Anda di halaman 1dari 6

Nama : Karina Salsabila Putri Yulivia

Nim : 361941311082

Kelas : 2C

Prodi : Agribisnis

Mata Kuliah : Sosiologi Pedesaan

TUGAS SOSIOLOGI PEDESAAN

PEMAHAMAN DESA UMUM DAN KHUSUS

 Karakteristik Masyarakat Desa :


1. Besarnya peranan kelompok primer

Kelompok sosial primer (primary group) adalah suatu kelompok yang jumlah
anggotanya hanya sedikit mempunyai hubungan dekat dan langgeng. Menurut George
Homans kelompok primer yaitu sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang
mereka saling berinteraksi sehingga setiap orang akan mampu berkomunikasi secara
langsung alias bertatap muka. Menurut Charles Horton Coolev ia menjelaskan di dalam
bukunya (1990) kelompok primer adalah pengelompokan anggota-anggota dalam
masyarakat yang terorganisir secara adat berdasarkan hubungan adat maupun
berdasarkan ikatan daerah.

Fungsi Kelompok Primer


 Membentuk nilai-nilai dasar human filantropis (berdasarkan cinta kasih terhadap
sesama manusia).
 Mengembangkan kepekaan sosial dasar, religius, spiritual dan kultural.
 Menata kehidupan emosional, spiritual.
 Membentuk frame personality (kepribadian diri).

2. Faktor geografik sbg dasar pembentukan kelompok/asosiasi

Faktor Geografis. Letak tempat juga menentukan terbentuknya kelompok sosial.


Anggota masyarakat yang berkumpul di suatu tempat kemudian terjalin komunikasi yang
intens maka secara perlahan akan membangun ikatan. Misal: individu yang tinggal di
tepian pantai akan membentuk kelompok nelayan.

3. Hubungan lebih intim dan awet

Hubungan sesama anggota keluarga masyarakat lebih intim dan jumlah anak pada
keluarga inti lebih banyak. Di desa, antar warga biasanya memiliki hubungan yang erat
karena satu sama lain sering bergantung dalam berbagai hal dan kegiatan. Pada
masyarakat desa, membangun fasilitas desa pun dilakukan bersama, yang mana
menjadikan satu sama lain saling bergantung dalam berbagai hal.

4. Homogen

Masyarakat Homogen adalah masyarakat dengan identitas ras, etnis, agama dan
budaya yang sama serta cenderung mengikuti gaya hidup dengan watak budaya yang
sama. Kebanyakan masyarakat-masyarakat skala kecil adalah bersifat homogen.
Contoh Masyarakat Homogen bisa dijumpai pada masyarakat suku Badui dalam dengan
agama yang sama yakni Sunda Wiwitan, kebudayaan dan ciri kuliner yang sama.

5. Mobilita sosial rendah

Mobilitas sosial masyarakat relatif rendah. Pekerjaan dan ikatan masyarakat yang
terbatas membuat masyarakat desa tak butuh kerap bepergian. Tak banyak perbedaan
antara warga satu dengan lainnya. Penduduknya punya kesamaan dalam hal pekerjaan,
adat istiadat, bahasa, bahkan hubungan kekerabatan.

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

Pada masyarakat desa sebagian besar keluarga memiliki kepala keluarga yang
bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu pendapatan dan penghasilan
masyarakat desa tergantung oleh produk yang di hasilkan dari pertanian.

7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

Hubungan sesama anggota keluarga masyarakat lebih intim dan jumlah anak pada
keluarga inti lebih banyak.
 Karakteristik Masyarakat Kota :
1. Besarnya peranan kelompok sekunder

Kelompok sosial sekunder (secondary group) adalah kelompok-kelompok besar yang


terdiri dari banyak orang. Hubungannya tidak harus mengenal secara pribadi kurang akrab dan
mempunyai sifat yang tidak langgeng, karena didasari pada kepentingan yang sama. Kelompok
sekunder bertujuan mencapai suatu tujuan tertentu sehingga kelompok tersebut lebih mempunyai
peran sebagai sarana bukan hanya tujuan. Kelompok ini sifatnya formal, impersional, parsial dan
dilandaskan pada pemanfaatan kelompok semata.

