Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

Pengaruh Sikap Primordialisme Terhadap Upaya Pembentukan Proses


Harmonisasi Masyarakat Multikultur

(Prayitno, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh sikap primordialisme


terhadap upaya pembentukan proses harmonisasi masyarakat multikultur di Desa
Restu Baru Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Restu Baru Kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah yang berstatus sebagai kepala keluarga
berjumlah 1027 kepala keluarga dengan sampel sebanyak 100 kepala keluarga.
Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan pengukuran skala likert
dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan adanya pengaruh antara sikap


primordialisme terhadap upaya pembentukan harmonisasi masyarakat multikultur
di Desa Restu Baru Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. Artinya,
semakin erat seseorang menerapkan sikap primordialisme pada dirinya maka akan
semakin susah pula untuk melaksanakan pembentukan proses harmonisasi
masyarakat multikultur.

Kata kunci: harmonisasi, multikultur, sikap primordialisme.


Abstract

The Influence Of Primodialism To Figuration Harmonizarion Inside


Multicultural Society

(Prayitno, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

The Purpose of this research is to explain the influence of primodialsm to


figuration of harmonization efforts inside multicutural society in village Restu
Baru kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

The Method used in this research is descriptive quantitative method. Subject of


this research are people of village Restu Baru kecamatan Rumbia Kabupaten
Lampung Tengah has head of family status amount to 1027 head of the family
with 100 samplehead of the family. Data collecting technique used questionnaire
with likert scale measuring and then it be analyzed with Chi Kuadrat formula.

Based on this research, there is influence of primodialsm to figuration of


harmonization efforts inside Multicutural society in Restu Baru kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. It’s means that the more people apply
primodialsm to themselves the more difficult to execute figuration of
harmonization process in multicultural society.

Keywords: harmonization, multicultural, primodialsm.


PENDAHULUAN suatu bentuk masyarakat yang
Latar Belakang majemuk. Majemuk berarti beraneka
Indonesia merupakan negara ragam, berbeda-beda, bermacam-
kepulauan dengan jumlah pulau macam dan berbagai jenis. Konsep
sekitar 17.504 pulau dan Indonesia masyarakat majemuk pertama kali
memiliki wilayah seluas 1.922.570 diperkenalkan oleh Furnivall pada
km yang menduduki urutan 15 tahun 1948 yang mengatakan bahwa
terbesar didunia. Indonesia terletak ciri utama dari masyarakat majemuk
antara dua samudra (Samudra Hindia adalah berkehidupan secara
dan Samudra Pasifik) dan dua benua berkelompok yang berdampingan
(Benua Asia dan Benua Australia). secara fisik, tetapi terpisah oleh
Karena posisi inilah menyebabkan kehidupan sosial yang tergabung
Indonesia menjadi tempat dalam satuan politik. Keragaman dari
bertemunya berbagai budaya dari suku bangsa menciptakan suatu
seluruh belahan dunia. Persebaran bentuk pola kehidupan yang unik dan
pulau yang dikelilingi lautan indah dan hal-hal baik lainnya.
menjadikan negara Indonesia sebagai Salah satu akibat adanya berbagai
negara kepulauan. Keadaan geografis macam suku bangsa di Indonesia
yang seperti ini menyebabkan negara adalah munculnya sikap
Indonesia memiliki tingkat primordialisme yang dimiliki oleh
keanekaragaman yang tinggi baik anggota masyarakat. Sikap
dari segi budaya, suku bangsa, primordialisme merupakan ikatan-
agama dan ras yang ada di Indonesia. ikatan seseorang dalam kehidupan
Keanekaragaman suku bangsa yang sosial yang sangat berpegang teguh
ada di Indonesia mencapai 1128 suku terhadap hal-hal yang dibawa sejak
bangsa dan 780 bahasa tradisional lahir baik berupa suku bangsa,
yang masih berkembang sampai saat kepercayaan, ras, adat-istiadat,
ini (Data Badan Pusat Statistik daerah kelahiran dan lain sebagainya.
,2000). Sejak kecil individu telah telah
Bila dilihat dari sudut pandang diresapi oleh berbagai nilai-nilai
budaya, masyarakat multikultur di kebudayaan yang berasal dari suku
negara Indonesia akan sangat terlihat bangsanya ketika hidup didalam
dari adanya berbagai macam etnik masyarakat, sehingga konsep nilai-
atau suku bangsa yang menyebabkan nilai tersebut telah melekat dalam
munculnya berbagai adat istiadat, diri seseorang. Karena itu untuk
agama atau sistim kepercyaan yang mempersatukan masyarakat dengan
berkembang, tradisi, berbagai macam latar belakang suku bangsa yang
budaya dan struktur sosial yang berbeda akan sangat sulit dan
berbeda karena setiap suku bangsa membutuhkan waktu yang lama.
memiliki ciri khas masing-masing. Individu yang memiliki sikap
Perbedaan tersebut tentunya akan primordialisme dalam kehidupan
sangat mempengaruhi pola pikir, bermasyarakat maka akan sulit untuk
gaya hidup dan struktur sosial yang berinteraksi dengan individu atau
ada didalam kehidupan kelompok lain. Sikap tersebut
bermasyarakat. Keragaman yang tentunya akan sangat berpengaruh
terdapat dalam kehidupan sosial terhadap pembentukan persatuan dan
masyarakat Indonesia melahirkan pola hidup yang rukun antar anggota
masyarakat. Warga masyarakat dapat terlihat dari sebagian besar
Indonesia pada umumnya kurang masyarakat yang lebih suka bergaul
memahami nilai-nilai dasar dan pola atau berhubungan dengan orang yang
kehidupan dari suku bangsa lain, dan sukunya sama sehingga hubungan
hal tersebut terjadi karena sebagian sosial antar suku yang ada terlihat
besar dari masyarakat hanya kurang harmonis.
mengutamakan ikatan-ikatan sosial
yang dibawa sejak lahir tanpa TINJAUAN PUSTAKA
memperdulikan pemahaman terhadap Deskripsi Teori
suku bangsa, budaya, kepercayaan Pengertian Sikap
dan ras yang ada di sekitarnya. Menurut Allport dalam Suryani
Persoalan kesuku bangsaan adalah (2008:161), “Sikap adalah
penandaan dengan dan perasaan predisposisi yang dipelajari untuk
sebagai bagian dari suatu suku merespon terhadap suatu obek dalam
bangsa, disertai dengan pemisahan bentuk rasa suka atau tidak suka”.
dari kelompok tertentu karena Merujuk definisi ini berarti sikap
adanya hubungan tersebut. merupakan :
Keberagaman suku tersebut dapat a. Masih bersifat predisposisi.
pula terlihat pada kehidupan Sikap masih merupakan
masyarakat yang ada di provinsi kecenderungan (faktor
Lampung. Salah satu kabupaten motivasional) bukan perilaku itu
dengan tingkat masyarakat sendiri, jadi sikap berbeda dengan
multikultur yang tinggi adalah perilaku.
Kabupaten Lampung Tengah b. Sikap terbentuk sebagai hasil
khususnya di Desa Restu Baru belajar.
Kecamatan Rumbia. Terbentuknya sikap tidak terlepas
dari pembelajaran yang dilakukan
Desa Restu Baru merupakan salah oleh individu. Melalui
satu desa yang memiliki pengamatan, pengalaman dan
keberagaman suku bangsa yang
kesimpulan yang dibuat terhadap
cukup tinggi di Kecamatan Rumbia
Kabupaten Lampung Tengah. suatu objek akan dapat terbentuk
Pemahaman konsep Bhinneka sikap.
Tunggal Ika terhadap keberagaman c. Sikap memiliki variasi nilai.
suku di Desa Restu Baru tergolong Seseorang dapat bersikap suka
masih cukup lemah yang pada (sebagai nilai sikapnya) atau
akhirnya akan sangat mempengaruhi sebaliknya tidak suka atau netral.
hubungan sosial dan interaksi
masyarakat. Pemahaman yang Sikap suka memiliki nilai positif,
rendah menyebabkan anggota sikap netral memiliki nilai 0 dan
masyarakat membeda-bedakan suku sikap tidak suka memiliki nilai -1.
yang ada dan lebih mengembangkan d. Sikap mengandung obyek.
kehidupan didalam kelompoknya Setiap sikap akan mengandung
sendiri dari pada mengembangkan objek sikap. Objek sikap dapat
kehidupan dalam lingkup masyarakat berupa hal-hal yang sifatnya
yang beragam. Interaksi yang personal (atau berupa manusia
dibangun atas dasar perbedaan suku seperti masyarakat) atau obyek
bangsa sangat terbatas sekali. Hal ini yang sifatnya non personal
misalnya produk, jasa dan dapat memecah belah kerukunan
pelayanan. antar warga.
Berdasarkan pendapat di atas, maka Harmonisasi
dapat ditarik kesimpulan bahwa Menurut Al Bary dalam Purwadi
sikap terbentuk melalui proses (2013:93), “Harmonisasi adalah
belajar, pengamatan dan upaya untuk mencari keselarasan”.
menyimpulkan apa yang terjadi di Pengertian ini menjelaskan bahwa
lingkungannya berada. Sikap akan hidup yang harmonis adalah
selalu mempengaruhi perilaku kehidupan yang penuh dengan
seseorang dalam bertindak karena keselarasan disegala aspek tanpa
sikap bersumber dari stimulus yang adanya pertentangan dalam hal
diterima seseorang terhadap suatu apapun sehingga masyarakat yang
objek yang ditemuinya. hidup didalamnya memiliki
kehidupan yang damai. Secara
Pengertian Primordialisme sederhana, harmonisasi dapat
Menurut Kun Maryati, dkk diartikan sebagai suatu kondisi
(2014:17), “Primordialisme adalah dimana telah tercapai kehidupan
ikatan-ikatan seseorang dalam yang damai dan dinamis tanpa
kehidupan sosial yang sangat adanya perselisihan ataupun
berpegang teguh terhadap hal-hal perpecahan didalamnya. Harmonisasi
yang dibawa sejak lahir baik berupa masyarakat sangat dibutuhkan dalam
suku bangsa, kepercayaan, ras, adat- kehidupan masyarakat multietnis
istiadat, daerah kelahiran dan lain seperti di Indonesia ini. Untuk
sebagainya”. menciptakan masyarakat yang
harmonis maka sangat dibutuhkan
Berdasarkan Pengertian diatas dapat komunikasi antarbudaya yang baik.
disimpulkan bahwa, primordialisme Tidak jarang buruknya komunikasi
merupakan suatu perasaan-perasaan antar budaya menyebabkan
dimiliki oleh seseorang yang sangat terjadinya perpecahan yang sangat
menjunjung tinggi ikatan sosial yang mengancam keutuhan Negara
berupa nilai-nilai, norma, dan Kesatuan Republik Indonesia ini.
kebiasaan-kebiasaan yang bersumber
dari etnik, ras, tradisi dan Berdasarkan penjelasan diatas, maka
kebudayaan yang dibawa sejak dapat disimpulkan bahwa
seorang individu baru dilahirkan. harmonisasi masyarakat merupakan
Sikap primordialisme sangat suatu keadaan masyarakat yang
mempengaruhi pola perilaku seorang rukun dan damai tanpa adanya
individu dalam hubungan sosial. konflik yang mengganggu
Primordialisme dapat menyebabkan ketentraman anggota masyarakatnya.
seseorang menjunjung tinggi hasil Harmonisasi masyarakat sangat di
dari kebudayaannya dan memiliki pengaruhi oleh komunikasi
rasa kesetiaan yang sangat tinggi antarbudaya.
pula. Apabila seseorang tidak bisa
menyesuaikan dengan keadaan Masyarakat Multikultur
masyarakat yang multikultur, maka Menurut Budiarti dan Efendi
sikap primordialisme akan dapat (2013:9), “Masyarakat multikultural
memicu konflik sosial yang tentunya adalah masyarakat yang jelas
memiliki tradisi “memahami,
menghormati dan menghargai berinteraksi dalam hubungan
budaya orang lain”. Multikultural sosialnya. Segala sesuatu yang
juga mengandung 3 sub-nilai yaitu: dilakukan setiap orang dalam suatu
a) Menegaskan identitas kultural kelompok etnis selalu bertujuan
seseorang, mempelajari dan untuk mencapai kesejahteraan dan
menilai warisan budaya kebahagiaan bagi setiap anggota
seseorang. dalam kelompoknya. Untuk
b) Menghormati keinginan untuk mencapai tujuan tersebut setiap
memahami dan belajar tentang orang dalam suatu kelompok
kebudayaan-kebudayaan selain memiliki cara-cara tersendiri yang
kebudayaannya. biasanya berbeda dengan anggota
c) Menilai dan merasa senang kelompok etnis yang lainnya. Proses
dengan dengan perbedaan interaksi sosial yang baik
kebudayaan itu sendiri, yaitu mengakibatkan setiap orang yang
memandang keberadaan dari berbeda latar belakang suku bangsa
kelompok budaya yang berbeda dapat menyesuaikan dirinya dengan
dalam masyarakat seseorang kepentingan umum. Ketika hal
sebagai kebaikan yang positif tersebut terjadi, maka kehidupan
untuk dihargai. yang harmonis dalam kehidupan
masyarakat multietnis akan berjalan
Kehidupan masyarakat yang kurang dengan baik.
mengenal konsep multikultural maka
nilai-nilai multikultur jelas TUJUAN PENELITIAN
merupakan perangkat baru dan Penelitian ini bertujuan untuk
belum tentu mudah untuk diterima. menjelaskan pengaruh sikap
Agar nilai-nilai tersebut menjadi primordialisme terhadap upaya
bagian dari perangkat nilai yang ada, pembentukan proses harmonisasi
perlu dibangun sebuah kesadaran masyarakat multikultur di Desa
baru dalam masyarakat, yang dapat Restu Baru Kecamatan Rumbia
memungkinkan masyarakat merajut Kabupaten Lampung Tengah.
jejaring makna-makna yang baru
melalui kesadaran multikultur METODOLOGI PENELITIAN
tersebut. Masyarakat Indonesia Metode Penelitian
adalah masyarakat yang plural Metode yang digunakan dalam
namun belum mampu menerapkan penelitian ini adalah metode
konsep masyarakat multikultur. Hal diskriptif karena dalam penelitian ini
tersebut ditandai dengan adanya mendiskripsikan keadaan yang
berbagai bentuk konflik dan terjadi saat ini dan menuntut untuk
permasalahan ditanah air baik dari mencari jalan keluarnya. Penelitian
segi sosial, ekonomi dan politik yang deskriptif merupakan penelitian yang
selalu dikait-kaitkan dengan menuturkan dan menafsirkan data
perbedaan suku, agama dan ras. yang ada misalnya situasi yang
dialami, suatu hubungan kegiatan,
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pandangan, pengaruh yang sedang
dapat di simpulkan bahwa nampak, pertentangan yang sedang
masyarakat multikultur dapat meruncing dan sebagainya
diartikan sebagai suatu kondisi (Arikunto, 2006:129)”.
masyarakat yang terdiri dari berbagai
suku, agama dan ras yang saling
Subjek Penelitian Definisi operasional variabel dalam
Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah:
masyarakat Desa Restu Baru yang a.Sikap primordialisme adalah
memiliki latar belakang suku bangsa penilaian sikap seseorang yang
yang berbeda. Menurut Arikunto masih memegang teguh ikatan-
(2006:131)’ “Sampel adalah ikatan yang dibawanya sejak lahir
sebagian atau wakil populasi yang yang dapat berupa ikatan dari
diteliti”. Teknik pengambilan sampel suku bangsa, agama, budaya,
dalam penelitian ini adalah purposive adat-istidat, dan lain sebagainya
sampling dengan menggunakan terhadap pola kehidupan
rumus solvin. Menurut Suharsimi masyarakat yang beragam.
Arikunto (2006:140) “teknik b. Pembentukan proses harmonisasi
purposive sampling merupakan adalah pembentukan proses
teknik yang biasanya dilakukan kehidupan yang rukun, damai dan
karena beberapa pertimbangan, tidak adanya konflik sosial antar
misalnya alasan keterbatasan waktu, anggota masyarakat yang berbeda
tenaga, dan dana sehingga tidak suku sehingga tercipta suatu pola
dapat mengambil sampel yang besar hubungan yang baik dan
dan jauh”. kesejahteraan dalam kehidupan
Berdasarkan perhitungan tersebut, bermasyarakat.
maka diperoleh sampel sebanyak 100
responden dengan taraf kesalahan Rencana Pengukuran Variabel
sebesar 10% Kepala Keluarga di Untuk memperoleh hasil penelitian
Desa Restu Baru Kecamatan Rumbia yang maksimal, maka dibutuhkan
Kabupaten Lampung Tengah. alat ukur yang tepat. Pengukuran
variabel dalam penelitian ini adalah
Variabel Penelitian dengan pemberian skor pada
1) Variabel Bebas (X) alternatif jawaban yang tersedia
Variabel bebas merupakan dalam angket yang telah disebarkan
variabel yang mempengaruhi. kepada responden. Angket yang
Variabel bebas dalam penelitian digunakan dalam penelitian adalah
ini adalah Sikap Primordialisme angket dengan menggunakan skala
(X). pengukuran yaitu skala likert
2) Variabel Terikat (Y) sehingga responden memiliki
Variabel terikat merupakan kesempatan untuk memilih jawaban
variabel akibat. Variabel terikat yang telah disediakan sesuai dengan
dalam penelitian ini adalah Upaya pendapatnya masing-masing.
Pembentukan Proses Harmonisasi
Masyarakat Multienis Di Desa Teknik Pengumpulan Data
Restu Baru Kecamatan Rumbia Teknik Pokok
Kabupaten Lampung Tengah (Y). Angket
Angket adalah metode pengumpulan
Definisi Operasional Variabel data dengan cara mengajukan daftar
Defininisi operasional variabel pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
merupakan definisi yang berkaitan dengan masalah yang
memberikan gambaran cara diteliti kepada responden.
mengukur suatu variabel dengan Guna mendukung teknik
memberikan arti suatu kegiatan. pengumpulan data dengan angket
maka dibutuhkan skala pengukuran
yang tepat. Peneliti menggunakan validity yaitu dengan cara
skala likert dalam penelitian ini mengkonsultasikan dengan dosen
karena skala likert dianggap sebagai pembibming.
skala pengukurang yang tepat untuk Langkah-langkah yang ditempuh
mengukur sikap atau intensitas dalam melakukan uji reliabilitas
pendapat masyarakat. Menurut ialah:
Silaen (2013:127), nilai skor 1. Menguji coba angket kepada 10
tertinggi diberikan untuk alternatif orang diluar responden
jawaban yang sangat diharapkan 2. Diperoleh data uji coba yaitu
peneliti sesuai dengan tujuan sebagai berikut:
penelitian dan nilai skor terendah 𝑥 = 545 𝑦 = 543 𝑥𝑦 = 29705
diberikan pada alternatif jawaban 𝑥 = 29843 𝑦 2 = 29597 N = 10
2

