Disusun Oleh :
Ihda Muhammad Anshari 17/412824/PN15146
Ahmad Fathullah Afidaputra 17/412853/PN/15175
Akhmad Naufal Habib 17/412816/PN/15138
Rizki Aprelia 17/1620/PN/01620
Amelia Nur Salsabila 17/412854/PN/15176
Muhamad Eryan Ghulam 17/412827/PN/15149
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku Homogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
Kolektivisme.
Masyarakat Kota
Perilaku heterogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekuler
Individualisme.
Jadi, sistem kekerabatan masih memegang peranan penting dalam kebudayaan
masyarakat pedesaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian,
walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan
tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian,
hanya merupakan pekerjaan sambilan saja, karena tujuan utama masyarakat desa bekerja
adalah mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
bukan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.
2.3. Karakteristik Ekonomi dan Dinamika Perubahan Agraris
Ekonomi suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat yang terbatas di antara
berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan
masing-masing (Damsar dan Indriyani, 2017: 130). Dalam ekonomi, segala kegiatan yang
berhubungan dengan jual-beli, transaksi dan juga pemenuhan segala kebutuhan dipenuhi
dengan cara mengalokasikan segala sumber daya yang dimiliki dan mengelolanya dengan
bijak dan adil. Dalam hal, ini diperlukan sistem dan juga tata cara dalam dapat menjalankan
dan memainkan peran dalam kegiatan dalam bidang ekonomi ini, sehingga memiliki ciri dan
karakteristik tersendiri pada setiap hal yang berhubungan dengan bidang ekonomi tersebut.
Di dalam bidang ekonomi memiliki karakteristik tertentu yang berbeda-beda
berdasarkan suatu paham yang didasari oleh konsep, sistem, tujuan, prinsip, nilai dan
paradigma dalam masyarakat, khususnya dalam masyarakat pedesaan yang mengacu pada
dinamika perubahan agraris. Dalam hal ini, ekonomi bisa dibagi berdasarkan dasar, ciri dan
karakteristik yang dimiliki dalam penerapan suatu ekonomi.
Seperti yang saya kutip dari Damsar dan Indriyani (2016: 131), Masyarakat Pedesaan
dapat dibagi dalam masyarakat pedesaan pra-kapitalis dan masyarakat perdesaan kapitalis.
Dalam hal itu, konsep tersebut perlu pertama kali didefinisikan lebih lanjut pada konsep
kapitalis karena adanya satu konsep yang berkaitan dengan masyarakat pra-kapitalis ini.
Menurut Berger yang dikutip dari Damsar dan Indriyani (2016: 131, 165), pengertian
kapitalis dalam hal emitologi berasal dari kata “capital” yang akar katanya berasal dari bahasa
Latin, caput, yang berarti kepala dan artinya ini dipahami secara mendalam pada abad ke-12
dan ke-13 sebagai dana, persediaan barang, sejumlah uang dan bunga uang pinjaman.
Ditambah dengan pengertian konsep usaha kapitalis menurut Max Weber yang dikutip dari
Damsar dan Indriyani (2016: 131) yang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang ditujukan
pada suatu pasar dan dipacu untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Dari kutipan
sebelumya itu dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat ekonomi kapitalis secara mendalam
didasari oleh kebutuhan akan sumber daya dan material yang dibutuhkan dalam penunjangan
sebuah perekonomian, terutama dalam masyarakat pertanian dalam dinamika perubahan
agraris dengan alasan mendapat keuntungan atau membuat laba. Dalam hal ini, adanya
beberapa hal yang berbeda dengan kegiatan pada kehidupan masyarakat pra-kapitalis
dengan masyarakat kapitalis.
