Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PAPER

“NILAI – NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT NUSANTARA YANG

SESUAI DENGAN SILA – SILA PANCASILA”

(Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,

Papua)

DI SUSUN OLEH :
SYADDAD MURTADHA
D111221025

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Pancasila sebagai dasar negara menjadi acuan berjalannya negara Indonesia. Rumusan

Pancasila bukan merupakan hasil pemikiran seseorang atau kelompok orang, namun diangkat dari

nilai-nilai adat-istiadat, dan kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia

sebelum membentuk negara Indonesia (Kaelan, 2004). Dilihat secara kultural nilai-nilai Pancasila

berakar pada kebudayaan dan tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia (Kaelan, 2011:8).

Pancasila sebagai Pandangan hidup dalam kehidupan bangsa sangat diperlukan, karena

menjadi pegangan dan pedoman bangsa Indonesia dalam memecahkan masalah-masalah politik,

ekonomi, sosial dan budaya. Secara materil Pancasila sebagai pandangan hidup berisi konsep dasar

mengenai kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia, serta mengandung pikiran pikiran

mendasar mengenai kehidupan yang dianggap baik sesuai dengan nilainilai Pancasila. Pancasila

sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilainilai yang bersumber dari kehidupan

masyarakat dan bangsa Indonesia (Daman, 1995:15-16).

Pancasila dirumuskan dari nilai budaya bangsa Indonesia yang terdiri dari nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, masyarakat dan keadilan sosial. Ketuhanan Yang Maha Esa, diwujudkan

setiap orang seharusnya memeluk agama sesuai keyakinannya, bertoleransi terhadap orang lain

yang berbeda agama. Kemanusiaan yang adil dan beradab, diwujudkan dalam bentuk perilaku

saling menghargai harkat dan martabat sesama, kesamaan dalam kemasyarakatan dan hukum,

saling mengasihi, dan menyayangi. Persatuan Indonesia, diwujudkan dengan tiadanya diskriminasi

individu dan antar golongan, kesediaan bekerja sama untuk kepentingan bersama, bergotong

royong, rela berkorban, senantiasa berupaya untuk menciptakan kerukunan.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Nilai - Nilai Sosial Budaya di Sumetera

Hubungan Pancasila dengan Adat Istiadat yang Ada di Kota Padang, Sumatera Barat. Adat

dan istiadat di Kota Padang masih sangat kental. Dan masyarakatnya sangat menjunjung tinggi

nilai-nilai adat dan istiadat tersebut. Apa saja yang akan diadakan atau acara yang akan

diselenggarakan selalu dikaitkan dengan adat yang selalu di pakai dan telah di jadikan tradisi

oleh nenek moyang terdahulu. Kita aka membahas apa saja adat-adat atau hal yang menarik

di Kota Padang yang berkaitan dengan Pancasila atau kewarganegaraan. Adat Minangkabau

adalah aturan beserta undang-undang atau aturan adat yang berlaku dalam kehidupan harian

masyarakat Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Tanah Bahasa Minang atau

Barat Sumatera. Dalam masa tertentu juga dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minang yang

berada di perantauan diluar Tanah Bahasa Minang. Adat adalah landasan bagi kekuasaan para

raja (penguasa) atau penghulu (pemimpin masyarakat adat), adat dijalankan dalam

kepemimpian masyarakat sehari-hari. Di Minang ada satu pepatah yaitu "adat basandi syara'

(jalan bersandar), sara' basandi kitabullah (Al-Qur'an)". Pimpinan masyarakat adat menyosor

pada tiga majlis musyawarah atau jabatan kesepakatan yang memiliki undang masing-masing

masyarakat adat. Kelembagaan pemimpin itu dikenal deng "tungku (pendiri) tigo sajarangan",

komponennya yaitu: Majlis Musyawarah Alimulama, yaitu jabatan yang ditugaskan sebagai

pengawal/penilai/pengarah terhadap kesesuaian peraturan yang ditetapkan oleh ajaran agama

islam sebagai agama masyarakat.


2. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Jawa

Tradisi masyarakat Jawa menyambut peringatan Malam Satu Suro. Dalam masa tertentu

juga dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minang yang berada di perantauan diluar Tanah

Bahasa Minang. Adat adalah landasan bagi kekuasaan para raja (penguasa) atau penghulu

(pemimpin masyarakat adat), adat dijalankan dalam kepemimpian masyarakat sehari-hari. Di

Minang ada satu pepatah yaitu "adat basandi syara' (jalan bersandar), sara' basandi kitabullah

(Al-Qur'an)". Pimpinan masyarakat adat menyosor pada tiga majlis musyawarah atau jabatan

kesepakatan yang memiliki undang masing-masing masyarakat adat. Kelembagaan pemimpin

itu dikenal deng "tungku (pendiri) tigo sajarangan", komponennya yaitu: Majlis Musyawarah

Alimulama, yaitu jabatan yang ditugaskan sebagai pengawal/penilai/pengarah terhadap

kesesuaian peraturan yang ditetapkan oleh ajaran agama islam sebagai agama masyarakat.

3. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Bali

Tradisi Ngayah, Bagi warga Bali tradisi ini sangatlah dihargai, karena manusia merupakan

makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.Kata ngayah sendiri berasal dari

Bahasa Bali dengan akar kata “Ayah, Ayahan, Pengayah, Ngayahang” yang berarti pelayanan

atau orang yang bertugas melayani dan mengabdikan diri tanpa memperoleh imbalan. Ngayah

dapat dikatakan juga sebagai ajang pemersatu masyarakat karena dengan menjalankan ngayah

mereka bisa berkumpul dan bercengkrama satu sama lain. Tujuan atau fungsi utama adanya

acara ngayah ini yaitu untuk mensukseskan suatu acara, biasanya acara keagamaan terutama

acara yang sifatnya besar. Tradisi ngayah ini dapat diimplementasikan kepada nilai-nilai

pancasila. Pada saat ngayah dilakukan, adanya keyakinan bahwa segala yang mereka lakukan

dengan ketulusan akan memperoleh pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, masyarakat

saling membantu secara sukarela tanpa ada paksaan dari siapapun. Kegiatan ngayah ini
didasari dengan ketulusan masyarakat dalam memperkuat persatuan dan berjalan sesuai

dengan aturan dan tata cara yang telah disepakati secara musyawarah dan mufakat oleh

masyarakatnya. Dan yang terakhir, semua orang dalam kegiatan Ngayah mendapatkan

perlakukan yang sama dan adil, tanpa adanya unsur membeda-bedakan satu dengan yang

lainnya.

4. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Sulawesi

Nilai budaya/kearifan lokal masyarakat Sulawesi Utara: Si Tou Timou Tumou Tou

(Manusia Hidup untuk Memanusiakan Orang Lain), Mapalus (Gotong-royong) dan Torang

Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara) mampu membuat masyarakat Sulawesi Utara

hidup dalam suasana penuh toleransi, sehingga bisa diadopsi dan dikembangkan menjadi

model pendidikan toleransi. Ketiga nilai budaya ini terimplementasi secara konkrit dalam

kehidupan konkrit masyarakat yang tidak membeda-bedakan asal-usul suku, agama, etnis dari

masyarakat.

5. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Nusa Tenggara

Budaya Belis dalam perkawinan adat masyarakat Desa Benteng Tado Kabupaten

Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Makna budaya belis bagi masyarakat desa Benteng

Tado adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap perempuan dan untuk membalas jasa orang

tua dan keluarga perempuan.

6. Nilai – Nilai Sosial budaya di Maluku

Tradisi Pela Gandong di Maluku Tengah.Budaya Pela secara kultural dan historis

merupakan warisan masyarakat di Maluku Tengah. Penduduk awal yang mendiami pulau

seram dikenal dengan nama Alifuru. Alif dan Uru yang artinya manusia pertama.

Pengkajian historis atas masyarakat alifuru dilakukan para ahli untuk menemukan
semacam landasan dalam memahami tradisi Pela. Dieter Bartels salah satu ilmuan sejarah

dan budaya Maluku terbesar menyebutkan bahwa Pela berakar dalam tradisi mengayau

atau tradisi berburu kepala. Tradisi mengayau ini dilakukan kampung-kampung dan klan-

klan di Maluku aktif saat melakukan penyerangan. Untuk melakukan pertahanan dari klan-

klan yang lebih kuat ikatan Pela diadakan. Pela terkadang diadakan untuk kepentingan

pertahanan, ataupun persetujuan damai setelah pertikaian.

7. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Papua

Tradisi Barapen, Barapen adalah sebuah tradisi yang berasal dari masyarakat Papua.

Barapen memiliki arti bakar batu. Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah

makanan untuk pest, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Awalnya

seorang penduduk akan menggali tanah berbentuk kolam. Kemudian beragam bahan

makanan itu dimasukkan ke kolam yang sebelumnya dialas alang-alang. Setiap jenis

makanan dipisahkan dengan berlembar-lembar daun pisang. Setelah semuanya masuk,

bahan makanan itu kemudian ditimpa dengan batu hingga rapat, dan jika dirasa sudah

matang baru diangkat. Semua rakyat sekitar ikut berperan antaramengumpulkan batu,

menggali lobang, maupun mengumpulkan bahan makanan seperti umbi-umbian, sayur

bahkan daging. Barapen ini biasanya dilakukan dalam rangka ucapan syukur atas berkat

yang melimpah, syukur atas pernikahan, penyambutan tamu agung, dan upacara kematian.

Barapen ini juga bisa menjadi bentuk perdamaian antar masyarakat setelah mengalami

perang antar suku.

8. Nilai – Nilai Sosial Budaya di Kalimantan

Tradisi Tiwah di Kalimantan Selatan, Ritual Tiwah merupakan upacara kematian yang

digelar untuk seseorang yang sudah meninggal dan dimasukkan dalam Runi atau peti mati.
Tujuan ritual ini adalah untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau

dalam konsep kematian Dayak Ngaju

Anda mungkin juga menyukai