yang tidak diharapkan. Peneliti Berdasarkan data tersebut untuk


menggunakan skala likert dengan mengetahui reliabilitas, selanjutnya
jenjang nilai skor 1 sampai 5. Berikut dikorelasikan diolah dengan
adalah jenjang nilai skor yang menggunakan rumus product
ditetapkan oleh peneliti: moment dan dilanjutkan dengan
Sangat setuju, skor 5 rumus spearman brown untuk
Setuju, skor 4 mencari reliabilitas alat ukur dan
Cukup setuju, skor 3 diperoleh koefisien korelasi dengan
Tidak setuju, skor 2 angka 0,93. Berdasarkan hasil
Sangat tidak setuju, skor 1 tersebut peneliti mengkorelasikan
dengan kriteria reliabilitas dan masuk
Teknik Penunjang dalam kriteria Tinggi kemudian
a.Wawancara dapat dipergunakan sebagai
Teknik wawancara digunakan bila instrument penelitian selanjutnya.
terdapat data yang kurang jelas
ataupun kurang lengkap dari hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
angket yang di berikan kepada 1. Indikator Melestarikan
responden. Wawancara akan Kebudayaan Lokal
dilakukan terhadap beberapa Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi
sampel yaitu masyarakat yang ada Indikator Melestarikan
di Desa Restu Baru Kecamatan Kebudayaan Lokal
Rumbia Kabupaten Lampung No KI F % Kategori
Tengah. 1 6-7 1 1% Sangat Tidak
b. Teknik Observasi Setuju
Teknik observasi adalah teknik 2 8-9 1 1% Tidak Setuju
pengambilan data melalui 3 10-11 5 5% Netral
pengamatan langsung dilapangan. 4 12-13 55 55% Setuju
Teknik ini bertujuan untuk 5 14-15 38 38% Sangat Setuju
mengamati sikap masyarakat Jumlah 100 100%
tentang sikap primordialisme di Sumber: Analisis Data Skor Angket
Desa Restu Baru Kecamatan Penelitian
Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh data sebanyak 1%
Validitas dan Uji Reliabilitas responden termasuk dalam kategori
Dalam penelitian ini uji validitas alat sangat tidak setuju. Hal ini
tes yang akan digunakan logical
dikarenakan responden tidak Berdasarkan hasil analisis data
mengetahui cara untuk melestarikan terdapat 1% responden kepala
kebudayaan yang mereka miliki keluarga masuk dalam kategori
ditengah kehidupan masyarakat sangat tidak setuju. Hal ini
multikultur. Sebanyak 1% responden dikarenakan kebiasaan melakukan
termasuk dalam kategori tidak setuju, ritual adat justru hanya akan
hal ini karena banyak anggota menjadikan seseorang memiliki
masyarakat yang enggan untuk sikap cinta yang berlebihan terhadap
melestarikan kebudayaan yang budayanya sendiri dan tidak bisa
dimilikinya. Sedangkan, 5% menghargai kebudayaan lain
responden termasuk dalam kategori sehingga hal tersebut menandakan
netral karena responden sulit untuk sikap masyarakat yang tidak
menentukan penyebab perilaku Nasionalisme karena tidak bisa
masyarakat yang kurang dapat menghargai kebudayaan nasional
memelihara dan mengembangkan bangsa Indonesia. Sebanyak 7%
kebudayaan yang dimilikinya. responden kepala keluarga masuk
dalam kategori tidak setuju karena
Selanjutnya, terdapat 55% responden mereka beranggapan banyak
termasuk dalam kategori setuju masyarakat saat ini yang sudah tidak
karena kepala keluarga telah peduli dengan kebudayaan yang
mengetahui bahwa sebagian besar berasal dari suku bangsanya sehingga
masyarakat Desa Restu Baru akan sulit untuk menciptakan sikap
khususnya masyarakat suku bali nasionalisme dan patriotisme di
sangat menghargai kebudayaan yang kehidupan masyarakat Desa Restu
mereka miliki. Selain itu, terdapat Baru. Selanjutnya, terdapat 24%
38% responden termasuk dalam responden masuk dalam kategori
kategori sangat setuju. Hal ini netral. Hal ini terjadi karena menurut
dikarenakan responden mengetahui kepala keluarga masyarakat Desa
pentingnya melestarikan kebudayaan Restu Baru belum sepenuhnya
lokal sangat bermanfaat untuk memiliki sikap nasionalisme
memelihara kekayaan budaya terhadap bangsanya karena masih
nasional bangsa Indonesia. saja terdapat individu yang
cenderung tidak peduli dengan
2. Indikator Meningkatkan Rasa
kebudayaan nasional yang
Nasionalisme dan Patriotisme
dimilikinya, namun juga tidak sedikit
Tabel 4.15 Distribusi Skor Angket
dari mereka yang sangat menghargai
Indikator Meningkatkan Rasa
akan kebudayaan nasional sebagai
Nasionalisme dan Patriotisme
kekayaan nasional. Selain itu,
No KI F % Kategori
terdapat 43% responden masuk
1 6-7 1 1% Sangat Tidak
dalam kategori setuju, responden
Setuju
beranggapan bahwa ketika seseorang
2 8-9 7 7% Tidak Setuju memelihara dan mengembangkan
3 10-11 24 24% Netral budayanya maka hal tersebut
4 12-13 43 43% Setuju tergolong sikap nasionalisme karena
5 14-15 25 25% Sangat Setuju sikap tersebut mencerminkan sikap
Jumlah 100 100% mencintai budaya lokal bangsanya.
Sumber: Analisis Data Skor Angket Kemudian terdapat 25% responden
Penelitian masuk dalam kategori sangat setuju
karena mereka sangat setuju apabila kepada orang yang berbeda suku
mencintai dan melestarikan sehingga dapat memicu terjadinya
kebudayaan merupakan cara yang konflik sosial. Kemudian terdapat
baik untuk meningkatkan rasa 15% responden masuk dalam
nasionalisme dan patriotisme. kategori sangat setuju karena
responden sangat setuju bila setiap
3. Indikator Munculnya kebudayaan memiliki derajad yang
Prasangka sama sehingga tidak ada kebudayan
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi yang lebih baik atau lebih buruk di
Indikator Munculnya Prasangka dalam kehidupan bernegara.
No KI F % Kategori
1 5-6 3 3% Sangat Tidak 4. Indikator Diskriminasi Etnis
Setuju Tabel 4.19 Distribusi Skor Angket
2 7-8 5 5% Tidak Setuju Indikator Diskriminasi Etnis
3 9-10 32 32% Netral No KI F % Kategori
4 11-12 45 45% Setuju 6-7 8 8% Sangat Tidak
5 13-14 15 15% Sangat Setuju 1 Setuju
Jumlah 100 100% 2 8-9 21 21% TidakSetuju
Sumber: Analisis Data Skor Angket 3 11-12 24 24% Netral
Penelitian 4 12-13 37 37% Setuju
5 14-15 10 10% Sangat Setuju
Berdasarkan hasil analisis data Jumlah 100 100%
terdapat 3% responden kepala Sumber: Analisis Data Skor Angket
keluarga masuk dalam kategori Penelitian
sangat tidak setuju. Hal ini
dikarenakan kepala keluarga sangat Berdasarkan hasil analisis data pada
tidak setuju bila prasangka yang tabel 4.19 dapat diketahui bahwa
buruk merupakan faktor penyebab terdapat 8% responden kepala
terjadinya perpecahan didalam keluarga masuk dalam kategori
kehidupan bermasyarakat. Sebanyak sangat tidak setuju. Hal ini
5% responden kepala keluarga dikarenakan suku jawa sebagai suku
masuk dalam kategori tidak setuju mayoritas di Desa Restu Baru tidak
karena suku mayoritas merupakan bisa mempengaruhi hasil dari setiap
suku yang dipandang memiliki pengambilan keputusan dalam setiap
derajad yang lebih tinggi dari suku penetapan sebuah kebijakan.
minoritas. Sebanyak 21% responden kepala
Selanjutnya, terdapat 32% responden keluarga masuk dalam kategori tidak
masuk dalam kategori netral karena setuju karena walaupun terdapat
responden belum sepenuhnya sikap membeda-bedakan suku antara
mengetahui pengertian dari suku yang satu dengan yang lain
prasangka itu sendiri dan juga tidak tetapi mereka masih dapat hidup
bisa menentukan kebudayaannya secara harmonis. Selanjutnya,
lebih baik dari kebudayaan lain atau terdapat 24% responden masuk
tidak. 45% responden masuk dalam dalam kategori netral. Hal ini terjadi
kategori setuju, mereka beranggapan karena responden masih belum bisa
bahwa seseorang yang memiliki menentukan suku jawa sebagai suku
prasangka buruk akan sulit mayoritas selalu mempengaruhi hasil
mengembangkan sikap toleransi pengambilan keputusan atau tidak.
Selain itu, terdapat 37% responden memiliki pemikiran yang baik
masuk dalam kategori setuju, mereka sehingga tidak akan ada anggota
beranggapan bahwa sikap membeda- masyarakat yang berpikiran bahwa
bedakan suku satu dengan yang sukunya merupakan suku yang
lainnya dapat menyebabkan paling baik. Selanjutnya, terdapat
perpecahan didalam masyarakat. 49% responden masuk dalam
Kemudian terdapat 10% responden kategori netral. Hal ini terjadi karena
masuk dalam kategori sangat setuju. responden masih sulit untuk
Hal ini terjadi karena responden menentukan sebagian dari
sudah memahami bahwa suku jawa masyarakat Desa Restu Baru
sebagai suku mayoritas akan selalu memiliki anggapan bahwa sukunya
mempengaruhi hasil pengambilan paling baik dari pada suku lain atau
keputusan dan saat seseorang tidak.
mendeskriminasi orang yang berasal Selain itu, terdapat 21% responden
dari suku lain pasti akan masuk dalam kategori setuju. Hal ini
menyebabkan pertentangan antar terjadi karena responden sependapat
anggota masyarakat. karena masih banyak masyarakat
Desa Restu Baru yang kurang
5. Indikator Etnosentrisme menerapkan sikap toleransi dalam
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi kehidupan sehari-hari sehingga hal
Indikator Etnosentrisme tersebut dapat memicu terjadinya
No KI F % Kategori perpecahan antar anggota masyarakat
1 6-7 3 3% Sangat Tidak yang berbeda suku. Kemudian
Setuju terdapat 13% responden masuk
2 8-9 14 14% Tidak Setuju dalam kategori sangat setuju. Hal ini
3 11-12 49 49% Netral terjadi karena responden
4 12-13 21 21% Setuju beranggapan bila sikap toleransi itu
5 14-15 13 13% Sangat Setuju tidak bisa diterapkan, maka akan
Jumlah 100 100% terjadi suatu pertentangan sosial
Sumber: Analisis Data Skor Angket dalam kehidupan bermasyarakat
Penelitian serta orang yang terlalu memegang
erat nilai-nilai kebudayaannya pasti
Berdasarkan hasil analisis data pada akan sulit untuk berinteraksi dengan
tabel 4.21 dapat diketahui bahwa masyarakat yang lainnya.
terdapat 3% responden kepala
keluarga masuk dalam kategori 6. Indikator Pemberdayaan
sangat tidak setuju karena responden Organisasi Sosial
beranggapan bahwa suku yang Kemaysarakatan dan Lembaga
mereka miliki kedudukannya sama Swadaya Masyarakat.
dengan suku yang lain dan mereka Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi
juga sangat tidak setuju kalau orang Indikator Pemberdayaan
yang terlalu memegang erat Organisasi Sosial Kemasyarakatan
kebudayaannya akan sulit untuk dan Lembaga Swadaya
berpikiran maju. Sebanyak 14% Masyarakat
responden kepala keluarga masuk
dalam kategori tidak setuju karena
mereka beranggapan bahwa
masyarakat Desa Restu Baru sudah
No KI F % Kategori harmonis dan dapat menyebabkan
1 6-7 2 2% Sangat Tidak kecemburuan sosial.
Setuju
2 8-9 4 4% Tidak Setuju 7. Indikator Peningkatan
3 11-12 30 30% Netral Pemahaman Konsep Bhinneka
4 12-13 47 47% Setuju Tunggal Ika
5 14-15 17 17% Sangat Setuju Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi
Jumlah 100 100% Indikator meningkatan
Pemahaman Konsep Bhinneka
Sumber: Analisis Data Skor Angket
Tunggal Ika
Penelitian
No KI F % Kategori
Berdasarkan hasil analisis data 1 6-7 1 1% Sangat Tidak
terdapat 2% responden kepala Setuju
keluarga masuk dalam kategori 2 8-9 19 19% Tidak Setuju
sangat tidak setuju karena responden 3 11-12 42 42% Netral
berpendapat bahwa adanya lembaga 4 12-13 26 26% Setuju
swadaya masyarakat tidak 5 14-15 12 12% Sangat Setuju
berpengaruh terhadap kemajuan Jumlah 100 100%
Desa Restu Baru. Sebanyak 4% Sumber: Analisis Data Skor Angket
responden kepala keluarga masuk Penelitian
dalam kategori tidak setuju karena
kemajuan dari Desa sangat di Berdasarkan hasil analisis data
pengaruhi oleh gaya kepemimpinan terdapat 1% responden kepala
kepala desa itu sendiri dan bukan keluarga masuk dalam kategori
karena lembaga swadaya masyarakat. sangat tidak setuju karena responden
Selanjutnya, terdapat 30% responden tidak mengetahui asal usul Pancasila.
masuk dalam kategori netral karena Sebanyak 19% responden kepala
responden masih sulit untuk keluarga masuk dalam kategori tidak
mengidentifikasi tentang pengaruh setuju karena responden memiliki
lembaga swadaya masyarakat dalam pengetahuan yang kurang baik
upaya menciptakan kehidupan yang tentang makna dari Pancasila
sejahtera. Selain itu, terdapat 47% sehingga masih sulit untuk
responden masuk dalam kategori menciptakan persatuan dalam
setuju karena responden sudah kehidupan yang beragam.
mengerti bahwa lembaga swadaya Selanjutnya, terdapat 42% responden
masyarakat memiliki peran penting masuk dalam kategori netral karena
guna memajukan Desa dan di Desa terkadang kehidupan berpisah-pisah
Restu Baru juga sudah memberikan antara masyarakat yang berbeda suku
kesempatan yang sama dalam setiap terjadi karena merasa lebih mudah
kegiatan pemilihan umum. untuk berinteraksi, namun mereka
Kemudian terdapat 17% responden juga beranggapan bahwa secara tidak
masuk dalam kategori sangat setuju. langsung hal tersebut menandakan
Hal ini terjadi karena apabila masyarakat yang belum paham
lembaga swadaya masyarakat di tentang makna ke Bhinnekaan.
kelola oleh sekelompok orang yang Selain itu, terdapat 26% responden
memiliki suku yang sama maka tidak masuk dalam kategori setuju.
akan tercipta kehidupan yang Masyarakat sudah memiliki
pemahaman yang baik tentang
kehidupan di Negara multikultur dan cukup baik tetapi tidak terlalu
hal tersebut menyebabkan mereka berdampak pada pembangunan Desa
juga setuju bila terdapat interaksi dan Restu Baru sendiri . Selain itu,
komunikasi yang baik antar terdapat 39% responden masuk
masyarakat berbeda suku dalam kategori setuju. Hal ini terjadi
menandakan masyarakat tersebut karena masyarakat memiliki respon
sudah memahami tentang konsep yang positif terhadap kegiatan
Bhinneka Tunggal Ika. Kemudian gotong royong yang di adakan oleh
terdapat 12% responden masuk pemerintah Desa dan juga mereka
dalam kategori sangat setuju karena beranggapan bahwa aparatur Desa
masyarakat sudah mampu telah memberikan pelayanan yang
menerapkan pola kehidupan yang sama bagi setiap anggota masyarakat
harmonis antar masyarakat yang tanpa pandang bulu. Kemudian
berbeda suku. terdapat 51% responden masuk
dalam kategori sangat setuju. Hal ini
8. Indikator Pembangunan terjadi karena masyarakat sangat
Daerah merasa tidak keberatan untuk
Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi mengikuti setiap kegiatan positif
Indikator Pembangunan daerah yang diadakan oleh pemerintah Desa
No KI F % Kategori Restu Baru dan juga sangat setuju
1 6-7 1 1% Sangat Tidak bila hendaknya fasilitas yang ada di
Setuju Desa Restu Baru semakin
2 8-9 0 0% Tidak Setuju ditingkatkan guna kesejahteraan
3 11-12 9 9% Netral bersama.
4 12-13 39 39% Setuju
5 14-15 51 51% Sangat Setuju Pengujian Data
Jumlah 100 100% a. Pengujian Pengaruh
Sumber: Analisis Data Skor Angket Untuk mengetahui pengaruh sikap
Penelitian primordialisme terhadap upaya
pembentukan proses harmonisasi
Berdasarkan hasil analisis terdapat masyarakat multikultur di Desa
1% responden kepala keluarga Restu Baru Kecamatan Rumbia
masuk dalam kategori sangat tidak Kabupaten Lampung Tengah
setuju karena gotong royong menggunakan rumus Chi Kuadrat
bukanlah cara yang tepat untuk diperoleh hasil X2 hitung = 48,24
meningkatkan kerukunan antar kemudian dikonsultasikan dengan
warga karena biasanya gotong Chi Kuadrat pada taraf signifikan 5%
royong hanya di ikuti oleh beberapa (0,05) dan derajat kebebasan = 4
orang yang memang peduli dengan maka diperoleh 𝑥 2 tabel = 9,49.
lingkungan dan merupakan cara yang Dengan demikian dapat disimpulkan
kurang efektif guna meningkatkan bahwa terdapat pengaruh sikap
kerukunan antar warga. Sebanyak primordialisme terhadap upaya
0% atau tidak ada responden yang pembentukan proses harmonisasi
masuk dalam kategori tidak setuju. masyarakat multikultur.
Selanjutnya, terdapat 9% responden
masuk dalam kategori netral. b. Pengujian Tingkat Keeratan
Masyarakat menilai bahwa meskipun Pengaruh
fasilitas dan pelayanan desa sudah Diketahui koefisien kontigensi
C=0,56 dan Cmaks =0,81 kemudian
hasil tersebut dijadikan patokan Kondisi masyarakat yang seperti ini
untuk menentukan tingkat keeratan akan memperlambat terwujudnya
pengaruh dan diperoleh hasil ∈kat = upaya pembentukan proses
0,69. Selanjutnya diklasifikasikan harmonisasi masyarakat multikultur
menjadi 5 kategori yaitu sebagai di Desa Restu Baru Kecamatan
berikut: Rumbia Kabupaten Lampung
0,00–0,19 = Kategori Sangat Rendah Tengah. Akan tetapi, mereka juga
0,20 – 0,39 = Kategori Rendah sudah menyadari tentang pentingnya
0,40 - 0,59 = Kategori Sedang melakukan upaya-upaya
0,69 – 0,79 = Kategori Kuat pembentukan harmonisasi
0,80 – 1,00 = Kategori Sangat Kuat masyarakat didalam lingkungan
masyrakat multikultur yang ditandai
Berdasarkan perbandingan antara C dengan adanya pernyataan setuju
dan Cmaks maka hasilnya adalah 0,69 disetiap pernyataan tentang upaya-
yang berada pada kategori kuat. upaya pembentukan proses
Sehingga pada hasil pengujian harmonisasi masyarakat multikultur.
tersebut dapat diketahui bahwa Upaya pembentukan proses
tingginya sikap primordialisme yang harmonisasi masyarakat multikultur
dimiliki oleh masyarakat akan sangat dapat terwujud apabila masyarakat
mempengaruhi upaya pembentukan selalu memiliki sikap yang positif
proses harmonisasi masyarakat sesama anggota masyarakat dan
multikultur di Desa Restu Baru selalu mendukung serta
Kecamatan Rumbia Kabupaten berpartisipasi disetiap kegiatan yang
Lampung Tengah. sifatnya membangun.
KESIMPULAN DAN SARAN Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
Kesimpulan
dikemukakan, maka peneliti
Berdasarkan hasil pengolahan data
memberikan saran sebagai berikut:
dan pengujian pengaruh hipotesis,
1. Kepada pemerintah daerah dan
maka dapat disimpulkan bahwa
aparatur pemerintah desa
terdapat pengaruh yang signifikan
khususnya Desa Restu Baru
antara sikap primordialisme terhadap
Kecamatan Rumbia Kabupaten
upaya pembentukan proses
Lampung Tengah agar dapat
harmonisasi masyarakat multikultur
menetapkan kebijakan-kebijakan
di Desa Restu Baru Kecamatan
dan memberikan fasilitas serta
Rumbia Kabupaten Lampung
pelayanan yang baik sesuai
Tengah.
dengan yang dibutuhkan oleh
Masih banyaknya masyarakat yang
masyarakat dengan tetap
belum mengetahui sepenuhnya
memperhatikan keadaan
terhadap konsep sikap
masyarakat yang beragam
primordialisme akan sangat
sehingga upaya-upaya untuk
mempengaruhi pelaksanaan upaya
menciptakan kehidupan yang
pembentukan proses harmonisasi
harmonis antar suku dalam
masyarakat multikultur, hal ini
masyarakat dapat diterima oleh
berakibat pada pendapat masyarakat
semua anggota masyarakat dan
yang cenderung netral dalam setiap
berjalan dengan baik.
memberikan pernyataan terkait
dengan sikap primordialisme.
2. Kepada masyarakat agar memiliki Penulisan Skripsi dan
sikap yang lebih terbuka terhadap Tesis. Jakarta: In Media
perbedaan yang ada dan
meningkatkan pengetahuan Suryani, Tatik.2008.Perilaku
tentang konsep masyarakat Konsumen. Yogyakarta:
multikultur sehingga dapat Graha Ilmu
berinteraksi dengan baik antar
anggota masyrakat yang memiliki
latar belakang suku yang berbeda-
beda sehingga upaya-upaya
pembentukan harmonisasi
masyarakat multikultur dapat
terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur


Penelitian Studi
Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta

Ari Purwadi.2013. “Harmonisasi


Pengaturan Perencanaan
Pembangunan Antara
Pusat dan Daerah Era
Otonomi Daerah”, dalam
Jurnal Perspektif, Fakultas
Hukum Universitas
Wijaya Kusuma: Surabaya

Budiarti & Efendi.2007. Komunikasi


Lintas Budaya: Pustaka
Pelajar

Herimanto,dkk. 2016. Ilmu Sosial


dan Budaya Dasar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kun Maryati. 2014. Sosiologi. Solo:


PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri

Setiadi, Elly.2008. Ilmu Sosial dan


Budaya Dasar. Jakarta:
Prenada Media Grup

Silaen, Sofar,dkk.2013. Metodologi


Penelitian Sosial Untuk

Anda mungkin juga menyukai