Anda di halaman 1dari 21

NABI-NABI PERJANJIAN LAMA

MINOR PROTHETS

Diktat

Pengampu: TABITA BR SEMBIRING, M.Th

NIDN: 2323049001

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BINA MUDA

WIRAWAN MEDAN

1
NABI-NABI KECIL
A. Pendahuluan

Nabi menempati salah satu dari tiga jabatan utama dalam dunia theologi: raja, imam, nabi.
Jauh sebelum Abraham memasuki Kanaan, teks Mesopotamia kuno telah mengindikasikan
sudah banyak orang yang mengaku sebagai nabi yang tersebar di negara-negara sekitar
Kanaan. Nabi-nabi tersebut umumnya berbicara atas nama dewa, mengkritik kebejatan moral,
dan memprediksi masa depan. Dalam kondisi geo-cultural seperti itu sangat wajar nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama terkesan memiliki tugas-tugas yang cukup mirip dengan nabi-nabi
dewa-dewa lain.

Namun demikian tetap terlihat dengan jelas perbedaan kualitas antara wahyu langsung dari
Allah dan usaha manusia untuk memanipulasi para dewa dan memperoleh penglihatan
tertentu untuk kepentingan manusia. Para nabi umumnya bernubuat tentang isu yang relevan
di masanya maupun nubuat terhadap masa depan. Nubuat terhadap masa depan umumnya
bertemakan tentang the day of the Lord (hari Tuhan) dan restorasi masa depan melalui
kedatangan Mesias. Perjanjian Lama sendiri memakai tiga kata yang cukup unik terhadap
para nabi: hozeh yang lebih mengarah pada penerima visi, ro’eh yang berarti pelihat, dan
nabi’ yang lebih berarti penyambung lidah Tuhan. Nubuat para nabi umumnya dicatat dalam
kanon Perjanjian Lama bagian nabi-nabi. Tetapi ada juga nubuat yang tersebar di kitab-kitab
lain misalnya Raja-raja dan Tawarikh.

Fungsi nabi sudah ada sejak Abraham namun peran mereka masih tidak terlalu jelas. Dalam
Perjanjian Lama kita bisa melihat orang-orang seperti Abraham, Yakub, Musa, Samuel,
Natan sudah memiliki fungsi untuk bernubuat, namun secara peran kenabian, posisi mereka
tidak terlalu menonjol, sehingga kita sulit mengenali mereka dengan jabatan nabi. Mereka
dijuluki proto-prophets karena sudah tersimpan bibit-bibit kenabian melalui peran mereka di
dalam sejarah. Tradisi kenabian mulai diantisipasi oleh Musa melalui ketujuh syarat seorang
nabi: berdarah Israel, dibangkitkan oleh Allah, diinspirasi Roh Kudus, menjadi juru bicara
Allah, otoritasnya berdasarkan nama Allah, menjadi penggembala yang baik bagi jemaat
Allah, nubuat dan pelayanannya dapat diverifikasi. Setelah itu kita mendapati sosok Samuel
yang menjembatani era hakim dan raja sebagai role (peran) model bagi fungsi dan jabatan
nabi yang akan datang. Peran nabi sendiri mulai menjadi permanen dan penting dalam peta
sosial-politik serta kondisi spiritual bangsa Israel sejak zaman Elia dan Elisa. Figur Elia
dalam melakukan kritik kehidupan sosial menjadi contoh bagi nabi-nabi setelahnya.

Setelah masa transisi ini, kita mulai mengenali adanya writing prophets, dan seluruh nubuat
para nabi mulai secara sistematik dibukukan. Sebelumnya, nubuat-nubuat hanya tersebar
dalam konteks cerita narasi yang dikutip oleh editor kitab tersebut. Dalam konteks writing
prophets, kita mengenali pembagian major prophets (nabi-nabi kecil) dan minor prophets
(nabi-nabi besar). Pembagian besar dan kecil ini tidak mengindikasikan perbedaan kuasa
maupun nilai pentingnya melainkan hanyalah pada panjang kitab. Pembagian seperti ini
mengikuti prinsip kanon tanakh (Alkitab tradisi Ibrani), di mana dalam bagian nevi’im, kedua
belas nabi kecil (Trei Asar) dikelompokkan menjadi satu sekalipun tidak ada relasi
kronologis. Setelah mereka menuliskan nubuat mereka, tulisan-tulisan mereka, kemudian
terus-menerus disalin dalam papirus maupun gulungan kulit oleh para imam setelah mereka.

2
Para writing prophets ini tersebar dalam kronologis sejarah mulai zaman raja-raja (dimulai
dari Amos dan Yunus) sampai setelah pembuangan (diakhiri oleh Maleakhi). Para nabi ini
hidup dalam konteks zaman serta pergumulan sosial yang berbeda-beda, mulai dari kerusakan
moral, ancaman bangsa Asyur dan Babilonia, kehancuran Israel dan Yehuda, penindasan
dalam bayang-bayang pembuangan, sampai akhirnya kembali dari pembuangan dan
pembangunan lagi Bait Allah. Konteks yang berbeda-beda ini membuat gaya menulis setiap
nabi unik dan berbeda. Setelah Maleakhi, terdapat gap 400 tahun di mana tidak ada nabi yang
dibangkitkan Tuhan untuk bernubuat. Setelah itu Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis
sebagai pembuka jalan bagi Mesias sekaligus menutup peran keseluruhan nabi di dalam
Perjanjian Lama dan Tuhan berbicara secara langsung melalui Anak-Nya. Dari kesaksian
Yesus kita tahu bahwa peran nabi untuk bernubuat berakhir pada Yohanes Pembaptis namun
secara fungsi masih tersisa beberapa nabi, namun mereka tidak lagi berperan bernubuat
mengenai berita Injil.

Dalam kacamata Perjanjian Baru jelas sekali dinyatakan bahwa nabi menyatakan Injil yang
mereka gumulkan melalui inspirasi Roh Kudus. Dalam 1 Petrus 1:10-12 dituliskan:
“Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang
kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang
bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang
sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan
tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan,
bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala
sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang
oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal
hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”

Melalui ayat ini kita melihat bahwa keselamatan adalah topik utama fokus penyelidikan dan
penelitian para nabi. Yesus jauh sebelum inkarnasi sudah berinteraksi dengan para nabi
melalui Roh-Nya tentang apa yang akan terjadi pada-Nya nanti. Ketika Roh Kudus
mengarahkan mereka untuk menuliskan sesuatu, tidak berarti mereka sudah memahaminya.
Mereka sangatlah ingin tahu maknanya dan secara tekun menyelidikinya. Para nabi sendiri
hanya bisa melihat secara bayang-bayang tentang kapan dan bagaimana keselamatan akan
masuk ke segala bangsa di mana pribadi dan karya Yesus Kristus menjadi sangat sentral
dalam penyelidikan mereka, yaitu melalui penderitaan dan kemuliaan-Nya.

Kita juga melihat berita Injil yang dinyatakan para nabi bukan saja untuk diri mereka sendiri
dan zamannya tapi sampai ke zaman Gereja, di mana nubuat para nabi masih sangat relevan
untuk direnungkan sampai masa sekarang. Basis pengertian tentang keselamatan ini bukanlah
hal yang baru tetapi kelanjutan dari nubuat yang sudah berabad-abad diwariskan oleh para
nabi. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana pribadi seorang Yesus dalam melanjutkan
tradisi kenabian dan bahkan menyempurnakan jabatan nabi yang telah berjalan berabad-abad
ini.

B. Nabi-Nabi Kecil

Kelompok dua belas kitab nabi-nabi yang lebih pendek disebutkan "kecil" oleh sebab
panjangnya saja, bukan sebab kitab-kitab itu kurang penting. Semua kitab ini memakai nama
nabi yang menulisnya.

3
Dalam terjemahan-terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris, kitab-kitab ini disusun sesuai
dengan urutan penulisannya menurut tradisi. Yang pertama dari nubuat-nubuat ini
disampaikan sekitar 850 sM, dan yang terakhir sesudah masa Pembuangan. Sebagian besar
kitab-kitab ini - memberitahukan tanggal penulisannya oleh materi sejarah yang terkandung
di dalamnya. Inilah kitab-kitab tersebut menurut urutannya dengan tiap-tiap temanya:

Hosea - Dosa, hukuman, dan pemulihan Gomer; sebuah simbol dari dosa, hukuman, dan
pemulihan Israel.

Yoel - wabah belalang, penyesalan, janji Allah.

Amos - bencana dan kesejahteraan bagi Israel.

Obaja - Yehova akan merendahkan keangkuhan Elam yang bergirang karena kesukaran
saudaranya.

Yunus - misi ke Ninewe; kasih Yehova dibandingkan dengan kemarahan

Yunus. Mikha - sengketa Yehova.

Nahum - pembalasan dan kebaikan Yehova dinyatakan ketika Ninewe digulingkan.

Habakuk - orang benar akan hidup oleh iman.

Zefanya - Yehova menyembunyikan umat-Nya pada masa murka.

Hagai - nasihat untuk membangun kembali rumah Yehova.

Zakharia - kemuliaan Sion dan kemuliaan raja gembalanya pada masa yang akan datang.

Maleakhi - kasih Yehova tak berbalas.