Dari kata pra-kapitalis, menurut KBBI 2016, “pra-“ merupakan arti dari kata sebelum
atau di depan. Dari kata ini, masyarakat pra-kapitalis pada saat itu belum mengenal konsep
dari kapitalis itu sendiri. Menurut Damsar dan Indriyani (2016: 132), sebelum tersentuh
dengan revolusi pertanian, masyarakat ekonomi pra-kapitalis meliputi masyarakat pemburu
dan peramu, holtikultura sederhana, dan holtikultura intensif. Dalam hal ini pula, masyarakat
seperti ini berkembang dengan sistem komunisme primitif yang menurut Karl Marx dikutip
dari Damsar dan Andriyani (2016: 132) adalah suatu masyarakat dimana orang memenuhi
kebutuhan subsistensinya dengan berburu dan meramu atau dalam bentuk pertanian
sederhana dimiliki secara bersama.
Ketika masyarakat pra-kapitalis tersentuh pada revolusi pertanian, pola tatanan
kehidupan masyarakat berubah dari yang awalnya berkelana dan berpindah-pindah
(nomaden) menjadi hidup untuk menetap, mengembangkan pola kehidupan menetap
dengan mengembangkan lahan untuk bercocok tanam atau bertani, mengembangkan
kelompoknya dalam membuat pemukiman hingga membentuk desa atau dusun, hingga
mengembangkan gaya hidup baru yang dikembangkan menjadi budaya khas pada suatu
kelompok yang menetap itu. Dari situ, dimulailah kehidupan masyarakat dari yang
sebelumnya merupakan masyarakat yang berpindah tempat (masyarakat nomaden) menjadi
masyarakat menetap yang disebut masyarakat agraris. Masyarakat inilah yang menjadikan
mereka sebagai kelompok masyarakat yang hidup dari sistem sosial ekonomi pertanian.
Menurut Hayami dan Kikuchi yang dikutip dari Syarif dan Zainuddin (2017: 43),
menyatakan bahwa beberapa faktor ekonomi termasuk didalamnya yang dimiliki oleh
masyarakat pedesaan seperti penyediaan dalam teknologi dan penyediaan sumber daya akan
mendorong terjadinya perubahan-perubahan kelembagaan dengan mengusahakan bentuk-
bentuk yang baru yang lebih menguntungkan untuk diciptakan. Dari kutipan yang dijelaskan
di atas, berbagai karakteristik dalam masyarakat yang berubah menjadi masyarakat sosial
ekonomi pertanian, seperti :
- Berkembang sistem kepemilikan yang dahulunya bersifat komunal berubah menjadi
kepemilikan oleh pemimpin dan sebagian berlanjut kepemilikan pribadi;
- Teknologi yang relatif berkembang dan relatif canggih seperti irigasi, alat tenun bukan mesin
dan peralatan kerja pertanian yang dikerjakan oleh ahlinya seperti bajak, cangkul, parang,
pedang, pisau, tobak dan sebagainya;
- Berkembangnya hasil produksi dalam segala bidang, terutama dalam bidang pertanian;
- Beragamnya hasil produksi yang ditawarkan dalam kegiatan jual-beli di pasar.
Dalam mempengaruhi karakteristik ekonomi dalam masyarakat pedesaan, menurut Syarif
dan Zainuddin (2017: 43), Sistem ekonomi pertanian di Pedesaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil di dalam kelompok masyarakat. Keluarga memiliki
hubungan yang intim dari satu anggota dengan anggotanya dan sebagai satuan yang
memberikan kepuasan emosional dan rangsangan perasaan para anggotanya, bahkan dengan
kelompok keluarga di sekitarnya. Dalam hal ini, keluarga memiliki peran penting dan turut
andil dalam menciptakan tatanan dan penggerak kehidupan masyarakat yang dinamis.
2. Tanah
Menurut Sanderson yang dikutip dari Damsar dan Indrayani (2016: 144), pada masa
masyarakat pra-kapitalis, kelompok keluarga memiliki peran andil sebagai kepemilikan lahan
dan alat produksi pada masyarakat holtikultura sederhana, sedangkan dalam masyarakat
berholtikultura intensif, pemimpin yang kuat merupakan pemilik yang mempu mengklaim
kepemilikan atas sebidang tanah yang sangat luas dan melakukan kontrol ketat atas sebidang
tanah tersebut.
