAKNA ISTILAH NILAI DAN UPACARA
ADAT DI TASIKMALAYA/SUNDA

 Batur sakasur, baur sasumur, batur


salembur
 Hubungan dalam keluarga inti,
hubungan antartetangga dekat dan jauh
 Nilai-nilai batur sasumur dan batur
salembur mengandung makna adanya
hidup rukun dan saling menghargai, di
antara tetangga dan masyarakat, baik
yang masih memiliki hubungan
kekerabatan maupun tidak tanpa
membedakan latar suku, status sosial
maupun agama.
MAKNA ISTILAH NILAI DAN UPACARA
ADAT DI MATARAM/SASAK

 Ngejot: memberikan bantuan berupa apa saja


kepada tetangga atau masyarakat yang kesusahan
ataupun senang tanpa melihat latar agama dll
 Blangan: memberikan sumbangan atau bantuan
kepada masyarakat yang kesusahan. Nilai-nilai
saling menolong sesama manusia, khususnya di
kalangan muslim
 Bebagar: menjadi media pemersatu atau gotong
royong di segala kalangan, acara ini berkaitan
dengan besen tulak (tolak balak).
 Nyongkol: Di laksanakan pada saat
pemuda/pemudi kawin, dengan cara
menghantarkan mempelai pria ke rumah mempelai
wanita yang di iringi musik (kecimol) dengan
berjalan kaki.
 Upacara Pujawali atau Perang Ketupat.
 Dilakukan orang Hindu, Wetu Telu, orang-orang
Boda di wilayah Bantek tiap tahun/ Nopember
 Untuk menghormati Dewa Batara Rinjani dan Gde
Lingsar
 Mempersembahkan beragam makanan, tapi daging
babi dilarang karena dianggap najis (camah)
 Ngentunin.
 Upacara turun ke sawah untuk pertama kalinya, dan
diiikuti dengan upacara menanam padi.
 Bau Nyale
 Menangkap nyale: sejenis cacing laut yang keluar
bersama gelombang laut pada pagi hari.
 Saat musim hujan lebat/ Februari
 Banyaknya nyale yang bisa ditangkap pertanda
tingkat keberhasilan panen yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai