Anda di halaman 1dari 24

DIALEKTIKA

ISLAM DAN BUDAYA LOKAL


Anda memahami:
Berbagai bentuk peristiwa lintas budaya
Hubungan antara Islam dan budaya lokal
Peristiwa lintas budaya dalam bidang seni
SUMBER DAN WAKTU

 Hakikatnya setiap budaya yang ada di


dunia berasal dari budaya etnik dan agama.
 Terjadinya migrasi dan kontak antaretnik,
antarumat agama, dan antara etnik dengan
agama menimbulkan peristiwa
lintasbudaya.
 Peristiwa ini telah terjadi jauh sebelum
proses modernisasi dan globalisasi
menggelinding.
Exp.: Dalam sejarah umat para Nabi dan Rasul
memperlihatkan peristiwa lintasbudaya. Ketika Nabi Musa,
orang-orang Israel telah berinteraksi dengan orang-orang
Mesir dan diwarnai konflik-integrasi antarmereka.
DIFUSI
 Proses lintas budaya disebut juga dengan
proses DIFUSI: tersebarnya unsur-unsur
kebudayaan ke seluruh wilayah
 Pembawanya: pedagang, pelaut, misiolog,
media massa, dll
 Beda difusi yang dilakukan misiolog
muslim dan Kristen di Indonesia:Muslim
melalui perdagangan dan gerakan kultural,
langsung. Kristen didahului dengan
penaklukan (kolonialisasi), baru misiolog
masuk ke masyarakat
AKIBAT TERJADINYA
PERISTIWA LINTAS BUDAYA

 Memberi peluang terjadinya proses


saling mempengaruhi antarbudaya.
 Arah kekuatan interdependensi tsb
dapat seimbang dan dominasi
 Bentuk dan sifat pertemuan lintas
budaya tersebut meliputi:
 Akulturasi
 Asimilasi
 Simbiotik
 Adoptasi
 Sinkretisme
 Peminjaman Budaya/Budaya cangkok
AKULTURASI

 Akulturasi (acculturation) = cultural contact


 Akulturasi terjadi jika unsur-unsur
kebudayaan pendatang secara bertahap
(lambat laun) diterima dan masuk ke dalam
kebudayaan lokal, namun tidak
menghilangkan ciri khas kebudayaan lokal.
 Proses akulturasi terjadi sejak dulu, namun ia
mengalami akselarasi setelah ada kemajuan
teknologi transportasi, peperangan, dan informasi
(bandingkan pada jaman nabi-nabi, Islam dan
Barat)
 Fokus studi ttg proses akulturasi di suatu
wilayah:
 Bagaimana dan dalam keadaan apa unsur-unsur
budaya itu masuk
 Unsur-unsur budaya asing yang mudah dan sukar
masuk/diterima oleh budaya lokal
 Unsur-unsur budaya lokal yang mudah dan sulit
diubah
 Saluran/media
 Individu dan stratifikasi sosial yang mudah/sulit
menerima budaya asing
 Efek: ketegangan, reaksi dan sikap masyarakat lokal
AGENTS OF ACCULTURATION

 Dalam proses akulturasi ada individu-


individu yang menjadi sosok pemuka dan
tokoh yang memperkenalkan budaya luar
ke dalam budaya kelompoknya
 Latar belakang tokoh mempengaruhi/
mewarnai unsur-unsur budaya yang
masuk ke dalam budaya lokal.
 Exp: Jika misiolog yang menjadi tokoh akulturasi maka unsur
keagamaannya yang menonjol. Demikian juga jika tokohnya
punya latar belakang pendidikan, dll.
AKULTURASI ISLAM DAN
BUDAYA LOKAL
 Dalam Kegiatan/ Ritual
 ULH
 Pemenuhan kebutuhan kelompok

 Dalam Budaya Fisik


 Bangunan Masjid
 Bedug, bangunan rumah

 Dalam Ide/nilai
 Pendidikan (sistem
pend.pesantren, klasikal)
Asimilasi
 Asimilasi terjadi jika kebudayaan kedua
belah pihak saling beradaptasi dan berubah
menjadi kebudayaan baru, orang tidak lagi
mengenal unsur-unsur kebudayaan
pendatang dan lokal.
 Proses:
 Ada golongan- golongan yang memiliki latar
budaya berbeda: Biasanya mayoritas-minoritas
 Berinteraksi secara intensif dan lama
 Unsur-unsur budaya tiap golongan berubah dan
menjadi budaya campuran
 Golongan minoritas lebih banyak mengubah
unsur-unsur budayanya
SIMBIOTIK DAN ADOPTASI

 Simbiotik terjadi jika masing-masing


kebudayaan tidak berubah dan tidak terjadi
percampuran di suatu tempat. Keduanya
meneruskan kebudayaannya masing-masing.
Exp: pada suku Toraja, bangsawannya memiliki keturunan dan
kebudayaan yang berbeda dengan rakyat kebanyakan.
 Adoptasi terjadi jika kebudayaan pendatang
terus berkembang, sedangkan kebudayaan
lokal menjadi hilang.
Exp: Budaya Jahiliyah praIslam yang musnah diganti
dengan kebudayaan Islam.
SINKRETISME

 Sinkretisme, terjadi ketika budaya


pendatang diterima dan dipadukan dengan
budaya lokal, posisi budaya lokal menjadi
‘core’, sedangkan budaya pendatang
sebagai pelengkap
Exp: budaya kaum abangan dan priyayi di Jawa
 Budaya abangan merupakan sinkretisme
Islam dan animisme
 Priyayi memperlihatkan perpaduan antara
Islam dan Hindu karena kental dengan
nuansa mistik, kebatinan, rasa dan etiket.
Indikator Sinkretisme Abangan

 Mencampurkan antara ajaran


Islam dan animisme dalam
bidang kepercayaan
 Ritus: Slametan dan
peribadatan/doa
Akibat PLB Posisi Budaya Posisi Budaya Budaya
Lokal Pendatang Baru
Akulturasi Tidak hilang Diterima
Asimilasi Beradaptasi/ Beradaptasi/ Lahir/
Berubah Berubah Campuran
Simbiotik Tidak berubah Tidak berubah
Adoptasi Hilang Berkembang
Sinkretisme Jadi Acuan Pelengkap
pokok
FAKTOR-FAKTOR AKSELERATIF
PERISTIWA LINTAS BUDAYA/DIFUSI

 Tingkat keterbukaan
budaya lokal terhadap
budaya pendatang
 Tingkat adaptasi dari budaya
pendatang
 Tingkat agresifitas pada kedua belah pihak
yang ditopang oleh berbagai faktor seperti
kekuatan ideologis, politik, dan ekonomi,
bahkan militer, dan teknologi komunikasi
Exp:
• Pengaruh budaya metropolis yang terbuka dan mendunia,
seperti Islam, sangat tergantung kepada tingkatan keterbukaan
budaya lokal seperti masyarakat di Sumatera, Jawa; masyarakat
pesisir dan pedalaman di Indonesia.
• Pengaruh budaya Barat terhadap budaya lokal di seluruh dunia
akibat kemajuan iptek dan teknologi informasi
PERISTIWA LINTAS BUDAYA:
Bidang Kesenian
 Peristiwa lintasbudaya akibat terjadinya
kontak antarbudaya terjadi juga di bidang seni.
sebab seni atau kesenian merupakan
manifestasi budaya manusia dalam
pemenuhan akan nilai-nilai keindahan.
 Secara garis besar seni dapat dibagi ke dalam;
 Seni sastra
 Seni musik atau seni dengan alat gerakan
 Seni rupa, atau seni alat garis, bentuk dan warna
 Seni drama-teater-tari: paduan sastra-musik-seni
rupa.
 Dari aspek sumber dan lingkup sebarannya:
 Seni lokal-etnik
 Seni-tradisional
 Di Jawa: tembang, karawitan, wayang, dan campursari.
 Seni popular
 Seni modern
 Berasal dari luar wilayah Indonesia: Band, lukisan
 Seni Arabik
 Walaupun dalam perkembangannya terjadi
kalaborasi antarmacam sumber seni sebagai
hasil kreasi manusia.
 Peristiwa lintas budaya dalam bidang seni dapat
dilihat dari dua (2) unsurnya, yaitu:
 Ekstrinsik
Tampilan (bentuk, lahir, fisik, alat) dari seni.
 Instrinsik
Substansi ( isi, tujuan, misi, pesan-pesan) dari seni.
 Contoh:
 Puisi:
 Ekstrinsiknya = bait, kata dan sanjaknya.
 Intrinsiknya = pesan-pesan/isi dari puisi tersebut.
 Seni lokal-Jawa ( tembang, karawitan, campursari)
 Ekstrinsiknya= musik, kostum atau pakaian, tata pentas, dan
bahasa;
 Intrinsiknya = lakon dan pesan yang ingin disampaikan
Unsur Seni Indikator Sifat Seni Islami
Budaya Seni Islami
Ekstrinsik Tampilan: Jamal Seni yang tampilannya sesuai
diri orang, (Indah) dengan akhlak Islam, tidak
sanjak, menampilkan sesuatu yang
pakaian, mengarah kepada munculnya
suara, pengumbaran nafsu, baik yang
tulisan, bersifat pornografi maupun
fisik, alat pornoaksi

Instrinsik Substansi: Jalal Seni yang dapat menuntun


isi, tujuan, (Luhur) manusia untuk (lebih) bertaqwa
misi, kepada Allah, menambah ilmu,
pesan- menumbuhkembangkan
pesan kebajikan dan sifat-sifat luhur
lainnya.
Proses Menjadikan Seni Budaya sebagai Media
Dakwah

 Karakteristik seni Islami dalam 2 unsur


(ekstrinsik dan instriksik) harus menjadi
pedoman dalam melakukan seleksi dan
modifikasi terhadap seni-budaya lokal.
Termasuk juga seni-budaya moderen-
populer.
 Langkah-langkah menjadikan seni budaya
lokal sebagai media dakwah:
 Proses Islamisasi, meliputi:
 Menentukan kriteria seni-budaya Islami
 Mendeskripsi dan mengkaji aspek ekstrinsik dan
intrinsik dari seni lokal-tradisional (maupun popular-
modern)
 Mengkritisi dan menyeleksi aspek ekstrinsik, dan
atau aspek intrinsik seni lokal dan modern
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
 Memodifikasi secara kreatif salah satu atau pada
kedua aspek, termasuk kemungkinan memberikan
makna dan tafsir baru atas hal-hal yang bersifat
simbolik.
Exp:pemaknaan lagu ‘Ilir-ilir’. Di setiap tempat dan
bahkan setiap orang dapat berbeda dalam
memaknai lagu tersebut.
 Pemanfaatan seni budaya lokal (Islami) sebagai
media dakwah.
 Upaya menghidupkan kembali seni
budaya lokal sebagai media dakwah
sebagaimana pernah dilakukan Wali
Sanga di Jawa dapat dilakukan melalui
kedua proses tersebut. Hal tersebut jelas
berkaitan dengan ijtihad muslim. Jika ini
dapat dilakukan maka Islam akan menjadi
sebuah realitas budaya khususnya seni.
TIGA PROSES ISLAMISASI SENI-BUDAYA

 Berkaca dari dakwah Wali Sanga, dan para


da’i-budayawan Islam dalam memproduk
seni-budaya lokal-Islami, ada 3 proses:
 Proses internalisasi:
 Proses pemahaman dan penghayatan tentang
prinsip-prinsip dasar ajaran Islam yang terkait
dengan perintah berdakwah, dan dorongan untuk
berilmu (Ali Imran, 3: 104 dan 110; Al-Mujadilah, 58:
11)
 Pemahaman tentang seni-budaya yang
berkembang dalam masyarakat, dalam tahapan ini
mereka mulai berkreasi dengan menyeleksi dan
memodifikasi seni budaya lokal yang ada
 Obyektivikasi yaitu tahap pelaksanaan hasil
kreasi seni budaya dalam kegiatan dakwah.
 Eksternalisasi yaitu tahapan di mana seni
budaya lokal-Islami mampu memberikan
perubahan anutan masyarakat yaitu dari
Hindu-Budha menjadi Islam.

Anda mungkin juga menyukai