Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seorang alim bernama Abu Al Qasim Al Nisabury pernah berkata: "Ilmu-ilmu Al Qur'an
yang paling mulia, diantaranya adalah mengenal nuzulnya, tempat dan urutan (ayat) yang turun
di Mekah dan Madinah, ayat yang turun di Mekah hukumnya Madaniyah, dan ayat yang
turunnya di Madinah hikumnya Makkiyah, ayat yang turun di Mekah tentang penduduk
Madinah, ayat yang turun di Madinah tentang penduduk Mekah, ayat yang turun di Madinah
mirip Makkiyah, ayat yang turun di Juhfah, ayat yang turun di Bait Al Maqdis, ayat yang turun
di Thaif, ayat yang turun di Hudaibiyyah, ayat yang turun di malam hari, ayat yang turun di siang
hari, ayat yang turun disaksikan sejumlah malaikat, ayat yang turun tanpa disaksikan sejumlah
malaikat, ayat-ayat Madaniyah di surah-surah Makkiyah, ayat-ayat Makkiyah di surah-surah
Madaniyah, ayat-ayat yang di bawa dari Mekah ke Madinah, ayat-ayat yang dibawa dari
Madinah ke Mekah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Habsyah, ayat-ayat yang turun
secara global, ayat-ayat yang turun berikut tafsirnya, dan ayat-ayat yang status kategorinya
dipersilisihkan; sebagian mengatakan Madaniyah dan sebagian lainnya mengatakan Makkiyah"
(Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56)
Dua puluh permasalahan yang disebutkan Abu Al-Qasim dalam kalimat yang melelahkan
pembaca diatas memang sangat penting untuk dikuasai oleh mereka yang ingin mengenal lebih
jauh kitab sucinya. Bahkan Dr. Amir Abu Al-Aziz menilai bahwa orang yang tidak menguasai
dan tidak mampu menagkap perbedaan permasalahan yang diutarakan Al-Qasim di atas tidak
halal berbicara mengenai Kitabullah Al-Qur'an (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56).
Dalam Makalah ini, penulis menyajikan berbagai hal yang berkenaan dengan masalah
pengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang tergolong kedalam Makki maupun Madani.

1.2. Rumusan Masalah


Masalah pengelompokkan kedalam Makki dan Madani sangatlah luas dan kompleks. Agar
pembahasan lebih terarah, makalah ini akan membahas secara rinci mengenai perihal tersebut.
Supaya tidak timbul kesalahpahaman, perlu kiranya dijelaskan pengertian berbagai istilah yang
digunakan dalam Makalah ini.

1.3. Tujuan Penulisan


Dalam mengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang termasuk kedalam Makki dan
Madani ini bertujuan untuk mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur'an, sebab
turunnya wahyu kepada Rasulullah, untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan ayat Al-
Qur'an dan tentunya sebagai bahan pelajaran bagi kita selaku seorang pelajar atau mahasiswa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makki dan Madani


Ta’rif atau definisi surat/ ayat makiyah mencakup tiga unsur yaitu unsur waktu, unsur tempat
dan unsur oknum bahkan ada yang mengatakan ada unsur yang keempat, yang mudah dilihat
oleh setiap orang, yaitu unsur subjek (maudhu’) Dari unsur waktu turunnya didefinisikan sebagai
berikut: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah,
kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Dari unsur tempat turunnya para ulama mendefinisikan sebagai berikut: Makiyah adalah
ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah, dan Hadaibiyah.
Dari unsur oknumnya, para ulama mendefinisikan sebagai berikut: Makiyah adalah ayat-ayat
yang menjadi kitab baki orang orang makkah”.
Definisi atau pengertian surat makiyah di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat
tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan madaniyah sesuatu surat atau ayat.

Sebagian ulama menetapkan waktu turunnya surat/ayat sebagai dasar penentuan madaniyah
sehingga mereka mendefinisikan madaniyah sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah
kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut
madaniyah walaupun turun di makah atau arafah. Adapula ulama’ yang menerapkan bahwa
turunnya ayat-ayat surat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan
sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimadinah dan sekitarnya seperti uhud, quba’,
dan sul’a.
Ada pula ulama’ yang menetapkan bahwa oknum atau objek pembicaraan sebagai dasar
penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut:
Madaniyah adalah yang khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk madinah.

Dalam memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan waktu dan tempat


turunnya, ada tiga definisi (ta'rif) yang sering dikemukakan para pakar di bidang ini, yaitu :
1. Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang turun sebelum hijrah dan Madaniyah adalah ayat-
ayat Al-Qur'an yang turun setelah hijrah. Ta'rif ini menetapkan, ayat-ayat yang turun setelah
hijrah, sekalipun itu terjadi di sekitar Mekah tetap di klasifikasikan ayat Madaniyah.
2. Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah, dan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah.
3. Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditujukan kepada penduduk Mekah, dan Madaniyah
adalah ayat-ayat yang khithabnya ditujukan kepada penduduk Madinah.

2
Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi menjadi tiga
madzhab yaitu:
1. Menentukannya berdasarkan tempat turun ayat. Bila ayat turun di Mekkah dan sekitarnya seperti
Mina, Arafat dan Hudaibiyah, sekalipun turun setelah hijrah dinamakan ayat Makkiyah.
Sebaliknya, jika ayat turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, dan Sial' maka ia disebut
ayat Madaniyah.
Pendapat pertama ini memiliki kelemahan antara lain tidak bisa menampung ayat-ayat yang
diturunkan ketika Nabi Saw. melakukan perjalanan keluar wilayah Makkah dan Madinah.
Berdasarakan definisi ini, maka ayat-ayat yang siturunkan di luar daerah Makkah dan Madinah
tidak bisa dikategorikan sebagai ayat makkiyah ataupun madaniyah.
2. Menentukannya berdasarkan khithab (objek penerima) ayat. Bila ayat ditujukan kepada
penduduk Makkah, baik turun di Makkah atau di Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah, ia
disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat tersebut ditujukan kepada penduduk Madinah, baik
turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah, ia tetap disebut ayat
Madaniyah.
Definisi yang disampaikan madzhab keduaini semakin tidak komprehensif sebab definisi ini
hanya mencakup pada objek penerima ayat yang terpaku pada dua wilayah saja yaitu ahli
Makkah dan Madinah, padahal sebagaimana diketahui, ayat-ayat al-Qur'an tidak saja diturnkan
kepada ahli Makkah dan Madinah tapi banyak ayat yang diturunkan kepada selain mereka.
3. Menentukannya berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah. Jika ayat yang turun sebelum
hijrah, maka disebut ayat Makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun sesudah hijrah, maka disebut
ayat Madaniyah.1[1]
Pendapat ketiga ini terlihat paling komprehensif dan sempurna (jami' dan mani') karena ia
mencakup semua definisi yang diungkapkan madzhab pertam dan kedua. Ketika term makkiyah
didefinisikan dengan ayat-ayat yang turun sebelum hijrah maka semua ayat yang diturunkan baik
di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan tercakup didalamnya. Begitu pula
sebaliknya, ketika term Madaniyah didefinsikan sebagai ayat-ayat yang turun pasca hijrah maka
semua ayat yang diturunkan di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan terengkuh di
dalamnya.
Berdasarakan definisi ini maka jumhur menggolongkan ayat berikut
(‫)اليوم أكملت لكم دينكم … األية‬ misalnya sebagai ayat madaniyah, kendati ia diturunkan di
Arafah (Makkah), sebab ia turun pasca hijrah. Pendapat ketiga ini kemudian dipilih oleh jumhur
ulama sebagai pendapat yang paling rajih sebagai definisi ayat makkiyah dan madaniyah.2[2]

3
Berdasarkan definisi yang ketiga ini pula ulama kemudian menyimpulkan bahwa surah
madaniyah berjumlah 29 surah dan sisanya adalah surah makkiyah. Kendati demikian, terkadang
dalam surah yang dikategorikan madaniyah terdapat ayat-ayat makkiyah. Sebaliknya, di dalam
surah yang dikategorikan sebagai surah makkiyah juga terdapat ayat-ayat madaniyah. Hal itu
terjadi karena kategorisasi surah makkiyah dan madaniyah dilihat dari dua cara: pertama, dilihat
dari permulaan ayat yang muncul dalam sebuah surah, jika permulaan ayat yang muncul
makkiyah maka surahnya dikategorikan makkiyah begitu pula sebalinya. Kedua, dilihat dari
jumlah mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya, bila mayoritas ayat yang terkandung dalam
sebuah surah madaniyah maka surah tersebut disebut madaniyah, begitu pula sebaliknya.3[3]

B. Ciri-Ciri Makki dan Madani


Para ulama menyimpulkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah
dan madaniyah, yaitu dengan cara sima' (mendengar riwayat dari sahabat dan tabi'in) dan qiyas
(analogi). Adapun ciri-cirnya sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan sima' adalah riwayat yang dibukil dari Nabi Saw. dan sahabat yang
melihat proses penurunan Al-Qur'an. cara seperti ini menjadi perhatian yang cukup serius dari
generasi sahabat dan tabi'in. buktinya, banyak riwayat sahabat yang menyebutkan proses
penurunan ayat atau surah.4[6]
Imam Bukhari dan Muslim misalnnya, telah melansir sebuah riwayat dari Abdullah bin
Mas'ud, dia berkata: "Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, tidak ada satu surat pun yang
tidak saya ketahui proses penurunannya, dan tidak ada satu ayat pun yang tidak saya ketahui
dalam konteks apa yang ia turunkan…" (H.R. Bukhari dan Muslim)5[7]
Ayyub Asy-Syakhtiyani juga meriwayatkan, ada seseorang bertanya kepada Ikrimah tentang
satu ayat Al-Qur'an, Ikrimah menjawab: "Ayat tersebut diturunkan di lereng gunung itu (Ikrimah
sambil memberi isyarat ke gunung sila')." (H.R. Abu Nu'aim)6[8]

4
2. Dengan cara qiyas. Yang dimaksud dengan qiyas ini adalah ciri-ciri umum yang mendominasi
ayat-ayat makkiyah dan madaniyah. Untuk menentukan ciri-ciri tersebut para ulam
menganalisisnya melalui penelitian induktif (istiqra'). Cara kedua ini biasa dilakukan ulama
klasik. Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ciri-ciri ayat makkiyah adalah:
1) Setiap surah yang terdapat kata ‫ كال‬.
2) Setiap surah yang mengandung kata ‫ سجدة‬.
3) Setiap surah yang dibuka dengan huruf hijaiyah.
4) Setiap surah yang terdapat cerita Adam dan iblis, kecuali surah Al-Baqarah karena ia termasuk
surah Madaniyah.
5) Setiap surah yang terdapat kata ‫ يا بني أدم‬.
6) Surah yang didalamnya terdapat cerita para Nabi dan umat terdahulu kecuali surah Al-Baqarah.
7) Setiap surah yang terdapat kata ‫ يا يها الناس‬kecuali surah Al-Baqarah ayat 21 dan 168 dan surah
An-Nisa' ayat 1, 133, 170, dan 174.
8) Ayat-ayat pendek walaupun ada juga yang disebut Madaniyah seperti surah An-Nashr.
9) Mengajak untuk beriman kepada Allah dan mengesakannya, iman kepada risalah Nabi Saw. dan
para nabi sebelumnya, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
hari akhir, hari kebangkitan, hari pembalasan, nikmat dan siksaan-Nya.
10) Surah yang bercerita tentang kebiasaan orang kafir yang ingkar, mengubur anak perempuan
secara hidup-hidup, pemakan harta anak yatim secara batil, pemakan riba, peminum khamr.
11) Anjuran terhadap orang Arab untuk menghiasi diri dengan pokok-pokok kebaikan, sepertijujur
dalam perkataan, sabar, amanah, adail, pergaulan yang baik pada kedua orang tua, tawadu, ilmu,
ikhlas, cinta pada orang lain, hati yang bersih, lidahnya bersih, amar ma'ruf, nahi mungkar dan
perbuatan baik lainnya.

b. Ciri-ciri ayat madaniyah yaitu:


1) Setiap surah yang mengandung kata ‫ يا أيهاالذين أمنوا‬.
2) Ayat-ayatnya panjang.
3) Terdapat ajakan kepada ahli kitab seperti kaum Yahudi dan nasrani dibawah Panji Islam.
Memberikan bukti-bukti kesesatan akidah mereka.
4) Terdapat izin untuk berjihad.
5) Terdapat kaidah-kaidah hukum secara rinci seperti Ibadah, muamalat faridh, pidana, perdata,
kriminal, perang, sosial, perkawinan, peratauran keluarga, dan laianlain-lainnya.
6) Berbicara tentang kondisi orang munafik dan sikap dia terhadap dakwah Nabi Muhammad
Saw.7[9]

5
Ada suatu hal yang perlu diingat, bahwa surah Makkiyah maupun surah Madaniyah tidak
selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bisa jadi di dalam surah yang
diklasifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniyah. Demikian pula sebaliknya. Misalnya,
Surah Al-Baqarah. Surah ini diklasifikasikan sebagai surah Madaniyah, tetapi pada surah
tersebut terdapat kalimat ‫( يايهاالناس‬hai sekalian manusia…) yang menjadi dawabith ayat-ayat
Makkiyah. Demikian pula pada surah yang diklasifikasikan Makkiyah. Misalnya Surah Al-Hajj.
Disana terdapat kalimat yang menjadi ciri surah Madaniyah, yaitu kalimat ‫( يايهاالذين امنوا‬hai
orang-orang yang beriman).
Isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang lazim disebut dhawabith, baik itu pada Madaniyah maupun
pada Makkiyah, bukanlah sesuatu yang pasti. Ketetapan itu diambil berdasarkan taghlib, yakni
kebanyakn atau kebiasaan. (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 62). Pengelompokan surah-surah
Al-Qur'an sebagai berikut:
1. Surah Makkiyah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyah. Misalnya surah Al-Muddatstsir.
Juga surah Madaniyah yang keseluruhan ayatnya Madaniyah pula. Misalnya surah Ali 'Imran.
2. Surah Makkiyah yang sebagian besar ayat-ayatnya Makkiyah, kecuali beberapa ayat lainnya
yang Madaniyah. Misalnya surah Al-A'raf. Hampir keseluruhan ayat dalam surah ini adalah
Makkiyah, kecuali ayat 163 sampai dengan ayat 171.
3. Surah Madaniyah yang hampir keseluruhan ayatnya Madaniyah, kecuali beberapa ayat.
Misalnya, surah Al-Hajj yang keseluruhan ayatnya Madaniyah, kecuali empat ayatnya yang
Makkiyah, yaitu ayat 52 sampai dengan ayat 55.

C. Jumlah Surah-Surah Makki dan Madaani


1. Surah-surah yang turun di Mekkah
Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi dalam kitabnya berjudul Al-Burhan
fi'Ulum Al-Qur'an menulis bahwa surah-surah yang turun di Mekkah berjumlah 83 buah. Angka
ini berbeda dengan yang disodorkan Ibnu Jarih dalam Al-Fihrist. Tokoh yang disebut terakhir ini
meriwayatkan dengan sumber dari 'Atha' dari Ibnu Abbas, sebagai berikut: "Surah yang turun di
Mekkah berjumlah 85 buah dan yang turun di Madinah 28 buah.

2. Ayat-Ayat yang Turun di Mekah dan Hukumnya Madaniyah


1) Ayat 13 surah Al-Hujurat. Turun pada waktu Fathu Makkah. Ayat ini dinyatakan Madaniyah
karena turun sesudah hijrah.
2) Ayat 3-5 surah Al-Ma'idah. Turun pada hari jum'at. Kala itu umat islam tengah wukuf di Padang
Arafah dalam peristiwa Haji Wada'. Haji ini dilaksanakan Rasulullah Saw. setelah beliau
berhijrah. Maka ketiga ayat tersebut, diklasifikasikan sebagai ayat-ayat Madaniyah kendati pun
turun di Arafah dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekkah.

3. Ayat-Ayat yang Turun di Madinah dan Hukumnya Makkiyah


1) Al-Mumtahanah
Surah Al-Mumtahanah turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelah
Fathu Mekah. Ini terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui Rasulullah Saw.
6
hendak berangkat ke Mekah, seorang bernama Hattab bin Abi Balta'ah menulis surah untuk
disampaikan kepada orang Qura'sy di Mekah, isinya, menginformasikan rencana Rasulullah
Saw. dan kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak
menjelaskan alasannya. Ada kemungkinan, penulis kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an ini
sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya
ditjukan kepada penduduk Mekah.
2) Ayat 41 surah An-Nahl
Bila melihat kasus ayat 41 surah An-Nahl, tampaknya kemungkinan itu benar, sebab Al-
Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat Madaniyah yang
hukumnya Makkiyah, oleh karena khithabnya ditujukan kepada Ahlu Mekah.
3) Awal surah At-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi
khithabnya ditujukan kepada penduduk Mekah (Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, jilid 1, hlm. 196)

4. Makkiyah Mirip Madaniyah


Pada pembahasan terdahulu disinggung kasus ayat 32 surah An-Najm. Di sana ada kata ‫كبئر‬
yang statusnya bisa jadi membingungkan banyak orang karena hampir sama ulama
mendefinisikannya sebagai: "Pelanggaran hukum yang mengakibatkan had". Padahal sebelum
Rasulullah Saw. meninggalkan Mekah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum
dikenal. Ayat-ayat seperti inilah yang disebut Makkiyah mirip Madaniyah. Al-Zarkasyi
memasukkan ayat 114 surah Hud kedalam kategori ayat jenis ini. Ayat itu, kata Al-Zarkasyi,
turun sehubungan dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang
membeli kurma kepadanya.

