Anda di halaman 1dari 14

Nama : Andri Ockinaldo Pakpahan

Nim : 17. 3265

M. Kuliah : Seminar Biblika 9A

D. Pengampu : Pdt. Dr. Pahala Jannen Simanjuntak

: Pdt. Dr. Dewi Sri Sinaga

KETAATAN DALAM PENGUTUSAN MUSA


KELUARAN 7:1-6

I. PENDAHULUAN

Ketaatan Musa dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah untuk
membebaskan bangsa israel dari perbudakan Mesir merupakan sebuah ketaatan yang murni.
Walau sempat menolak karena menyadari keterbatasan dan kelemahannya tetapi ia di
yakinkan oleh jaminan keselamatan dari Allah, sehingga ia beserta dengan Harun saudaranya
berani untuk menghadap Firaun hanya dengan Bekal janji dan Firman Allah. Menurut
pendapat saya, hanya ada beberapa orang yang bisa melakukan tindakan yang sedemikian
ekstrim seperti yang di lakukan oleh Musa. Dia terkenal dan dihormati di antara rekan-
rekannya (mengingat usianya), dan dia juga dihormati oleh Mesir dan tetangga diplomatiknya
karena umur panjang. Dia adalah seorang penjelajah yang cakap dan orang bijak yang hebat,
setelah berlatih di tempat suci aula Memphis dan Thebes. Dia menyaksikan meninggalnya
sebanyak sembilan Firaun selama hidupnya, sebuah pencapaian yang sangat sedikit orang
lain bisa klaim. Musa juga seorang militer yang ulung ahli strategi dan veteran medan perang.
Seorang Yahudi yang kemudian menjadi seorang petinggi di Mesir adalah sebuah Pencapaian
yang luar biasa. Peristiwa tersebut tidak terlepas atas dasar peran keluarga dan pemilihan
Allah terhadapnya. Mesir yang telah membesarkannya akan ditaklukan kembali olehnya.
Suatu hal yang sangat menarik ketika di perhadapkan dengan keadaan sekarang dimana budi
yang baik biasanya akan menghasilkan yang baik. Berbeda dengan Musa, pemeliharaan
Mesir terhadapnya justru menjadi alat penghancur bagi Mereka sendiri.1

1
Scott Alan Roberts, John Richard Ward, The Exodus Reality Unearthing The Real History Of Moses,
Indentifying The Pharaohs, And Examining The Exodus From Egypt (USA: The Career Press,2014) Hal.158

1|Page
Ketaatan dari seorang Musa dalam memenuhi panggilannya untuk pembebasan Israel
dari bangsa Mesir tidaklah mudah. Ia harus melewati negosiasi yang cukup panjang untuk
dapat melakukan tugasnya. Sebelum menjalankan Tugas yang di berikan Allah kepadanya,
kebimbangan dan penolakan sempat dilontarkannya dalam dialog dengan allah namun karena
jaminan keselamatan dan penyertaan dari Allah meyakinkan musa beserta Harun saudaranya
menyanggupi Missi yang diberikan Allah terhadap mereka.

II. ETIMOLOGI/TERMINOLOGI
II.1 Ketaatan

Dalam KBBI ketaatan berasal dari kata dasar “Taat”. Yang berarti selalu atau
senantiasa tunduk kepada Tuhan, Pemerintah dan lain sebagainya, sedangkan
“Ketaatan” berarti Kepatuhan, kesetiaan, atau tidak mengganggu kedamaian atau
keadilan sesuatu.2 Posisi keberadaannya dalam kehidupan, ketaatan kadang mudah
diabaikan karena sering dilupakan posisinya sebagai subjek. Oleh karena itu, tanpa
apresiasi terhadap perannya dalam membentuk tindakan manusia dalam berbagai
perilaku yang signifikan maka ketaatan akan sulit dipahami.3 Dalam yohanes 15:10
Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti
Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Ini adalah Perkataan
Yesus kepada orang Banyak dalam perjanjian Baru. Namun, jauh sebelumnya dalam
peristiwa keluarnya bangsa israel dari tanah mesir tindakan yang demikian telah
dilakukan oleh musa.

