2. Ketepatan Lokasi
Penyerapan hara yang efektif berkaitan dengan tempat/lokasi pupuk yang
ditabur dan letak perakaran tanaman, yaitu bagaimana pupuk tersebut cepat sampai ke
zona perakaran dan seminimum mungkin terjadi kehilangan pupuk akibat penguapan
dan aliran permukaan. (Siregar dan Suhendry, 2013).
5. Ketepatan Dosis
Tanaman yang dipupuk tidak sesuai dengan dosisnya akan mengakibatkan
defisiensi hara dan mempengaruhi produksi dua tahun berikutnya. Jumlah tanaman
tidak tepat dosis ditentukan berdasarkan penimbangan pupuk yang akan diaplikasikan
penabur pada lubang pupuk. Jika dosis pupuk yang diaplikasikan kurang atau lebih
dari 500 g pohon-1 maka dinyatakan tidak tepat. Pemberian pupuk harus tepat
takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur hara yg dibutuhkan tanaman pada setiap
fase pertumbuhan tanaman.
Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman
petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka
petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman
sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan
petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk menebak-
nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.
6. Harga Sayuran
Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat, maka
dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari, petani
berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan volume
produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan meningkatkan jumlah
output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani sayuran. Diharapkan
peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan petani dikarenakan harga
sayuran sedang meningkat (Pracaya,2001).
7. Ketepatan Sasaran
Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misalnya: Jika yg
ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius
daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal
pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu. Jika pemupukan ditujukan
untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan
berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah.
8. Luas Lahan
Pada musim tanam I masih berada dalam musim penghujan, dimana air hujan
banyak membawa unsur pupuk di udara bebas. Namun pada musim tanam II berada
dalam musim kemarau, pengairan berasal dari irigasi akan membutuhkan lebih
banyak unsur pupuk. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Akpoko &
Yiljeb (2001) yang menemukan pada musim pengujan kebutuhan pupuk akan
meningkat.
Alpoko, J.D dan Yiljeb, Y.D. 2001. Litaretur Review and Socio-economic Analysis
of Seed and Fertilizer Availability and Utilization in Hibrid Maize Production
Under the Nigerian Deregulated Marketing and Subsidy Withdrawal Policy.
Tropical Agricultural research and Extention 4(2): 50-75
Chandra, W. 2012. Studi pemupukan kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) tanaman
menghasilkan (TM) di perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, KotawaringinTimur,
Kalimantan Tengah. Skrpsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta
Siregar, Tumpal, H, S., Suhendry, I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Penebar
Swadaya, Jakarta. hlm 105-107.