1. Nabi Hosea.
Cerita yg tidak berbahagia dari Hosea dan istrinya yang tidak beriman melukiskan
kasih setia Allah dan perzinahan rohani Israel.Hosea mengeksposisi dosa-dosa Israel dan
mengkontraskannya dengan kesucian Allah. Bangsa itu harus dihukum, namun akan
dipulihkan di masa depan oleh karena kasih dan kesetiaan Allah.

Judul:
Ibrani: Hôšēă = keselamatan.
Sebagai pesuruh Allah, Hosea menawarkan akan kemungkinan keselamatan hanya jika
bangsa itu berpaling dari penyembahan berhala kepada Allah. Dalam hubungan dengan kitab,
judul Hosea berarti kitab tentang kasih yang tabah atau kitab tentang hukum dan kasih.

Tanggal:
Pelayanan Hosea meliputi + 45 thn. Ia mulai melayani pada akhir Yerobeam II dari Israel,
terus sampai kepada pemerintahan Zakharia, Salum, Menahem, Pekah dan Hosea; berakhir
sesudah penaklukan Israel oleh Asyur selama pemerintahan Hizkia dari Yehuda. Kitab ini
ditulis antara tahun 750 – 710 BC.

4
Ayat dan Kata Kunci
1:6, 9; 2:4, 23; 14:1, 4
Israel 44x Pelacuran 14x
Efraim 37x Rahmat 11x
Kembali 20x

Tujuan:
Memanggil Israel spy bertobat.
Menubuatkan sebab dari penawanan Asyur, yaitu ketidaksetiaan Israel & pemulihan
melalui Mesias.

Ringkasan dan Isi Kitab:


Simbolisme pernikahan Hosea adalah perjanjian, yang memberikan bentuk hukum
bagi ungkapan dan sumber dari hubungan yang diinginkan Allah dengan umat-Nya.
Bagi Israel, hal itu memberikan rencana (blueprint) bagi dasar historis akan iman
mereka dan memberikan bukti yang nyata bagi persyaratan-persyaratan Allah. Pada
saat yang sama, memberikan kepada Allah suatu kesaksian yang dapat diterima akan
loyalitas dan kasih mereka.

Pernikahan Hosea
“Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal.”
Apa arti teks tersebut? Penafsiran umum:

Pola kiasan (alegoris), Emosional ekstrim (letter lex), Proleptis: kecenderungan


bersundal. Mengapa Tuhan Memberikan Perintah itu?

1. Alasan eksperimental

Dengan menikahi seorang istri yg tidak setia, Hosea akan dapat memahami dan
mengerti pedih dan sakitnya hati Allah terhadap kerajaan utara, di mana mereka terus
menerus melakukan perzinahan dan penyelewengan rohani melawan Yahweh.

2. Alasan Illustratif
Pernikahannya akan merupakan contoh yg nyata dan kelihatan dari berita yang
disampaikan kepada Israel.

3. Alasan Prophetic
Allah akan menyuruh Hosea untuk memberi nama kepada anak-anaknya yg
dilahirkan dari pernikahan tersebut dengan nama-nama yang menunjukkan mengenai
nubuatan penghukuman dan pemulihan kembali Israel di masa depan.

Anak-anak Hosea: Gambaran penolakan Tuhan


a. Yizreel : menceraiberaikan (1:4 digenapi waktu raja Zakaria, keturunan terakhir
Yehu dibunuh. Ayat 5 digenapi waktu Asyur tahun 733 menyerbu lembah
Yizreel; bnd. 1Raj. 21:19-22; 2Raj. 10:29-34).
b. Lo-Ruhama: tidak disayangi.
c. Lo-Ammi : bukan umat-Ku.
Menolak untuk menyerah kepada Israel, Allah terus menerus mencari
kembalinya mereka yaitu dalam kondisi mereka yang murtad. Penghukuman dan

5
pembuangan akan segera datang (2:9-12; 9:2; 5:14; 9:15-17), namun pemulihan dan
harapan di masa depan selalu terlihat. Kasih karunia dan rahmat Allah tidak termasuk
melalaikan dosa. Perlengkapan Allah yang berkesinambungan bagi umat-Nya adalah
bukti lanjutan dari kasih-Nya. Perhatian itu disamakan seperti orangtua yang setiap
hari menyediakan keperluan seorang anak (11:4). Kekuatan dari perasaan Allah bagi
Israel nampak dalam:
1. Belas kasihan-Nya (11:8)
2. Kasih-Nya (11:4)
3. Kerinduan-Nya bersama dengan mereka (7:13).
Pemahaman Hosea akan dosa dan akibat-akibatnya atas umat dengan jelas diberikan
melalui pernikahannya sendiri dan daftar kejahatan yang dikenakan menentang umat
Nya.
1. Kejahatan sosial, moral, politikal dan agamawi (4:2; 6:9; 7:1; 12:1).
2. Kesombongan (5:5; 7:10)
3.Kepercayaan palsu (5:13; 8:14; 10:13)
4.Berbagai tindakan pelanggaran (4:2; 6:9; 12:1).
Hosea memfokuskan pada pertanggungan jawab Israel dengan referensi
spesifik kepada persyaratan-persyaratan perjanjian. Berkat dan kutuk perjanjian (Ul.
28) demikian pula pembacaan wajib akan hukum (Ul. 31:10-13) merupakan
peringatan yang konstan akan kewajiban umat kepada Tuhan.

Pelanggaran Perjanjian (4:1-3):


1. Tidak ada kesetiaan, ‫תמֱין־אֵא‬
ֶ ) tidak ada kebenaran)
‫ אֵין־חֶסֶד‬,kasih ada Tidak. 2
3. Tidak ada pengenalan akan Allah, ‫ַתעַין־דֵ א‬
4. Mengutuk = menyumpahi/menjauhkan dan membunuh seseorang dalam pikiran
dengan memakai nama Tuhan
5. Berbohong = menyimpang dari kehendak Allah terhadap sesama manusia, dalam
dagang & peradilan; perbuatan ini menyangkal nilai orang lain.
6. Membunuh = menyangkal dan meniadakan adanya sesama secara fisik.
Hosea memakai konsep pengetahuan Allah untuk menunjukkan luasnya hubungan
Allah dengan umat-Nya dan sifat timbal balik. Kata kerja "mengetahui" merefleksikan
kedekatan dari suatu hubungan & pengakuan bersama dalam bagian dari raja dan budak.
Kasus hukum Allah menentang Israel adlh bhw "tidak ada kesetiaan, tidak ada kasih, tidak
ada pengakuan akan Allah di negeri itu" (4:1). Israel sudah dengan sengaja menolak
pengetahuan akan Allah & karena itu akan dihakimi (4:6). Kunci kpd pengetahuan akan
Allah adalah ketaatan yg berasal dari hati. Allah mengenal Israel (5:3), meskipun Israel tidak
mengenal-Nya lagi (2:8; 11:3).
Pengertian akan Tuhan sebagai raja, kuat dalam pikiran Hosea. Allah mengendalikan
situasi dan bukan Israel. Hal ini terungkap dalam 11:8, "HatiKu berubah di dalamKu; semua
rasa belas kasihanKu bangkit." Keadilan Allah dimaksudkan bahwa Ia akan membawa
penghukuman atas mereka; kekudusan-Nya berarti hal itu tidak dapat dihindarkan. Namun
penghukuman (dalam kasih karunia) adalah juga suatu disiplin dan disiplin yang efektif
berusaha mencari pemulihan daripada keterasingan, jadi Allah mengusahakan untuk
memulihkan umat-Nya kepada Diri-Nya (2:12).
Eskatologi Hosea dibangun atas hubungan perjanjian sebagaimana dilayani oleh Tuhan
yang berdaulat. Pemulihan seperti sasaran yang direncanakan dalam pengertian
pertobatan Israel, pertobatan yang dipelihara dan dimenangkan oleh Allah (2:14-16).
Pemulihan bergantung pada pengakuan yang sejati (5:15) dan pertobatan (6:1-3). Dalam

6
bentuk yang penuh, pemulihan akan membawa baik berkat fisik maupun rohani (1:10-11;
2:16, 19-22; 13:14).
Penerapan:
1. Bagi Israel: Setelah penghukuman Israel akan dipilih kembali (Rm. 11:25-32) 2. Bagi
Pernikahan Kristen: Patokan kasih Hosea terhadap Gomer merupakan suatu patokan yg
paling baik bagi orang Kristen dlm keadaan pernikahan (Ef. 5:22,25,26,32 – untuk kasih
tanpa persyaratan).
3. Bagi umat Kristen: Kisah Hosea merupakan suatu panggilan untuk hidup setia kepada
Tuhan.
Kitab Hosea dipersatukan oleh pengembangan tema rangkap dua yakni kasih dan murka
Allah. Suasana malapetaka selalu hadir (mis., Hos. 8:23; 9:1). Namun, secara khusus Hosea
adalah seorang nabi kasih. la memperlihatkan bahwa meskipun Israel telah menolak kasih
perjanjian Allah dan patut mendapat hukuman Allah (bdg. Im. 26; Ul. 28) dan murka seorang
bapa (Ul. 21:18-21), namun kasih Allah yang memilih mereka itu tidak bersyarat. la akan
memulihkan mereka (Hos. 14:4). Allah adalah kasih.

