Nim : 17.3265
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi, 17 Juni
1907 pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang
berperang melawan Belanda. Sebelumnya ia makamkan di Tarutung, lalu dipindahkan ke
Balige, dan terakhir dipindahkan ke Pulau Samosir.
Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta pada tahun 1876
menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia
juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di
negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda
dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau
menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan
Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara
Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas
kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan
Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu umurnya baru
19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali
Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu
dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri
semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang
terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan. Belanda pada
waktu itu masih mengakui Tanah Batak sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan” (Daerah
Batak yang tidak tergantung pada Belanda.
Raja Sisingamangaraja XII yang kendati secara clan, bukan berasal dari Silindung,
namun sebagai Raja yang mengayomi raja-raja lainnya di seluruh Tanah Batak, bangkit
kegeramannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-tanah Batak.
Raja Sisingamangaraja XII cepat mengerti siasat strategi Belanda. Kalau Belanda
mulai mencaplok Silindung, tentu mereka akan menyusul dengan menganeksasi Humbang,
Toba, Samosir, Dairi dan lain-lain.
Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak, Beliau segera mengambil langkah-langkah
konsolidasi. Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat dihimpunnya dalam suatu rapat
raksasa di Pasar Balige, bulan Juni 1876. Dalam rapat penting dan bersejarah itu diambil tiga
keputusan sebagai berikut :
Terlihat dari peristiwa ini, Sisingamangaraja XII lah yang dengan semangat garang,
mengumumkan perang terhadap Belanda yang ingin menjajah. Terlihat pula,
Sisingamangaraja XII bukan anti agama. Dan terlihat pula, Sisingamangaraja XII di
zamannya, sudah dapat membina azas dan semangat persatuan dan suku-suku lainnya.
B. Kepercayaan
Agama yang dianut oleh Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak yaitu Parmalim.
Namun sudah sejak zaman Belanda terdengar desas-desus bahwa menjelang tahun 1880-an
Sisingamangaraja memeluk agama Islam[butuh rujukan].
Yang pertama menyebarkan
desas-desus bahwa
Singamangaraja XII telah
menjadi seorang Muslim adalah
para penginjil RMG (Rheinische
Missionsgesellschaft)[butuh
rujukan]. Mereka tiba pada
kesimpulan tersebut karena pada
Agama Suku dan Kebatinan 6 atau
Figure 2: Bale Pasogit, Tempat Raja Sisingamangaraja Bersemedi
bertapa
saat itu Singamangaraja XII mulai menyalin kerjasama dengan pihak Aceh[butuh rujukan].
Hal itu dilakukannya karena ia mencari sekutu melawan para penginjil RMG yang
pengaruhnya di Silindung menjadi semakin terasa dan yang menjalin hubungan erat dengan
pemerintah dan tentara Belanda. Namun alasan utama maka para misionaris RMG
menyebarkan isu bahwa Singamangaraja telah menjadi seorang Muslim adalah untuk
meyakinkan pemerintah Belanda untuk menganeksasi Tanah Batak[butuh rujukan]. Atas
permintaan penginjil RMG, terutama I.L. Nommensen, tentara kolonial Belanda akhirnya
menyerang markas Singamangaraja XII di Bangkara[butuh rujukan] dan memasukkan Toba
dan Silindung ke dalam wilayah jajahan Belanda.
C. Makam
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan
Belanda di pinggir bukit Lae Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang.1
D. Warisan sejarah
1
Sidjabat, Bonar W. Prof. Dr. (2007), Ahu Sisingamangaraja, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, ISBN 979-416-896-
7.
Agama Suku dan Kebatinan 7
Kegigihan perjuangan Sisingamangaraja XII ini telah menginspirasikan masyarakat
Indonesia, yang kemudian Sisingamangaraja XII diangkat sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia. Selain itu untuk mengenang kepahlawanannya, nama Sisingamangaraja juga
diabadikan sebagai nama jalan di seluruh kawasan Republik Indonesia.
BAB III
Agama Suku dan Kebatinan 8
PENUTUP
KESIMPULAN
Sisingamangaraja adalah salah satu pahlawan dari tanah batak yang sangat dikenal
dan dikenang hingga saat ini, karena kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan.
Kepercayaan asli bangso batak yang merupakan agama dari sisingamangaraja, berpengaruh
terhadap kepercayaan keturunan dan masyarakat sekitar. Walaupun masyarakat sekitar telah
menganut agama kristen, namun mereka tetap tidak bisa menghilangkan kepercayaan yang
dianut sejak awal. Ini terlihat dari pengkeramatan beberapa peninggalan sisingamangaraja
termasuk istana sisingamangaraja yang di bangun di tanah kelahirannya di desa bakkara.
Masuk ke dalam kompleks istana maka pengunjung diwajibkan untuk membuka alas kaki
sebagai penghormatan terhadap raja sisingamangaraja. Adanya beberapa larangan yaitu
berbuat tak senonoh dan berucap kata kotor di kompleks tersebut dengan sanksi bahwa “nanti
oppung itu marah dan kalian celaka” inilah ucapan yang diutarakan oleh penjaga kompleks
istana sisingamangaraja.
SARAN
Warisan budaya yang sangat bersejarah bagi orang batak bahkan negara indonesia ini
harus di lestarikan dan dijaga dengan baik. Sehingga para generasi penerus dapat mengingat
dan mengetahui kelak, bahwa dulu pernah ada pejuang batak yang gigih dan tak kenal kata
untuk menyerah yaitu sisingamangaraja.
DAFTAR PUSTAKA
Agama Suku dan Kebatinan 9
http://www.silaban.net/2006/06/22/riwayat-singkat-raja-sisingamangaraja-xii/
http://tanobatak.wordpress.com/2008/01/11/riwayat-singkat-perjuangan-raja-si-
singamangaraja-xii/
Brenner, J.F. von. Besuch bei den Kannibalen Sumatras: erste Durchquerung der
unabhangigen Batak-Lande. Wurzburg: Wurl.
Raffles, Stamford. Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford
Raffles. London: John Murray.
LAMPIRAN
Agama Suku dan Kebatinan 10
Figure 4: Ibadah sebelum melakukan penelitian