Anda di halaman 1dari 3

Minggu, 26 Februari 2023 (Invocavit)

Epistel : Roma 5: 12 - 17
Evangelium : Keluaran 33: 15 – 23

ALLAH SUMBER KASIH KARUNIA

Setelah orang Israel keluar dari perbudakan Mesir, Tuhan telah memulai hubungan
khusus dengan mereka. Orang Israel dipanggil dan dipilih dari antara semua bangsa yang ada di
dunia ini untuk menjadi “harta kesayangan” Tuhan, menjadi “kerajaan Imam dan bangsa yang
kudus (Kel. 19: 4-6). Tuhan memberi mereka Sepuluh Perintah (Kel. 20), petunjuk untuk
membuat Tabut Perjanjian, membangun Kemah Suci, dan tata cara persembahan khusus serta
pakaian keimaman (Kel. 25-31).
Tuhan bahkan telah berjanji untuk tinggal di tengah-tengah bangsa Israel dan Tabut
Perjanjian menjadi tanda yang kelihatan akan keberadaan Tuhan di tengah-tengah mereka (Kel.
25:8; 29:45-46). Tabut Perjanjian adalah semacam Gunung Sinai yang bisa di bawa-bawa. Sama
seperti kemuliaan Tuhan berada di atas gunung dalam awan, demikian pula kemuliaan Tuhan
memenuhi Tabut Perjanjian (Kel. 24: 16; 40: 34-35). Tuhan akan hadir bersama-sama orang
Israel secara nyata selama mereka melakukan perjalanan di padang gurung.
Namun tiba pada masalah yang terjadi di Keluaran 32, orang Israel tersandung dengan
kesalahan dan pelanggaran yang sangat fatal. Mereka telah mengkhianati hubungan mereka
dengan Tuhan, mereka menyembah anak lembu, dan telah menyakiti serta membuat Tuhan
marah. Jadi, setelah pengkhianatan orang Israel, Tuhan berubah pikiran tentang bentuk
hubungan-Nya dengan orang Israel.
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa
itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan
sumpah   kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah  akan
Kuberikan negeri itu.  Aku akan mengutus seorang malaikat …” (Kel. 33: 1-2). Tuhan akan
mengutus seorang malaikat, tetapi Dia sendiri tidak akan pergi. Tuhan tidak akan meninggalkan
umat itu, Ia akan setia pada perjanjian yang dibuat dengan mereka, tetapi Tuhan tidak akan
hadir bersama mereka seperti yang direncanakan semula.
Kenapa Tuhan tidak mau tinggal bersama orang Israel? Tuhan melakukannya demi
kebaikan orang Israel. Kekudusan Tuhan tidak dapat tinggal bersama-sama dengan dosa.
Karena orang-orang Israel berdosa, kekudusan Allah akan menghancurkan atau membinasakan
mereka di jalan. Tuhan akan hadir bersama dengan mereka secara tidak langsung, melalui
seorang utusan ilahi, seorang malaikat.
Teks kita ini sungguh menarik untuk kita pelajari dan renungkan tentang kehadiran
Tuhan dalam kehidupan kita. Terutama pada minggu Invocavit, bila ia berseru kepada-Ku, aku
akan menjawab (Maz. 91: 15), Jounna ma Ahu, alusan-Hu ma ibana (Ps. 91: 15), salah satu
minggu dalam minggu-minggu passion yang mengajak kita merenungkan perjalanan
penderitaan Kristus. Firman ini, akan mengajar kita “berseru kepada Tuhan, dan Tuhan akan
menjawab,” dengan diterangi tema: Allah Sumber Kasih Karunia
1. Meraih Kasih Karunia Tuhan
Di atas telah dipaparkan tentang Tuhan tidak ingin lagi tinggal atau berada di tengah-
tengah orang Israel sebaliknya mengutus seorang malaikat yang berjalan di depan mereka
(33: 1-3; lihat juga 32: 34). Musa keberatan, menolak dan sekali lagi Musa memohon kepada
Tuhan atas nama bangsa itu. Kali ini memohon jaminan Tuhan secara langsung menyertai
orang Israel sepanjang perjalanan. Musa memohon kepada Tuhan dengan menyatakan
bahwa Allah telah memerintahkan dia untuk memimpin umat tanpa “memberitahukan
kepadaku, siapa yang akan Kau utus bersama-sama dengan aku” (33: 12a). Selanjutnya,
Musa menunjukkan hubungannya dengan Tuhan sebagai orang yang mendapat kasih
karunia di hadapan Allah (Ay. 12a). Musa memohon sampai tiga kali menggunakan kata
“kasih karunia” (Ay. 12-13). Musa selalu memohon penyertaan Tuhan dengan cara agar
Tuhan mengingat kasih karunia Tuhan, apakah dia dapat beroleh kasih karunia dari Tuhan.
Musa beroleh kasih karunia Tuhan, tetapi Musa tidak mau hanya dia sendiri yang beroleh
kasih karunia itu melainkan Musa dan seluruh orang Israel. Maka Musa memohon keempat
kalinya, untuk mendapat kasih karunia Allah untuk menyertai Musa dan orang-orang Israel.
Tuhan mengabulkan permohonan Musa agar seluruh bangsa Israel dan Musa beroleh kasih
karunia yakni Tuhan berada ditengah-tengah bangsa itu selama perjalanan mereka di
padang gurun.
Dialog Musa dan Tuhan sungguh menarik dan memberikan pelajaran yang sangat
berharga untuk pertumbuhan iman Kristen kita. Dialog Musa dengan Tuhan ini
menunjukkan bahwa kesungguhan Musa untuk beroleh kasih karunia itulah yang dilihat
oleh Tuhan. Kesungguhan dan Kegigihan Musa untuk beroleh kasih karunia itu dilihat oleh
Tuhan sehingga Tuhan mengabulkan permohonannya. Pelajaran penting ini juga dapat kita
terapkan dalam kehidupan Kristen kita, yakni kesungguhan dan kegigihan beroleh kasih
karunia. Seperti yang Tuhan Yesus katakan: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat. 7:
7-8). Kata-kata: Mintalah, carilah, dan ketoklah adalah pekerjaan yang harus dilakukan
berulang-ulang dan menuntut kesungguhan dan kegigihan. Musa mengajarkan kepada kita
untuk meraih atau beroleh kasih karunia dengan kesungguhan dan kegigihan kita dalam
memohon.
2. Allah yang pemarah sekaligus Allah yang pemurah.
“Allah yang pemarah” sama seperti aliran listrik yang bertegangan tinggi, saya
menyebutkannya dengan high voltage God (Allah yang bertegangan tinggi). Ibarat sebuah
kabel listrik yang terluka/terkelupas oleh kesalahan manusia, maka aliran listrik yang
mengalir dalam kabel tersebut akan menyambar atau menyengat orang yang menyentuh
atau tersentuh. Demikian juga dengan Allah yang terluka oleh pengkhianatan orang Israel
dengan menyembah lembu emas, Tuhan marah dan bahkan ingin memusnahkan orang
Israel (32: 10). Namun Allah yang pemarah mengurungkan niat-Nya. Allah menunjukkan
kemurahan hati-Nya lebih besar dari kemarahan-Nya.
Musa mengetahui Allah itu Maha Pemurah, dia memohon sekali lagi dengan
meningkatkan permohonan-Nya agar Allah “memperlihatkan kemuliaan-Nya” (Ay. 18).
Intinya, Musa meminta untuk melihat Tuhan secara langsung. Tuhan setuju untuk lewat di
hadapannya sebagai bentuk kasih karunia-Nya kepada Musa (Ay. 19), tetapi Tuhan
membatasi. Tuhan tidak mengizinkan Musa bertemu muka dengan Tuhan, karena tidak
seorang pun dapat melihat wajah Tuhan dan hidup. Namun demikian, Tuhan