Dalam Perjanjian Lama ada banyak peristiwa yang menggambarkan arti dari
sebuah ketaatan. Peristiwa pengutusan nabi-nabi dalam perjanjian lama seperti nabi
Elia yang Setia hingga terangkat ke surga, Abraham yang tetap taat dan percaya
dengan Janji Allah terhadap keturunannya. Kata kerja Taat atau menaati dalam bahasa
ibrani yang sering di pakai dalam PL ialah “Syama” yang berarti mendengarkan.
Sama halnya dalam PB dipakai kata “hupakouo” dalam bentuk kata benda “hupakoe”
dan dalam bentuk kata sifat “hupekoos” yang juga memiliki arti mendengarkan. Agar
seseorang dipatuhi maka ia haruslah memiliki hak atau kewenangan untuk
memerintah. Dalam PL ketaatan biasanya menggambarkan kepatuhan seseorang
dalam menaati atau mendengar perintahNya dan melakukan segala sesuatu yang di
perintahkan olehNya ( Allah ). Dalam PL Allah menekankan ketaatan kepada
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Online )
3
Stanley Milgram, Obedienc To Authority An Experymental View, ( Usa: Tavistock, 1974) Hal, Xi

2|Page
umatnya untuk melakukan segala perintah Allah. Mereka harus taat jika ingin
menikmati kemurahan hati Allah.4

II.2 Pengutusan

Pengutusan atau utusan dalam bahasa Ibrani di pakai kata “Mal’akh” yang
berarti pesuruh. Dalam 2 rajaraja 8: 10, Tou raja Hamat mengutus anaknya Yoram
kepada raja Daud. Kata mengutus dalam ibrani disana menggunakan kata ‫ׁשלַח‬
ָ (syala)
yang berarti mengirim/menyuruh.5 Dr. A. Lumbantobing mengatakan bahwa
pengutusan atau missiologi sebenarnya dilakukan oleh Allah Bapa itu sendiri sebagai
pengutus utama dan utusan utama adalah Yesus Kristus. Dalam PL ada banyak Nabi
yang menjadi utusan Allah untuk menyampaikan Firman Allah kepada umatnya. Jika
merujuk kepada dasar missi atau pengutusan, dalam Perjanjian Lama akan banyak kita
temukan pengertian missi atau pengutusan yang Theosentris. Namun walau demikian
kitab PL tidak boleh di pisahkan dari kitab PB. Karena pengutusan Theosentris tidak
boleh terpisah dari missi yang Kristosentris.

Jika Dalam kitab PL kita menemukan bahwa Allah yang bertindak dalam
sejarah keselamatan Manusia dan Allah sendirilah yang menyampaikan Firmannya
melalui utusan-utusannya. Berbeda dengan di dalam PB, Allah sendiri telah bertemu
dengan manusia melalui perwujudan Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Lama belum
ditemukan bentuk pengutusan yang tegas untuk mengabarkan injil keselamatan
kepada bangsa lain sehingga fokus utama dalam PL adalah pemilihan israel sebagai
bangsa pilihan Allah dan bagaimana hubungan israel dengan bangsa-bangsa yang
lain.6

III. KETAATAN DALAM PENGUTUSAN MUSA

4
The New Bible Dictionary - Ensiklopedi Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005) Hal, 433
5
The New Bible Dictionary - Ensiklopedi Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005) Hal, 534
6
Arie De Kuiper, Missiologia. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal: 18-26

3|Page
Kitab Keluaran terdiri atas 2 bagian bagian pertama terdiri dari pasal 1 sampai
dengan 15 ialah mengenai kelepasan bangsa Israel dari Mesir, bagian kedua terdiri
dari pasal 16 sampai dengan 40 dialog mengenai Wahyu atau penyataan Allah
Disinai. dalam Kitab Keluaran sangat sukar sekali untuk memisahkan sumber-sumber.
Kitab Keluaran berisi beberapa seri cerita-cerita yang dicampur-campur. seperti juga
cerita-cerita mengenai nenek moyang Israel di dalam kitab kejadian. keluaran
merupakan kelanjutan dari cerita setelah keturunan Yakub meninggalkan Mesir dan
menetap di Mesir, inilah bagian terakhir dari narasi peristiwa tersebut. "Keluaran"
dimulai dengan kisah bangsa Ibrani, keturunan dari keturunan Yakub, yang
penderitaannya meningkat secara eksponensial, melebihi orang Mesir. Situasi ini
kemudian berkembang menjadi perbudakan besar-besaran bangsa Ibrani. Tidak hanya
perbudakan, tetapi juga kelanjutan dari pemusnahan bangsa Ibrani oleh Mesir dengan
berusaha membunuh anak-anak bangsa Ibrani. Namun, rasa sakit yang tidak dirasakan
oleh orang Ibrani tidak akan bertahan selamanya. Allah memilih Musa sebagai
perpanjangan tangannya untuk membebaskan bangsa Ibrani, dan menunjukkan dirinya
kepada bangsa Ibrani melalui Musa dan memilih mereka sebagai bangsa Tuhan. Pada
bagian pasal 5-11 di ceritakan bagaimana pengutusan musa yang awalnya menolak
namun akhirnya menerima tugas yang di berikan oleh Allah kepadanya. Musa harus
menghadap firaun kemudian meminta supaya dia mengizinkan umat israel pergi dari
Mesir. Pemanggilan Musa dalam perikop ini sebagai wujud pengutusannya untuk
membebaskan umat israel dari perbudakan Firaun di Mesir. Allah menugaskan Musa
untuk memberikan penghukuman kepada Firaun melalui 10 Tulah.7

Cerita dalam keluaran 7:1-6 ini merupakan lanjutan dari kisah dari pasal
sebelumnya yang terputus (6: 13). Kemudian dalam perikop ini dinyatakan bagaimana
maksud Allah secara langsung. Ayat 2-6 musa dan Harun ditugaskan oleh Allah untuk
menentang Firaun atas Nama Allah. Walau sejak awal Allah sudah mengatakan
bahwa Firaun akan dikeraskan Hatinya oleh Allah (ay 3), namun Musa dan Harun
tetap menaati perintah Allah dan melakukannya (ay 6). Dalam kisah selanjutnya akan
dikisahkan bagaimana Tulah-tulah akan mengawali peristiwa kebebasan israel dari
perbudakan mesir sehingga bangsa israel dapat terbebas dari perbudakan dan Allah
orang Israel diyakini sebagai satu-satunya Tuhan.8

7
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, ) hal. 3
8
Tafsiran Alkitab Masa Kini, ( jakarta: BPK Gunung Mulia,1998), hal 158

4|Page
Dalam harmoni baru dalam narasi ini, ketaatan musa dan harun sebenarnya
menimbulkan beban baru kepada bangsa israel. Kembali ke belakang bahwa akibat
perbuatan mereka kemarahan firaun menimbulkan penderitaan bagi umat israel karena
Firaun menambahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat kepada umat israel.
Tindakan negosiasi yang dilakukan antara israel dan firaun akan terus di perbaharui
melalui pengutusan musa dan harun. Oleh karena kerasnya hati firaun tujuan awal
negosiasi berubah menjadi tujuan upaya pembebasan. Pembaharuan tujuan yang
dilakukan oleh Musa dan Harun melalui perintah Allah telah menimbulkan perdebatan
diantara mereka sehingga pada akhirnya beban umat israel akan semakin berat.9

Terlepas dari kronologi yang agak kacau di awal Kitab Keluaran, kisah Musa
yang diceritakannya cukup lugas. Namun, gambar berubah ketika kita memeriksa
kitab suci lainnya dan karya Manetho, sejarawan Mesir asli abad ketiga SM, yang
kemudian ditransmisikan oleh sejarawan Yahudi, Flavius Josephus. Sementara kita
tahu dari Perjanjian Lama bahwa Musa dibesarkan di istana kerajaan, itu tidak
menunjukkan bahwa dia pernah berhasil naik takhta. Namun kisah Musa dalam
kompilasi hukum Ibrani dan legenda, yang berasal dari abad awal M dan dianggap
sebagai yang kedua hanya untuk Perjanjian Lama sebagai sumber otoritatif dari
sejarah awal dari orang-orang Yahudi yang berisi beberapa detail yang tidak dapat
ditemukan dalam Alkitab dan sering sejajar dengan catatan Manetho tentang
Keluaran, yang berasal dari cerita rakyat Mesir. Pada rinciannya musa sempat
menduduki jabatan sebagai kepala di istana, namun ketika berumur ia belasan tahun ia
menyingkir dari istana karena memukul tentara mesir untuk membela umat israel.10

III.1 Dialog Musa Dan Firaun

Dalam keluaran 7:6 terlihat simpulan dan dari daialog yang cukup rumit antara
Allah dengan musa. Ketaatan musa untuk melakukan perintah Allah di muat di ayat 6.
Dalam bahasa Ibrani, keluaran 7:6 menggunakan kata ( Asya/asau) ‫ ָעׂשּֽו‬yang dalam
bentuk dasar berarti “melakukan” dan bentuk Niphal berarti “Harus dilakukan”. Ada
kata keharusan disana yang menunjukkan bahwa walau dengan Keraguan namun
Musa dan harun tetap taat dan melakukan perkataan atau perintah Allah tersebut.
Dengan analogi yang cukup menakjubkan dimana Allah akan mengulangi Misi musa

9
George W. Coats, MOSES Heroic Man, Man of God, (england JSOT Press,1988), hal 84
10
AHMED OSMAN, MOSES AND AKHENATEN The Secret History of Egypt at the Time of the Exodus,
(London: Grafton Books, 2002) hal, 34

5|Page
sebagai utusan Allah dengan mengatakan bahwa Ia adalah Utusan Allah secara
langsung dan akan menjadi sebagai seorang Tuhan untuk Firaun ( kel 4:10-16).
Perasaan tidak mampu dari Musa di imbangi dengan kepastian tertinggi bahwa,
melalui pemanggilan Allah kepadanya untuk melakukan misi pembebasan ini
kemudian mengirimnya kepada Firaun, maka pada posisi ini masa itu Musa akan
berada pada posisi seperti Dewa. Musa akan mewakili kehendak Dewa terkuat yang
diyakini di dunia kuno. Walau dengan peran kenabian yang cukup tinggi, Allah telah
mengatakan bahwa jalan untuk mendapatkan kemerdekaan bagi bangsa Israel tidaklah
mudah karena dalam ayat 3 Allah mengatakan bahwa Ia akan mengeraskan hati
Firaun. Tetapi ada janji yang Pasti Dari Allah (ayat 4) ketika Firaun tidak memberi
kebebasan maka “tindakan penghakiman” dari Allah akan didatangkan terhadap
Firaun dan Mesir. Bagian ini adalah pratinjau dari narasi tanda-tanda dan keajaiban
yang terungkap di dalam kitab keluaran bagian berikutnya.11

Setelah adanya perselisihan antara Firaun, Musa, dan Harun dalam kel 7:1-6
yang dianggap bahwa adanya upaya memajukan narasi dari keluaran 6:1-12 ( adanya
tindakan penghakiman dilihat dalam 6:6 dan 7:4), ada konsensus yang luas mengenai
sejauh mana narasi imam dan utusan yang disimpan dalam Kel 7-9. Imam dan utusan
dapat diidentifikasi dalam 7:8–13, 19–20a, 21b, 22; 8:1–3,12–15; 9:8–12, yang
kemungkinan besar akan berakhir pada 11:10. Ayat ini merangkum sekali lagi
keajaiban Musa dan Harun, serta ketegaran Firaun, yang juga memenuhi prediksi
dalam kel 7:4.12

Musa sering disebut pendiri agama dari Israel. Juga sebagai salah satu yang
paling mencolok dan penting dari tokoh-tokoh Alkitab. Dan dibuktikannya sebagai
peran sentral dalam peristiwa keluarnya orang Israel dari Mesir dan dalam pemberian
hukum di Gunung Sinai. Meskipun Musa tidak disebutkan dalam sejarah sumber di
luar Alkitab, mesir kuno mempermadani dengan kaya interpretasi hidup dan misinya.
Secara tradisional kehidupan Musa untuk membela umat israel dimulai ketika ia mulai
mengetahui jati dirinya sendiri dan ia membunuh perwira mesir demi membela budak
seorang israel setelah peristiwa itu ia pergi ke pengasingan dari Mesir.13

