Anda di halaman 1dari 5

Kelompok III (Diakonia)

Astrid Sibuea (06)

Elisa Natalia Rumabutar (11)

Grace Natalie (14)

Henrian Bos P. P. Nainggolan (17)

Jocelin Nababan (21)

DIAKONIA
1. Pengantar

Pelayanan merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Pelayanan dapat kita lakukan
dimana saja, termasuk di Gereja. Yesus Kristus adalah teladan kita dalam hidup melayani.
Yesus melayani kedua belas murid-Nya pada perjamuan terakhir dengan membasuh kaki para
murid-Nya. Melalui Yesus, kita dipanggil untuk merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi
seluruh umat manusia. Bagaimanakah pelayanan yang dikehendaki Yesus?

2. Pengertian

Kata diakonia berasal dari istilah Yunani yakni “diakonein” yang berarti “pelayanan” atau
“melayani”. Diakonia secara etimologi dalam bahasa Yunani διακονεο (diakoneo) berarti
melayani sebagai pelayan dapur, yang menantikan perintah di sekitar meja makan.

Diakonia adalah tugas Gereja untuk melayani. Diakonia adalah segala bentuk pelayanan
kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan atau pelayanan. Umat beriman saling
melayani dan memperhatikan kebutuhan sesamanya, baik yang seiman maupun setiap orang
yang membutuhkan.

3. Dasar Biblis

Dasar pelaksanaan diakonia Gereja beranjak dari perkataan Yesus pada Markus 10:45, yakni
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Selain itu, pada Yohanes 12:26 Yesus mengatakan, ”Barangsiapa melayani Aku, ia harus
mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

Dalam Efesus 6:7 dituliskan, “Dan dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-
orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.”

Melalui nats-nats alkitab ini, kita dipanggil untuk melayani secara tulus hati karena pelayanan
kita lakukan adalah bentuk kasih Allah di dunia ini. Kita diutus untuk melayani bagi dunia,
bagi seluruh ciptaan Tuhan di dunia ini.

4. Jenis-Jenis Diakonia

a. Diakonia Karitatif.
Diakonia karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan yang
bersifat kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi perbuatan karitatif
pada dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang bersifat naluriah semata-mata.
Pelayanan gereja terutama pada tindakan-tindakan karitatif atau amal berdasar pada
Mat. 25:31-36. Model ini merupakan model yang dilakukan secara langsung,
misalnya orang lapar diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan
dipraktikkan oleh instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat
langsung yang segera dapat dilihat.
b. Diakonia Reformatif atau Pembangunan.
Model diakonia ini lebih menekankan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan
adalah Community Development seperti pembangunan pusat kesehatan, penyuluhan,
bimas, usaha bersama simpan pinjam, dan lain-lain. Pada jenis ini, diakonia tidak lagi
sekedar memberikan bantuan pangan dan pakaian, tetapi mulai memberikan perhatian
pada penyelenggaraan kursus keterampilan, pemberian atau pinjaman modal pada
kelompok masyarakat.
c. Diakonia Transformatif. atau Pembebasan
Dalam perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani umat
manusia secara multi-dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multi-sektoral
(ekonomi, politik, kultural, hukum dan agama). Diakonia ini adalah pelayanan
mencelikkan mata yang buta dan memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan
sendiri. Pelayanan yang dimaksudkan dalam diakonia transformatif adalah
memberikan dorongan dan semangat bagi mereka yang membutuhkan untuk percaya
pada diri mereka sendiri, misalnya menyadarkan rakyat kecil yang buta hukum akan
hak-hak mereka sehingga mereka memiliki semangat juang untuk mendapat
kehidupan yang lebih baik.