memerintahkan Musa untuk berdiri di atas gunung batu, dan ketika kemuliaan Tuhan lewat,
Tuhan akan menempatkan Musa dalam lekuk gunung yang dilindungi oleh tangan Tuhan.
Begitu Tuhan lewat, Tuhan mengizinkan Musa untuk melihat punggung-Nya bukan wajah-
Nya. Musa melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Dia berdiri dilekuk gunung dan Tuhan
lewat. Penampilan Tuhan yang terlihat seperti wujud manusia, dan Musa melihat-Nya,
bukan wajah-Nya, tapi punggung-Nya. (Ay. 21-23).
Di sini kita melihat karakter Allah, yang menyatakan kasih-Nya kepada orang yang
dipilih-Nya, juga marah kepada orang yang tidak mengasihi-Nya. Karakter Tuhan adalah
kasih karunia dan belas kasihan. Di gunung Sinai, Tuhan memilih untuk mengasihi dan
mengampuni orang Israel yang memberontak. Musa mampu meluluhkan hati Tuhan yang
pemarah menjadi Tuhan yang pemurah yang memungkinkan dia dan bangsa Israel beroleh
kasih karunia dan “hidup bersama” (Immanuel).
Kita saat ini memiliki Tuhan yang pemurah. Melalui Yesus Kristus kita beroleh kasih
karunia Tuhan. Kita tidak hanya melihat punggung Tuhan seperti Musa tetapi kita melihat
wajah Tuhan, kemuliaan Tuhan dalam Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus kita melihat
wajah kemuliaan Tuhan, tidak seperti Musa dan Israel yang melihat Tuhan akan mati,
melainkan di dalam Kristus kita melihat wajah Tuhan dan kita hidup. Dalam Yesus Kristus
kemarahan Allah akan dosa kita berubah menjadi kasih karunia yang memberi kita hidup.
3. Bersandar pada kasih karunia
Membujuk Tuhan Sang pencipta alam semesta untuk berubah pikiran bukanlah hal yang
mudah dan membutuhkan ketekunan dan kegigihan. Tuhan memilih untuk tinggal bersama
manusia memang hal yang mencengangkan. Tuhan memilih untuk tinggal dan menjalin
hubungan dengan manusia berarti membuat Tuhan rentan dengan sakit hati dikhianati.
Tetapi Tuhan melalui Yesus Kristus memilih jalan yang sangat mencengangkan dan sulit
untuk dinalar oleh kita. Namun melalui Yesus Kristus kita melihat wajah kemuliaan Tuhan.
Kita dapat bertatap muka dengan Tuhan. Itu semua oleh karena kasih karunia-Nya. Tuhan
itu sumber kasih karunia. Kemurahan-Nya lebih besar dari kemarahan-Nya.
Musa adalah model bagi kita untuk beroleh kasih karunia Tuhan. Musa mengenal Tuhan
sebagai sumber kasih karunia makanya dia bersandar bahwa Tuhan adalah Kasih. Musa
mencontohkan komunikasi yang intens dengan Tuhan, komunikasi yang tidak takut
memohon kasih karunia-Nya. Musa melalui komunikasi yang berani, berhasil mengamankan
janji Tuhan bahwa Tuhan akan tetap menyertai umat-Nya. Sepanjang pengembaraan
mereka.
Kita dapat seperti Musa yang bersandar kepada kasih karunia yang melahirkan
ketekunan dan kegigihan. Mengenal Tuhan yang adalah kasih melalui Yesus Kristus dan
bersandar kepada kasih karunia-Nya kita dapat melihat kemuliaan-Nya. Seperti yang
dikatakan oleh Rasul Paulus: “dan kita semua mencerminkan Tuhan dengan muka yang
tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka
kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2
Korintus 3: 18). Itulah kemuliaan Tuhan yang dapat kita lihat di dalam Yesus Kristus.

Pdt. Dr. Teddi Paul Sihombing


Kepala Departemen Pastorat GKPI

Anda mungkin juga menyukai