Kitab ini menyajikan dua masalah sastra yang utama. Pertama ps. 1-3 termasuk jenis sastra
yang manakah? Apakah itu alegori atau narasi biografis? Jika alegori, maka pernikahan
antara Hosea dan Gomer sebenarnya tidak terjadi, dan kisah ini diceritakan untuk
menjelaskan suatu kebenaran. Jika biografi, maka pernikahan itu benar-benar terjadi. Ketiga
pasal pertama ini merupakan sebuah narasi sastra yang lengkap dengan bagian awal,
pertengahan, dan akhir. Narasi itu diperkenalkan dan diakhiri dengan bagian-bagian prosa.
Akan tetapi, kebanyakannya terdiri atas puisi.

Bagian lain dari kitab ini (ps. 4-14) tidak memperlihatkan urutan kronologis. Pasal-pasal ini
mengulang dan mengembangkan tema-tema yang diuraikan dalam tiga pasal yang pertama.
(Bandingkan ps. 2 dengan ps. 11.) Semua pasal ini terdiri atas tiga bagian yang tidak sama.
Setiap bagian ini mulai dengan kecaman yang umum terhadap Israel (Kerajaan Utara).
Kemudian terdapat kecaman terhadap setiap lapisan masyarakat, gambaran dari hukuman
yang akan datang, dan akhirnya gambaran dari penebusan akhir bangsa itu. Setiap bagian
semakin memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa pengharapan satu-satunya adalah
rahmat Allah. Jadi, susunan materinya agak berkaitan dengan tema. Sistemnya tidak logis,
namun bergerak maju dengan garis-garis yang lebar.

Penyair sering kali mengulang-ulang tema untuk menarik perhatian. Susunan puisi kitab ini
dilambangkan oleh keterampilan dalam menggunakan paralelisme, simile, dan metafora.65
Dengan terampil penulis menghimpun paralelisme puitis (mis., Hos. 6:1) sehingga
menciptakan efek emosional yang kuat.

2. Nabi Yoel.
Penulis : Yoel
Tema : Hari Tuhan yang Besar dan Mengagumkan
Tanggal Penulisan: 835-830 SM (?)

Latar Belakang

Yoel, yang namanya berarti "Tuhan adalah Allah", memperkenalkan dirinya sebagai "bin
Petuel" (Yoel 1:1). Banyaknya acuan ke Sion dan pelayanan di dalam Bait Suci sepanjang
kitab ini menunjukkan bahwa ia seorang nabi kepada Yehuda dan Yerusalem. Keakrabannya

7
dengan imam-imam menyebabkan beberapa orang mengira bahwa dia seorang nabi "imam"
(bd. Yer 28:1,5) yang mengucapkan firman Tuhan yang sejati. Karena Yoel tidak
menyebutkan raja atau peristiwa bersejarah yang diketahui tanggalnya, maka saat pelayanan
dan berita nubuatnya tidak pasti. Beberapa orang beranggapan bahwa pelayanan Yoel terjadi
setelah para buangan Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci (+
510-400 SM). Pada waktu ini tidak ada raja di Yehuda dan para pemimpin rohani yang
terkemuka adalah imam. Orang lain beranggapan bahwa berita Yoel terjadi sementara masa
awal pemerintahan Raja Yoas (835-830 SM) yang naik takhta Yehuda pada usia 7 tahun
(2Raj 11:21) dan tetap berada di bawah perwalian imam besar Yoyada selama ia di bawah
umur; situasi itu mungkin menjelaskan keunggulan para imam dalam kitab ini dan tidak
adanya acuan kepada raja. Tema nubuat dan gaya sastra Yoel lebih dekat dengan nabi-nabi
abad kedelapan, Amos, Mikha, dan Yesaya daripada dengan nabi-nabi pasca-pembuangan
seperti Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Semua fakta ini dan beberapa fakta lainnya cenderung
mengarah ke abad ke-9 SM sebagai latar belakang kitab ini. Peristiwa langsung yang
mengakibatkan penulisan kitab ini ialah serbuan belalang dan musim kering yang hebat,
perpaduan yang menghancurkan hampir setiap lapisan masyarakat Yehuda. Kemampuan
wabah belalang untuk melahap segala sesuatu yang hijau seluas beberapa mil persegi cukup
sering terjadi di wilayah itu pada zaman dahulu dan sekarang.

Tujuan

Yoel berkhotbah dan menulis karena dua bencana alam yang baru terjadi serta kemungkinan
adanya serbuan pasukan asing ke Yehuda tidak lama lagi. Tujuannya itu lipat tiga:

1. (1) untuk mengumpulkan umat itu di hadapan Tuhan dalam suatu perkumpulan raya
yang kudus (Yoel 1:14; Yoel 2:15-16);
2. (2) untuk menasihati mereka agar bertobat dan dengan rendah hati kembali kepada
Tuhan Allah dengan berpuasa, menangis, berkabung, dan bersyafaat memohon
kemurahan Allah (Yoel 2:12-17); dan
3. (3) untuk mencatat firman nubuat Allah kepada umat-Nya pada saat mereka sungguh
sungguh bertobat (Yoel 2:18--3:21).

Survai

Isi kitab ini terbagi atas tiga bagian.

1. (1) Bagian satu (Yoel 1:2-20) menggambarkan kehancuran Yehuda ketika pasukan
belalang yang besar melahap daun-daunan dari kebun anggur, pohon, dan ladang
mereka (Yoel 1:7,10), dengan demikian mendatangkan kesengsaraan besar atas umat
itu. Di tengah malapetaka itu, nabi Yoel meminta para pemimpin rohani Yehuda
untuk memimpin bangsa itu kepada pertobatan nasional (Yoel 1:13-14).
2. (2) Bagian dua (Yoel 2:1-17) mencatat dekatnya hukuman Allah yang bahkan lebih
besar lagi dari utara (Yoel 1:1-11), baik dalam bentuk
1. (a) bencana belalang lain yang secara kiasan dilukiskan sebagai pasukan
perusak, atau
2. (b) serbuan sebuah pasukan asing yang sungguh. Sekali lagi sang nabi
mencanangkan tanda bahaya rohani di Sion (Yoel 2:1,15), memanggil
perkumpulan raya yang kudus di mana para imam dan seluruh bangsa itu
dengan sungguh-sungguh akan mencari kemurahan Allah di dalam pertobatan,
puasa, syafaat dan kehancuran yang ikhlas di hadapan-Nya (Yoel 2:12-17).

8
3. (3) Bagian terakhir (Yoel 2:18--3:21) diawali dengan pernyataan bahwa Allah
mengasihani umat-Nya ketika melihat pertobatan mereka yang sungguh-sungguh
(kata kerja Ibrani dalam Yoel 2:18-19 menunjuk tindakan yang sudah dikerjakan).

Pertobatan Yehuda yang rendah hati dan kemurahan Allah yang besar menjadi alasan bagi
nubuat-nubuat Yoel tentang masa depan, yang mencakup janji-janji pemulihan (Yoel 2:19-
27), pencurahan Roh Kudus atas seluruh umat manusia (Yoel 2:28-31) dan hukuman dan
keselamatan Allah pada akhir zaman (Yoel 3:1-21).
Ciri-ciri Khas

Lima ciri utama menandai kitab ini.

1. (1) Kitab ini menjadi salah satu adikarya sastra yang terindah dalam PL. 2. (2) Kitab
ini berisi nubuat PL yang paling terkemuka tentang pencurahan Roh Kudus atas seluruh
umat manusia pada hari Pentakosta.
3. (3) Kitab ini mencatat banyak malapetaka nasional -- bencana belalang, kekeringan
dan kelaparan, kebakaran, serbuan pasukan asing, bencana-bencana di langit --
sebagai hukuman Allah atas kemerosotan rohani dan moral.
4. (4) Kitab ini menekankan bahwa Allah kadang-kadang bekerja secara berdaulat di
dalam sejarah melalui bencana-bencana alam dan serbuan pasukan supaya
mendatangkan pertobatan, kebangunan rohani dan penebusan.
5. (5) Kitab ini memperagakan seorang pengkhotbah kenabian yang, karena
hubungannya dekat dengan Allah dan keunggulan rohani, dapat memanggil umat
Allah secara meyakinkan untuk bertobat sebagai bangsa pada masa krisis dalam
sejarah mereka dan menghasilkan hal-hal positif melalui pertobatan itu.

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Beberapa ayat kitab Yoel sangat menyumbang kepada berita PB.

1. (1) Nubuat tentang kedatangan Roh Kudus (Yoel 2:28-32) secara khusus dikutip
Petrus dalam khotbahnya pada hari Pentakosta (Kis 2:16-21), setelah Roh Kudus
turun dari sorga dengan kuasa atas 120 anggota gereja mula-mula dengan manifestasi
manifestasi rohani berupa berbicara dalam bahasa roh, bernubuat, dan memuji Allah
(Kis 2:4,6-8,11,17-18).
2. (2) Lagi pula, ajakan Petrus kepada banyak orang yang berkumpul pada hari raya
Yahudi itu mengenai perlunya berseru kepada nama Tuhan dan menerima
keselamatan telah diilhami (sebagian) oleh apa yang dikatakan Yoel (Yoel 2:32; Yoel
3:14, lih. Kis 2:21,37-41); Paulus juga mengutip ayat yang sama dari Yoel (lih Rom
10:13).
3. (3) Tanda-tanda apokaliptis di langit yang dinubuatkan Yoel akan terjadi pada akhir
zaman (Yoel 2:30-31) bukan saja dikutip oleh Petrus (Kis 2:19-20) tetapi juga diacu
oleh Yesus (mis. Mat 24:29) dan Yohanes di Patmos (Wahy 6:12-14).
4. (4) Akhirnya, nubuat Yoel tentang penghakiman Allah atas bangsa-bangsa di Lembah
Yosafat (Yoel 3:2,12-14) dikembangkan lebih jauh dalam kitab terakhir di Alkitab
(Wahy 14:18-20; Wahy 16:12-16; Wahy 19:19-21; Wahy 20:7-9).

Ada unsur masa kini dan masa depan dalam semua penerapan kitab Yoel oleh PB ini.
Karunia-karunia Roh yang mulai mengalir melalui umat Allah pada hari Pentakosta masih

9
tersedia bagi orang percaya hari ini (bd. 1Kor 12:1--14:40). Demikian pula, ayat-ayat yang
langsung mendahului nubuat Yoel tentang Roh Kudus (yaitu gambaran masa menuai dari
hujan musim gugur dan musim semi, Yoel 2:23-27) dan ayat-ayat setelah itu (yaitu tanda
tanda di langit pada akhir zaman, Yoel 2:30-32) menunjukkan bahwa nubuat tentang
pencurahan Roh Kudus (Yoel 2:28-29) mencakup bukan hanya hujan awal Roh Kudus pada
hari Pentakosta, tetapi juga pencurahan akhir Roh Kudus atas seluruh umat manusia pada
akhir zaman.

Kitab Yoel berisi beberapa syair yang paling emosional dalam Perjanjian Lama. Bentuk dasar
sastranya adalah suatu liturgi ratapan. Akan tetapi, Yoel juga memakai bentuk-bentuk lain,
seperti amanat yang berisi nasihat (Yl. 1:2-3). Bahasanya bersifat gambaran yang hidup,
ringkas, dan sangat efektif. Seperti kitab Amos, kitab Yoel pun ditulis dalam bahasa Ibrani
klasik murni. Kitab ini juga memakai banyak paralelisme dan irama pikiran. Hukuman Allah
digambarkan secara simbolis oleh sebuah wabah belalang yang memorak-porandakan negeri
itu. Ada yang mengartikan ini sebagai wabah belalang yang sungguhan dan yang lain
mengartikan sebagai pasukan tentara yang menghancurkan.

Dengan terampil kitab ini merangkai-rangkaikan bermacam-macam tamsil, simile, hiperbol


(ungkapan sastra yang dibesar-besarkan untuk memperoleh efek tertentu: Yl. 2:30-31),
paranomasia (permainan kata-kata: Yl. 1:12). Efeknya adalah pengumuman yang
dikembangkan dengan teliti dalam puisi yang pelik (kecuali kata pendahuluannya yang
singkat).

Kitab ini juga memakai metode perbandingan antologis - dengan kata lain, metode ini
meminjam bahasa alkitabiah yang lebih kuno untuk mengungkapkan gagasan gagasannya.
Misalnya, Yl. 2:6 berasal dari Nah. 2:10, sedangkan Yl. 2:10 berasal dari Yes. 13:13.

Gaya sastra bagian pertama kitab ini (Yl. 1:1-2:27) sejajar dengan puisi nubuat sedangkan
bagian lainnya (2:28-3:21) hampir bersifat apokaliptis. Gambarannya lebih sulit untuk
dimengerti (bdg. 2:30-31; 3:12 dst.) dengan kerap kali menggunakan gambaran dari benda
benda langit. Yang ditekankan adalah hari hukuman yang akan datang dan setelah itu,
pemulihan. Kitab ini tidak apokaliptis seperti kitab Daniel, yang gambarannya jauh lebih luas
dan rumit (mis., penglihatan Daniel mengenai domba jantan dan kambing jantan - Dan. 8).

3. Nabi Amos.

Kitab Amos boleh diartikan sebagai satir (ejekan) yang informal. Ini sama sekali bukan
cemoohan yang halus, seperti kitab Yunus. Satir ini terus terang (mis., Am. 4:4-5). Penulis
dengan terang-terangan mencemoohkan kebiasaan keagamaan, sosial, dan politik Israel,
Kerajaan Utara (mis., Am. 6:1-7). Sekali lagi, rupanya tidak ada alur cerita yang
direncanakan dengan teliti pada kitab ini. Seperti kebanyakan satir strukturnya terputus-putus
dan ketika diteruskan tidak menunjukkan perubahan atau perkembangan. Kitab ini adalah
kumpulan fragmen-fragmen yang disusun secara informal; fragmen-fragmen itu berasal dari
pelayanan sang nabi.

Unsur-unsur gaya sastra berikut termasuk juga: "peribahasa," narasi, nubuat yang meramal,
penglihatan, dialog, monolog yang dramatis, puisi liris, dan pengumuman malapetaka.

10
Penulis membuktikan bahwa dirinya seorang yang ulung dalam puisi kuno. Ia menggunakan
bahasa Ibrani sederhana dan jelas - "bahasa Ibrani yang paling murni dan klasik di seluruh
Perjanjian Lama."66 Ia juga menggunakan metafora, simile, epitet (pemakaian julukan yang
menonjol), paralelisme, berbagai pertanyaan retoris, sarkasme, konflik, dan metode-metode
lain.

4. Nabi Obaja.

Kitab Obaja adalah yang terpendek di Perjanjian Lama. Kitab ini merupakan satuan sastra
yang ringkas padat dan temanya adalah pembinasaan Edom. Gambaran puitis dan kosa
katanya konsisten sepanjang kitab ini. Kedua bagiannya (ay. 1-9 dan 10-21) mengandung
kata-kata Ibrani yang hanya terdapat dalam kitab ini di Perjanjian Lama dan kata-kata yang
terdapat di kitab lain jarang sekali dipakainya. Seluruh syair ini tegas dan bersemangat.

5. Nabi Yunus.

Kitab Yunus dapat diartikan sebagai sebuah satir yang direncanakan untuk mengajar suatu
pelajaran. Kitab ini mencemoohkan pandangan yang sempit bahwa Allah hanya
mempedulikan bangsa Yahudi (Yun. 4:9-11). Dengan terampil penulis menyembunyikan jati
dirinya dan perasaannya sendiri, serta menggambarkan Allah sebagai Oknum yang
mencemoohkan nasionalisme yang begitu sempit. Dua tokoh yang utama adalah Allah,
Hakim yang penuh rahmat, dan Yunus, orang yang fanatik. Alur ceritanya tidak
memperlihatkan pengembangan watak karena rupanya Yunus tidak tergerak oleh seluruh
episode ini. Namun, kitab ini adalah cerita yang terpadu, yang direncanakan dengan saksama.
Karena itu, Leland Ryken mengatakan bahwa kitab Yunus adalah contoh dari anti plot.67
Nada sindiran dari karya tulisan ini ringan namun efektif. Penulis menggunakan narasi,
dialog, dan puisi liris. Ia menggunakan motif sastra yang terkenal dari kematian, penguburan,
dan kebangkitan seorang pahlawan dengan corak yang luar biasa.

Kebanyakan penafsir sampai zaman modern ini telah merasa, dan perasaan itu beralasan,
bahwa kita ini adalah suatu biografi - yakni, hal ini benar-benar terjadi pada Yunus. Doanya
(Yun. 2:2-9), yang diungkapkan dalam puisi yang amat terperinci, sudah pasti digubah dalam
keadaan yang lebih tenang daripada di dalam perut ikan yang besar. Namun, kita tidak perlu
meragukan bahwa doa tersebut mengungkapkan apa yang didoakan Yunus dalam hatinya
dalam situasi yang menggoncangkan jiwa itu.

6. Nabi Mikha.

Kadang-kadang dikatakan bahwa kitab Mikha tidak mempunyai kesatuan sastra, namun
memperlihatkan kesatuan yang logis. Seluruh kitab ini ditulis dalam bentuk puisi, kecuali
superskripsinya (pendahuluan). Masing-masing dari ketiga bagian kitab ini mempunyai
susunan yang serupa yaitu dalam tiga tahap: teguran, ancaman, dan janji. Tiga bagian yang
utama ditandai oleh tema yang berbeda-beda. Bagian pertama berbicara tentang hukuman

11
ilahi, yang kedua tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Mesias, dan yang
ketiga menasihatkan supaya bertobat jika para pembaca hendak menikmati
keselamatan.

Kadang-kadang gaya puitis Mikha dikatakan bersifat kurang halus. Secara mendadak ia
beralih dari ancaman kepada janji (mis., 2:1-11; 12), dari pokok yang satu ke pokok yang lain
(mis., 7:1-7), dari orang yang satu ke orang yang lain (mis., 1:8, 10; 6:16; 7:15-19), dan
begitu seterusnya. Ia tidak pernah jelas dan gamblang dalam apa yang dikatakannya. Kitab ini
penuh dengan simile (mis., 1:8-16; 2:12), paranomasia (istimewa 1:10-16), dan dialog (6:3-
5).
7.NABI
HABAKUK
Identitas nabi Habakuk
Menurut para ahli, nama nabi Habakuk bukanlah khas nama orang Ibrani. Beberapa rabbi
Yahudi mengartikan nama “Habakuk” dari kata “chabak” yang berarti” memeluk (Inggris:
“embrace”). Menurut tradisi tradisi Yahudi, nabi Habakuk berasal dari perempuan Sunem. Di
II Raj. 4:16, nabi Elisa berkata kepada seorang perempuan Sunem : “Pada waktu seperti ini
juga, tahun depan, engkau ini akan menggendong seorang anak laki-laki”. Martin Luther
mengartikan nama “Habakuk” sebagai orang yang memeluk, dalam pengertian Habakuk
memeluk umatnya untuk menghiburkan. Selain itu ada beberapa nabi yang mengartikan nama
Habakuk berdasarkan perkataan nabi Yesaya, yaitu: “Pergilah, tempatkanlah seorang
peninjau, apa yang dilihatnya haruslah diberitahukannya” (Yes. 21:6), sebab di Hab. 2:1, nabi
Habakuk berkata: “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku
mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku dan apa yang aku
dijawabNya atas pengaduanku”. Menurut C.C. Torrey dalam “Lives of the Prophets”,
Philadelphia, SBL 1946 mengartikan Habakuk sebagai seorang yang berasal dari suku
Simeon dan hidup Beth Zekhariah (10 mil dari Yerusalem). Suatu manuskrip dari “Bel and
the Dragon” berkata bahwa nabi Habakuk merupakan anak dari Yesus dari keturunan Lewi.
Kalau kita melihat struktur kitab nabi Habakuk, maka terlihat bahwa kitab nabi Habakuk
memiliki bentuk ritual-ibadah. Itu sebabnya nabi Habakuk digolongkan dengan nabi Kultis
atau nabi liturgis. Kenyataan ini menguatkan dugaan bahwa nabi Habakuk berasal dari suku
Lewi.

Waktu Penulisan
Di Hab. 1:6 disebut: “Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim,
bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki
tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka”. Di sini disebutkan nama orang Kasdim.
Dari catatan sejarah kita dapat melihat sekitar tahun 1000 sM suku bangsa Kasdim
menduduki daerah-daerah Mesopotamia. Sejalan bangsa Asyur mulai menjadi lemah, bangsa
Kasdim kemudian makin memegang peranan penting. Kejayaan bangsa Kasdim sampai pada
puncaknya ketika diperintah oleh Nabopolasar dan Nebukadnezar, yang mana kemudian
kerajaan Kasdim ini diganti menjadi kerajaan Babilonia Baru sekitar tahun 625 sM. Di bawah
pimpinan Nabopolasar, kerajaan Babilonia Baru ini berhasil mengalahkan kerajaan Asyur
pada tahun 625 sM. Akhirnya kerajaan Asyur dapat diruntuhkan dengan jatuhnya kota
Niniwe ibu-kota kerajaan Asyur pada tahun 612 sM. Tak lama kemudian Mesir juga berhasil
dikalahkan oleh raja Nebukadnezar dalam pertempuran di Karkhemis tahun 605 sM yang
dipimpin oleh raja Nekho. Sejak saat itu bangsa Kasdim ini memperoleh kekuasaan mutlak di

12
seluruh Timur Tengah. Jadi bangsa Yehuda waktu itu telah jatuh dan dikuasai oleh bangsa
Kasdim.

Pemerintahan bangsa Yehuda sendiri pada waktu itu dipimpin oleh raja Yoyakim yang
memerintah sekitar tahun 609-597 sM. Keadaan pemerintahan raja Yoyakim dapat dilihat di
II Raj. 23:35 – 24:7, dan Yer. 22:13-19. Gambaran pemerintahan raja Yoyakim sangat buruk.
Itu sebabnya di Yer. 22:13, nabi Yeremia berkata: “Celakalah dia yang membangun istananya
berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan
sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya”. Jadi umat Israel
waktu itu hidup dalam pemerintahan yang melakukan kelaliman, ketidakadilan, pemerasan
dan penumpahan darah atas orang yang tidak bersalah. Perkiraan waktu penulisan kitab
Habakuk adalah sekitar tahun 605-586 sM.
Tafsir:
“ucapan ilahi” memiliki arti sebagai suatu “beban” (burden)àHab. 1:1 yang menunjuk pada
firman yang diberitakan oleh nabi Habakuk merupakan firman yang berasal dari penyataan
Allah. Tetapi pada sisi lain firman tersebut bagi nabi Habakuk merupakan suatu beban yang
sangat berat, sebab nabi Habakuk harus menyampaikan hukuman atas segala bangsa, bahkan
kepada setiap orang yang mengabaikan kehendak Allah.

Keluhan tentang kekerasan orang-orang fasik Hab. 1:2-4


Di ayat 2 - 4, muncul ratapan dari nabi Habakuk yang dimulai dengan pertanyaan, “Berapa
lama lagi ya Tuhan”. Ungkapan dari nabi Habakuk tersebut menunjukkan bahwa dia telah
sering bertanya dan memohon agar Allah bertindak, tetapi yang ia jumpai ternyata Allah tetap
berdiam diri. Nabi Habakuk berseru kepada Tuhan, karena dia melihat ketidakadilan,
penindasan dan kekerasan yang dilakukan kepada orang-orang benar. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat mengenai para pelaku kejahatan terhadap orang-orang benar, yaitu: a.
Bangsa Asyur yang menjajah dan memperlakukan umat secara kejam. b. Sebagian umat
Israel sendiri khususnya mereka yang berlaku tidak adil, yang mengeksploitasi sesama, dan
yang melakukan penindasan serta berlaku kejam.

Dari kedua kemungkinan tersebut, justru kemungkinan yang kedua yaitu para pelaku
kejahatan adalah sebagian umat Israel sebagai kemungkinan yang dimaksud. Walau tidak
disangkal bahwa waktu bangsa Asyur pada waktu itu telah menimbulkan gangguan secara
politis. Tetapi secara faktual dan langsung, sebagaian dari umat Israel telah menjadi penindas
bagi sesamanya. Itu sebabnya beberapa kali dalam ayat 2-4 kita jumpai kata “penindasan,
kejahatan, kelaliman, aniaya, kekeraan, perbantahan, pertikaian”, juga situasi waktu itu yang
memutar-balikkan hukum dan keadilan. Ungkapan-ungkapan tersebut menunjukkan bahwa
orang-orang miskin, orang kecil, orang yang tidak berkuasa/lemah ditindas oleh orang-orang
kaya dan berkuasa. Mereka tidak memiliki pembela dan pelindung dari tekanan orang-orang
berkuasa . Itu sebabnya mereka berteriak minta tolong kepada Tuhan.

Jawaban Tuhan Terhadap Keluhan Habakuk Hab. 1:5-11


Mulai dari ayat 5, kita dapat melihat bagaimana jawaban Tuhan atas keluhan atau ratapan
nabi Habakuk. Dalam hal ini Tuhan mengajak nabi Habakuk dan umat yang ditindas untuk
“melihat” dan memperhatikan segala yang terjadi di antara bangsa-bangsa. Allah mengajak
nabi Habakuk untuk melihat karya Allah yang tersembunyi dari arena kekuatan politik yang
terjadi pada waktu itu. Pertolongan Tuhan untuk orang-orang yang lemah dan yang ditindas
adalah Allah mempunyai rencana akan membangkitkan orang-orang Kasdim sebagai alat di
tanganNya untuk memukul dan menghukum para pelaku kejahatan itu.

13
Setelah bangsa Asyur dapat dikalahkan pada tahun 612 sM, maka Nabopolasar kemudian
mendirikan kerajaan Babilonia Baru. Sejak itu bangsa Kasdim memiliki kekuasaan yang luar
biasa. Apalagi Nebukadnezar, anak dari Nabopolasar berhasil mengalahkan Mesir pada tahun
605 sM di Karkhemis. Dalam hal ini Nebukadnezar makin memegang peranan yang
menentukan selama pemerintahannya dari tahun 604-562. Kelak raja Nebukadnezar juga
menguasai Yehuda dan Yerusalem. Di ayat 9 dinyatakan bahwa ciri khas dari bangsa Kasdim
adalah untuk melakukan kekerasan dan mereka memiliki pasukan depan seperti “angin
Timur” (bdk. Kej. 41:6,23,27; Yeh. 19:12). Selaku penakluk yang tangguh dan kuat, bangsa
Kasdim tidak pernah takut menghadapi raja-raja yang berkuasa pada waktu itu.

