Anda di halaman 1dari 11

DIAKONIA

- Helena
- Elonike
- Santa
- Risna
- Lestania
- Rinaldo
PENGERTIAN DIAKONIA

Pengertian Diakonia Secara Etimologi

•Diakonia secara etimologi dalam bahasa Yunani diakoneo berarti melayanisebagai


pelayan dapur, yang menantikan perintah di sekitar meja makan (Mat 8 :15;Efesus 4:12).

Pengertian diakonia Menurut Para Ahli


- Diakonia adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan Gereja. Sebagaimana
halnya aspek pengudusan dan pewartaan, diakonia atau pelayanan membentuk dan
mengungkapkan jati diri Gereja sebagai komunitas murid-murid Yesus. Gereja
hadir dan tampil di tengah dunia untuk menapaki jalan sang Gembala Agung, yang
datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (bdk. Mrk. 10:45).
- Diakonia adalah tindakan dari diakonein. Orang yang melakukan diakonia di sebut
diakonos. (Rapids: Michigan,1989)
Secara Essensial arti kata DIAKONIA adalah PELAYANAN GEREJA. Makna kata diakonia sebagai pelayanan
gereja ini bisa dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kitab suci, secara harafiah, kata
diakonia berarti memberi pertolongan atau pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam
Kej. 2:18, 20; Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani.
- Pengertian Diakonia Secara Umum
umum Kata “diakonia” berasal dari bahasa Yunani yaitu “diakonein” artinya pelayan meja, Diakonia dianggap
sebagai pelayanan yang dilakukan oleh seorang hamba yang melayani meja makan, dan pekerjaan ini dianggap
rendah. Pada perkembangan selanjutnya kata “diakonein” memiliki arti melayani secara umum.
Kitab suci, secara Dalam kitab suci, secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau pelayanan.
Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam Kej. 2:18, 20; Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa
Ibrani disebut syeret yang artinya melayani
Klasifikasi Bidang-Bidang
Makna dan Nilai-Nilai Yang Akan Dicapai Dalam Pelayanan
-Makna Pelayanan
Kata “diakonia” berasal dari bahasa Yunani yaitu “diakonein” artinya pelayan meja, Diakonia dianggap sebagai pelayanan yang
dilakukan oleh seorang hamba yang melayani meja makan, dan pekerjaan ini dianggap rendah. Pada perkembangan selanjutnya
kata “diakonein” memiliki arti melayani secara umum.
-Nilai-nilai yang diharapkan dari diakonia atau pelayanan diantaranya;
1.Pelayanan pastoral yang produktif
Produktivitas berarti mutu kehidupan umat beriman hari ini (harus) semakin lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik
dari hari ini. Untuk itulah konsep perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pastoral sangat penting diadakan dalam pelayanan
pastoral Gereja
2. Kualitas pelayanan pastoral
Kualitas pelayanan pastoral berkaitan erat dengan tingkat kepuasan umat beriman terhadap pelayananan pastoral yang diberikan
oleh para agen pastoral seperti uskup, imam, diakon, para katekis dan para pelayanan lainnya
3. Pelayanan pastoral yang responsif
Responsivitas adalah kemampuan kelembagaan Gereja untuk mengenali kebutuhan umat beriman, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan pastoral sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Pelayanan patoral yang responsbel
Prinsip kebenaran sesuai ajaran adalah hal yang penting dalam pelayanan pastoral supaya tidak juga dianggap sebagai pelayanan
pastoral yang sembarangan.
5. Pelayanan pastoral yang efektif
Efektivitas pelayanan pastoral berarti tingkat ketercapaian tujuan yang ditetapkan oleh Gereja sesuai reksa pastoral. Hal tersebut
erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan pastoral serta fungsi agen pastoral
Bentuk-Bentuk Diakonia

1. Diakonia Karitatif (Victim Care)

Gereja terlibat langsung dalam melakukan pelayanan yang murah hati dan belas
kasih, merawat yang sakit, memberikan sembako murah, memberi uang kepada orang
miskin dan sebagainya. Kelas sosial yang tercipta dalam masyarakat, kayamiskin, tidak
bisa diubah. Gereja berada pada pihak “yang membutuhkan bantuan”, yaitu mereka yang
lemah dan miskin supaya sedikit lebih baik dan mengurangi penderitaan mereka.
Kemiskinan tidak dapat dibasmi. Yang bisa terjadi adalah : yang kaya berperan sebagai
pemberi dan yang miskin berperan sebagai penerima. Model ini adalah model tertua dari
bentuk pelayanan Gereja yang dilakukan, dan sampai saat ini masih juga dilakukan.
Pelayanan ini cepat dirasakan manfaatnya, dan sangat tepat dalam situasi darurat dan
sangat membutuhkan pertolongan yang bersifat segera, misalnya bencana alam. Mereka
bisa merasakan secara langsung manfaat dari bantuan yaitu untuk mencukupi kebutuhan
pangan sehari-hari dan kebutuhan lainnya. Bantuan (barang dan dana) yang diberikan
kepada umat yang miskin merupakan wujud kepedulian Gereja terhadap penderitaan dan
kemalangan umatnya.
2. Diakonia Pemberdayaan (Victim Cause)

Dalam bentuk pelayanan yang kedua, Gereja juga berusaha melakukan


berbagai macam cara untuk mencari akar permasalahannya dan
mengantisipasi atau mencegah terjadinya masalah. Kedua bentuk pelayanan
Gereja didasarkan pada sikap “Orang Samaria yang Baik Hati”. Suatu
tindakan disebut sebagai pelayanan bukan hanya karena sudah memberi
makan kepada orang lapar, melainkan harus sampai pada pertanyaan,
“Mengapa mereka lapar dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi itu?”
Gereja tidak hanya melayani mereka yang terluka, memberi makan kepada
orang lapar, meringankan penderitaan orang miskin melainkan juga mencari
penyebab masalah sosial-ekonomi yang ada. Di satu sisi, perjuangan Gereja
dalam melayani mereka yang lemah dan miskin masih sangat dibutuhkan. Di
sisi lain, Gereja juga tetap berjuang mencari penyebab dari masalah itu dan
melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu.
Orientasi Diakonia

Diakonia dipandang sebagai sikap solidaritas yang mendalam terhadap orang lain berdasarkan kasih. Solidaritas itu diwujudkan
dalam diakonia. Artinya dalam diakonia ada sikap tanpa pamrih, sikap yang emenekankan hidup bersama dengan tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Tujuan pekerjaan diakonal adalah membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di
hadapan sesama manusia dan Tuhan Allah. Memperdulikan keberadaan umat manusia secara utuh yaitu kebutuhan rohani,
jasmani dan kebutuhan sosial. Tujuan diakonia juga mendukung realisasi sebuah persekutuan cinta kasih dan membangun serta
mengarahkan orang untuk hidup di dalamnya. Oleh sebab itu, diakonia mempunyai fungsi kritis dalam jemaat maupun di dalam
masyarakat.