5. Ciri-Ciri Diakonia

a. Bersikap Sebagai Seorang Hamba

Seorang hamba adalah seorang pelayan. Dengan demikian, Gereja dipanggil untuk
menjadi seorang pelayan yang bekerja dan berkarya dengan rendah hati serta
bertanggungjawab.

b. Melayani dengan Sukarela, bukan karena Paksaan

Pelayanan yang sukarela artinya kita melayani dengan sukacita. Pelayanan yang kita
lakukan adalah pelayanan yang tulus hati, yaitu melayani untuk kemuliaan nama
Tuhan, bukan karena dorongan dari pihak lain.

c. Pelayanan yang Membebaskan


Pelayanan yang membebaskan adalah pelayanan yang memberikan keselamatan bagi
siapapun yang dilayani. Mereka yang dilayani merasa terbantu terbebaskan dari
tekanan atau hal-hal lain yang menyesakkan.
d. Melayani dengan Penuh Pengabdian
Pelayanan yang penuh pengabdian artinya adalah pelayanan yang kita lakukan dengan
sungguh-sungguh. Kita melayani dengan dengan mengorbankan segala hal bagi nama
Tuhan, baik tenaga, waktu, pikiran, materi, bahkan nyawa kita.
e. Melayani dengan Memberi Teladan dan bukan Menguasai
Pelayanan yang kita berikan hendaknya menjadi contoh bagi orang lain. Pelayanan
yang kita lakukan mendorong orang-orang untuk ikut melakukan kebaikan bagi
seluruh ciptaan di seluruh dunia.
f. Pelayanan yang Semakin Manusiawi
Pelayanan yang kita lakukan harus bertumpu pada hati nurani manusia, dan
berorientasi pada martabat manusia. Pelayanan yang kita lakukan menciptakan dunia
yang penuh pengampunan bagi semua manusia, terutama mereka yang miskin,
tertindas dan menderita.

6. Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja


a. Mengupayakan pelestarian lingkungan hidup
b. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam
c. Mengikuti bakti sosial
d. Memberikan sumbangan kepada mereka yang membutuhkan
e. Menjenguk orang yang sakit
f. Mendirikan rumah sakit, sekolah, badan amal, poliklinik, panti asuhan dan rumah
jompo bagi mereka yang membutuhkan

7. Tantangan dan Upaya

Tantangan yang dihadapi Gereja untuk menjalankan tugas pelayanan pada masa kini
diantaranya adalah :

a. Keterbatasan Waktu yang Dimiliki


Anggota Jemaat umunya memiliki kesibukan masing-masing. Kesibukan tersebut
umumnya berasal dari kegiatan sehari-hari Umat, seperti pekerjaan, pendidikan dan
kegiatan lainnya.
b. Kurangnya Kemauan untuk Melayani
Umat bersikap apatis terhadap keadaan sekitar. Mereka cenderung mementingkan
kepentingan pribadi dan bersifat individual
c. Adanya Rasa Kurang Percaya Diri.
Umat cenderung ragu untuk menunjukkan kepedulian terhadap sesama karena takut
pelayanan atau bantuan yang mereka berikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh orang yang mereka layani

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menghadapi tantangan tersebut, yakni

a. Mengadakan Karekese Tentang Kehidupan Melayani Gereja


Diadakannya kegiatan pembinaan iman kepada Umat Gereja tentang peran mereka
dalam kehidupan pelayanan Gereja.
b. Mengadakan Ibadat Khusus yang Berkaitan dengan Tugas Pelayanan Gereja
Umat dihimbau untuk ikut serta dalam kegiatan pelayanan Gereja baik yang dilakukan
di dalam Gereja maupun di luar Gereja.

8. Penutup

Diakonia adalah salah satu tugas Gereja yang sangat besar perannya. Melalui tugas
pelayanan, kita dapat menghadirkan cinta kasih Yesus kepada dunia ini. Melalui diakonia,
kita dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menjadi pelayan bagi siapa saja, tanpa memandang
suku, ras, agama, maupun status sosial orang yang kita layani. Melalui diakonia, kita diajak
untuk melayani sesama tanpa pamrih dan siap membantu mereka yang membutuhkan kapan
dan dimana saja demi kemuliaan nama Tuhan.

9. Sumber- Sumber

Munthe, Sonni Willi dan Hottian S. Simanjuntak, dkk. Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti Yesus Teladan Hidupku Untuk SMA/SMK Kelas XI. Medan: Bina Media Perintis,
2018.

https://hesron89.wordpress.com/2013/05/03/gereja-dan-diakonia/

https://www.scribd.com/document/377091292/Tugas-Pelayanan-Gereja

https://tuhanyesus.org/contoh-kegiatan-diakonia

Anda mungkin juga menyukai