Dalam masyarakat agraris, kepemilikan suatu lahan menggunakan pola kepemilikan
seigneural. Pola kepemilikan tanah ini didominasi oleh sekelompok tuan tanah atau aparat
pemerintah yang kuat yang berfungsi untuk kepentingan tuan tanah. Dalam hal ini, tuan tanah
memiliki kekuasaan yang sangat besar terhadap produsen utama (buruh tani) yang menanami
tanah dan memberikan beban berat kepada mereka dalam pengolahan tanah. (Damsar dan
Indriyani, 2016: 145)
3. Pasar
Kajian sosiologi membedakan antar pasar sebagai tempat pasar (market place) dengan pasar
(market). Tempat pasar (market place) merupakan bentuk fisik dimana barang dan jasa
dibawa untuk dijual dan pembeli bersedia membeli barang dan jasa tersebut. Menurut
Sanderson yang dikutip oleh Damsar dan Indriyani (2016: 136), Di dalam masyarakat pra-
kapitalis, tempat pasar adalah tempat fisik yang terdapat di sejumlah tempat yang ditentukan
di masyarakat. Tetapi, dalam kapitalisme modern atau dalam masyarakat kapitalis, tempat
pasar adalah “tersebar”, yakni tersebar luas di seluruh masyarakat.
Sedangkan pasar (Market) merupakan suatu institusi sosial, yaitu suatu struktur sosial yang
memberikan tatanan siap pakai bagi pemecah persoalan kebutuhan dasar kemanusiaan,
khususnya kebutuhan dasar ekonomi distribusi barang dan jasa. Menurut Thompson dan
lainnya yang dikutip dari Damsar dan Indriyani (2016: 137) Pasar mengatur kehidupan sosial,
termasuk ekonomi secara otomatis karena pencapaian kepentingan pribadi dan
kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi
tetapi juga kepada masyarakat sebagai keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Struktur sosial masyarakat bervariasi, mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks, hal ini tergantung dari keadaan dan perkembangan masyarakat.
Masyarakat primitif atau terasing umumnya mempunyai struktur sosial yang
sederhana dan terutama ditentukan oleh corak sistem kekerabatannya. Pada
masyarakat yang sudah maju, struktur sosial umumnya sangat kompleks dan tidak
hanya bersumber pada sistem kekerabatannya, tetapi juga ditentukan oleh sistem
ekonomi, sistem pelapisan sosial dan sebagainya yang merupakan kombinasi.
2. Didalam masyarakat pedesaan terdapat adat istiadat yang berbeda pada setiap
daerah. Adat adalah kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung dan menjadi norma
dalam masyarakat atau pola-pola perilaku tertentu dari warga masyarakat di suatu
daerah. Dalam adat istiadat terkandung serangkaian nilai, pandangan hidup, cita-cita
pengetahuan dan keyakinan serta aturan-aturan yang saling berkaitan sehingga
membentuk satu kesatuan yang bulat. Fungsinya sebagai pedoman tertinggi dalam
bersikap dan berperilaku bagi seluruh warga masyarakat.
3. Sebelum tersentuh dengan revolusi pertanian, masyarakat ekonomi pra-kapitalis
meliputi masyarakat pemburu dan peramu, holtikultura sederhana, dan holtikultura
intensif. Ketika masyarakat pra-kapitalis tersentuh pada revolusi pertanian, pola
tatanan kehidupan masyarakat berubah dari yang awalnya berkelana dan berpindah-
pindah (nomaden) menjadi hidup untuk menetap, mengembangkan pola kehidupan
menetap dengan mengembangkan lahan untuk bercocok tanam atau bertani,
mengembangkan kelompoknya dalam membuat pemukiman hingga membentuk desa
atau dusun.