11
Carol Meyers, Exodus- New Cambridge Bible Commentary, ( New York: Cambridge University Press,2005),
Hal 69
12
Thomas B. Dozeman, Craig A.Evans, Joel N. Lohr., The Of Exodus-Composition, Reception, Interpretation
(Boston : Brill 2014) Hal. 139
13
WALTER A. ELWELL, Evangelical Dictionary of Theology, ( baker book house, 1984) hal 738

6|Page
IV.HUBUNGAN PL –PB

Pengutusan Musa – Ketaatan Musa menjadi perumpamaan ketaatan dan dasar


iman dalam surat ibrani 11 : 23-27

Dalam perikop ini di jelaskan bagaimana Musa menerima Pengutusan yang di berikan
oleh Allah kepadanya. Allah membuat Musa berbesar hati untuk menemui Firaun yang
kemudian menghilangkan semua rasa kekhawatirannya. Tidak hanya Dalam Perjanjian Lama,
dalam Perjanjian Baru juga cerita tentang Musa juga di angkat. Bagaimana seorang Musa
yang beriman sehingga ia Taat dan melakukan segala sesuatu yang di firmankan oleh allah
kepadanya.

IV.1 Iman Musa sendiri (ay. 24-25, dst.)

Betapa besarnya godaan yang dialami Musa. Puteri Firaun dikatakan sebagai satu-
satunya anak Firaun, dan puteri Firaun sendiri tidak mempunyai anak. Setelah menemukan
Musa, dan menyelamatkan dia, puteri Firaun bertekad untuk membawanya dan mengasuhnya
sebagai anak. Dengan demikian, Musa mendapat kesempatan baik untuk menjadi raja Mesir
pada waktunya, dan dengan begitu ia bisa berguna bagi Israel. Ia berutang nyawa terhadap
puteri Firaun ini. Dan menolak kebaikan seperti itu dari puteri Firaun tidak hanya tampak
seperti tidak tahu berterima kasih, tetapi juga mengabaikan Pemeliharaan ilahi, yang tampak
bermaksud untuk mengangkat hidupnya dan memberi keuntungan bagi saudara-saudaranya.

Betapa mulianya kemenangan imannya dalam pencobaan yang begitu besar. Ia


menolak disebut anak puteri Firaun, supaya jangan sampai ia tidak menghargai kehormatan
yang lebih sejati sebagai anak Abraham, bapa orang beriman. Ia menolak disebut anak puteri
Firaun, supaya jangan hal itu tampak seperti ia menyangkal agamanya dan juga hubungannya
dengan Israel. Dan tidak diragukan lagi bahwa kedua hal itu akan terjadi seandainya ia
menerima kehormatan ini. Oleh sebab itulah dengan anggun ia menolaknya.

Ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara
menikmati kesenangan dari dosa (ay. 25). Ia rela mengambil bagian bersama umat Allah di
sini, meskipun bagian itu adalah penderitaan. Ini supaya ia mendapat bagian bersama mereka
di dunia nanti, daripada menikmati semua kesenangan ragawi yang berdosa di istana Firaun,
yang hanya untuk sementara waktu, lalu sesudah itu dihukum dengan kesengsaraan kekal.

7|Page
Dalam hal ini Musa bertindak masuk akal dan juga saleh, dan ia menaklukkan godaan
terhadap kesenangan duniawi seperti sebelumnya ia menaklukkan godaan terhadap
kedudukan duniawi.

 Kesenangan-kesenangan dosa hanya berlangsung sesaat. Kesenangan-kesenangan itu


pasti akan segera berakhir entah dengan pertobatan atau kehancuran.
 Kesenangan-kesenangan dunia ini, terutama kesenangan-kesenangan istana, sangat
sering merupakan kesenangan-kesenangan dosa. Dan selalu demikian jika kita tidak
dapat menikmatinya tanpa meninggalkan Allah dan umat-Nya. Orang percaya yang
sungguh-sungguh akan memandang rendah kesenangan-kesenangan itu apabila
ditawarkan dengan syarat-syarat tersebut.
 Penderitaan, dan bukan dosa, itulah yang harus dipilih, karena ada lebih banyak
kejahatan dalam dosa terkecil daripada yang mungkin ada dalam penderitaan terbesar.
 Jahatnya penderitaan akan jauh berkurang apabila kita menderita bersama umat Allah,
berada dalam kepentingan yang sama dan digerakkan oleh Roh yang sama.
 Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari
pada semua harta Mesir (ay. 26). Lihatlah bagaimana Musa menimbang-nimbang
perkara: pada satu sisi ia menempatkan apa yang terburuk dari agama, yaitu
penghinaan karena Kristus, dan pada sisi lain apa yang terbaik dari dunia, yaitu harta
Mesir. Dalam penilaiannya, yang dipimpin oleh iman, apa yang terburuk dari agama
lebih berbobot daripada apa yang terbaik dari dunia. Penghinaan-penghinaan terhadap
jemaat Allah adalah penghinaan karena Kristus, yang adalah, dan selalu menjadi,
Kepala jemaat. Di sini Musa menaklukkan kekayaan dunia, seperti sebelumnya ia
telah menaklukkan kehormatan dan kesenangan dunia. Umat Allah adalah, dan selalu
menjadi, umat yang mendapat cela. Kristus menganggap diri-Nya dicela dalam
penghinaan-penghinaan terhadap mereka. Dan, sementara Ia mengambil bagian dalam
penghinaan-penghinaan terhadap mereka, penghinaan-penghinaan itu menjadi
kekayaan, dan kekayaan itu lebih baik daripada harta karun kerajaan terkaya di dunia
sekalipun. Sebab Kristus akan memberi mereka upah berupa mahkota kemuliaan yang
tidak akan pernah pudar. Iman paham akan hal ini, dan menentukan serta bertindak
sesuai dengannya.

8|Page
Disebutkan di sini waktu ketika Musa oleh imannya memperoleh kemenangan atas
dunia, dengan segala kehormatan, kesenangan, dan harta bendanya: Setelah dewasa (ay. 24).
Bukan hanya dewasa dalam kebijaksanaan, melainkan juga dalam pengalaman, di usia empat
puluh tahun, yaitu setelah ia menjadi orang besar, atau sudah menjadi matang. Sebagian
orang akan melihat ini sebagai hal yang mengurangi kemenangannya, bahwa begitu terlambat
ia mendapat kemenangan itu, dan bahwa ia tidak membuat pilihan ini lebih awal. Tetapi lebih
tepatnya ini lebih memperbesar kehormatan baginya atas penyangkalan diri dan
kemenangannya atas dunia, bahwa ia membuat pilihan ini ketika sudah dewasa untuk menilai
dan menikmati, mampu mengetahui apa yang dia lakukan dan mengapa ia melakukannya. Itu
bukan tindakan seorang anak, yang lebih suka mainan daripada emas, tetapi sebaliknya, apa
yang dilakukannya timbul dari pertimbangan matang dengan sengaja dan sadar. Sungguh
hebat jika orang yang sungguh-sungguh saleh ketika tengah menjalani urusan dan
kenikmatan duniawi, justru memandang rendah dunia padahal mereka sedang mampu-
mampunya untuk mengecap dan menikmatinya.

IV.2 Musa dalam acuan iman dalam Ibrani 11

Apa yang menyokong dan menguatkan iman Musa sampai sedemikian rupa sehingga
memampukan dia untuk mendapat kemenangan atas dunia seperti itu: Pandangannya ia
arahkan kepada upah, yaitu menurut sebagian orang, pembebasan dari Mesir. Tetapi tidak
diragukan ada makna yang lebih jauh daripada itu, yaitu upah yang mulia atas iman dan
kebahagiaan di dunia lain.

 Sorga adalah upah yang besar, yang melampaui bukan hanya semua hal yang pantas
kita dapatkan, melainkan juga semua hal yang dapat kita bayangkan. Sorga adalah
upah yang sepadan dengan harga yang dibayar untuknya, yaitu darah Kristus. Upah
sorga sepadan dengan kesempurnaan-kesempurnaan Allah, dan sepenuhnya
menggenapi semua janji-Nya. Sorga adalah upah, karena diberikan oleh Hakim yang
adil demi kebenaran Kristus kepada orang-orang benar, sesuai dengan aturan yang
benar dari perjanjian anugerah.
 Orang-orang percaya boleh dan harus memberi perhatian terhadap ganjaran yang
berupa upah ini. Mereka harus mengetahuinya dengan baik, menyetujuinya, dan hidup
dengan mengharapkannya setiap hari dengan penuh sukacita. Dengan demikian upah
itu akan menjadi petunjuk untuk membimbing langkah mereka, menjadi magnet untuk
9|Page
menarik hati mereka, pedang untuk menaklukkan musuh-musuh mereka, pemacu bagi
mereka untuk melaksanakan kewajiban, dan minuman untuk menyegarkan mereka di
bawah semua kesulitan dalam melakukan pekerjaan.

IV.3 Iman Musa untuk meninggalkan Mesir

Kita mendapati contoh lain dari iman Musa, yaitu dalam meninggalkan Mesir: Karena
iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja (ay. 27). Hasil
dari imannya: Ia meninggalkan Mesir, dan semua kekuasaan serta kesenangannya, dan
memimpin Israel keluar dari situ. Dua kali Musa meninggalkan Mesir:

 Sebagai tersangka penjahat, ketika murka sang raja membara terhadapnya karena
sudah membunuh orang Mesir (Kel. 2:14-15). Di situ dikatakan bahwa ia menjadi
takut, bukan takut dalam arti kecut hati, tetapi takut sehingga ia mengambil langkah
bijak, untuk menyelamatkan nyawanya.
 Sebagai panglima dan penguasa di Yesyurun, setelah Allah menyuruh dia untuk
mempermalukan Firaun dan membuatnya bersedia membiarkan orang-orang Israel
pergi.

Kemenangan imannya. Imannya mengangkat dia mengatasi ketakutan terhadap murka


raja. Meskipun ia tahu bahwa murka raja amat besar, dan ditujukan kepada dirinya secara
khusus, dan murka itu memimpin banyak pasukan untuk mengejar-ngejar dia, namun ia tidak
kecut hati, dan ia berkata kepada Israel, janganlah takut (Kel. 14:13). Mereka yang
meninggalkan Mesir harus bersiap-siap menghadapi murka manusia. Tetapi mereka tidak
perlu takut, sebab mereka berada di bawah pimpinan Allah yang sang gup membuat murka
manusia menjadi pujian bagi-Nya, dan menahan sisa-sisanya.

Pedoman yang mendasari tindakannya dalam apa yang dilakukannya ini: Ia bertahan
sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Ia bertahan dengan keberanian yang pantang
menyerah dalam semua bahaya, dan menanggung segala keletihan yang amat sangat dalam
usahanya. Hal ini dia lakukan dengan melihat Allah yang tidak kelihatan.

 Allah yang dengan-Nya kita berhadapan adalah Allah yang tidak kelihatan. Ia tidak
kelihatan oleh pancaindra kita, oleh mata jasmani. Ini menunjukkan kebodohan orang-
orang yang berlagak membuat gambar-gambar Allah, padahal Allah tidak pernah dan
tidak dapat dilihat oleh siapa pun.

10 | P a g e
 Dengan iman kita dapat melihat Allah yang tidak kelihatan ini. Kita dapat sepenuhnya
yakin akan keberadaan-Nya, akan pemeliharaan-Nya, dan akan hadirat-Nya yang
penuh rahmat dan penuh kuasa bersama kita.
 Memandang Allah seperti itu akan memampukan orang-orang percaya untuk bertahan
sampai pada akhirnya, apa pun yang akan mereka hadapi di tengah jalan.

V. PENUTUP
V.1Kesimpulan

Ketidaksetiaan umat Israel telah mendatangkan hukuman terhadap mereka.