 Ciri-ciri Kelompok Sekunder


1. Anggotanya banyak
2. Bersifat rasional
3. Bersifat formal
4. Timbul perasaan kurang tentram antar anggota
5. Adanya spesialisasi yang sangat ekstrim.

 Contoh Kelompok Sosial Sekunder


1. Organisasi buruh
2. Universitas
3. Sekolah

2. Anonimitas

Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan manusia


yang anonim. Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman manusianya yang berlatar
belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan, pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda
mempertajam suasana anonim. Anonimitas, dalam konteks sosial, ialah keadaan tanpa identitas
yang pasti. Hidup terus berubah. Nyaris tidak ada aturan yang pasti yang dapat dijadikan pijakan
untuk melangsungkan kehidupan. Semua seolah terjadi begitu saja. Tentu saja, keadaan tanpa
kejalasan semacam ini dapat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi manusia.
Itu terjadi karena masyarakat perkotaan diatur oleh sistem yang berdasarkan ikatan kerja.
Umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup dalam lingkungan sosial yang beraneka macam
dan dari latar belakang yang berbeda-beda. Orang tidak lagi mementingkan sistem kekerabatan.
Maka hubungan sosialnya pun juga didasarkan pada sistem ikatan kerja, seperti bos dan
karyawan, pembantu dan majigan, konglomerat dan orang biasa.

Dalam kondisi semacam itu mengakibatkan segala sesuatu pun menjadi relatif. Kebiasaan
mencuri akan nampak sangat wajar sebab banyak orang tak memiliki pekerjaan tetap.
Premanisme dan tawuran juga menjadi kebiasaan sehari-hari sebab tak ada satupun yang mampu
menjamin keamanan bagi dirinya dan keluarga. Semua dipertaruhkan demi uang. Sebab, bagi
mereka, hanya uanglah yang mampu menjamin hidupnya. Di sini, tak ada yang benar-benar
luhur untuk diperjuangkan kecuali uang, untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

Keadaan semacam itu akan terus menerus diulang dalam dalam sehari-hari. Orang
bangun pagi lalu pergi bekerja, sore pulang dan istirahat. Ini merupakan rutinitas yang terus
terulang. Jiwa kita diisi dengan perasaan hitam putih monoton. Masyarakat bergerak seperti
mesin. Lebih tepatnya mesin sosial, tak pernah berhenti dan akan menggilas siapa saja yang
masuk ke dalam sistemnya. 

3. Heterogen

Masyarakat Heterogen adalah masyarakat dengan identitas ras, etnis, agama dan budaya
yang beragam. Pada masyarakat heterogen bisa dijumpai beragam agama, kebudayaan
termasuk jenis makanan. Contoh masyarakat heterogen adalah Indonesia yang warganya
memiliki identitas agama, kebudayaan dan kekhasan kuliner yang berbeda.

4. Mobilita sosial tinggi

Tingginya mobilitas sosial di kota besar disebabkan karena setiap orang ingin
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan kedudukan atau status sosial yang
tinggi dalam sistem sosial masyarakat. Maka, untuk mencapai hal tersebut seseorang
berusaha dan bekerja keras, meningkatkan pendidikan, pengetahuan dan ketampilan agar
memiliki tingkat pendidikan dan kualitas sumberdaya yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya.

5. Tergantung pada spesialisasi

Mata pencaharian masyarakat kota sangat beragam sesuai dengan keahlian dan
keterampilannya. Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata.

6. Hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada
kedaerahan

Pada masyarakat kota memiliki ambisi yang lebih tinggi, mereka lebih
mengutamakan hubungan kepada orang lain untuk mencapai kepuasan diri sehingga
setiap tindakan yang dilakukan lebih mengutamakan kepentingan dibanding rasa
kedaerahan.

7. Lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan

Pada daerah perkotaan akses untuk memperoleh barang dan pelayanan lebih
mudah dibandingkan di desa karena ditunjang oleh kemajuan teknologi yang tinggi.

8. Lebih banyak mengubah lingkungan

Akibat kompetisi ruang terjadi pola sosial yang berdasarkan persebaran tempat
tinggal atau sekaligus kegiatan sosial-ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai