Anda di halaman 1dari 91

T

T ii tt ll e
e

DIREKTORAT LINI LAPANGAN


Jakarta, 2017
PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

DIMENSI SPIRITUAL 9

DIMENSI INTELEKTUAL 15

DIMENSI FISIK 25

DIMENSI EMOSIONAL 35

ii
DAFTAR ISI

DIMENSI SOSIAL 43
KEMASYARAKATAN

DIMENSI PROFESIONAL 49
VOKASIONAL

DIMENSI LINGKUNGAN 57

MEKANISME KELOMPOK 65
KERJA BKL

PENCATATAN DAN 71
PELAPORAN KELOMPOK
BKL

iii
PENDAHULUAN

1
PENDAHULUAN

 Penduduk Lansia di Indonesia dari tahun ke tahun


meningkat jumlahnya. Pada tahun 2010=18 juta jiwa, tahun
2014=20,8 juta jiwa, dan tahun 2015=21,7. Rata-rata Usia
Harapan Hidup Indonesia adalah 70,1 tahun. (BPS 2010).
Pada satu sisi jumlah Lansia yang besar dapat menjadi
suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Di sisi lain,
jumlah Lansia yang besar merupakan satu tantangan guna
meningkatkan kualitas Lansia.

 Kategori Lansia
Menurut UU. No. 13 Tahun 1998, Lansia adalah seseorang
yang berusia 60 tahun ke atas.
Kategori Lansia dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Haryono
Suyono) sebagai berikut.
– Lansia muda: usia 60 - di bawah 70 tahun
– Lansia dewasa: usia 70 - di bawah 80 tahun
– Lansia paripurna: usia lebih atau sama dengan 80 tahun

2
PENDAHULUAN

 Siapa yang disebut Lansia Tangguh?


Lansia Tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia
yang sehat (secara fisik, sosial dan mental, aktif, produktif
dan mandiri)

3
PENDAHULUAN

 Mengapa keluarga penting bagi kehidupan Lansia?

Lansia akan lebih merasa lebih bahagia bila hidup dalam


lingkungan keluarga, anak, cucu, dan akan lebih terlayani,
terawat, serta terlindungi.
Peran keluarga dalam mewujudkan Lansia Tangguh
– Mengembangkan potensi keluarga termasuk Lansia
– Penyemaian 8 fungsi keluarga dan nilai-nilainya oleh
Lansia
Oleh karena itu keberadaan Lansia, khususnya Lansia
tangguh sangat penting bagi terwujudnya pembangunan
keluarga.

4
PENDAHULUAN

Apa tujuan Pembangunaan Keluarga Lansia Tangguh ?

Meningkatkan kualitas Lansia dan pemberdayaan keluarga


rentan sehingga mampu berperan dalam keluarga melalui
kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).

 Sasaran Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL)


- Sasaran langsung adalah keluarga yang mempunyai Lansia
atau keluarga yang semua anggotanya merupakan kaum
Lansia
- Sasaran tidak langsung
Perorangan: guru, ulama, tokoh adat, pemimpin organisasi,
psikolog, perawat, bidan, dokter,
Lembaga : pemerintah maupun swasta: organisasi
perempuan, LSM dan mitra kerja terkait

5
PENDAHULUAN

 Tugas dan Peran PPKBD, Sub PPKBD dan Kader Poktan


dalam Pemberdayaan Lansia Tangguh
– Melakukan penyuluhan/KIE
– Melakukan Konseling
– Pencatatan dan Pelaporan
– Pemetaan Keluarga
– Fasilitasi Pelayanan KB
– Pembinaan Peserta KB
– Fasilitasi Poktan

6
PENDAHULUAN

Program Lansia Tangguh

Ditinjau dari 7 dimensi meliputi:

2. Dimensi
intelektual

1. Dimensi 3. Dimensi
spiritual
fisik

4. Dimensi
emosional

5. Dimensi sosial
kemasyarakatan

6. Dimensi profesional
vokasional

7. Dimensi lingkungan

7
PENDAHULUAN

8
DIMENSI SPIRITUAL

7
9
DIMENSI SPIRITUAL

Manusia adalah makhluk yang ber-Tuhan


Setiap orang percaya akan adanya
kekuatan di luar kemampuan manusia.
Kekuatan tersebut dalam agama disebut
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh sebab itu, manusia disebut sebagai
makhluk spiritual, yaitu makhluk yang
percaya akan adanya kekuatan gaib
(supranatural)

Apa peran agama bagi kehidupan Lansia?

Hampir semua orang yang memasuki usia lanjut atau masa


pensiun mengalami gangguan mental psikologis.
Hal itu terjadi terutama kepada orang yang kurang siap
menghadapi perubahan dalam kehidupannya. Pada kondisi
semacam itu sangat diperlukan bimbingan penguatan dimensi
spiritual.

10
DIMENSI SPIRITUAL

Bagaimana cara memperkuat


keimanan Lansia?

1.
Memperkuat keyakinan akan keberadaan Tuhan
dan sifat-sifat-Nya;

2.
Memperkuat keyakinan bahwa Tuhan yang
menjadikan manusia dan alam semesta, dan
kepada-Nya semua makhluk akan kembali;

3.
Membersihkan akidah (keyakinan) dari kemusyrikan
dan tahayul, membimbing kepada akidah yang lurus
sesuai dengan agama masing-masing.

4.
Memperkuat keyakinan bahwa dalam kehidupan ini
selalu ada persamaan dan perbedaan, termasuk
perbedaan keyakinan dan agama;

Dalam membimbing keimanan Lansia


juga harus dibina nilai-nilai toleransi
beragama yang lebih menitikberatkan kepada:
 kesamaan daripada perbedaan;
 persaudaraan daripada perpecahan;
 melaksanakan ajaran agama masing-
masing dari pada memperdebatkan hal-hal
yang akan merugikan
kebersamaan

11
DIMENISI SPIRITUAL

Peran kader BKL dalam memantapkan mental


spiritual Lansia?
 Membimbing Lansia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan
 Membimbing Lansia berserah diri dan ikhlas pada Tuhan

12
DIMENSI SPIRITUAL

Peran Keluarga dan Masyarakat dalam


pembinaan spiritual Lansia
 Memberikan fasilitas keagamaan yang sederhana, antara
lain; peralatan beribadah, kitab suci, buku-buku bacaan
keagamaan yang ringan, dan buku-buku doa
 Menyediakan waktu atau acara tertentu bagi para Lansia
dalam perayaan hari-hari besar keagamaan yang didampingi
keluarga

13
DIMENSI SPIRITUAL

14
DIMENSI INTELEKTUAL

15
7
DIMENSI INTELEKTUAL

Apa yang dimaksud dengan intelektual?


Intelektual adalah kemampuan seseorang dalam menerima
informasi, memahaminya, menyimpan informasi tersebut serta
kemampuan menggunakan atau mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Apa saja masalah pada Lansia dengan menurunnya


fungsi intelektual?
Secara alamiah proses penuaan akan diikuti oleh penurunan
fungsi intelektual sehingga terjadi berbagai macam masalah
sebagai berikut

16
DIMENSI INTELEKTUAL

1.
Gangguan persepsi
(seperti: mudah sedih, mudah marah,
mudah tersinggung, mengeluh)

2.
Penurunan konsentrasi
(seperti: kesulitan memusatkan perhatian)

3.
Gangguan bahasa dan komunikasi
(seperti: lupa kosa kata)

4.
Penurunan daya ingat
(seperti: lupa peristiwa, nama orang,
meletakkan sesuatu)

17
DIMENSI INTELEKTUAL

Apa jenis-jenis stimulasi otak pada Lansia?

1. Membaca, menulis, mengarang, asah otak/TekaTeki Silang


2. Membuat dan mewarnai gambar
3. Melakukan permainan-permainan (catur, halma, congklak,
ular tangga, mengisi teka-teki silang, menyusun puzzle, dan
lain-lain)
4. Menyanyi, menari, bermain alat musik, drama, dan lain-lain.
5. Meningkatkan hubungan silaturahim, bertemu teman,
mengobrol, rekreasi bersama keluarga.
6. Meningkatkan kualitas spiritual, ikut perkumpulan mengaji,
kegiatan di gereja, dan lain-lain
7. Berkebun, menjahit, menyulam
8. Senam otak (Brain exercise)
9. Bercerita atau mendongeng kepada anak-anak Balita

18
DIMENSI INTELEKTUAL

“TEPUK LANSIA’

1.

Tepuk 3x, Sehat


(kedua tangan dikepal dan diangkat
keatas)

2.

Tepuk 3x, Produktif


(satu tangan kanan dikepal keatas)

3.

Tepuk 3x, Mandiri


(kedua tangan dipinggang sambil bergaya)

4.

Tangguh......YES!!! (3x)
(kedua tangan dikepal dan diayunkan
Ke bawah)

19
STIMULASI OTAK

Bagaimana cara melakukan senam otak

Melakukan gerakan yang harmonis antara anggota tubuh


bagian kanan dan kiri untuk memicu otak kanan maupun otak
kiri agar memperlambat penurunan fungsi intelektual dengan
tujuan mengaktifkan aliran darah yang akan memberikan suplai
oksigen kepada otak, agar otak berfungsi optimal.

20
DIMENSI INTELEKTUAL

GERAKAN SENAM OTAK


UNTUK LANSIA
( Brain Gym )

1. Membuat angka 8 Tidur (lazy 8’s for eyes)


Buat/tulis angka delapan tidur dengan tangan kiri sebanyak
3 kali, lalu buat angka delapan tidur dengan tangan kanan
sebanyak 3 kali, selanjutnya buat angka delapan tidur
sebanyak 3 kali dengan menggunakan kedua tangan.

2. Menekan saklar otak (brain buttons)


Letakkan 2 jari tangan kanan di bagian kanan dan kiri tulang
tengah (sternum) lalu letakkan 2 jari tangan kiri di atas
pusar, lalu tekan dan lakukan pemijatan secara bersamaan
sebanyak 2x10 gerakan (bergantian tangan).

3. Membuat tombol bumi (earth buttons)


Ujung dua jari salah satu tangan menyentuh bawah bibir,
ujung jari lainnya di pusar dengan jari menunjuk ke bawah.
Di sentuh dan digerakkan secara bersamaan selama 2x10
kali hitungan (bergantian tangan).

21
STIMULASI OTAK

4. Memijat tombol imbang (balance buttons)


Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di
belakang telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh
pusar, lakukan secara bersamaan. pemijatan selama kurang
lebih 2x10 kali.

5. Memijat tombol angkasa (Space buttons)


Sentuhkan dua jari ke atas bibir sementara dua jari tangan
satunya lagi menyentuh tulang ekor, lakukan pemijatan
secara bersamaan selama kurang lebih 2x10 gerakan.

6. Menguap berenergi (energy yawn)


Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-
otot di sekitar persendian rahang. Lalu menguaplah dengan
bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut.

7. Gerakan silang (cross crawl)


Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke
depan, samping, atau belakang. agar lebih ceria Anda bisa
menyelaraskan gerakan dengan irama musik.

22
STIMULASI OTAK

LAGU
(“MENANAM JAGUNG”)
SENAM OTAK

Mari kita bersenam otak


Kanan dan kiri harus serasi
Ayo gerakkan, tangan dan kaki
Bersenam otak sangat manfaat
Ayo ayo ayo semangat
Bersenam otak sangat manfaat
Ayo ayo ayo semangat
Bersenam otak sangat manfaat

23
DIMENSI INTELEKTUAL

Manfaat bercerita/mendongeng bagi Lansia

Membina hubungan emosional dengan anak-anak. Anak dan


Lansia sama-sama senang, ada hubungan timbal balik.
 Memelihara kemampuan berbahasa dan fungsi pendengaran.
 Memberdayakan Lansia dalam kegiatan pembelajaran
bahasa pada anak.
 Melatih kesabaran Lansia.

Mendongeng mempunyai peran yang sangat


penting dalam membentuk karakter dan kepribadian
anak-anak. Pesan moral yang disampaikan melalu
dongeng akan mudah diterima dan ditiru oleh anak tanpa
merasa digurui. Nilai-nilai kebaikan seperti kesabaran,
ketabahan, kerjasama, dan semangat untuk maju yang
disampaikan lewat dongeng akan mudah direspon oleh
syaraf, diproses dan disampaikan dalam amigdala (pusat
penyimpanan memori) yang akan muncul kembali
membentuk kepribadiannya di masa remaja.

24
DIMENSI FISIK

25
7
DIMENSI FISIK

Bagaimana kondisi fisik Lansia?


Lansia mengalami serangkaian perubahan fisik, mental dan
sosial yang berlangsung secara alamiah dengan meningkatnya
usia

1. Perubahan fisik

Ditandai dengan penurunan aktivitas fisik, mudah lelah,


pendengaran yang berkurang, penglihatan menurun, rambut
memutih dan kulit menjadi kering serta berkeriput. Gigi-
geligi mulai tanggal dan gusi sakit serta meradang.
Kemampuan berjalan melambat dan keseimbangan badan
terganggu, gairah seksual yang menurun, dan obesitas.

2. Perubahan mental

Ditandai dengan menyendiri, sulit tidur, kesedihan akibat


ditinggal oleh pasangan hidup atau orang terdekat dalam
keluarga maupun teman, mudah tersinggung terhadap sikap
orang di sekitarnya, depresi, demensia (pikun).

26
DIMENSI FISIK

3. Perubahan sosial

Perubahan sosial yang terjadi ditandai dengan


kecenderungan hanya ingin menyendiri dan tidak
mempunyai gairah hidup untuk berkumpul dengan sebaya,
mantan teman sekerja atau pun keluarga besar saudara,
anak atau cucu.

27
DIMENSI FISIK

Perubahan kesehatan reproduksi

Pada Lansia dapat terjadi


perubahan fungsi seksual baik
pada perempuan maupun laki-
laki yang disebut dengan
menopause dan andropause

28
DIMENSI FISIK

Penyakit pada Lansia

1. Hipertensi
Hipertensi terjadi jika seseorang mempunyai tekanan darah
melebihi 140/90 mmHg

Penanganan hipertensi dapat optimal


Jika diimbangi dengan penerapan
gaya hidup sehat yang dilakukan
sehari-hari, yaitu:
1. batasi konsumsi garam 1 sendok teh/hari
2. banyak makan sayur dan buah-buahan
3. melakukan aktivitas fisik 30 menit
per hari guna menurunkan
tekanan darah

29
DIMENSI FISIK

2. Stroke

Apa saja gejala awal seseorang menderita stroke?

 sering sakit kepala, migren


 leher belakang sering pegal
 mudah lupa dan marah
 sering kesemutan
 pundak pegal

Jika terlihat gejala atau


tanda tanda di atas, segera
melakukan pencegahan
dan pengobatan stroke secepat
mungkin kemudian bawa
ke rumah sakit

Apa saja tanda-tanda serangan stroke?

 bibir mencong
 mata sipit sebelah
 kaki dan tangan mengalami kelumpuhan (tidak
bertenaga)
 seringnya mengalami kesemutan
 mengalami gangguan berbicara (pelo, susah
mengeluarkan kata-kata, berbicara tapi susunan
kalimatnya kacau).

30
DIMENSI FISIK

Jika Lansia atau salah satu anggota


keluarga Lansia mengalami gejala
awal dan tanda- tanda stroke seperti
di atas harus segera melakukan
pencegahan dan pengobatan stroke
secepat mungkin Jangan pernah
menunggu sampai kondisi sudah
sangat terlambat untuk ditolong

31
DIMENSI FISIK

Bagaimana memelihara kesehatan Lansia?

Kesehatan lansia dapat dipelihara melalui hal-hal


berikut.

1. Aktivitas fisik
Jalan kaki, berlari santai, naik sepeda, dan berenang, latihan
otot dengan bola karet, latihan otot kaki dengan menarik
karet berbentuk lingkaran.

2. Makanan Sehat
 Makanan yang sehat dan seimbang.
 Makan sering dalam porsi yang sedikit.
 Banyak makan sayuran hijau dan buah aneka warna.
 Protein nabati berupa kacang-kacangan, tempe dan tahu.
 Meminum air putih sebanyak 8-12 gelas ukuran sedang
sehari atau teh hijau 2-3 cangkir sehari.

32
DIMENSI FISIK

3. Cukup tidur
4. Latihan pernafasan
5. Menghindari kebiasaan minum alkohol
6. Tidak merokok
7. Pemeriksaan kesehatan rutin
8. Perawatan kesehatan Lansia

33
DIMENSI FISIK

9. Penggunaan alat bantu sederhana: kacamata, alat bantu


dengar, tongkat, gigi palsu, kursi roda

34
DIMENSI EMOSIONAL

35
DIMENSI EMOSIONAL

Sifat-sifat yang mencerminkan


Kecerdasan Emosi yang tinggi
antara lain adalah: sifat sabar, hangat,
santun, ramah, antusias, mudah
berteman, pendengar yang baik,
tidak mudah terpancing, cermat dalam
mengambil keputusan, optimis, tidak
mudah stres/cemas, dan tidak
mudah sedih.

36
DIMENSI EMOSIONAL

Terdapat 5 tipe kepribadian pada Lansia, yaitu:

1. Kepribadian konstruktif
Tipe Lansia yang realistis (menerima kenyataan, percaya
diri, sabar, bersyukur, dan tenang).

2. Kepribadian mandiri
Tipe Lansia yang masih terpengaruh oleh kekuatan dan
kejayaan masa lalu, cenderung mengalami tekanan bila
masa tua tidak terisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan kekuasaan pada dirinya (post power
syndrom), dan ingin menonjolkan diri.