Hukuman Allah terhadap bangsa Israel mempunyai tujuan yang istimewa yaitu

11 | P a g e
keselamatan dan kesejahteraan. Dari sisa-sisa bangsa israel yang lepas dari hukuman,
Allah mengadakan suatu Perjanjian yang di perbaharui serta menghapuskan dosa dan
kesalahan mereka.

Ketaatan musa dalam memenuhi panggilannya untuk membebaskan umat


israel dari perbudakan di mesir telah membawa umat israel dalam kesejahteraan dan
kemakmuran. Demikian dapat kita pahami dari perikop ini bahwa setiap ketaatan akan
membuahkan kesejahteraan dan kebaikan. Karena Allah akan senantiasa
mengaruniakan berkat kepada seiap orang, bangsa yang hidup dalam ketaatan kepada-
Nya.

V.2Implikasi
Dari peristiwa pengutusan musa ketaatan yang dimunculkan dari sikap musa
merespon panggilan Allah dapat menjadi acuan dalam proses pengutusan atau missi
pada masa dewasa ini. Rasa takut dan tidak percaya diri dari seorang Musa dapat
hilang oleh karena ketaatannya kepada Allah. Pada masa sekarang banyak umat
kristen yang tidak menaati perintah Allah hanya karena tidak mengalami dan
menyadari bahwa panggilan pengutusan Allah secara pribadi hadir kepada setiap
orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Musa memenuhi panggilannya dari
keterasingannya. Pada masa ia menyingkir dari Mesir ia menerima pengutusan itu dan
melakukannya. Pada peristiwa pengutusan ini Musa sudah terlebih dahulu
diberitahukan bahwa pekerjaan dan tugas yang akan ia lakukan tidaklah mudah
namun, karena keyakinan dan ketaatannya kepada Allah ia mau melakukan dan
menjalankan segala perintah yang diberikan Allah kepadanya. Sedemikian rupa,
sebagai seorang kristen masa kini maka harus mampu bertindak taat dan percaya
sebagaimana Musa dalam perikop ini. Kesusahan dan kesulitan yang dialami
seharusnya tidak menyurutkan kepercayaan dan Keyakinan iman terhadap Allah
melalui putraNya Yesus Kristus. Karena dalam setiap pengorbanan, ketaatan dan
usaha yang dilakukan seseorang maka Allah telah menjanjikan Keberhasilan dan
kesejahteraan sebagai buah dari ketaatannya.

Daftar Pustaka

Brink, H. v. d ,

2003, Tafsiran Kisah Para Rasul, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,),

12 | P a g e
Gallagher, Robert L. dan Paul Hertig, ed.

2004, Mission in Acts, (USA: Orbis Books, Marryknoll,),

Roberts, Scott Alan, John Richard Ward,

2014, The Exodus Reality Unearthing The Real History Of Moses, Indentifying The
Pharaohs, And Examining The Exodus From Egypt (USA: The Career Press,)

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Online )

Milgram, Stanley,

1974, Obedienc To Authority An Experymental View, ( Usa: Tavistock,)

2005, The New Bible Dictionary - Ensiklopedi Masa Kini (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih,)

Kuiper,Arie De,

2004, Missiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Paterson,Robert M.

Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, )

1998. Tafsiran Alkitab Masa Kini, ( jakarta: BPK Gunung Mulia,).

Coats,George W.

1988. MOSES Heroic Man, Man of God, (england JSOT Press,).

OSMAN,AHMED.

2002. MOSES AND AKHENATEN The Secret History of Egypt at the Time of the
Exodus, (London: Grafton Books,)

Meyers,Carol.

2005. Exodus- New Cambridge Bible Commentary, ( New York: Cambridge


University Press,),

13 | P a g e
Dozeman,Thomas dkk,

2014. The Of Exodus-Composition, Reception, Interpretation (Boston : Brill)

WALTER A. ELWELL,

1984. Evangelical Dictionary of Theology, ( baker book house,)

Parsons,Mikeal C.

2008. Commentaries on The New Testament : Acts, (USA: Baker Academic,),

Darmawijaya,

2010. Kisah Para Rasul, (Yogyakarta: Kanisius,)

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai