Anda di halaman 1dari 12

Nama : Andri Ockinaldo Pakpahan

Nim : 17.3265

Mata Kuliah : Agama Suku Dan Kebatinan

Dosen : Pdt.Dr.Petrus N. B. Pardede

LAPORAN HASIL PENELITIAN


ISTANA DAN MAKAM SISINGAMANGARAJA

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi, 17 Juni
1907 pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang
berperang melawan Belanda. Sebelumnya ia makamkan di Tarutung, lalu dipindahkan ke
Balige, dan terakhir dipindahkan ke Pulau Samosir.

Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta pada tahun 1876
menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia
juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di
negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda
dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau
menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan
Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara
Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas
kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan
Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.

Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja


Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatera Utara untuk
menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820,
Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat
sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung.
Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada

Agama Suku dan Kebatinan 1


pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya
kepada pemimpin Pagaruyung.

II. Rumusan Masalah


Apakah kerajaan Sisingamangaraja masih sering menjadi tempat peribadahan
agama suku?
Bagaimana nilai-nilai perjuangan raja sisingamangaraja XII dapat
diinternalisasikan pada saat ini dan akan datang ?
Apa kaitan Sisingamangaraja dengan salah satu agama suku, yaitu Parmalim?

III. Tujuan Penelitian


Meneliti apakah kerajaan Sisingamangaraja masih sering menjadi tempat
peribadahan agama suku
Meneliti apa saja yang menjadi peninggalan dari Sisingamangaraja
Meneliti apakah selama ini ada kaitannya Sisingamangaraja dengan salah satu
agama suku, yaitu Parmalim
IV. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui tradisi ataupun budaya terkait ke
agama suku Batak terkhusus yang ada di sekitaran Kerajaan Sisingamangaraja,
Bakkara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan yang sempat
menjadi pusat tradisi dan budaya orang Batak. Penelitian ini juga bermanfaat
untuk memberikan sebuah informasi kepada orang-orang Batak masa kini, agar
bisa mengetahui tradisi dan Budaya agama suku Batak terdahulu.

V. laporan kondisi Tempat


lokasi penelitian yang kami lakukan berada di desa bakkara. Tempat penelitian yang
kami pilih yaitu Desa Bakkara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan dan
kami lebih tepatnya akan meneliti ke Kerajaan Sisingamangaraja. Tujuan kami yang paling
utama yaitu untuk meneliti apakah orang-orang di sana masih sering untuk melakukan
peribadahan dengan nuansa Agama Suku atau tidak. Kami berangkat dari Siantar pada
tanggal 3 November 2019, sekitar pukul 04.30 WIB.
Perjalanan dari Siantar ke Bakkara seharusnya memakan waktu kurang lebih empat
jam tiga puluh menit lamanya, tetapi karena adanya insiden ditengah perjalanan, yaitu
tepatnya di Jalan Lintas Siborongborong - Dolok Sanggul dan membuat kami harus

Agama Suku dan Kebatinan 2


memperbaiki kendaraan kami terlebih dahulu di Bengkel Jalan Lintas Desa Nagasaribu,
Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Oleh karena itu kami memakan
waktu kurang lebih 2 jam untuk memperbaiki kendaraan kami, sehingga kami baru sampai ke
Bakkara sekitar pukul 12.00 WIB, dan kami melaksanakan penelitian sekitar 45 menit
lamanya.
Disana kami bertemu dengan seorang narasumber yang merupakan cicit atau bisa
dikatakan sebagai keturunan dari Sisingamangaraja, yang bernama Markoni Sinambela (50
tahun), isterinya boru Situmorang. Beliau sekarang sebagai penjaga Istana Sisingamangaraja
di Desa Bakkara tersebut.
karena mitos orang Batak yang mengatakan bahwa Sisingamangaraja Ke-1 adalah
inkarnasi Batara Guru, dan satu satu nya Sisingamangaraja yang tidak melalui hubungan
biologis, lalu kemudian mengenai perang Padri, yang mengakibatkan dahulu kerajaan
Sisingamangaraja tersebut hancur dan terbakar, pada saat itu juga kematian dari Raja
Sisingamangaraja yang ke-10 tewas terbunuh. Terbunuhnya Raja Sisingamangaraja dikatakan
oleh Narasumber yaitu karena Tuanku Rao yang merupakan keponakan dari
Sisingamangaraja ke-10, yang mana Tuanku Rao tersebutlah yang membunuh
Sisingamangaraja ke-10. Tuanku Rao memenggal kepala Sisingamangaraja ke-10 di
Siborongborong, dan kepala tersebut kembali ke pelukan isterinya yaitu ke Kerajaan
Sisingamangaraja tersebut. Dan kepalanya tersebut di kuburkan isterinya di bawah batu yang
ada di Kerajaan tersebut.
kemudian kami menanyakan mengenai rumah Bolon yang ada di tempat tersebut,
yaitu ada 4 Rumah Bolon yang ada disana. Kami menanyakan apakah ada perbedaan atau ada
perbedaan fungsi dari keempat Rumah Bolon tersebut. Narasumber mengatakan bahwa
fungsi keempat Rumah Bolong tersebut adalah berbeda-beda. Yang pertama ada rumah
Bolon yang digunakan sebagai tempat untuk manortor, lalu rumah Bolon Kedua sebagai
tempat tamu , yang ketiga yaitu sebagai tempat berkumpul keluarga Sisingamangaraja, Lalu
yang keempat sebagai Sopo Bolon yaitu tempat menumbuk dan mengumpulkan padi.
Kami juga menanyakan mengenai bagaimana cara pemilihan untuk menjadi seorang
raja dan mendapat gelar Sisingamangaraja. Bapak Narasumber mengatakan bahwa caranya
yaitu dengan cara mencabut keris Piso Gaja Dompak, yang dapat mencabut keris tersebut dari
sarungnya maka akan dianggap bahwa Mula Jadi Na bolon menyetujui orang tersebut untuk
menjadi Raja. Lalu kami kembali menanyakan dimana keris tersebut berada, dan narasumber
mengatakan agar kami mencari tahu sendiri.

Agama Suku dan Kebatinan 3


BAB II
ISTANA DAN MAKAM SISINGAMANGARAJA

A. Perjuangan Raja Sisingamangaraja

Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu umurnya baru
19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali
Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu
dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri
semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang
terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan. Belanda pada
waktu itu masih mengakui Tanah Batak sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan” (Daerah
Batak yang tidak tergantung pada Belanda.
Raja Sisingamangaraja XII yang kendati secara clan, bukan berasal dari Silindung,
namun sebagai Raja yang mengayomi raja-raja lainnya di seluruh Tanah Batak, bangkit
kegeramannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-tanah Batak.
Raja Sisingamangaraja XII cepat mengerti siasat strategi Belanda. Kalau Belanda
mulai mencaplok Silindung, tentu mereka akan menyusul dengan menganeksasi Humbang,
Toba, Samosir, Dairi dan lain-lain.
Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak, Beliau segera mengambil langkah-langkah
konsolidasi. Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat dihimpunnya dalam suatu rapat
raksasa di Pasar Balige, bulan Juni 1876. Dalam rapat penting dan bersejarah itu diambil tiga
keputusan sebagai berikut :

1. Menyatakan perang terhadap Belanda


2. Zending Agama tidak diganggu
3. Menjalin kerjasama Batak dan Aceh untuk sama-sama melawan Belanda.

Terlihat dari peristiwa ini, Sisingamangaraja XII lah yang dengan semangat garang,
mengumumkan perang terhadap Belanda yang ingin menjajah. Terlihat pula,
Sisingamangaraja XII bukan anti agama. Dan terlihat pula, Sisingamangaraja XII di
zamannya, sudah dapat membina azas dan semangat persatuan dan suku-suku lainnya.

Agama Suku dan Kebatinan 4


Tahun 1877, mulailah perang Batak yang terkenal itu, yang berlangsung 30 tahun
lamanya. Dimulai di Bahal Batu, Humbang, berkobar perang yang ganas selama tiga
dasawarsa, 30 tahun. Belanda mengerahkan pasukan-pasukannya dari Singkil Aceh,
menyerang pasukan rakyat semesta yang dipimpin Raja Sisingamangaraja XII.
Pasukan Belanda yang datang menyerang ke arah Bakara, tempat istana dan markas
besar Sisingamangaraja XII di Tangga Batu, Balige mendapat perlawanan dan berhasil
dihempang. Belanda merobah taktik, ia menyerbu pada babak berikutnya ke kawasan Balige
untuk merebut kantong logistik Sisingamangaraja XII di daerah Toba, untuk selanjutnya
mengadakan blokade terhadap Bakara. Tahun 1882, hampir seluruh daerah Balige telah
dikuasai Belanda, sedangkan Laguboti masih tetap dipertahankan oleh panglima-panglima
Sisingamangaraja XII antara lain Panglima Ompu Partahan Bosi Hutapea. Baru setahun
kemudian Laguboti jatuh setelah Belanda mengerahkan pasukan satu batalion tentara
bersama barisan penembak-penembak meriam.
Tahun 1883, seperti yang sudah dikuatirkan jauh sebelumnya oleh Sisingamangaraja
XII, kini giliran Toba dianeksasi Belanda. Domino berikut yang dijadikan pasukan Belanda
yang besar dari Batavia (Jakarta sekarang), mendarat di Pantai Sibolga. Juga dikerahkan
pasukan dari Padang Sidempuan. Raja Sisingamangaraja XII membalas menyerang Belanda
di Balige dari arah Huta Pardede. Baik kekuatan laut dari Danau Toba, pasukan
Sisingamangaraja XII dikerahkan. Empat puluh Solu Bolon atau kapal yang masing-masing
panjangnya sampai 20 meter dan mengangkut pasukan sebanyak 20 x 40 orang jadi 800
orang melaju menuju Balige. Pertempuran besar terjadi.

Pada tahun 1883,


Belanda benar-benar
mengerahkan seluruh
kekuatannya dan
Sisingamangaraja XII beserta
para panglimanya juga
bertarung dengan gigih.

Figure 1: Gambar Istana Sisingamangaraja Tahun itu, di hampir seluruh


Tanah Batak pasukan Belanda
harus bertahan dari serbuan pasukan-pasukan yang setia kepada perjuangan Raja
Sisingamangaraja XII.

Agama Suku dan Kebatinan 5


Namun pada tanggal 12 Agustus 1883, Bakara, tempat Istana dan Markas Besar
Sisingamangaraja XII berhasil direbut oleh pasukan Belanda. Sisingamangaraja XII
mengundurkan diri ke Dairi bersama keluarganya dan pasukannya yang setia, juga ikut
Panglima-panglimanya yang terdiri dari suku Aceh dan lain-lain.
Sebelum Beliau gugur, pernah penjajah Belanda menawarkan perdamaian kepada Raja
Sisingamangaraja XII dengan imbalan yang cukup menggiurkan. Patriotismenya digoda
berat. Beliau ditawarkan dan dijanjikan akan diangkat sebagai Sultan. Asal saja bersedia
takluk kepada kekuasaan Belanda. Beliau akan dijadikan Raja Tanah Batak asal mau
berdamai. Gubernur Belanda Van Daalen yang memberi tawaran itu bahkan berjanji, akan
menyambut sendiri kedatangan Raja Sisingamangaraja XII dengan tembakan meriam 21 kali,
bila bersedia masuk ke pangkuan kolonial Belanda, dan akan diberikan kedudukan dengan
kesenangan yang besar, asal saja mau kompromi, tetapi Raja Sisingamangaraja XII tegas
menolak. Ia berpendirian, lebih baik berkalang tanah daripada hidup di peraduan penjajah.
Raja Sisingamangaraja XII gugur pada tanggal 17 Juni 1907, tetapi pengorbanannya
tidaklah sia-sia. Dan cuma 38 tahun kemudian, penjajah betul-betul angkat kaki dari
Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan Sukarno-
Hatta. Kini Sisingamangaraja XII telah menjadi sejarah. Namun semangat patriotismenya,
jiwa pengabdian dan pengorbanannya yang sangat luhur serta pelayanannya kepada rakyat
yang sangat agung, kecintaannya kepada Bangsa dan Tanah Airnya serta kepada
kemerdekaan yang begitu besar, perlu diwariskan kepada generasi penerus bangsa Indonesia.

B. Kepercayaan

Agama yang dianut oleh Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak yaitu Parmalim.
Namun sudah sejak zaman Belanda terdengar desas-desus bahwa menjelang tahun 1880-an
Sisingamangaraja memeluk agama Islam[butuh rujukan].
Yang pertama menyebarkan
desas-desus bahwa
Singamangaraja XII telah
menjadi seorang Muslim adalah
para penginjil RMG (Rheinische
Missionsgesellschaft)[butuh
rujukan]. Mereka tiba pada
kesimpulan tersebut karena pada
Agama Suku dan Kebatinan 6 atau
Figure 2: Bale Pasogit, Tempat Raja Sisingamangaraja Bersemedi
bertapa
saat itu Singamangaraja XII mulai menyalin kerjasama dengan pihak Aceh[butuh rujukan].
Hal itu dilakukannya karena ia mencari sekutu melawan para penginjil RMG yang
pengaruhnya di Silindung menjadi semakin terasa dan yang menjalin hubungan erat dengan
pemerintah dan tentara Belanda. Namun alasan utama maka para misionaris RMG
menyebarkan isu bahwa Singamangaraja telah menjadi seorang Muslim adalah untuk
meyakinkan pemerintah Belanda untuk menganeksasi Tanah Batak[butuh rujukan]. Atas
permintaan penginjil RMG, terutama I.L. Nommensen, tentara kolonial Belanda akhirnya
menyerang markas Singamangaraja XII di Bangkara[butuh rujukan] dan memasukkan Toba
dan Silindung ke dalam wilayah jajahan Belanda.

C. Makam
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan
Belanda di pinggir bukit Lae Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang.1

Sebuah peluru menembus dadanya,


akibat tembakan pasukan Belanda
yang dipimpin Kapten Hans
Christoffel. Menjelang napas terakhir
dia tetap berucap, Ahuu
Sisingamangaraja. Turut gugur
waktu itu dua putranya Patuan
Figure 3: Makam Sisingamangaraja
Nagari dan Patuan Anggi, serta
putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja
XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung,
setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba.
Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige
sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.
Sisingamangaraja XII digelari Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Surat Keputusan
Pemerintah Republik Indonesia No. 590 tertanggal 19 Nopember 1961.

D. Warisan sejarah

1
Sidjabat, Bonar W. Prof. Dr. (2007), Ahu Sisingamangaraja, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, ISBN 979-416-896-
7.
Agama Suku dan Kebatinan 7
Kegigihan perjuangan Sisingamangaraja XII ini telah menginspirasikan masyarakat
Indonesia, yang kemudian Sisingamangaraja XII diangkat sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia. Selain itu untuk mengenang kepahlawanannya, nama Sisingamangaraja juga
diabadikan sebagai nama jalan di seluruh kawasan Republik Indonesia.

BAB III
Agama Suku dan Kebatinan 8
PENUTUP

KESIMPULAN
Sisingamangaraja adalah salah satu pahlawan dari tanah batak yang sangat dikenal
dan dikenang hingga saat ini, karena kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan.
Kepercayaan asli bangso batak yang merupakan agama dari sisingamangaraja, berpengaruh
terhadap kepercayaan keturunan dan masyarakat sekitar. Walaupun masyarakat sekitar telah
menganut agama kristen, namun mereka tetap tidak bisa menghilangkan kepercayaan yang
dianut sejak awal. Ini terlihat dari pengkeramatan beberapa peninggalan sisingamangaraja
termasuk istana sisingamangaraja yang di bangun di tanah kelahirannya di desa bakkara.
Masuk ke dalam kompleks istana maka pengunjung diwajibkan untuk membuka alas kaki
sebagai penghormatan terhadap raja sisingamangaraja. Adanya beberapa larangan yaitu
berbuat tak senonoh dan berucap kata kotor di kompleks tersebut dengan sanksi bahwa “nanti
oppung itu marah dan kalian celaka” inilah ucapan yang diutarakan oleh penjaga kompleks
istana sisingamangaraja.

SARAN
Warisan budaya yang sangat bersejarah bagi orang batak bahkan negara indonesia ini
harus di lestarikan dan dijaga dengan baik. Sehingga para generasi penerus dapat mengingat
dan mengetahui kelak, bahwa dulu pernah ada pejuang batak yang gigih dan tak kenal kata
untuk menyerah yaitu sisingamangaraja.

DAFTAR PUSTAKA
Agama Suku dan Kebatinan 9
http://www.silaban.net/2006/06/22/riwayat-singkat-raja-sisingamangaraja-xii/

http://tanobatak.wordpress.com/2008/01/11/riwayat-singkat-perjuangan-raja-si-
singamangaraja-xii/

Brenner, J.F. von. Besuch bei den Kannibalen Sumatras: erste Durchquerung der
unabhangigen Batak-Lande. Wurzburg: Wurl.

Raffles, Stamford. Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford
Raffles. London: John Murray.

LAMPIRAN
Agama Suku dan Kebatinan 10
Figure 4: Ibadah sebelum melakukan penelitian

Figure 5: Proses pengumpulan Data. Wawancara

Figure 6: Pengumpulan Data. Wawancara

Figure 7: makam Sisingamangaraja

Agama Suku dan Kebatinan 11


Agama Suku dan Kebatinan 12

Anda mungkin juga menyukai