Contoh Dari Diakonia


1. Membantu orang lain
Salah satu hal yang utama dan terutama dalam bentuk pelayanan diakonia adalah keinginan dan aksi
kita dalam membantu orang lain. Membantu orang lain sama saja artinya dengan melayani orang
tersebut. Kita membantu untuk memfasilitasi mereka sesuatu yang mereka butuhkan.
2. Memberi
Bentuk pelayanan diakonia yang juga seringkali dilakukan dan diajarkan oleh Gereja sendiri adalah
melakukan sumbangan. Biasanya Gereja akan mengajak umat untuk melakukan sumbangan demi
membantu saudara – saudara yang sedang mengalami bencana alam dan memerlukan bantuan baik itu
berupa suplai makanan ataupun uang. Selain itu, sumbangan yang digalakkan dan digalang oleh Gereja
juga banyak digunakan untuk membantu saudara – saudara disekitar kita yang kurang beruntung dan
memerlukan bantuan.
Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran dari diakonia adalah semua orang. Baik itu BIA, BIR,OMK, dan oang tua sekalipun, diakonia tetap
diberikan kepda seluruh orang. Contoh Memberikan bantuan kepada korban gempa. Umumnya, para korban gempa
kehilangan banyak harta, benda, dan bahkan tempat tinggal. Dan bantuan konkrit yang bisa kita berikan kepada mereka
adalah dana dan kebutuhan pokok. Ini bisa menjadi salah satu tempat bagi kita untuk menyalurkan berkat, yaitu dengan
memberikan bantuan nyata semampu kita.
Memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak gempa merupakan salah satu bentuk diakonia yang bisa kita
lakukan dimana saja. Dan untuk menyalurkannya, kita tidak perlu bingung lagi. Karena pada jaman sekarang, banyak sekali
aktivis sosial yang memiliki kepekaaan tinggi dan bersedia menyalurkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan.
1. Ikut Bakti Sosial
Bakti sosial merupakan kegiatan sosial yang bertujuan untuk membantu atau meringankan beban mereka yang kesulitan.
Bakti sosial bisa kita lakukan di panti asuhan, panti jompo, atau di rumah-rumah anak jalanan.
2. Desa binaan
Desa binaan merupakan kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tertentu yang dirasa
masih terbelakang dan kurang berkembang. Biasanya kegiatan desa binaan dilakukan mahasiswa untuk memberdayakan
masyarakat dan dilakukan secara berkala. Misalkan satu bulan sekali. Mahasiswa akan terus memantau, mendukung, dan
membantu masyarakat sampai memiliki kemampuan untuk berkembang sendiri.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu pelayanan yang masuk dalam jenis diakonia
reformatif. Diakonia jenis ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak untuk mensejahterakan
kehidupannya. Penyuluhan biasanya dilakukan oleh suatu organisasi, bisa organisasi
masyarakat atau gereja dengan sasaran masyarakat tertentu.
4. Mengajar
Mengajar masih sulit untuk diaplikasikan karena membutuhkan biaya yang besar
dan perlu rencana yang matang. Namun, kita bisa menggunakan cara lain yang tetap
memiliki tujuan yang sama. Mengajar di sini biasanya dilakukan oleh organisasi
Kristen di universitas atau organisasi di gereja untuk memberikan pelayanan
pendidikan.
5. Pembangunan sekolah
Gereja dapat membantu untuk mewujudkan misi pemerintah yaitu dalam hal
memeratakan pendidikan. Karena ada beberapa daerah yang kurang mendapat
perhatian sehingga masyarakatnya tidak memiliki dasar pendidikan yang baik
Metode-Metode Dalam Diakonia
1. Katekese
Metode ini khususnya diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan khususnya Perjanjian Baru, di dalam pelajaran agama.
Cerita dan episode Kitab Suci dibawakan dengan cara yang lebih hidup, 'ditafsirkan' dan dipetik intisarinya untuk bekal
hidup seorang beriman.
Dengan demikian, katekese dan pelajaran agama yang tadinya lebih berorientasi kepada teologi, mulai bergeser dan
berorientasi kepada Kitab Suci, khususnya kepada alur Sejarah Keselamatan. Dengan kata lain, katekese aliran teologis,
mulai didampingi dan kemudian digeser oleh aliran katekese biblis. Di samping berpegang kepada adegan Kitab Suci, ada
yang memanfaatkan perayaan-perayaan liturgi sebagai titik tolak dan penunjuk jalan di dalam pelajaran agama.
2. Metode Munich
Penerapan atau aplikasi dari metode ini dilakukan dalam hidup atau tugas khusus dan niat pengajar agama yang nantinya
diminta untuk menyiapkan bahan sesuai dengan tahap-tahap penyajian tersebut di atas Supaya pelajaran memikat di tahap
pembahasan, harus ada contoh contoh konkrit dari kehidupan sehari-hari atau riwayat dan cerita yang serasi, yang
membantu murid menerapkan dan juga mengingat apa yang sudah dibahas.
Kamu Nanyeakkkkkkkk???????????????????????????
Kamu bertanya-Tanya???????

Rawwrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

Kami tim kelompok siap menjawab pertanyaan kalian


yang sulitnya naujubilahhhhhhhhh
Kami ga takut……..
huahahahahahhahaiiiiiiiiiiii

Anda mungkin juga menyukai