Pengertian daerah dalam materi ini dibatasi pada tingkat kabupaten atau kota, karena jika
menyebut pemerintah daerah artinya adalah pemerintah kabupaten atau pemerintah kota.
43
sumber energi alternatif bagi Daerah untuk menggantikan sumber energi dari
Pusat.
Tingkat Internasional
Tingkat Nasional (Pusat)
Tingkat Propinsi
Tingkat Kabupaten
Tingkat Kecamatan
Tingkat Lokalitas
(Sekumpulan komunitas yang memiliki relasi sosialekonomi, biasanya dengan interaksi yang berpusat pada
sekitar market town. Level ini dapat dihubungkan
dengan tingkat kecamatan simana suatu market town
sebagai pusat kecamatan).
Basis Lokal
Tingkat Komunitas
(Unit pemukiman yang secara sosial-ekonomi sudah
mantap
dan
kadang-kadang
merujuk
sebagai
desa/kampung)
Tingkat Kelompok
(Suatu unit kesatuan indentifikasi diri dari orang-orang
dengan interest yang sama, seperti lapangan pekerjaan,
umur, jender, etnis dalam suatu kawasan yang kecil seperti
pertetanggaan)
Tingkat Rumahtangga
Tingkat Individu
2.
Tingkat Kecamatan
Tingkat Propinsi
"dialektis"
Tingkat Desa/Komunitas
(Otonomi)
Tingkat Kabupaten/Kota
(Otonomi)
"kesimbang
an dinamis"
Tingkat Kelompok
Tingkat Kecamatan
Bahkan, dalam beberapa hal, organisasi pengelolaan CBD juga diberi hak untuk
mengelola dana pinjaman kepada masyarakat untuk pengembangan usaha kecil.
Dominannya tingkat ketergantungan terhadap bantuan dana dari pemerintah
tersebut, tidak dapat dihindari, telah mengakibatkan banyak program yang
dikelola oleh organisasi tersebut menjadi tersendat, atau bahkan collapse,
hanya karena pemerintah mengurangi, atau bahkan menghentikan alokasi dan
yang biasanya didistribusikan. Sampai sejauh ini, relatif kurang kemungkinan
agar organisasi pengelola CBD menggali sumber-sumber pendapatan secara
mandiri. Misalnya, melalui pengelolaan dan pengembangan unit-unit usaha
produktif. Oleh karena itu, organisasi tersebut seharusnya mengelola dan
mengembangkan unit-unit usaha yang bersifat profit oriented. Dengan demikian,
suatu program CBD akan dapat bertahan dan berkembang, kendati bantuan dana
dari pemerintah harus dihentikan.
Kelemahan lainnya adalah terlalu menitikberatkan pada pentingnya partisipasi
masyarakat dalam proses pencapaian tujuan program. Sementara, kualitas dari
partisipasi warga komunitas itu sendiri nyaris tidak mendapatkan perhatian. Pada
konteks inilah perlu pemahaman akan pentingnya memasukkan variabel seleksi,
sebagai unsur penentu dalam pencapai tujuan program pemberdayaan masyarakat,
maupun dalam pengembangan hasil yang telah dicapai.
Dengan demikian, dalam mengimplementasikan CBD, tidak dapat dihindari,
harus melibatkan pemerintah lokal dalam bentuk Local Government Policies,
maupun pihak swasta. Partisipasi dari pihak pemerintah lokal dalam hal ini,
antara lain memberikan kemudahan dalam mendapatkan akses terhadap
sumberdaya yang dimiliki. Sementara partisipasi dari pihak swasta dibawah
kebijakan pemerintah lokal sangat diperlukan, utamanya dalam bentuk pendanaan
bagi pengembangan masyarakat. Untuk mengimplementasikan CBD yang
berhubungan dalam suatu keseimbangan dinamis dengan Local Governement
Policies maka perlu dibentuk organisasi pengelola CBD, yang tidak saja berfungsi
sebagai catalist antara pemerintah lokal dan masyarakat, tetapi juga memiliki
tugas utama, antara lain: (1) Mengelola dan mengembangkan unit-unit usaha
produktif yang telah ditetapkan; (2) Mengatur mekanisme pengembangan modal
usaha produktif; dan (3) Memfasilitasi pelaksanaan aktivitas pengembangan
masyarakat.
Untuk menghindari, atau paling tidak mengurangi tingkat ketergantungan sumber
pembiayaan dengan pihak sponsor (pemerintah dan non-pemerintah), maka
organisasi pengelola CBD hendaknya tidak saja mengelola program-program
yang bersifat non-profit oriented, tetapi juga harus mengelola dan
mengembangkan unit-unit usaha yang bersifat profit oriented.
47