3. Kepribadian tergantung
Tipe Lansia yang kurang percaya diri, pasif, mudah ragu,
rentan, merasa cemas bila ditinggal oleh pasangan atau
anggota keluarga lain, sangat bergantung pada orang lain
dalam mengambil keputusan, dan cenderung menarik diri.

4. Kepribadian bermusuhan
Tipe Lansia yang sering menyalahkan orang lain, tidak
menerima bila disalahkan, agresif, sering merasa tidak
puas, kurang bersyukur, sok tahu, suka mengatur, dan
mudah tersinggung.

5. Kepribadian kritik diri


Tipe Lansia yang pesimis, tidak bersemangat, sulit
menerima bantuan orang lain, merasa tidak ada gunanya,
merasa menyusahkan orang lain, merasa tidak disayang,
merasa diri tidak pantas, dan mudah sedih.

37
DIMENSI EMOSIONAL

Masalah psikologis pada lansia

1. Kecemasan dan ketakutan


 Mudah tersinggung
 Rasa kesepian
 Hilangnya rasa percaya diri
 Bermimpi masa lampau
 Egois

2. Kekerasan pada lansia


 kekerasan lingkungan:
 kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Baik berupa fisik, pengabaian fisik, kekerasan psikologis

38
DIMENSI EMOSIONAL

Bagaimana cara berkomunikasi efektif dengan


Lansia?

 Menunjukkan antusiasme
 Memberikan senyuman yang tulus
 Melakukan kontak mata
 Menjadi pendengar yang baik
 Menggunakan panggilan sopan yang menyenangkan
 Menggunakan bahasa yang sederhana, pengucapan yang
jelas, dan intonasi yang ramah
 Memberikan pujian terhadap kelebihan Lansia
 Menanyakan minat mereka
 Beradaptasi dengan bahasa tubuh dan perasaan Lansia
 Membina kedekatan emosional

39
DIMENSI EMOSIONAL

Cara pemberdayaan Lansia


1. Lansia mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dengan
keadaan, baik ekonomi, keluarga dan lingkungan

2. Masyarakat mengikutsertakan dalam kegiatan di


lingkungannya dengan memperhatikan kondisi dan menjaga
tali silaturahmi

40
DIMENSI EMOSIONAL

3. Keluarga menyediakan waktu, memberi perhatian,


menciptakan suasana yang menyenangkan, memfasilitasi
kegiatan sesuai dengan keinginannya

41
DIMENSI EMOSIONAL

42
DIMENSI
SOSIAL KEMASYARAKATAN

43
DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

1. Upaya membangun keluarga yang


mampu memberikan pendampingan,
penghiburan, perawatan, pelayanan,
pemberdayaan, dan kemandirian
bagi Lansia di dalam keluarga dan
masyarakat

2. Lansia memiliki kemampuan untuk


merawat dirinya sendiri, tetap sehat
dan dapat melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara wajar

44
DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

Bagaimana cara membangun kepedulian dengan


sesama?

 Memberikan santunan
 Melakukan silaturahim
 Mengunjungi Lansia yang sakit
 Melayat Lansia yang meninggal

45
DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

Bagaimana perlindungan bagi Lansia?


Perlindungan bagi Lansia harus dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat
1. Menghormati Lansia
2. Memperhatikan kebutuhan dasar Lansia
3. Memberikan pelayanan sosial di dalam Keluarga
4. Memberikan bantuan/santunan bagi Lansia yang kurang
mampu

5. Membantu melakukan pendekatan dan perlindungan hukum


kepada yang berwenang
6. Memberikan bantuan pemberdayaan dan usaha ekonomi
produktif bagi Lansia

46
DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dapat


diikuti Lansia?

 Kegiatan spiritual di bidang keagamaan


 Ikut serta dalam kegiatan peringatan Hari Besar Nasional
 Kegiatan gotong royong dan bhakti sosial
 Kegiatan ekonomi produktif bagi Lansia
 Kegiatan penyaluran hobi dan bakat
 Menjadi juru tamu atau mentor

47
DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

Cara melakukan interaksi sosial dengan Lansia


1. Lansia diajak berdialog untuk mengungkapkan keinginannya
2. Lebih banyak mendengarkan, jauhkan kesan mengajari.
3. Menanggapi dengan positif ketika lansia bertanya berulang-
ulang
4. Hindari interaksi pada waktu istirahat/tidur/lelah

Interaksi sosial yang kondusif akan


menjadikan Lansia nyaman,
tenteram dan merasa
diperhatikan.

48
DIMENSI
PROFESIONAL VOKASIONAL

49
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Siapa yang disebut Lansia potensial?


Lansia Potensial adalah warga lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan atau jasa.

50
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Lansia dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok

1. Kelompok mapan dan berkualitas, baik secara fisik maupun


ekonomi.
2. Kelompok purnabakti, yaitu para pensiunan dari PNS, TNI,
Polri, BUMN yang jumlahnya lebih dari 10 juta.
3. Kelompok Lansia miskin dan rentan

51
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Pengertian profesional vokasional


 Ahli dalam bidangnya dan mengandalkan keahliannya
tersebut sebagai mata pencahariannya.
 Menguasai ilmu pengetahuan, menjunjung tinggi etika dan
integritas (tanggung jawab dan kejujuran) profesi.
 Seseorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu.

Cara mengembangkan kemampuan profesional


vokasional pada Lansia
Lansia memiliki banyak kelebihan, baik dari sisi kemampuan
maupun kesempatan yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas diri dan hidupnya.

52
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Apakah ciri-ciri seorang yang profesional?

 Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang


mendekati paling sempurna.

 Keinginan untuk meningkatkan profesi.

 Keinginan untuk mengembangkan kualitas pengetahuan dan


keterampilan.

 Memiliki komitmen terhadap profesi yang ditunjukkan


dengan kebanggaan diri sebagai tenaga profesional, dan
berusaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan
profesional.

Peluang yang dapat diperoleh Lansia untuk


mengembangkan kemampuannya dalam dimensi
profesional vokasional
 Bila Lansia sebagai seorang dokter, ia dapat melakukan
promosi kesehatan bagi masyarakat miskin.

 Bila Lansia sebagai seorang ahli gizi, ia dapat melakukan


konseling gizi dan pendampingan kepada para Lansia lain
untuk berperilaku hidup sehat.

 Bila Lansia sebagai seorang pengacara, ia dapat


memberikan penyuluhan tentang hak-hak hukum bagi
masyarakat.

53
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

 Bila Lansia sebagai seorang insinyur, ia yang membantu


masyarakat untuk membangun jembatan atau jalan di desa
atau bangunan lainnya.
Lansia (terutama perempuan) berpeluang untuk melakukan
pengasuhan kepada anggota keluarga atau anak-cucu yang
membutuhkan nasihat/teladan, dan memerlukan
pendampingan dalam melakukan kegiatan pribadi sehari-
hari.

 Lansia yang sudah lama pensiun juga dapat mempunyai


pekerjaan sampingan sebagai mentor bagi rekan-rekan yang
masih aktif. Ia dapat memberikan kearifan, pengetahuan, dan
pengalaman di bidang masing-masing.

 Lansia dapat menjadi guru bagi anak-anak yang berasal dari


keluarga miskin, atau yang kedua orangtuanya sibuk bekerja.

 Lansia menjadi relawan sosial untuk masalah pengentasan


kemiskinan, sebagai kader kemasyarakatan, pendamping di
Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) dan
sebagainya.

54
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Berbagai peluang dalam


Pengembangan industri dan usaha
ekonomi produktif dapat dilakukan Lansia
melalui berbagai bidang

Bidang apa saja yang dapat dikembangkan oleh


Lansia sebagai usaha ekonomi produktif?
 Bidang ekonomi kreatif, misalnya batik dan berbagai bentuk
kesenian lain.
 Bidang konsumsi barang, misalnya mebel (meja,kursi, lemari)
 Bidang kesehatan dan pengobatan tradisional, misalnya jamu
dan pijat.
 Bidang wisata dan kuliner.
 Bidang industri rumah tangga.
 Bidang bisnis sosial pengasuhan anak dan atau Lansia
rentan.

55
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Pertimbangan apa saja yang harus diperhatikan


oleh Lansia dalam menetapkan jenis usaha?

 Sesuaikan dengan minat dan kemampuan anggota kelompok


BKL
 Ada yang bisa mengerjakan atau ada pensiunan (tenaga)
trampil

 Ada bahan baku yang mudah didapat dan tersedia di


lingkungan sekitar
 Peralatan untuk mengerjakan mudah didapat
 Ada yang membina
 Ada kesiapan dana kegiatan usaha
 Hasil usaha dibutuhkan banyak orang atau sesuai dengan
permintaan pasar
 Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak sulit
 Memberikan keuntungan dengan cepat
 Hindari kegagalan
 Penjualan dibayar tunai

56
DIMENSI LINGKUNGAN

57
DIMENSI LINGKUNGAN

Lanjut usia bukan suatu penyakit, tetapi


merupakan tahap lanjutan dari kehidupan
manusia yang bersifat alamiah

Diperlukan upaya perlindungan dan pemenuhan


kebutuhan dasar Lansia, baik oleh keluarga, masyarakat,
maupun lembaga sosial, dan Pemerintah

Perhatian dan perlakuan khusus harus didasarkan pada


masalah yang dimiliki Lansia, sehingga akan mengurangi
ketergantungan kepada orang lain dan menjadi
Lansia Tangguh

Perlu pemahaman mengenai kondisi lingkungan


kondusif dan berada di sekitar Lansia

58
DIMENSI LINGKUNGAN

Pengertian Lingkungan
Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No.
23 Thun 2007 adalh kesatuan ruang dengan semua benda atau
kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan
segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia maupun makhluk hidup lainnya yang ada
disekitarnya.

59
DIMENSI LINGKUNGAN

Bagaimana pengelompokan lingkungan untuk


mewujudkan kota/desa ramah Lansia?

1. Lingkungan fisik, meliputi: lingkungan beraktivitas,


lingkungan bersih dan sehat, lingkungan alam sekitar yang
aman dan nyaman.
2. Lingkungan bukan fisik, meliputi: lingkungan mental spiritual
dan lingkungan sosial budaya.

60
DIMENSI LINGKUNGAN

Keseimbangan kualitas
lingkungan alam sekitar
dengan kualitas hidup Lansia
dapat diwujudkan.
Banyak hal dapat dilakukan oleh
Lansia dengan mudah, murah, cepat
dan aman melalui pengelolaan 3R
(Reuse = menggunakan kembali,
Reduce = mengurangi pemakaian,
Recycle = daur ulang).

Keikutsertaan Lansia dalam


kegiatan 3R sangat dimungkinkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini dapat dimulai dari kegiatan
yang paling mudah yaitu: mematikan
listrik apabila tidak diperlukan,
menghemat air dengan tidak
membuka kran terlalu besar dan
mengumpulkan daun sebagai bahan
pupuk untuk tanaman.

61
DIMENSI LINGKUNGAN

Kegiatan-kegiatan dalam
lingkungan fisik, apabila dilaksanakan
merupakan penerapan lingkungan fisik
yang kondusif dan memenuhi 4 kriteria
pembangunan kota/desa yang ramah
Lansia, yaitu mencakup:
 ruang dan bangunan terbuka
 perumahan
 dukungan masyarakat dan pelayanan
kesehatan
 transportasi

62
DIMENSI LINGKUNGAN

63
DIMENSI LINGKUNGAN

Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan


bukan fisik, apabila dilaksanakan
merupakan penerapan lingkungan bukan
fisik yang kondusif dan memenuhi
4 kriteria pembangunan kota/desa yang
ramah Lansia, yaitu mencakup:
 partisipasi Lansia dalam kegiatan sosial
 menghargai keberadaan Lansia di
lingkungan sosial
 keikutsertaan masyarakat dalam
kegiatan Lansia
 komunikasi dan informasi

64
MEKANISME
KELOMPOK KERJA BKL

65
MEKANISME KELOMPOK KERJA BKL

Bina Keluarga Lansia (BKL)


adalah Kelompok Kegiatan (Poktan)
keluarga yang mempunyai Lansia
yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan
keluarga yang memiliki Lansia dan
para Lansia untuk meningkatkan
kualitas hidup Lansia dalam rangka
mewujudkan Lansia Tangguh.