5. Madaniyah Mirip Makkiyah


Di dalam kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, hanya ada tiga ayat Madaniyah yang mirip
Makkiyah, yaitu:
a. Ayat 17 surah Al-Anbiya', yang turun sehubungan dengan kedatangan delegasi kaum Nasrani
Najran.
b. Ayat 1 surah Al-'Adiyat.
c. Ayat 32 surah Al-Anfal.
Selain itu, terdapat ayat-ayat yang turun di beberapa tempat. Di Al-Juhfah, turun ayat 85 surah
Al-Qashash; di Bait Al-Maqdis, Palestina, turun ayat 45 surah Az-Zukhruf; di Thaif, turun ayat
45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, dan 24 surah Al-Insyiqaq; dan di Hudaibiyah, turun ayat 30
surah Ar-Ra'd.

D. Perbedaan Makki dan Madani


Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulam mempunyai tiga macam pandangan yang
masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama: Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah
meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di
7
Madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau Arafah adalah
Madani, seperti yang diturunkan pada penaklukkan kota Mekah, misalnya firman Allah:
-58 : ‫ النساء‬- .‫إن هللا يأمركم أن تؤدوا األمانات إلى أهلها‬
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…" (An-
Nisa' [4]:58).
Ayat ini diturunkan di Mekah, dalam ka'bah pada tahun penaklukkan kota Mekah; atau yang
diturunkan pada haji Wada', seperti firman Allah:
–3:‫ – المائدة‬.‫اليوم أكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬
"Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku
dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama bagimu." (Al-Ma'idah [5]:3)8[11]
Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian
dan konsisten.
Kedua: Dari segi tempat turunnya. Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti
Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madni ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti
Uhud, Quba, dan Sil'. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit yang
mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau di Baitul Makdis tidak termasuk ke
dalam salah satu bagiannya,9[12] sehingga ia tidak dinamakan Makki dan tidak juga Madani.
Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makki.
Ketiga: Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk
Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang mengandung seruan
yaa ayyuhan naas (wahai manusia) adalah Makki; sedang ayat yang mengandung seruan yaa
ayyuhal ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah,
kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah
kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut
madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.
Terlepas dari perdebatan definisi Makki dan Madani, yang jelas dan pasti adalah bahwa
kategorisasi makkiyah dan madaniyah bukan datang dari Nabi Saw. kategorisasi ini adalah hasil
ijtihad sahabat, tabi'in dan genersai setelah mereka untuk memudahkan dalam menganalisis dan
mengkaji Al-Qur'an.
Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka
meneliti Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai dengan turunnya,
dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Lebih dari itu, mereka mengumpulkan
antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan suatu kecermatan yang
memberikan kepada peneliti ghamabaran mengenai kebenaran ilmiah tentang ilmu Makkiyah
dan Madaniyah. Itulah sikap ulam kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadapa Al-
Qur'an dan juga masalah lain.
Memerhatikan uraian diatas, terutama menyangkut perihal pengelompokkan kedalam surat-
surat Makkiyah dan Madaniyah, sungguh menarik perhatian kita bersama. Para ulamk memiliki
kemauan dan ketekunan dalam mengelompokkan surat-surat dalam Al-Qur'an berdasarkan
proses penurunan Al-Qur'an sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'anul Karim
Manna Al-Qaththan, Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an (Terjemahan Mabahits Fii
'Ulumul Qur'an). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Cet. ke-9
H. Anshori, Dr. Ulumul Qur'an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan). Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2013. Cet. ke-1.
Amin Suma, Muhammad. Ulumul Qur'an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Cet.
ke-1.
Hermawan, Acep. 'Ulumul Qur'an (Ilmu Untuk Memahami Wahyu). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Cet. ke-1.
http://zen-elangjawa.blogspot.com/2014/03/makalah-makkiyah-dan-madaniyah-
ulumul.html (diakses tanggal 30 Desember 2014)
Khalil al-Qaththan, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Surabaya: PT Pustaka Litera
AnatarNusa, 2013. Cet. ke-17.

10

Anda mungkin juga menyukai