Keluhan mengapa Tuhan membiarkan kekerasan dari bangsa KasdimàHab. 1:12-17 Bila
Tuhan menggerakkan bangsa Kasdim untuk menjadi alatNya menghukum orang-orang lalim
dan yang melakukan kekerasan, maka di ayat 12-17 nabi Habakuk bertanya dan mengeluh
mengapa Tuhan memakai orang fasik untuk memukul umatNya walau umat itu telah berdosa
kepadaNya. Di perikop ini nabi Habakuk memulai dengan suatu pengakuan bahwa Allah
adalah Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umatNya dan yang telah menguduskan umat
Israel sebagai milik Allah. Tetapi karena dosa-dosanya, kini Allah telah menggerakan
bangsa Kasdim, yang mana bangsa Kasdim bertindak bagaikan seorang pemancing ikan.
Mereka menarik dengan kail, menangkap dengan pukat dan mengumpulkan dengan payang.
Apabila dapat memperoleh hasil yang banyak, maka si pemancing makin bergembira (Yer.
16:16). Dengan kata lain, nabi Habakuk sebenarnya kurang puas dengan jawaban Tuhan. Dia
mengalami krisis kepercayaan. Habakuk tidak dapat mengerti mengapa Allah memakai
orang-orang fasik sebagai alat di tanganNya. Karena itu nabi Habakuk menunggu jawaban
Tuhan.

Jawaban Tuhan Hab. 2:1-5


Untuk memperoleh jawaban Tuhan, nabi Habakuk keluar dari rumahnya menuju suatu
tembok kota Yerusalem. Di atas tembok itu Habakuk dapat melihat segala sesuatu yang
terjadi di sekitar Yerusalem. Lalu Allah menyuruh nabi Habakuk untuk menuliskan
penglihatan itu dan mengukirkan dengan jelas pada sebuah loh. Ini berarti segala yang
difirmankan Tuhan bukan lagi ditujukan kepada nabi Habakuk, tetapi firman Tuhan itu
ditujukan juga kepada setiap orang. Di ayat 3 dinyatakan bahwa penglihatan itu masih
menanti saatnya. Artinya bahwa pastilah suatu saat firman Tuhan itu akan terealisasi. Namun
juga membutuhkan suatu penantian, sehingga orang percaya harus menunggunya dengan
sabar dan teguh dalam iman.

Apabila bangsa Kasdim bersikap “membusung” yang menunjuk sikap menyombongkan diri
dan hidup yang tidak lurus hati (ayat 4), maka orang benar dipanggil untuk hidup menurut
iman. Dalam realita hidup ini orang-orang benar selalu diperhadapkan dengan orang-orang
sombong dan tidak lurus hatinya. Itu sebabnya ketika terjadi penindasan dan kekerasan, orang
benar sering menjadi korban. Jadi bagaimanakah mereka dapat hidup hidup? Jawabnya
adalah: “karena percayanya”. Jadi orang benar akan hidup karena mereka memiliki
pengharapannya kepada Tuhan. Pada akhirnya kelak mereka akan memperoleh kemenangan
atas orang-orang sombong dan tidak lurus hatinya. Dengan jawaban Tuhan ini, Allah
mengajak nabi Habakuk untuk hidup menurut percaya/imannya walaupun kini dia belum
melihat realisasi kemenangan orang benar.

Nyanyian olok-olok mengenai orang yang berbuat jahat Hab. 2:6-20


Ada 5 kali dipergunakan kata “celakalah”. Kata “celaka” sebenarnya berasal dari keluhan
tentang orang mati. Kata “celaka” diterjemahkan dari kata “wai” (bdk. I Raj. 13:30) untuk

14
menyatakan suatu keadaan yang dikuasai oleh kematian. Itu sebabnya kata “celaka” pada
prinsipnya mengandung berita hukuman terhadap keadaan atau orang yang dimaksudkan
dalam nubuat nabi. Pernyataan hukuman tersebut karena bangsa Kasdim telah memuati
dirinya dengan barang gadaian. Mereka berpendapat bahwa semua bangsa yang ditaklukkan
harus diperlakukan sebagai orang-orang yang berhutang. Nabi Habakuk menyatakan
hukuman Allah bahwa kelak para penjarah dari bangsa Kasdim ini akan mendapat hukuman
dan perlakuan yang sama. Perlakuan bangsa Kasdim juga terlihat dalam ayat 15-17, yaitu
mereka memberi minum yang memabukkan kepada para lawannya untuk dipermalukan dan
juga agar dapat dilihat ketelanjangannya.

Di perikop ini nama atau identitas penindas tidak disebut dengan jelas. Justru dengan tidak
disebut identitas si penindas, maka berita hukuman dari nabi Habakuk ini memiliki daya
aktualitasnya. Setiap penindas siapapun juga akan memperoleh hukuman dari Allah.
Khususnya bila mereka menyangkal keberadaan Allah serta tidak menghargai kehidupan
serta martabat manusia.
Pendahuluan: Doa Nabi Habakuk Hab. 3:1-2
Diawali dengan perkataan “doa”. Bentuk semacam ini merupakan pola yang dipakai oleh
kitab Mazmur. Doa umumnya diucapkan oleh orang-orang percaya di dalam kesukaran dan
penderitaan. Karena itu dapat diterka bahwa doa nabi Habakuk pada prinsipnya mohon
kelepasan atau pertolongan dari Tuhan. Karena itu dilanjutkan dengan pernyataan
“syigyonoth” (menurut nada ratapan). Jadi doa tersebut dinyanykan dengan suatu nada
ratapan yang sayangnya kini tidak kita kenal lagi.

Nabi Habakuk telah mendengar kabar tentang karya keselamatan yang telah dilakukan oleh
Tuhan. Bagi nabi Habakuk karya keselamatan itu pada satu pihak untuk menegakkan
keadilan dan kekudusanNya, tetapi pada pihak lain karya Tuhan tersebut menakutkan dia.
Nabi Habakuk melihat kekuasaan dan kedaulatan Allah yang melampaui pikiran dan dugaan
manusia. Dengan ungkapan “hidupkanlah” dan “nyatakanlah” menunjukkan harapan doa dari
nabi Habakuk agar Tuhan berkenan segera merealisasikan janji-janjiNya.

Penyataan Allah Hab. 3:3-15


Perikop dari Hab. 3:3-15 melukiskan theophany (penyataan Allah) yang bukan hanya
mengejutkan manusia, tetapi juga alam. Sehingga dalam doa nabi Habakuk dinyatakan:
“dalam murka, ingatlah akan kasih-sayang” (ayat 2).

Arti “Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran”
menunjuk ingatan kepada penyataan Allah di gunung Sinai. Sebagaimana Musa telah melihat
penyataan Allah yang datang negeri Seir dan pegunungan Paran, maka demikian pula nabi
Habakuk. Allah menyatakan diri dan datang untuk menjumpai umatNya. Di ayat 4 disebutkan
Allah muncul dalam “kilauan seperti cahaya” mengingatkan umat Israel cahaya wajah Allah
(bdk. Bil. 6:25). Karena itu Allah disebutkan sebagai bapa segala terang (Yak. 1:17). Di
dalam terang itu disebutkan “terselubungkan kekuatanNya”. Sangat menarik di ayat 5
disebutkan bahwa yang mengiringi Allah adalah penyakit sampar dan api demam.
Kedatangan Allah juga dinyatakan sebagai kedatangan yang membawa hukuman kepada
orang-orang yang menentangNya (bdk. II Sam. 24:14-17). Kegentaran dan ketakutan bukan
hanya dialami oleh manusia, tetapi juga alam berupa gunung-gunung dan bukit-bukit gemetar
di hadapan Allah (ayat 7). Juga disebutkan sungai-sungai dan laut (ayat 8) ikut merasakan
kemurkaan Allah. Kuasa sungai dan laut dipandang oleh umat Israel sebagai tempat kuasa

15
khaostis (kekacauan) dan kegelapan. Tetapi kini mereka tidak berdaya di hadapan Allah.

Kedatangan Allah dilukiskan sebagai seorang prajurit yang siap berperang dengan membawa
busur dan anak-anak panah dalam jumlah yang cukup (ayat 9) untuk memusnahkan dan
menghukum semua lawanNya. Anak panah dari Allah menyebabkan bumi menjadi terbelah
menjadi sungai-sungai, juga menyebabkan angin ribut dan gempa bumi. Seluruh alam
bereaksi ketakutan termasuk pula samudera raya, sehingga “air bah menderu dan samudera
raya mendengarkan suaranya” (ayat 10). Kata Ibrani untuk samudera adalah “tehom” yang
dipandang sebagai tempat dewa Tiamat dari myte Babilonia. Dewa Tiamat sebagai lambang
dewa kegelapan berperang melawan dewa Marduk sebagai dewa kebaikan. Bahkan di ayat 11
disebutkan bahwa penyataan Allah menyebabkan matahari dan bulan menjadi diam/berhenti
di tempatnya. Pada zaman itu matahari dan bulan dipahami sebagai para dewa yang berkuasa.
Kini di hadapan Allah, mereka tidak dapat menunjukkan kekuasaannya.

Mulai ayat 12-15 menyaksikan tujuan dari penyataan Allah yang penuh kuasa itu, yaitu Allah
datang untuk menyatakan hukuman atas bangsa-bangsa yang telah berlaku jahat; dan
memberlakukan keselamatan atas orang-orang yang benar. Hukuman Allah tersebut
dinyatakan dengan ungkapan “menggasak” bangsa-bangsa. Kata “menggasak” searti dengan:
“menebah” yaitu tindakan dari para petani yang memukul dan menebah agar butir-butir padi
tertinggal (Yes. 63:3b). Di ayat 13 menyaksikan rahasia penglihatan disingkapkan, yaitu
Allah datang untuk menyelamatkan umatNya. Keselamatan ini haruslah dinantikan dan
diharapkan oleh orang-orang percaya. Allah digambarkan “maju berjalan” seperti tentara
yang maju berperang dan menyelamatkan orang-orang yang diurapi.

Reaksi nabi Habakuk Hab. 3:16-19


Perikop Hab. 3:16-19 menggambarkan bagaimana reaksi nabi Habakuk setelah dia melihat
seluruh karya keselamatan Allah yang maju berperang melawan para musuh-musuhNya dan
membebaskan orang-orang yang diurapi yaitu umatNya. Di ayat 16, reaksi nabi Habakuk
adalah: “Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah
bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku
berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa
yang bergerombolan menyerang kami”. Walau penyataan Allah disebutkan dalam bentuk
penglihatan (1:1; 2:2), namun tampaknya firman Allah tersebut disampaikan dalam bentuk
kata-kata. Waktu dia mendengar kata-kata dari firman Allah, maka nabi Habakuk menjadi
gemetar dan menggigillah bibirnya. Namun menarik, dia telah belajar bagaimana hidup
sebagai orang benar dan beriman. Karena itu disebutkan “namun dengan tenang akan
kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang
kami”. Dia mampu bersikap tenang karena dia menyikapi seluruh peristiwa termasuk
peristiwa yang dahsyat dengan pandangan mata orang beriman.

Di ayat 17 diawali dengan kata “sekalipun” yang menunjuk pada kesiapan iman menyikapi
suatu realitas atau peristiwa yang sedang terjadi. Realita yang digambarkan adalah dalam
bentuk negatif atau situasi yang pahit, yaitu:
- pohon ara tidak berbunga
- pohon anggur tidak berbuah
- hasil pohon zaitun mengecewakan
- ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan
- kambing domba terhalau dari kurungan
- tidak ada lagi lembu sapi dalam kandang

16
Dengan keadaan yang buruk dan menyedihkan itu seharusnya secara manusiawi seseorang
dapat kehilangan semangat hidup dan dirundung oleh rasa putus-asa. Siapapun yang
mengalami situasi itu pastilah merasa hidupnya telah hancur. Dia telah kehilangan segala
harta miliknya dan kemampuan ekonomisnya. Namun di situlah letak beda sikap orang fasik
dan orang beriman. Ketika orang fasik mengalami kemalangan, maka kemalangan itu
mematikan dia. Mzm. 34:22 berkata: “Kemalangan akan mematikan orang fasik”. Tetapi
sebaliknya orang benar juga dapat mengalami kemalangan. Tetapi bedanya adalah orang
benar tetap teguh dalam kemalangan dan penderitaannya. Dia memiliki sandaran dan
pegangan yang kokoh. Dia percaya bahwa Tuhan mampu melepaskan dia dari segala
kemalangan yang dialaminya. Mzm. 34:20 berkata: “Kemalangan orang benar banyak, tetapi
Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu”. Karena itu reaksi nabi Habakuk sebagai orang
beriman adalah: “namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki
rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku” (Hab. 3:18-19). Di sini nabi Habakuk
tetap dapat bersukacita di dalam Tuhan, walau dia dan bangsanya sedang menghadapi
kepahitan, kesusahan, penderitaan dan kemalangan. Dia tidak kehilangan kekuatannya.
Bahkan dia memiliki kemampuan dan kelincahan seperti kaki seekor rusa yang mampu
menaiki bukit-bukit. Dalam hal ini nabi Habakuk telah mengalami dan membuktikan bahwa
sikap iman dari orang benar sungguh-sungguh merupakan sikap yang menyelamatkan. Karena
kekuatan orang beriman adalah bersumber kepada Allah sebagi penyelenggara jalannya
sejarah dan kehidupan umat manusia.
8. Nabi HAGAI

A. Kitab Hagai

1. Penulis dan Kehidupannya


Penulis kitab Hagai adalah nabi Hagai sendiri. Meskipun di dalam Alkitab hanya
sedikit sekali informasi yang menerangkan mengenai tokoh penulis tersebut. Sang penulis
kitab ini memiliki arti nama “meriah”. dan hal tersebut dikarenakan kelahiran Hagai berada
pada suatu hari raya keagamaan. Dia mempunyai dua nama jabatan yaitu sebagai nabi (Hag
2:2,11; Ezra 6:14) dan sebagai utusan Tuhan (Hag 1:13). Nabi Hagai ini merupakan nabi
yang pertama yang berbicara kepada orang Yahudi yang telah kembali dari pembuangan di
Babel. Mengenai kehidupan dari sang nabi ini, dapat dikatakan bahwa dia adalah seorang
yang mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Sedangkan di dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang nabi, Hagai termasuk ke dalam orang yang “lemah
lembut”, maksudnya adalah dia tidak menyampaikan pesan Tuhan dengan menggebu-gebu
atau dengan tuduhan yang berapi-api, melainkan ia memberitahukan Firman Tuhan atau
nubuatan dengan cara yang baiasa-biasa saja. sehingga banyak orang menganggap dia sebagai
seorang guru daripada seorang nabi Tuhan. Dia juga dianggap sebagai seorang diantara
kelompok utama orang-orang buangan yang kembali dari Babel yang berdasarkan dekrit
Koresy pada tahun 538/7 SM.

17
2. Latar Belakang Penulisan Kitab
Orang-orang Yahudi yang kembali ke Yerusalem yang dipimpin oleh Sesbasar yang
bertugas untuk kembali membangun bait Allah. Akan tetapi, ditengah-tengah tugas yang
sedang mereka kerjakan tersebut, bangsa-bangsa yang tinggal disekitar orang-orang Yahudi
telah membuat mereka kecil hati sehingga pembangunan bait Allah menjadi terhenti untuk
jangka waktu yang lama (enam belas tahun). Oleh karena hal itu, Allah mengutus Hagai
untuk mendukung semangat orang-orang Yahudi dan mendorong mereka untuk
menyelesaikan tugas pembangunan tersebut. Dan pada akhirnya, di bawah pengajaran Hagai,
orang-orang Yahudi dapat menyelesaikan pembangunan Bait suci itu dalam waktu empat
tahun.
Hagai mendesak orang Yahudi untuk segera menyelesaikan pembangunan bait suci,
sehingga dengan demikian dapat untuk memulihkan kembali cara penyembahan mereka yang
tradisional.

3. Isi Kitab Hagai


Secara umum dapat dituliskan bahwa pengajaran yang disampaikan oleh nabi Hagai
sudah termasuk di dalam empat nubuatannya, antara lain:

1. Pasal 1:1-11, mengenai nubuat untuk membangun rumah Tuhan.


2. Pasal 2:1-10, mengenai rumah Allah yang megah
3. Pasal 2: 11-19, mengenai pengajaran-pengajaran imam dan berkat yang tersedia di
balik pembangunan rumah Tuhan.
4. Pasal 2:20-23, mengenai runtuhnya kerajaan-kerajaan dunia.

Mengenai pengajaran tentang Allah, dapat dikelompokkan ke dalam beberapa poin,


antara lain:

1. Tuhan adalah Tuhan semesta alam (Hag 1:2,7,9,14; 2:6-9,11,23).


2. Tuhan adalah Tuhan yang menuntut (Hag1:2,3; 2:10-14)
3. Tuhan mengendalikan keadaan ekonomi (Hag 1:5-11)
4. Tuhan yang menepati janji-janji-Nya (Hag 2:5)
5. Tuhan adalah Tuhan yang hidup (Hag 2:3-9)
6. Tuhan memberkati umat-Nya (Hag 2:10-19)
7. Tuhan memelihara setiap orang (Hag 2:20-23)

B. Tentang Bait Allah dan Pidato Hagai


1. Bait Allah
Kepulangan bangsa Yehuda ke Yerusalem yang berdasarkan keputusan yang
dikeluarkan raja Koresy membawa semangat baru bagi bangsa tersebut untuk menjalani
kehidupan mereka, bahkan juga, semangat itu semakin menjadi ketika ada perintah mengenai
pembangunan bait Tuhan. Setelah pembangunan fondasi bait Allah dapat diselesaikan dengan
cepat maka orang Samaria (yang menjadi musuh Yehuda) mencoba untuk menghalang
halangi bangsa tersebut untuk meneruskan pembangunan bait Tuhan (juga tertulis di dalam
Ezra 4:1-5). Dan sebagai akibatnya, orang-orang Yahudi menjadi sibuk untuk membangun

18
rumah mereka masing-masing sehingga menyebabkan pembangunan bait Allah terhenti
selama enam belas tahun penuh dan hal tersebut telah membuat bait Allah menjadi terlantar
dan keadaannya jauh lebih buruk daripada sebelum mereka melakukan pembangunan bait
Allah. Dan juga, perlu diberikan catatan pula bahwa, selama bait Allah di Yerusalem belum
dibangun, maka tidak ada satupun tempat di dunia di mana Tuhan disembah.
Kejadian yang memalukan ini (karena membiarkan bait Allah hanya berupa fondasi
selama enam belas tahun dan tidak mendapatkan penanganan yang baik) ternyata
menghasilkan suatu pandangan yang bersifat “ejekan” dari bangsa-bangsa lain yang ada
disekitar mereka yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi sebab, mereka berpandangan
bahwa orang-orang Yahudi tersebut tidak dapat menghargai Allahnya dengan baik. Bangsa
bangsa lain tersebut bertindak demikian sebab pada zaman itu, suatu bangsa dapat dikatakan
menghargai allahnya apabila terdapat kuil untuk menyembah allahnya dan seberapa
megahnya kuil tersebut.
Nabi Hagai mulai berkhotbah (memulai pelayanannya) yaitu sekitar bulan Agustus
dan November pada tahun 520 SM. Ketika itu, tahta pemerintahan berada pada raja Darius I
(Histapes) dari persia yang memerintah pada tahun 522-486 SM. Pada waktu itu Yerusalem
masih merupakan suatu masyarakat kecil yang miskin dengan jumlah penduduk kurang lebih
sekitar 20.000 jiwa. Pada saat-saat itu juga mereka juga tengah mengalami masa panen yang
buruk (banyak dari hasil panen mereka mengalami kegagalan). Jadi, masyarakat pada saat itu
merupakan suatu masyarakat yang hidupnya harus bekerja keras untuk dapat
mempertahankan hidup. Situasi yang seperti ini juga terlihat di dalam kitab Hagai 1:6 (dan
sebagai perbandingannya dapat juga dilihat di dalam Zakharia 1:11). Dengan melihat keadaan
yang seperti itulah (kondisi masyarakat yang kualitas karakternya rendah dan perhatian
masyarakat yang hanya berpusat pada perbaikan diri sendiri), maka masyarakat juga menjadi
tidak bersemangat di dalam mendengarkan khotbah nabi Hagai, apalagi mereka berpendapat
bahwa waktu itu bukanlah waktu yang tepat untuk untuk mengeluarkan tenaga dan harta
untuk membangun rumah Allah.
Pada akhirnya, pembangunan bait Tuhan ini dapat dimulai kembali pada hari ke-24
bulan ke-6 pada tahun ke-2 pemerintahan Darius (sekitar bulan September-Oktober tahun 520
SM) dan dapat diselesaikan pada hari ketiga dalam bulan Adar dalam tahun ke enam
pemerintahan Darius (Februari atau Maret 516 SM, Ezra 6:15), dan ketika perayaan Paskah
dirayakan pada bulan berikutnya, bait Allah telah berdiri sebagai simbol kemurahan Allah
(Ezra 6:19-22).

2. Pidato Hagai
Kitab Hagai ini berisi tentang empat pidatonya mengenai pembangunan bait suci.
Pidato yang pertama (1:2-11) mengandung teguran dan panggilan untuk kembali
membangun bait suci. Kegagalan untuk melanjutkan pekerjaan pembangunan itu dikarenakan
penundaan dan pementingan diri sendiri bangsa Yehuda pada waktu itu. Ayat 2, “sekarang
belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan”. Boleh jadi mereka sedang
menantikan suatu wahyu yang luar biasa dari Allah sebelum mereka hendak memulai tugas
mereka dan meneruskan pembangunan tersebut. Hampir tidak masuk akal bahwa umat Allah
menunggu begitu lama untuk membangun bait Allah. Seharusnya mereka tidak memerlukan
perintah yang khusus untuk membangun dan menghiasi rumah Tuhan. Maka dari itu Hagai
menghimbau agar mereka mau membangun bait suci dengan kerelaan hati, menurut hati

19
nurani mereka sendiri (ay 5-7). Ada sesuatu yang tidak beres dalam “keadaan” mereka, sebab
berkat Allah tidak di atas mereka. Meskipun sekarang mereka tinggal dalam rumah-rumah
yang bagus, namun panen mereka hanya sedikit dan kesehatan mereka lemah (ay 6, 9, 10,
11). Mereka telah mengharapkan panen yang melimpah namun mereka telah menuai kurang
dari pada yang telah mereka tabur (ay 6). Ketika mereka menyimpan hasil yang sedikit itu di
lumbung mereka, Allah telah “menghembuskannya” seolah-olah itu sekam belaka. Allah pun
menahan air yang diperlukan dan merintangi hasilnya (ay 10). Allah memanggil kekeringan
datang atas negeri itu sehingga penen mereka tidak membuahkan hasil (ay 11). Penyebab
semua malapetaka itu adalah sifat mementingkan diri sendiri dan kelesuan terhadap
tenggungjawab mereka yang utama kepada Allah. Berkat Allah berupa kemakmuran jasmani
bukan saja tidak diberikan, melainkan sebaliknya tangan Tuhan menyiksa mereka.
Pidato yang kedua (2:1-9). “Kuatkanlah hatimu” (ay 5) mengindikasikan bahwa
Tuhan meyakinkan mereka bahwa Tuhan akan menyertai mereka (ay 6). Ia bermaksud untuk
menggenapi janji-Nya bahwa kemuliaan Tuhan akan memenuhi seluruh bumi. Tuhan
menjanjikan suatu masa depan bahwa kemuliaan bait suci itu akan jauh melebihi kemuliaan
yang ada pada zaman Salomo (hal ini belum ditepati dalam sejarah, namun penggenapannya
pada “akhir zaman”). Pidato yang ketiga (2:11-20). Hagai mengutip contoh dari dua
persoalan hukum berkenaan dengan keadaan rohani bangsa itu. Ia menjelaskan kepada
mereka bahwa negeri itu telah dicemarkan oleh kelalaian dan ketidaktaatan mereka sendiri.
Sebaliknya, kenajisan hati dan hidup mereka akan menajiskan segala persembahan dan semua
pekerjaan yang mereka usahakan (ay 15).
Pidato yang keempat (2:21-24). Pada hari yang sama tatkala dinyatakan berkat-berkat
jasmani kepada rakyat itu, Hagai mengumumkan berkat-berkat rohani kepada Zerubabel
pribadi sebagai pemimpin bangsa dan wakil keturunan raja Daud.
C. Makna Teologis Pembangunan Bait Allah dalam Kitab Hagai dan Aplikasinya
1. Makna Teologis
Pusat dari teologi Hagai ini sebenarnya berada pada bait suci. Pada waktu itu (dengan
situasi yang terjadi pada orang-orang Yahudi), membangun bait Allah ini mempuyai peranan
yang lebih penting daripada membangun sebuah istana karena menggambarkan mengenai
tempat kehadiran Allah di bumi. Meskipun pembangunan bait Allah ini tidak sehebat bait
suci yang pertama tetapi kemegahannya akan melebihi daripada bait suci yang pertama (fasal
2:10) karena digunakan sebagai tempat untuk melayani Allah.
Tentang janji Allah terhadap diselesaikannya bait suci tersebut adalah mengenai
berkat yang akan Allah berikan kepada orang-orang Yahudi, sedangkan mengenai janji damai
sejahtera yang dijanjikan oleh Allah yang terdapat dalam nubuatan ini adalah akan digenapi
melalui kedatangan Kristus.
Allah menginginkan kehidupan umat-Nya berpusat kepada-Nya. Karena pada zaman
PL Bait Suci merupakan lambang kehadiran dan perkenan Allah, maka Allah memerintahkan
pembangunan Bait Suci menjadi prioritas utama mereka. Dengan demikian Allah
mengajarkan orang Yahudi, dan umat-Nya di segala zaman, bahwa Allah harus menjadi yang
paling utama di atas segalanya dan dengan demikianlah Ia akan berkenan kepada mereka dan
memberkati mereka.

20
2. Aplikasi
Bagaimanakah kita dapat menarik pelajaran yang relevan untuk orang Kristen masa kini?
Ada dua hal yang dapat ditarik pelajaran dari kitab Hagai ini berkenaan dengan pembangunan
bait suci.

1. Pembangunan rumah Allah tidak hanya dimaksudkan untuk menyediakan pusat ibadat
bagi agama Yahudi. Kitab Hagai memperlihatkan bahwa pembangunan itu
dihubungkan dengan janji tentang Penebus yang akan datang. Pembangunan kembali
Rumah Allah menujukkan bahwa Allah tidak melupakan keselamatan yang
dijanjikan-Nya.
2. Disamping pengharapan tentang Mesianis, yang paling penting sekali adalah agar
orang Kristen mampu medudukkan Allah ditempat yang pertama di dalam hidupnya.
Prinsip yang diuraikan oleh Allah ini sudah jelas. Bahkan Yesus pernah berkata
dengan begitu jelas “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Orang Kristen seharusnya tidak egois
dengan mengutamakan kepentingan sendiri.

Daftar Pustaka

____________, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Ayub-Maleakhi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2004.

C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas,


2002. Dwi Maria, Diktat Mata Kuliah Tafsir PL III : Nabi-nabi – Hagai.

Frank M. Boyd, Kitab Nabi-nabi Keci. Malang : Gandum Mas, 2006.


J.I. Packer, Merrill C. Tenney, William White, Jr., Ensiklopedi Fakta Alkitab 2. Malang: Gandum Mas,
2001.

John Balchin, Intisari AlkitabPerjanjian Lama. Jakarta: Persekutuan pembaca Alkitab, 2000.
Kenneth L. Baker & John R. Kohlenberger, Zondervan NIV Bible Commentary Volume I, Michigan:
Zondervan, 1994.

Leon J. Wood, Nabi-Nabi Israel, Malang: Gandum Mas, 2005.


W.S. Lasor, Pengatar Perjanjian Lama 2. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994.

21
22

Anda mungkin juga menyukai