Kelompok BKL dapat memberikan


kontribusi terhadap terwujudnya
Lansia tangguh dan berjalan secara
berlanjut apabila memiliki mekanisme
kerja yang dipahami dan disepakati
oleh anggota kelompok.

66
MEKANISME KELOMPOK KERJA BKL

Tatacara kerja yang harus dilakukan oleh kader


BKL
1. Pembentukan kelompok BKL

2. Pokok-pokok kegiatan kelompok BKL


 Kegiatan utama
– Melakukan penyuluhan
– Temu keluarga
– Kunjungan rumah
– Rujukan
– Pencatatan dan pelaporan
– Monitoring dan evaluasi (Monev)

67
MEKANISME KELOMPOK KERJA BKL

 Kegiatan pengembangan

– Bina kesehatan fisik antara lain olah raga, senam,


penyediaan makanan tambahan;
– bina sosial dan lingkungan antara lain rekreasi,
bina lingkungan;
– bina rohani/spiritual melalui kegiatan keagamaan,
sosial kemasyarakatan; bina peningkatan
pendapatan usaha ekonomi produktif melalui
UPPKS, UKM, Koperasi, dan lain-lain.

68
MEKANISME KELOMPOK KERJA BKL

Tatalaksana kegiatan penyuluhan


1. Pembukaan
Merupakan kegiatan wajib yang meliputi:
 senam bersama/olah raga (30 menit)
 pemeriksaan kesehatan
 curahan hati (curhat) membahas permasalahan Lansia
khususnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penerapan dimensi Lansia Tangguh yang telah
dijelaskan pada pekerjaan rumah (PR)
 bagi Lansia yang bermasalah dengan penyakit diberi
rujukan ke Puskesmas atau rumah sakit
 mengingatkan keluarga yang mempunyai Lansia dalam
kesertaan ber-KB

69
MEKANISME KELOMPOK KERJA BKL

2. Kegiatan Inti
Merupakan kegiatan yang meliputi:
 penjelasan materi (penyuluhan) oleh kader sesuai
dengan topik materi pada pertemuan tersebut(misal:
pada pertemuan IV, kader menyampaikan materi
“Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh Dimensi
Intelektual”. Untuk materi yang berkaitan dengan
dimensi fisik, kader menyampaikannya pada pertemuan
V, VI dan VII);
 praktik/demonstrasi; sebagai contoh:
– untuk pertemuan IV tentang dimensi intelektual
kader mempraktikkan tentang cara melakukan senam
otak;
– untuk pertemuan V, VI, dan VII kader mempraktikkan
penggunaan media Beberan Tangga Lansia Sehat
dan Produktif
 penugasan: kader menugaskan anggota BKL melakukan
pengamatan di keluarga masing-masing tentang
penerapan materi yang baru disampaikan dan
merupakan pekerjaan rumah (PR) untuk dibahas pada
pertemuan berikutnya

3. Penutup
 kesimpulan;
 mengingatkan pertemuan yang akan datang;
 pembacaan doa.

70
PENCATATAN
DAN PELAPORAN BKL

71
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

1. Kartu Pendaftaran Kelompok Kegiatan Pembinaan


Ketahanan Keluarga Bina Keluarga Lansia (K/0/BKL/15)

72
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

73
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tatacara Pengisian K/0/BKL/15


KODE Register , diisi dengan angka-angka yang menunjukkan nomor kode registrasi
Kelompok Kegiatan oleh SKPD-KB Kab/Kota. Kode Register terdiri dari SEMBILAN
ANGKA
- Kotak 1 dan 2, adalah nomor urut kode provinsi (Kode Kemendagri)
- Kotak 3 dan 4, adalah nomor urut kode kabupaten/kota (Kode Kemendagri)
- Kotak 5 dan 6 , adalah nomor urut kode kecamatan (Kode Kemendagri)
- Kotak 7 sudah terisi kode Poktan BKL yaitu angka 3
- Kotak 8 dan 9, adalah nomor urut kode register Kelompok Kegiatan BKL di kecamatan
yang bersangkutan

I. IDENTITAS
NAMA KELOMPOK, diisi dengan nama Kelompok Kegiatan BKL yang
1.
bersangkutan
2. ALAMAT, diisi dengan huruf-huruf dan angka-angka yang menunjukkan alamat
lengkap di mana kelompok kegiatan BKL tersebut berdomisili, terdiri dari :
JALAN, diisi dengan nama jalan, TIGA ANGKA kode RT, dan TIGA ANGKA
a.
kode RW.
DESA/KELURAHAN, diisi dengan nama desa/keluarahan dan EMPAT
b.
ANGKA kode desa/kelurahan (kode Kemendagri).
KECAMATAN, diisi dengan nama kecamatan dan DUA ANGKA kode
c.
kecamatan (kode Kemendagri).
KABUPATEN/KOTA, diisi dengan nama kabupaten/kota dan DUA ANGKA
d.
kode kabupaten/kota (kode Kemendagri).
PROVINSI,diisi dengan nama provinsi dan DUA ANGKA kode provinsi (kode
e.
Kemendagri).
3. PEMBINA
a. - NAMA, diisi dengan nama pembina kelompok BKL bersangkutan
- KODE REGISTER PEMBINA, diisi angka-angka yang menunjukkan
kode register pembina kelompok yang bersangkutan pada kotak yang
tersedia
JABATAN, diisi dengan tanda centang (√) sesuai dengan jabatan pembina
b.
kelompok

II. INFORMASI KELOMPOK


1. SK PENGUKUHAN, diisi tanda centang (√) pada kolom Ada jika kelompok BKL
tersebut memiliki SK Pengukuhan kelompok, dan diisi tanda centang centang (√)
pada kolom Tidak jika tidak memiliki SK Pengukuhan Kelompok
Jika kelompok BKL yang bersangkutan memiliki SK Pengukuhan maka diisi :
- nomor dan tanggal SK tersebut dikeluarkan
- dikeluarkan oleh, diisi tanda centang (√) pada kotak yang tersedia sesuai
dengan jabatan Pejabat yang mengeluarkan SK Pengukuhan Kelompok BKL
tersebut pada baris yang tersedia sesuai dengan nomor SK, tanggal
dikeluarkan dan pejabat yang mengeluarkan SK Pengukuhan Kelompok BKL
yang bersangkutan

74
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

2. SUMBER DANA KEGIATAN KELOMPOK, diisi tanda centang (√) pada kolom
yang tersedia sesuai dengan sumber dana kegiatan kelompok BKB yang
bersangkutan yang terdiri dari: 1. APBN, 2.APBD, 3. Alokasi Dana desa (ADD),
4. Swadaya dan 5. Mitra
KETERPADUAN KELOMPOK, diisi dengan tanda centang (√) pada kolom
3. yang tersedia sesuai keterpaduan kelompok kegiatan BKL dengan kelompok
kegiatan lain Yaitu: Ekonomi Produktif, Posyandu Lansia dan lainnya

III
PENGURUS KELOMPOK
.
1. JABATAN, sudah terisi dengan nama jabatan pengurus dan kader kelompok
umur yang ada pada kelompok kegiatan BKL
2.
KODE KELUARGA INDONESIA (KKI), 2. Kode Keluarga Indonesia (KKI), diisi
dengan 15 digit angka pada kotak yang tersedia sesuai dengan kode keluarga
Indonesa sesuai dengan jabatan pada kelompok BKL yang bersangkutan

3. NAMA, diisi dengan nama pada kotak yang tersedia sesuai dengan jabatan
pada kelompok BKL yang bersangkutan
4. Pelatihan BKL, diisi dengan tanda centang (√) pada kolom SUDAH jika yang
bersangkutan pernah mendapat pelatihan BKL, dan diisi dengan tanda centang
(√) pada kolom BELUM jika yang bersangkutan belum pernah mendapat
pelatihan BKL

IV
KETERSEDIAAN SARANA BKL
.
SARANA BKL, sudah terisi dengan sarana-sarana kelompok kegiatan BKL

KETERSEDIAAN, diisi dengan tanda centang (√) pada kolom Ada jika sarana BKL
sesuai pada kolom sarana BKL dimiliki oleh kelompok BKL yang bersangkutan dan
diisi dengan tanda centang (√) pada kolom Tidak jika sarana BKL sesuai pada kolom
sarana BKL tidak dimiki oleh kelompok BKL yang bersangkutan

V. INFORMASI ANGGOTA KELOMPOK


1. NIK, diisi dengan 15 digit angka pada kotak yang tersedia sesuai dengan kode
keluarga Indonesa anggota kelompok BKL yang bersangkutan
2. NAMA, diisi dengan nama lengkap anggota kelompok BKL yang bersangkutan
beserta gelarnya.

75
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

2. Register Keluarga yang Mempunyai Lansia


(R/I/BKL/15)

76
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tatacara Pengisian R/I/BKL/15


I. IDENTITAS
1. NAMA Kelompok BKL, diisi dengan nama Kelompok BKL
2. KODE Register Kelompok BKL, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan
nomor kode registrasi kelompok BKL yang terdiri dari kode provinsi, kode
kabupaten/kota, kode kecamatan, Kode Poktan dan nomor registrasi kelompok

3. BULAN LAPOR, diisi dengan nama bulan dan tahun R/1/BKL tersebut dibuat.

II
. KEGIATAN PERTEMUAN PENYULUHAN
1. PENYAJI/NARASUMBER, diisi dengan Narasumber/penyaji yang
menyampaikan materi dalam pertemuan penyuluhan kelompok BKL yang
bersangkutan

2. MATERI PENYULUHAN, diisi dengan tanda centang (√) pada materi yang
disampaikan dalam kegiatan pertemuan/penyuluhan kelompok BKL pada bulan
bersangkutan

3. DISKUSI, diisi dengan tanda centang (√) pada kolom Ada jika dalam
pertemuan/penyuluhan kelompok BKL yang bersangkutan ada diskusi atau tanya
jawab dan diisi dengan tanda centang (√) pada kolom Tidak Ada jika dalam
pertemuan/penyuluhan kelompok BKL yang bersangkutan tidak ada diskusi atau
tanya jawab

4. KELUARGA ANGGOTA KELOMPOK YANG HADIR DALAM PETEMUAN


- NO, diisi dengan angka yang menunjukkan nomor urut.
- Nama, diisi nama-nama Anggota Kelompok BKL yang hadir dalam
pertemuan/penyuluhan kelompok BKL yang bersangkutan

- Kode Keluarga Indonesia (KKI), diisi 15 digit angka yang menunjukkan


Kode keluarga Indonesia Anggota Kelompok BKL yang hadir dalam
pertemuan/penyuluhan kelompok BKL yang bersangkutan

Tanda Tangan, diisi dengan Tanda tangan Anggota Kelompok BKL yang
hadir dalam pertemuan/penyuluhan kelompok BKL yang bersangkutan
-

77
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

3. Daftar Anggota BKL


FORMAT LEMBAR PENCATATAN

78
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tata Cara Pengisian Daftar Anggota BKL

1. NO, diisi dengan nomor urut.


2. NAMA, diisi dengan nama lengkap anggota kelompok BKL yang
bersangkutan beserta gelarnya.
3. TEMPAT/TANGGAL LAHIR, diisi dengan tempat dan tanggal anggota
kelompok BKL yang bersangkutan.
4. PENDIDIKAN, diisi dengan pendidikan terakhir anggota kelompok BKL
yang bersangkutan.
5. PEKERJAAN, diisi dengan pekerjaan harian anggota kelompok BKL
yang bersangkutan.
6. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap beserta nomor telepon anggota
kelompok BKL yang bersangkutan.
7. JUMLAH ANAK, diisi dengan jumlah anak anggota kelompok BKL yang
bersangkutan.
8. STATUS PUS (Pasangan Usia Subur), diisi dengan uraian PUS atau Non-
PUS anggota kelompok BKL yang bersangkutan.
9. JENIS ALKON, diisi dengan uraian alat kontrasepsi yang digunakan
oleh anggota kelompok BKL yang berstatus PUS. Bagi anggota yang
berstatus Non-PUS diisi dengan tanda minus (-)
10. JUMLAH LANSIA, diisi dengan jumlah Lansia yang berada didalam
keluarga dan ditangani oleh anggota kelompok BKL yang
bersangkutan.
11. NAMA LANSIA, diisi dengan nama Lansia yang berada didalam
keluarga dan ditangani anggota kelompok BKL yang bersangkutan.
12. USIA LANSIA, diisi dengan usia Lansia yang berada didalam keluarga
dan ditangani anggota kelompok BKL yang bersangkutan.

79
80
DAFTAR HADIR ANGGOTA BKL

KEHADIRAN DALAM PERTEMUAN


NO. NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

4. Daftar hadir anggota BKL

……...…. , ……………………. 2016

Tanda tangan

Nama Ketua BKL


PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tata Cara Pengisian Daftar Hadir Anggota BKL

1. NO, diisi dengan nomor urut.


2. NAMA, diisi dengan nama lengkap anggota kelompok BKL
yang bersangkutan beserta gelarnya.
3. KEHADIRAN DALAM PERTEMUAN, diisi dengan paraf
atau tanda centang (v) anggota kelompok BKL yang
bersangkutan pada setiap pertemuan. Kolom 1 adalah
pertemuan ke-1, Kolom 2 adalah pertemuan ke-2, dan
seterusnya.

81
82
RENCANA KEGIATAN

BKL :
ALAMAT :
TAHUN :

PENANGGUNG
NO AGENDA WAKTU TEMPAT URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
JAWAB
5. Rencana Kegiatan
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

……...…. , ……………………. 2016

Tanda tangan

Nama Ketua BKL


PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tata Cara Pengisian Rencana Kegiatan

1. BKL, diisi dengan nama kelompok BKL.


2. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap kelompok BKL.
3. TAHUN, diisi dengan tahun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4. NO, diisi dengan nomor urut.
5. AGENDA, diisi dengan inti atau tema kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok BKL.
6. WAKTU, diisi dengan tanggal kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok BKL.
7. TEMPAT, diisi dengan tempat kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok BKL.
8. URAIAN KEGIATAN, diisi dengan uraian singkat kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh kelompok BKL.
9. PENANGGUNG JAWAB, diisi dengan orang yang
bertanggung jawab pada kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh kelompok BKL.
10. KETERANGAN, diisi dengan uraian informasi terkait
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok
BKL.

83
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

6. Notulen Pertemuan

84
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tata Cara Pengisian Notulen Pertemuan

1. PERTEMUAN KE, diisi dengan nomor pertemuan yang


dilaksanakan oleh kelompok BKL.
2. HARI/TANGGAL, diisi dengan hari dan tanggal pertemuan
yang dilaksanakan oleh kelompok BKL.
3. MATERI, diisi dengan tema atau materi penyuluhan pada
pertemuan yang dilaksanakan di kelompok BKL.
4. WAKTU, diisi dengan jam kegiatan pertemuan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok BKL.
5. PENYULUH, diisi dengan nama penyuluh pertemuan yang
dilaksanakan di kelompok BKL.
6. KEGIATAN, diisi dengan tahapan penyuluhan.
7. DESKRIPSI, diisi dengan uraian kegiatan pada tahapan
penyuluhan yang dilaksanakan di kelompok BKL.
8. RINGKASAN MATERI, diisi dengan ringkasan materi
penyuluhan yang dilaksanakan di kelompok BKL.
9. PEKERJAAN RUMAH, diisi dengan penugasan bagi
anggota BKL sesuai dengan materi penyuluhan yang
dilaksanakan di kelompok BKL.
10. MEDIA, diisi dengan alat bantu atau media partisipatif
penyuluhan yang dilaksanakan di kelompok BKL.
11. TOTAL WAKTU, diisi dengan total waktu pertemuan yang
dibutuhkan pada saat pertemuan di kelompok BKL.
12. KETERANGAN, diisi dengan uraian informasi terkait
dengan kegiatan pertemuan yang dilaksanakan oleh
kelompok BKL.

85
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

7. Buku Tamu

86
PENCATATAN DAN PELAPORAN BKL

Tata Cara Pengisian Buku Tamu

1. BKL, diisi dengan nama kelompok BKL.


2. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap kelompok BKL.
3. TAHUN, diisi dengan tahun berjalan.
4. NO, diisi dengan nomor urut.
5. TANGGAL, diisi dengan tanggal pada saat tamu berkunjung
ke kelompok BKL.
6. NAMA, diisi dengan nama lengkap tamu yang berkunjung
ke kelompok BKL.
7. JABATAN/INSTANSI/ORGANISASI, diisi dengan identitas
jabatan atau instansi/organisasi tamu yang berkunjung ke
kelompok BKL.
8. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap tamu yang
berkunjung ke kelompok BKL.
9. NO TELP/HP, diisi dengan nomor telepon atau telepon
genggam tamu yang berkunjung ke kelompok BKL.
10. MAKSUD DAN TUJUAN, diisi dengan maksud dan tujuan
kunjungan ke kelompok BKL.
11. KETERANGAN, diisi dengan uraian informasi terkait
dengan kegiatan kunjungan yang dilaksanakan di kelompok
BKL.

87

Anda mungkin juga menyukai