PENDAHULUAN
tolok ukur kebenaran. Padahal pandangan seperti ini tidak bisa dipertahankan.
masing individu bisa saja bentrok satu sama lain. Pada akhirnya hal itu
sebagainya. Pada gilirannya hal ini juga menyebabkan manusia jatuh kepada
kekeliruan dan justru semakin jauh dari kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini
memasuki sebuah fase tanpa arah dan tujuan yang tepat. Kebenaran yang
harusnya dimiliki adalah kebenaran yang telah teruji dan tahan uji akan nilai.
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah (umat Allah). Hal itu tidak berarti
ada di bumi. Penetapan Israel sebagai bangsa serta umat pilihan berakar pada
pemilihan bapa leluhur. Perjanjian Lama mencatat kisah itu pada Kej. 11-50.
Allah menyatakan diriNya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, sebab Ia hendak
memilih mereka:1
1
C. Barth, Teologi Perjanjian Lama Jilid 1, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 90
1
1. Sesuai dengan pilihan dan perkenananNya sendiri – bukan karena
Kehendak Allah adalah bahwa Israel harus menjadi saksi atas kasih Allah
kepada seluruh semesta. Israel telah ditetapkan Allah menjadi bagian dari rencana
TUHAN menjadikan Israel sebagai saksi atas perbuatanNya yang besar baik
Sebagai umat Allah mereka harus hidup dalam kekudusan. Kehidupan yang
kudus adalah hidup yang selalu berdasarkan firman TUHAN. Orang Israel tidak
dapat disebut sebagai umat Allah yang kudus, ketika mereka menyimpang dari
firman Allah. Selain itu, konsekuensi dari kekudusan sebagai umat Tuhan
menjadikan mereka harus hidup menurut hukum Tuhan. Oleh karena itulah
3:2). Ini tidak berarti TUHAN, Allah Israel sebagai Allah yang kejam. Sebab,
2
penghukuman terhadap bangsa Israel selalu disampaikan melalui berita
pertobatan. Penghukuman hanya akan terjadi ketika mereka tidak berpaling dari
segala tingkah lakunya yang tidak berkenan di hadapan Allah. Dan bahkan, ketika
hukuman pun telah diberikan, tetap selalu ada pengharapan agar Israel kembali
Amos adalah salah satu contoh nabi yang ditolak ketika berbicara mengenai
kejahatan yang dilakukan bangsa Israel (Am. 7:10-13). Nabi Amos berasal dari
Yehuda, dari sebuah desa bernama Tekoa yang memiliki pekerjaan sebagai
peternak domba dan pemungut buah ara hutan. Nabi yang bernubuat di Israel
keadilan dan kemurnian ibadah seolah-olah menjadi ‘duri dalam daging’ bagi
Yerobeam II menjadikan mereka lupa akan identitas diri. Identitas diri yang
dimaksud adalah bahwa mereka adalah Umat Kudus TUHAN dan TUHAN adalah
satu-satu-Nya Allah yang hidup dan yang selalu menyertai seluruh perjalanan
intim antara mereka dengan TUHAN telah diawali sejak Allah pemilihan
Abraham dan mendapat penyataan lebih kompleks lagi melalui kisah keluaran.
Sebagai Umat TUHAN, tidak jarang bangsa Israel merasa bahwa hidup-Nya
selalu aman dan dalam perlindungan TUHAN, bahkan mereka tidak sadar
2
A. Th. Kraemer, Singa Telah Mengaum, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 20
3
mengenai hukuman TUHAN yang akan menimpa mereka. Dengan pemikiran
bahwa apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan firman TUHAN
Kitab Amos. Bangsa Israel harus dihukum karena sebagai bangsa yang dipilih
telah berpaling dari hukum TUHAN dan mengesampingkan firman TUHAN. Jika
Kesaksian iman Perjanjian Lama menyebut: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan
terang bagi jalanku (Mzm. 119:115), lalu realitas apa yang terjadi jika hal tersebut
tidak menjadi pedoman lagi bagi Umat TUHAN? Konsekuensi dari penyataan
Allah kepada manusia adalah bahwa manusia harus hidup sesuai dengan firman
gelap menuju terang juga mendapat tantangan yang sama. Apakah gereja dalam
seluruh totalitasnya telah berjalan menurut firman TUHAN serta bagaimana hal
itu dapat dibuktikan? Dalam rangka menggumuli persoalan teologis ini, penulis
menggunakan konsep yang terjangkau daya pikir maupun daya rasanya. Itu
4
cakap (Im. 4:1), mendengar (Kel.16:12), melihat (Kej. 1:4), mencium (1 Sam.
26:19), mempunyai wajah (Bil. 6:25), memiliki tangan (Yes. 14:27), dsb. 3
dalam dunia kita. Telah kita lihat bahwa tidak pernah Allah memperlihatkan
menyatakan bahwa semuanya itu baik dan seakan tanpa kesulitas terus
manusia menurut gambar Allah dan keinginan Allah untuk bersekutu dan
datang kepada kita dan memakai bahasa kita. Ia berkata tentang diriNya dalam
sedemikian rupa sehingga Ia datang kepada kita dengan cara yang dapat kita
3
William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2004), 27
4
Ibid., 27-28
5
mengerti.5 Tidak tertutup pula kemungkinan ekspresi yang ditunjukkan
jasmani. Hal itulah yang terjadi dalam kitab Amos. Firman Tuhan
diungkapkan dalam bentuk lapar dan haus. Makna ungkapan dalam bentuk
penyataan kasih dari TUHAN. Salah satu peristiwa terpenting adalah peristiwa
keluarnya bangsa itu dari tanah Mesir. Ini menjadi pokok iman yang melampaui
diriNya (Kel. 2:14) kepada umat itu sebagai wujud kedekatanNya. Dengan
perkenalan itu, TUHAN, Allah Israel menjadi sangat dekat dengan kehidupan
Israel secara khusus dan keseluruhan manusia secara umum. FirmanNya menjadi
menjadi sebuah kesadaran penuh, namun dalam praktiknya hal itu sering
dilupakan. Jika hal itu terjadi, tentunya ada suatu bahaya yang mengikutinya
apa yang harus ditanggung ketika manusia mengabaikan firman TUHAN?, serta
5
Ibid., 28
6
Bnd. C. Barth, Op.Cit., 128
6
1.3 Hipotesa
kekuasaan TUHAN, maka sangat tidaklah mungkin manusia dapat hidup tanpa
campur tanganNya. Dalam seluruh totalitas kehidupan manusia, tidak jarang hal
pengetahuannya untuk usaha pencarian TUHAN. Tidak sedikit dari manusia yang
untuk usaha mendekatkan diri kepada sang khalik. Tidak jarang pula, manusia
dengan segala upaya mencari tahu bagaimana agar dimampukan hidup dalam
naungan firman serta sesuai dengan kehendak firman. Namun demikian, tidak
jarang pula manusia mengalami kebuntuhan. Lalu, kita bertanya di mana yang
salah? Apakah cara mencari atau tempat yang dituju. Sebuah jawaban yang dapat
diberikan adalah bahwa cara mencari serta tempat yang dituju untuk menemukan
firman TUHAN itulah yang salah. TUHAN tidak dibatas oleh tempat dan waktu.
Ia dapat ditemui di mana saja dan kapan saja, firmanNya dapat menjangkau batas-
7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Istilah ‘eksegesis’ sendiri berasal dari kata
sederhana saja: untuk memperoleh pemahaman yang tepat dan memadai atas
sebuah teks. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa seorang penafsir berusaha untuk
menentukan satu-satunya sang arti teks. Padahal arti teks itu sendiri mencakup
7
έξηγέομαι: menerangkan, menafsirkan, mengatakan, menceritakan. Barclay M. Newman,
Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 59
8
banyak aspek, dan pelbagai pendekatan eksegese yang berlainan dapat dipakai
Bab I Pendahuluan
yang akan dibahas dalam tulisan ini. Dalam bab ini akan ditemukan latar
Bab ini merupakan kerangka teori yang menjadi acuan tulisan ini secara
keseluruhan. Dalam bab ini akan diisi dengan pemahaman terhadap istilah
Amos.
Bab ini akan memaparkan pribadi nabi Amos, penulis kitab Amos, waktu
Bab IV Tafisiran
9
Bab V Refleksi Teologis
Bab ini adalah refleksi dari apa yang telah dikerjakan pada Bab IV.
Bab V Kesimpulan
BAB II
KERANGKA TEORI
10
2.1 Pengertian Istilah ‘Firman TUHAN’
Sejauh ini tidak ada asal kata dari ( דברdbr) yang telah mendapat
persetujuan umum. Arti yang pertama-tama diberikan untuk kata itu ‘Menjadi di
belakang’. Setiap etimologi dari akar kata berhadapan dengan kesulitan dalam
pembagian ( ּדָ בַרdabhar)9, “kata, hal,” dan ( ּדִ ּבֶרdibber), “berbicara,”. Dengan
pengartian yang umum “berbicara,” kata kerja ( ּדִ ּבֶרdibber) juga menerima lebih
(Kel. 12:31 dst.), “memesan, memerintahkan” (Kej. 12:4; Kel. 1:17; 23:22),
“mengancam” (Kel. 32:14; Yer. 18:8), “janji” (Kej. 18:19; 21:1 dst.; Ul. 1:14;
6:3).10
menerima kata dan b) juga sebagai pernyataan. a). Menerima kata. “Singa telah
mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah
yang tidak bernubuat?" (Am. 3:8; bnd. 1 Sam. 3:9). Di antara teks asli dan teks
para nabi yang telah diredaksi, YHWH ‘berbicara’ ( ּדִ ּבֶרdibber) “dengan”,
“kepada”, atau “di dalam” nabi. b). Pernyataan. Sebagai sebuah perkataan lisan.
Pernyataan nabi dapat juga disebut ( ּדִ ּבֶרdibber) (Yer. 20:8 dst.; 6:10; Yeh. 14:4;
9
Kata ( ּדָ בַרdabhar) memiliki padanan yang sama dengan kata λογος (logos), sedangkan kata
λογος (logos) merupakan paralel dengan kata λεγω (lego) yang secara sederhana berarti suara,
ucapan, pewahyuan namun bukan di dalam pengertian sesuatu yang terdengar dan
diproklamirkan, tetapi lebih dari itu yakni sesuatu yang dipertunjukkan, memperjelas,
mengenali, dan memahami. Kleinknecht, ‘λεγω’ dalam Gerhard Kittel, (ed.), Theological
Dictionary of the New Testament Jilid IV, Michigan: Grand Rapids, 1977), 80
10
W.H. Schmidt, ( ּדָ בַרdābhar) (ּדָ בָרdābhār), dalam Johannes Botterweck & Helmer Ringgren,
Theological Dictionary of the Old Testament, Vol. III, (Michigan: Grand Rapids, William B.
Eerdmans Publishing Company, 1983), 94-97. Kata ( ּדָ בַרdabhar) juga dapat berarti sebuah kata
(2 Raj. 18:36) atau suara, “sebuah kata ramah” (Ams. 12:25), atau “suatu kata menyenangkan”
(Mzm. 45:2). Selain itu kata ( ּדָ בַרdabhar) juga dapat berarti “/hal” (Ams. 11:13), atau “sesuatu”,
akhirnya kata ( ּדָ בַרdabhar) telah memiliki arti yang umum dan berwarna “sesuatu”. Fungsinya
sebagai kata depan. 103-106
11
20:3, 27). Pernyataan para nabi mendapat kesempatan untuk “berbicara”
mengenai apa yang menjadi perintah YHWH (Ul. 18:18; Yer. 1:7, 17; 26:2,8;
Yes. 3:1, dll.), “berbicara dalam nama YHWH” (Ul. 18:19; Yer. 26:16; 44:16;
bnd. 20:9), atau ‘mengatakan perkataan” YHWH (Yer. 43:1; Yes. 2:7; 3:4; 11:25).
Selain daripada itu, dalam Perjanjian Lama terdapat juga perkataan Tuhan: ּדִ ּבֶר
(dibber) , “Dia berbicara,” Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi
Kata ( ּדָ בַר יהוהdabhar YHWH), “Firman TUHAN muncul sebanyak 240
kali di dalam Perjanjian Lama. Dengan sedikit pengecualian ungkapan ini berarti
hanya satu jenis suara ilahi, “firman Tuhan kepada nabi”. Kata ( ּדָ בַר יהוהdabhar
YHWH), adalah sebuah istilah tekhnis untuk suara kenabian. Konstruksi lain dari
kata ini adalah ( ֱאֹלהִם יהוה ּדִ ּבֶרdibber YHWH Elohim), “firman TUHAN, Allah”
dicatat menjadi suatu surat di dalam kitab Perjanjian Lama. Menurut D.C. Mulder,
ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mengenai Amos sebagaimana
11
Ibid., 100-101
12
Ibid., 111-114
13
D.C. Mulder, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1970), 132-133
12
nabi, ia tidak pernah belajar dahulu sebagai murid nabi (7:14). Dari
kepada Amos, dan nabi Amos tidak dapat tidak bernubuat (3:8). Dalam
merajalela di Israel ditegur dengan hebat sekali. Oleh karena dosa-dosa itu
bencana lain (4:9-11), tetapi Israel tidak mau bertobat. Bahkan Israel
TUHAN itu akan menjadi hari yang gelap dan yang penuh dengan
hukuman (5:18-20).
dosanya lebih berat (2:9-12; 3:2). Bangsa Israel harus menginsafi bahwa
13
bangsa-bangsa lain pun juga tidak dibiarkan TUHAN, melainkan
dijatuhinya hukuman (pasal 1.2). Jelaslah bahwa TUHAN itu bukan hanya
juga untuk bertobat dan jika mereka bertobat dan mencari TUHAN lagi,
mereka akan hidup (5:4-6). Bahkan menurut nabi Amos (jika ayat itu
sendiri memang berasal dari Amos sendiri) ada hari TUHAN kerajaan
Menurut W.S. LaSor, dkk., nubuatan yang terdapat dalam kitab Amos
dibagi dalam 3 bagian: auman singa (1:1-3:8); dakwaan Allah terhadap Israel
dengan ancaman hukuman Allah terhadap enam bangsa sekitarnya, dan Yehuda
tiga kejahatan . . . bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku”
(1:3,6,9, dll.). Itu mengikuti “pola x, x + 1”, yang juga terdapat pada bagian lain
dalam Perjanjian Lama dan tulisan-tulisan Timur tengah Kuno. Pemakaian pola
tersebut menunjukkan bahwa bangsa-bangsa telah berdosa “cukup dan lebih dari
14
sebagaimana dikutip oleh W.S. LaSor, dkk., mengatakan jelas bahwa tuntutan
nabi Amos tentang keadilan sosial sebagian besar merupakan pernyataan kembali
dari hukum-hukum perjanjian yang kuno, yang ditunjukkan bukan hanya kepada
bangsa itu. Gagasan tentang TUHAN sebagai Allah segala bangsa, hanya
memperluas perjanjian Allah dengan Abraham kepada semua kaum di muka bumi
(Kej. 12:3; 18:18; 22:18). Pandangan bahwa Allah akan menghukum bangsa-
bangsa lain hanya memperluas tradisi keluaran yang menunjukkan Allah pernah
sebagai berikut:16
1. Keadilan sosial
15
Ibid., 201
16
Yohanes Subagya, Evangelisasi Baru Dalam Masyarakat Dengan Semangat Nabi Amos,
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1996). http://pkks.blogspot.com/2001/09/mksn-1996-
amos.html
15
rumusan pengutusan: “Beginilah firman TUHAN”
di tempat beribadat.
Amos 7:15). Pada saat mereka mendengarkan nubuat demi nubuat kepada
16
bangsa-bangsa di sekitar Israel, mereka akan tenang-tenang saja.
Bukankah yang dikecam nabi bukan bangsa kita? Akan tetapi justru pada
lebih panjang dan rinci dan mengancam dengan hukuman yang lebih
menakutkan. Pastilah cara yang digunakan Amos ini sangat mengena dan
mengejutkan pendengarnya.
ketidakadilan kepada orang benar (dalam arti hukum), orang miskin, orang
ini adalah mereka yang tidak mempunyai kekuatan untuk membela hak
kehendak Allah yang tidak tinggal diam saat mereka ditindas. Tema
Kitab Amos.
dengan hasil pemerasan orang lemah dan miskin yang dilakukan oleh
17
Amos 5;7-13: kritik Amos pada mereka yang mengubah keadilan
Amos 8:4-8: dengan nada yang sama Amos mengecam mereka yang
Pada ketiga perikop di atas hal yang sama dikatakan Amos: Kegagalan
dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” (Am. 5:24). Kata-kata
pada hubungan yang benar dengan umatNya, bahkan umat yang mengikat
seperti sumber air di gurun yang seringkali kering. Tanaman bisa hidup
18
hanya karena diberi air terus-menerus; demikian juga bangsa Israel harus
disirami dengan air keadilan dan kebenaran agar tetap hidup dalam
perlindungan Allah.
bukanlah Allah orang Israel saja; Ia juga adalah Allah bagi bangsa-bangsa
dengan yang Ia pakai ketika menghakimi Israel. Allah tidak tinggal diam
pemukiman mereka.
Ukuran yang sama dipakai Allah untuk menghukum Israel, justru karena
menjadi lebih serius. Ikatan kesetiaan kepada Yahwe ini harus diwujudkan
dengan perlakuan yang benar kepada umatNya. Namun Israel justru tidak
peduli akan hal ini dan malah memperlakukan saudara sebangsanya sendiri
menghukum Israel. Di sini ada hal yang sering disebut dengan istilah
19
perang suci, perang yang dilakukan Allah sendiri demi kemenangan
mereka. Oleh karena itu dalam setiap perang mereka tabut perjanjian,
tanda kehadiran Allah, selalu dibawa. Namun kini, oleh karena kejahatan
Konsep akan Tuhan sebagai hakim semua bangsa ini tersirat dari kesukaan
Amos memanggil Tuhan sebagai “Allah semesta alam” (Am. 3:13; 4:13;
(Bdk. Amos 4:13) dan akan bertindak ketika ciptaanNya ini melakukan hal
3. Ibadat palsu
Sikap Amos terhadap ibadat terkesan sangat sinis dan negatif. Dalam
merupakan ungkapan tidak taat manusia pada Tuhan. Di sini Amos sama
20
tempat ibadat ini, semakin hebatlah mereka berbuat jahat kepada Tuhan.
membuat ibadat mereka sia-sia. Yang dituntut oleh Allah pada hakekatnya
adalah kehidupan moral yang baik. Ibadat justru harus membantu agar
tidak bisa diterima. Sikap Amos sejajar dengan apa yang diwartakan
keadilan .... “ (Yes. 1:16-17). Sikap tidak suka Tuhan pada kemeriahan
4. Hukuman TUHAN
sarat dengan berkas gandum” (Am. 2:13). Ancaman hukuman ini mengacu
pada gambaran gempa bumi. Pada umumnya para ahli Kitab Suci
berpendapat bahwa hukuman Tuhan ini adalah gempa bumi. Dalam awal
bukunya sendiri Amos menyebutkan adanya gempa bumi ini, hal yang
21
Dalam banyak bagian bukunya Amos menyebutkan berbagai macam
tempat ibadat dan rumah mewah (Am. 3:14-15; 6:11), dibuang keluar
Israel (Am. 4:2-3; 6:7), “hari Tuhan” yang merupakan hari kegelapan bagi
Dalam nubuatnya melawan Israel Amos berkata: “Aku tidak akan menarik
kembali keputusanKu.”
diberikan, karena umat tidak bertobat. Demikian juga hal yang sama
selanjutnya (tali timah, bakul berisi buah-buah musim panas, Tuhan yang
(Amos 7:8; 8:2). Disini kita melihat dua ciri khas peranan kenabian, yakni
22
kata pengantara yang sama: “Inilah yang diperlihatkan Tuhan Allah
(Amos 9:1).
Itulah sebabnya mereka merasa aman dan tenteram akan saat ini dan yakin
Rasa tenteram ini terutama muncul karena mereka menikmati cara hidup
dihias dengan gading (Amos 3:15; 6:4), rumah dengan konstruksi batu
pahat yang kuat (Amos 5:11). Mereka suka berpesta pora sambil
23
bermabuk-mabukan (Amos 2:8; 4:1; 6:4-6). Kenikmatan seperti ini tidak
mereka sendiri. Rasa tenteram ini juga didukung oleh kecintaan orang
pembela Israel tanpa syarat. Padahal justru dengan praktek hidup sehari-
hari yang bertentangan dengan nilai moral, setiap ibadat ini menjadi tanpa
arti.
Amos sadar akan nilai-nilai luhur yang akan membawa umat Israel pada
dengan ibadat dan pergi kesana-kemari ke tempat ibadat dan berhenti pada
kemeriahan ibadat saja. Ibadat adalah sarana agar orang dapat menghayati
24
Di tempat lain, Amos menyampaikan nasehat yang sama dengan lebih
syarat bagi penyertaan Tuhan. Tuhan tidak akan berkenan pada umatNya
“Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan
demikian Tuhan, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang
kamu katakan” (Amos 5:14)
Nasehat-nasehat di atas menyiratkan keinginan Amos agar pendengarnya
yang keliru.
yang membawa bencana pada tanaman (ayat 6-9) dan manusia serta
untuk berbalik kepada Allah dan bertobat. Tetapi hati mereka bebal dan
menolak pertobatan. Sikap ini terungkap dalam refren “namun kamu tidak
jalan bagi pertobatan telah tertutup. Hal inilah yang mengantarkan umat
7. Pengharapan
25
Meskipun hampir seluruh Kitab Amos berbicara mengenai hukuman Allah
yang tak bisa terelakkan dan ketidakmauan umat untuk bertobat, bagian
ekseget sangat ragu bahwa bagian ini berasal dari Amos. Mereka, dengan
bagian akhir Kitab Amos ini sebagai tambahan dari seorang penyunting
soal penyuntingan ini tidak perlu kita perhatikan. Kita memperhatikan teks
kata “menanam” (ayat 15). Kejayaan kerajaan Daud akan tercipta dengan
terwujud saat alam memberikan hasil yang baik bagi manusia dan saat
Meskipun seluruh Kitab Amos bernada suram, bagian akhir ini tetap
besar penyunting bagian ini ingin memberikan ajaran kepada umat Israel,
bahwa dalam sejarah hidup mereka yang sangat buruk pun, yakni
26
pembuangan, mereka tetap harus berharap akan masa depan yang lebih
baik, ketika mereka beroleh kembali ke tanah air sendiri dan menikmati
Amos berasal dari Tekoa, sebuah desa yang berada 10 Mil di sebelah
selatan Yerusalem. Di tempat tinggalnya ia bekerja sebagai gembala (lih. Am. 1:1;
7:14). Merujuk kepada Am. 1:1; 7:9, 10-11 mengindikasikan bahwa masa
kenabian Amos yakni pada masa pemerintahan Yerobeam II di Israel Utara (786-
753) dan Uzia (782-746). Gempa bumi yang disebutkan dalam Am. 1:1 tidak
dapat memberikan tanggal yang tepat, namun isi kitab Amos memberikan
petunjuk bahwa Israel pada waktu itu mengalami masa yang sukses dalam bidang
adalah:
17
Georg Fohrer, Introduction to the Old Testament, (New York: Abingdon Press, 1968), 431-
437
27
B. Merujuk kepada tiga kelompok kecil dari perkataan
tinggal.
tetap bertahan dan menolak untuk kembali kepada TUHAN. Bagian ini
ini . . .” (5:1-6, 8-9) berisi suatu nyanyian peratapan yang mengancam Israel
17) meliputi empat perkataan: 5:7, 10-11 (memperbaiki dimulai ayat 7) dan
28
5:12, mengenai ketidakadilan; 5:14-15, sebuah nasihat melakukan yang
27) suatu penafsiran kembali dari nabi mengenai hari TUHAN (5:18-20),
mana tidak ada pemberian kurban (5:21-25), sebuah kutukan atas pemujaan
berisi perlawanan terhadap para pedagang (8:4-7), fragmen pujian (8:8), itu
adalah bagian yang berdiri sendiri. Dua bagian pertama dapat disebutkan
bahwa itu berasal dari Amos tetapi dua bagian berikut kemungkinan berasal
29
penglihatan ketiga, karena ia menyamakan Yerobeam diancam dengan
Lebih lanjut disebutkan bahwa pasal 4:13; 5:8-9; 9:5-6 yang merupakan
fragmen tidak mungkin berasal dari Amos tetapi merupakan kelompok koleksi
minor. Selain daripada itu beberapa bagian lain yang diasumsikan tidak berasal
dari Amos adalah pasal 1:2, yakni berasal dari redaktor, nubuatan terhadap Tirus
(1:9-10), Edom (1:11-12), dan Yehuda (2:4-5) yang berbeda dengan nubuatan
terhadap negara yang lain, nubuatan terhadap Edom merujuk kepada masa
kejatuhan Yerusalem tahun 587 s.M. dan nubuatan terhadap Yehuda dibuat
kepada nabi (3:7), pengajaran yang dihadirkan kembali setelah masa pembuangan.
Akhirnya penutup dari kitab ini 9:8-15 banyak usaha untuk menganggap berasal
dari Amos atau mengasumsikannya berasal dari Amos (9:8-10) atau setidak-
tidaknya hingga ayat 11-15. Ancaman terhadap ‘kerajaan yang penuh dosa’
dari perkataan bagian A dan koleksi kecil B-G dikombinasikan dalam sebuah
koleksi yang lebih luas. Bagian A, sebuah penelitian mengesankan dari khotbah
30
Amos ditempatkan di bagian awal; B-D dan E-G dibawa bersama-sama dalam dua
kelompok menggunakan pengantar ungkapan yang sama. Pada koleksi yang lebih
luas juga telah terjadi perluasan lanjutan yang terlihat melalui laporan yang
terdapat dalam Am. 7:10-17, karena berisi laporan awal dan akhir dari masa
kesimpulan, karena perkataan dan semua yang terdapat dalam Am. 9:1-4
pembuangan.
telah ditulis atau disusun oleh beberapa oknum dengan rentang waktu yang
panjang. Dalam teorinya, ia berpendapat bahwa kitab ini terdiri dari 3 tahapan
atau bagian, yakni Bagian A, B dan C. Bagian A merupakan sebuah bahan yang
pekerjaan dari editor. Bagian A telah disusun pada abad ke 8 s.M., bagian B
disusun pada abad 7 s.M., antara masa Yehezkiel dan Yosia, atau setidaknya
setelah masa itu, dan bagian C disusun pada abad ke 6 s.M. Bagian A bersifat
pemulihan. Lebih lanjut ciri lain yang disebutkan olehnya adalah bagian A
31
Betel. Ketika bagian A memberi perhatian kepada sosial-ekonomi antara kaum
miskin dan kaum elit, bagian B memberi perhatian kepada bidang agama-politik
antara Betel dan Yerusalem sebagai pusat peribadahan. Corak khusus dari dari
bagian A adalah:
dalam bentuk A terdiri dari: konsisten, garis panjang yang ekuivalen, yang
sama.
diabaikan.
32
s.M.). Gambaran masa pelayanan Amos seluruhnya didasarkan atas penamaan
Yerobeam II. Tetapi nubuatan Amos sebagaimana bagian A berusaha untuk tidak
menyebut nama Yerobeam II, dan menyarankan untuk tidak memandang bahwa
Amos menubuatkan selama masa pemerintahan Yerobeam II. Lalu mengapa nama
dalam bagian A tidak ada nubuatan langsung yang mengarah kepada Yerobeam II.
mengumumkan bahwa Yerobeam II akan mati dengan pedang. Hal itu tidak
Prediksi Amos memang tidak terjadi pada Yerobeam II, tetapi itu terjadi kepada 4
dari 5 raja yang naik tahta setelah dia di Israel, 4 raja dibunuh selama jarak 14
tahun, 745-732.
Amos bagian B berbeda dalam beberapa cara yang penting dengan materi
yang terdapat dalam bagian A. Betel sebagaimana yang disebutkan di atas sangat
diperhatikan oleh bagian B. Betel merupakan sebuah kota yang relatif kecil di
pusat pegunungan dari daerah Palestina. Tidak seperti Samaria dan Yerusalem,
lokasi Betel tidak menawarkan suatu keuntungan militer. Betel ditetapkan menjadi
pusat peribadahan pada masa Yerobeam I dan aktifitas tersebut tetap berlangsung
hingga kejatuhan Samaria tahun 722 s.M. Ciri khusus yang terdapat dalam bagian
B, di antaranya:
33
2. Pesan yang disampaikan dalam pilihan: melaksanakan keadilan
atau tidak.
baru.
9. Nubuatan dipenuhi.
Bagian yang berasal dari editor C adalah Am. 9:7-15, yang merupakan
penutup dari kitab Amos. Sebuah pengharapan masih akan dapat diperoleh jika
Israel mengambil sikap yang tepat. Itu berarti kesempatan untuk berbalik kepada
(787/6-747/6), yang dijadikan bukti untuk itu adalah laporan nabi mengenai
34
diraih oleh Yoas, ayah Yerobeam II (802/1-787/6). Kesuksesan dibawah
ekonomi terjadi pergolakan dalam bidang sosial. Yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. Perbudakan atas dasar utang menjadi bentuk yang
biasa (2:6; 8:6). Masyarakat yang serba kekurangan dimanfaatkan (2:7a; 4:1; 8:4).
kenabiannya sekitar tahun 760 s.M. Pusat perhatiannya cukup jauh (1:3-8; 1:13-
2:3; 3:9; [6:2]; 9:7), keputusannya mengenai Israel cukup beralasan (2:6-9; 5:18-
24; 7:11, 16-17). Ucapannya pada waktu tersebut sangat jelas dan cukup berani
yang menunjukkan kemungkina dia masih muda (4:1; 5:5; 6:12). Mengenai
Hans W. Wolf merumuskan bentuk bahasa dari dari Amos sebagai berikut:
35
6, 13; 2:1, 6; 3:11, 12; 5:3, 4, 16; 7:17) dan sebanyak lima penutup dari
ayat itu juga diakhiri dengan rumusan “firman TUHAN/ TUHAN Allah”
perhatian. Terkadang dirasa tidak perlu (5:1) dan tidak selalu muncul
Melalui pemaparan yang disebutkan di atas ada beberapa point penting yang dapat
diambil:
36
2. Pokok pemberitaan yang ditekankan oleh Amos adalah mengenai
TUHAN. Puncak dari seruan untuk keadilan terdapat dalam Am. 5:24.
”Allah semesta alam (bnd. Am. 3:13; 4:13; 5:14.15.16.25; 6:8-14; 9:5).
beribadah yang salah, tetapi justru moral mereka yang bobrok. Ibadah
membantu agar tujuan keadilan dan kebenaran tercapai, tetapi hal itu sama
gempa bumi. Lebih dari itu, berbagai penggambaran akan hukuman itu
dibuang keluar Israel (Am. 4:2-3; 6:7), “hari Tuhan” yang merupakan hari
37
kegelapan bagi Israel (Am. 5:18-20), hari perkabungan (Am. 8:9-10),
7. Amos juga mengecam orang-orang yang telah hilang kepekaan sosial dan
dipulihkannya bangsa itu terlihat juga dalam dua hal, yakni terwujudnya
38
BAB III
Nabi Amos berasal dari Tekoa, sebuah desa di daerah Yehuda, beberapa
kilometer di sebelah selatan Yerusalem. Menurut pasal 1:1 dan 7:14, Amos
bekerja sebagai gembala dan petani yang memungut buah ara.20 Melalui
pekerjaannya sebagai petani ia datang ke Israel menjadi seorang nabi. Oleh karena
ia berasal dari desa, di mana setiap orang harus bekerja keras untuk memehuni
penuh dengan kekayaan serta tanpa keadilan dari penduduk kerajaan Israel Utara.
Amos bukan berasal dari sebuah keluarga nabi atau imam atau dapat dikatakan
Amos menyatakan dirinya sebagai “seorang peternak domba dari Tekoa” (Am.
1:1), “seorang penggembala dan pengumpul buah ara” (Am. 7:14). Latar belakang
pekerjaannya semula dan menjalankan tugas kenabiannya bagi umat Israel. Dalam
konfliknya dengan imam Amazia, Amos sama sekali menolak anggapan Amazia
20
Georg Fohrer, Op.Cit., 431
21
Bernard Thorogood, A Guide to the Book of Amos, (London: S.P.C.K., 1971), 9
39
“Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi,
melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara
hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring
kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah,
bernubuatlah terhadap umatKu Israel." Am. 7:14-18
Panggilan kenabian dari Tuhan ini tak tertahankan olehnya. Amos masuk
dalam situasi yang membuatnya tak kuasa menolak panggilan ini. Ia mengkiaskan
Tanpa takut ia menubuatkan masa depan yang suram seperti ini: “Sebab beginilah
dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi
dari tanahnya sebagai orang buangan.” (Am. 7:11). Ini pewartaan yang tidak
mengambil resiko ditolak oleh kaum mapan, sebagaimana diwakili oleh imam
Amazia yang menyuruhnya untuk tutup mulut dan mengusirnya keluar dari Israel
(Bnd. 7:12-13). Amos menjadi salah satu nabi abad ke-8 sM. yang penting
karena:22
22
Ibid., 7
40
2. Kata-katanya mempunyai kuasa agung, dan terkadang dalam wujud puisi
mengesankan.
yang mendalam ke dalam hati dan pikiran dari bangsa Israel pada waktu
itu.
746 s.M) memerintah di Israel Utara dan Uzia (784-746 s.M) memerintah di Israel
Yerobeam II, dapat diperkirakan bahwa Amos melayani antara tahun 760-750
23
s.M. Kisah Amos merupakan salah satu bentuk pengalaman pemanggilan
Utara bersama dengan seluruh isi istana raja (Am. 7:7-9). Kehancuran itu akan
menjadi akhir dari kerajaan Israel Utara (Am. 8:2 bnd. 5:2) yang akan terjadi
23
Otto Eissfeldt, Old Testament: An Introduction, (Oxford: Blackwell, 1966), 396. bnd. Georg
Fohrer, Op.Cit., 433, di situ disebutkan bahwa masa pemerintahan Yerobeam II (786-753 s.M)
memerintah di Israel Utara dan Uzia (782-746 s.M).
24
James L. Mays, Amos: A Commentary, (London: SCM Press, 1969), 4-5
41
dalam bentuk kekalahan militer yang disusul oleh pembuangan seluruh penduduk
negeri (Am. 4:2-4; 6:7-8). Pokok perhatian Amos ialah ketidakadilan. Amos
mengatakan, bahwa bangsa Israel telah ‘menjual orang benar karena uang’ (2:6);
aratinya di Israel telah terjadi jual-beli manusia, baik laki-laki, wanita maupun
anak-anak, untuk menjadi budak sebagai ganti pembayaran utang. Amos secara
khusus menunjuk bahwa sistem keadilan telah hancur, sehingga melalui suap,
sogok dan yang semacamnya serta sikap acuh-tak-acuh maka para orang kaya dan
termasuk menindas rakyat miskin (Am. 5:10-11, 15). Bersamaan dengan itu,
Amos juga melihat bahwa ibadah-ibadah Israel yang teratur ternyata merupakan
tipuan yang tidak berguna (Am. 5:4-5; 21-24). Bahkan lebih buruk lagi, lembaga
malah mendukung dan membenarkan sikap aman dan puas diri yang sedang
acuh tak acuh. Keberaniannya merupakan suatu sifat yang asli, bukan
menguliskan perkataannya.
25
S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 158-159
26
William Rainey Harper, The International Critical Commentary: A Critical and Exegetical
on Amos & Hosea, (Edinburgh, T&T Clark, 1953), cviii-cix
42
c. Dia adalah seorang pengembara, tanpa sebuah ikatan
Melalui penjelasan di atas terlihat bahwa nabi Amos adalah seorang nabi
cukup berat, sebab ia harus berbicara kepada seorang imam kerajaan. Ia harus
TUHAN’, seorang yang membutuhkan makanan dan minuman oleh karena lapar.
pembedaan antara nabi Amos dan penulis kitab Amos. Nabi Amos adalah seorang
manusia yang diutus untuk memberitakan firman TUHAN. Ia adalah seorang nabi
abad ke-8. Sedangkan kitab Amos adalah sebuah kitab yang mencatat hal-hal
yang pernah dilakukan oleh nabi Amos. Catatan tersebut bukanlah seperti sebuah
43
dituliskan oleh seorang atau sekelompok orang percaya yang mengingat atau
Nabi Amos adalah nabi abad ke-8 s.M. pertama yang nubuatannya dapat
kita ketahui melalui bentuk tertulis seperti sekarang. Namun kitab itu tentunya
memiliki riwayat penulisan. Kitab ini bukan begitu saja ditulis oleh Amos sendiri
dan bukan pula kitab yang segera dibukukan sesudah Amos mengucapkan
nubuatnya. Tentunya ada jarak waktu antara nubuat Amos dan terjadinya kitab
Amos seperti yang sekarang ini. Kitab Amos secara tradisional dianggap telah
ditulis pada pertengahan atau akhir masa pemerintahan Yerobeam II. Penyelidikan
penulisan nubuat-nubuat Amos lebih dekat ke tahun 750-748 s.M. Pengertian ini
tidak langsung di dalam kitab Amos menggambarkan masa ketika Israel yang
mendukung Asyur sedang diserang oleh suatu koalisi Siro-Palestina yang anti
telah didiktekan oleh Amos kepada rekannya. Bagaimanapun juga, kita tidak
boleh menganggap bahwa kitab Amos, seperti yang ada sekarang, semata-mata
buah pena Amos. Setidak-tidaknya ada beberapa sumber: ada bagian-bagian yang
jurutulis; di samping itu mungkin ada sejumlah ada seorang rekan yang telah
27
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004),
610
44
menghafalkan atau mencatat perkataan-perkataan atau pokok-pokok tertentu dari
nubuat Amos, dan mungkin ada seorang teman yang telah mencatatkan dengan
memiliki tiga jenis materi; perkataan langsung dari sang nabi, orang-pertama yang
tentang nabi. Format akhir dari hasil proses yang dicapai mengenai perumusan
demikian dapat terlihat bahwa beberapa isi kitab Amos setidak-tidaknya dapat
Kitab Amos bukanlah sebuah kitab yang proses penulisannya dalam satu
mengalami bentuk seperti yang ada pada kita sekarang. Proses panjang
melibatkan banyak pihak yang dengan sendirinya memberi kesulitan kepada para
penafsir dan peneliti naskah-naskah kuno mengenai bentuk yang paling asli atau
45
disusun oleh beberapa oknum dengan rentang waktu yang panjang. Dalam
teorinya, mereka berpendapat bahwa kitab ini terdiri dari 3 tahapan atau bagian,
dari Amos sendiri, sedangkan bagian B dan C merupakan hasil pekerjaan dari
editor. Bagian A telah disusun pada abad ke 8 s.M., bagian B disusun pada abad 7
s.M., antara masa Yehezkiel dan Yosia, atau setidaknya setelah masa itu, dan
menyebutkan bahwa pasal 8:4-14 adalah koleksi kecil yang dituliskan setidaknya
setelah masa pelayanan Amos dan sebelum peristiwa kejatuhan Samaria. Bahkan
mungkin setelah pembuangan ke Babel ada bagian dari kitab Amos yang
mengalami revisi. Alasannya adalah bahwa pasal 4:13; 5:8-9; 9:5-6; dan 9:11-15
karena gaya dan bahasa ayat-ayat tersebut serupa dengan gaya bahasa dari nabi
Hal serupa juga diperlihatkan oleh D.C. Mulder, yang menyebutkan bahwa
kitab ini tidak disusun sekaligus. Dalam argumennya ia memberi petunjuk melalui
pasal 7-9. Lima pasal itu berhubungan satu dengan yang lainnya. Semuanya
memakai bentuk orang pertama untuk nabi. Tetapi hubungannya diputuskan oleh
cerita dalam 7:10-17 yang memakai orang ketiga tentang Amos, dan 8:4-14 yang
merupakan suatu khotbah berupa teguran dan ancaman. Pada umumnya kita dapat
membedakan catatan-catatan dari nabi sendiri (7:1-9; 8:1-3; 9:1-6; kata ‘Aku’
30
Robert B. Coote, Op.Cit., 8
31
Bernard Thorogood, Op.Cit., 11
46
dalam 5:1 dapat ditafisirkan mengenai nabi sendiri, mungkin juga mengenai
nubuat. Nubuat itu sebagian merupakan keseluruhan yang teratur (pasal 1,2),
Hal serupa juga ditunjukkan oleh Georg Fohrer. Sebagaimana yang telah
disebutkan dalam bab sebelumnya, ia menyebutkan Amos adalah pasal 1:2, yakni
berasal dari redaktor, nubuatan terhadap Tirus (1:9-10), Edom (1:11-12), dan
Yehuda (2:4-5) yang berbeda dengan nubuatan terhadap negara yang lain,
nubuatan terhadap Edom merujuk kepada masa kejatuhan Yerusalem tahun 587
s.M. dan nubuatan terhadap Yehuda dibuat dengan gaya Deuteronomis, jadi
yang dihadirkan kembali setelah masa pembuangan. Akhirnya penutup dari kitab
ini 9:8-15 banyak usaha untuk menganggap berasal dari Amos atau
11-15. Ancaman terhadap ‘kerajaan yang penuh dosa’ dengan segera pemurnian
satu zaman saja atau satu tempat saja, tetapi mengalami proses yang panjang.
Setidak-tidaknya kitab Amos telah melampaui tiga zaman, yakni sebelum masa
32
D.C. Mulder, Op.Cit., 131
33
Georg Fohrer, Op.Cit., 436-437
47
pembuangan – masa pembuangan – setelah masa pembuangan. Dengan melihat
proses panjang yang dialami kitab ini dapat disebutkan bahwa kitab ini
merupakan kitab yang cukup penting sebab tetap eksis walaupun telah melampaui
tiga masa tersebut. Bentuk yang ada pada kita sekarang ini adalah sebuah bentuk
baik di bidang moral dan sosial, serta kemerosotan yang diakibatkan politik
kerajaan utara. Persoalan tersebut menyebabkan Allah mengutus nabi Amos dari
Baik berita maupun tujuannya secara logis terbit dari garis besar umum kitab itu
dan sangat erat berkaitan dengan nubuat nabi tentang hukuman dan pembuangan
bagi Israel.34
adalah pada abad ke-6 s.M. dan itu adalah masa di mana sejarawan deuteronomis
melakukan peredaksian akhir dari kitab Amos. Itu berarti bahwa peredaksian kitab
Amos tidak terlepas dari maksud dan tujuan sejarahwan deuteronomis untuk
34
Andrew E. Hill & John H. Walton, Op.Cit., 613
35
Hans Walter Wolff, Op.Cit., 112,
36
Robert B. Coote, Op.Cit., 8
37
Georg Fohrer, Op.Cit., 436-437
48
menyimpan ingatan akan masa lalu, tetapi bertujuan untuk memberikan
penjelasan teolofis mengenai kekalahan kedua kerajaan (Israel Utara dan Israel
Selatan), dan untuk menyajikan suatu dasar teologis bagi pengharapan akan masa
depan.38
kesalahan-kesalahan di masa lampau yang dilakukan oleh bangsa itu. Tulisan itu
bangsa itu telah berpaling dari TUHAN serta usaha apa yang dapat dilakukan agar
mereka dapat kembali lagi kepadaNya. Selain daripada itu, penulisan kitab Amos
juga sebagai bahan pembelajaran agar bangsa itu tidak melakukan kesalahan yang
sama di masa depan. Dengan demikian keutuhan hubungan antara mereka dengan
Andrew E. Hill & John H. Walton menyebutkan struktur yang lebih luas
pengulangan kata dan frase dan susunan sastra yang dibakukan. Sebagai contoh,
38
John A. Grindel, ‘Yosua’ dalam Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Perjanjian Lama,
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 231
49
kitab ini berisi pengumuman (“Dengarkanlah . . .,” 4:1), penyataan (“inilah yang
diperlihatkan TUHAN kepadaku . . .,” 7:1), dan formula sumpah (“TUHAN Allah
Hughell E.W memberi penjelasan bahwa kitab Amos yang terdiri dari 9
50
e. Kedatangan Allah (5:16-25)
1. Keluhan (5:16-17)
2. Kegelapan (18-20)
3. Penolakan terhadap Kultus (5:21-25)
f. Ancaman dan Pembuangan (5:26-6:14)
2. Suatu kesedihan (5:26-27)
3. Keangkuhan dan kesombongan pemimpin (6:1-7)
4. Kengerian pengepungan (6:8-11)
5. Akhir dari kepemimpinan umat yang angkuh (6:12-14)
51
BAB IV
52
4.1 Teks
Amos 8:11
#r<a'_B' b['Þr" yTiîx.l;v.hiw> hwIëhy> yn"ådoa]a a
Teks Yunani Asli, Terjemahan Siria (Pesytta) yang disusun menurut keselarasan saksi S A
(kodeks Ambrosianus (abad ke-6 atau ke-7), perpustakaan Ambrosius di Milano, diterbitkan oleh
A.M. Ceriani 1876 dst) dan SW (terbitan Siria yang terbit di Mossul 1891, 1951) menambahkan
pada a-a = hwIëhy> yn"ådoa] ‘~aun> dan b-b = ~yIM;êl; am'äc'-al{)w> ‘mereka/ia mempunyai’.
Teks dapat dipertahankan karena makna teks sudah jelas. Sedangkan pada c = yrEîb.DI, kodeks
Kairo, LXX, Terjemahan Siria (Pesytta) yang disusun menurut keselarasan saksi S A dan SW,
Vulgata mengusulkan rb;D. ; yang lain dicoret hwhy maupun yrEîb.DI teks dipertahankan sebab
meskipun penggunaan kata rb;D. menerangkan nama hwhy namun tidak menyebutkan siapa yang
berfirman hal ini dapat membuat kabur tentang siapa yang berfirman. Namun demikian jika kata
rb;D digunakan dengan tetap mempertahankan teks hwhy, barangkali teks dapat diterima sebab
Amos 8:12
41
Bnd. Hans Walter Wolff, Op.Cit., 322. Transliterasi: hinnË yämîm Bä´îm nü´ùm ´ádönäy
yhwh(´élöhîm) wühišlaHTî rä`äb Bä´äºrec lö|´-rä`äb lalleºHem wülö|´-cämä´ lammaºyim Kî ´im-
lišmöª` ´ët Dibrê yhwh(´ädönäy)
53
`Wac'(m.yI al{ïw> bhw"ßhy>-rb;D>-ta,b
Barangkali teks a = d[;w pada kodeks Kairo, LXX, Terjemahan Siria (Pesytta) yang
disusun menurut keselarasan saksi S A dan SW, Vulgata d[. Teks dipertahankan karena tidak
mengubah arti. Pada teks b-b = hw"ßhy>-rb;D>-ta, mengusulkan kata yrib;D>. Teks juga
4.1.2 Terjemahan:
Ayat 11 : Lihat, hari-hari sedang datang, firman TUHAN Allah, bahwa Aku
makanan dan bukan haus untuk air tetapi untuk mendengar firman
TUHAN.
Ayat 12 : Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan dari utara hingga
4.2.1 Politik
Setelah kematian raja Salomo sekitar tahun 930 s.M., kerajaan Israel
terbagi menjadi dua. Dua suku di selatan yakni Benyamin dan Yehuda dipimpin
54
letnan Salomo, dan menjadikan dirinya raja bagi suku utara. Bagi bangsa Israel
selatan, Yerusalem menjadi kota suci sekaligus pusat peribadahan kepada Tuhan,
sedangkan bangsa Israel Utara, pusat penyembahan berada di Bethel dan kota Dan
yang didirikan oleh Yerobeam I.43 Pada awalnya Yerobeam memilih Sikhem
sebagai pusat pemerintahan Israel Utara (1 Raj. 12:25a). Akan tetapi ketika Firaun
Sisak menyerang Palestina di tahun 918 s.M. kota ini diserang, sehingga
mengungsikan lagi ke Tirza (1 Raj. 14:17). Sejak saat itu Tirza menjadi ibukota
kemaharajaan Israel sampai akhirnya raja Omri membangun kota Samaria sebagai
Keinginan Asyur untuk segera menguasai kerajaan Israel Utara dan Israel
tetangga mereka. Oleh karena itu, untuk sekitar setengah abad lamanya kedua
kerajaan ini bebas dari campur tangan bangsa bangsa-bangsa di sekitar mereka.
Situasi ini dimanfaatkan untuk merebut kembali kendali kekuasaan yang pernah
dipegang Salomo atas bangsa-bangsa kecil di sekitar Palestina. Raja Yoas, ayah
kerajaan Israel, yang pernah direbut oleh Siria dari kerajaan Israel pada masa
pemerintahan ayahnya (2 Raj. 13:25). Raja Yerobeam II, putra Yoas, berhasil
Yordan sampai wilayah terutama kerajaan Hamat, termasuk juga kota Damsyik.45
43
Bernard Thorogood, Op,Cit., 1
44
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 142
45
Ibid., 162
55
Amos bekerja selama masa Yerobeam II (786-746 s.M) memerintah di
Israel Utara dan Uzia (784-746 s.M) memerintah di Israel Selatan. Melalui
diperkirakan bahwa Amos melayani antara tahun 760-750 s.M. Pada masa ini,
kerajaan Israel dan Yehuda dapat memperluas wilayah kerajaan serta melakukan
banyak. Ini adalah puncak kejayaan ekonomi dan politik. Amos dan Hosea
bencana yang akan menimpa bangsa itu. Setelah kematian Yerobeam II, Israel
jatuh ke dalam kekacauan politik. Putra Yerobeam II, Zakharia dibunuh setelah
Jelaslah bahwa raja itu (ataupun imamnya) tidak mau diganggu oleh firman
demikian di tanah airnya, sebab “tempat kesucian” raja Yerobeam dibangun dan
46
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Mastering the Old Testament, (Dallas-London-Vancouver-Melbourne: Word Publishing,
1990), 262
47
H. Rothlisberger, Firman-Ku Seperti Api, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 41
56
menjadi sangat kerasa dan terlalu menyinggung hati dan tidak sesuai dengan
Uzia (atau Azarya), raja yang semasa dengan Yerobeam, yang memerintah
kerajaan Yehuda di selatan, juga seorang raja yang makmur dan giat, yang
berkuasa.48
4.2.2 Sosial-Ekonomi
lintah darat, sebuah bencana – musim kering dan gagal panen (Amos 4:6-9)
menyebabkan mereka diusir. Bahkan, lebih dari itu dalam usaha memperbesar
kekayaan, tidak jarang terjadi pemalsuan timbangan dan ukuran serta undang-
suatu struktur masyarakat komersil. Hal tersebut menciptakan suatu kelas yang
sebagian besar tanah itu berada dalam tangan beberapa orang saja. Hakim-hakim
48
Frank M. Boyd, Kitab-Kitab Nabi Kecil, (Malang: Gandum Mas, 2001), 40
49
John Bright, A History of Israel, (Philadelphia: The Westminster Press, 1981), 260
57
tidak jujur; pemerintah rusak. Riba, pemerasan, huru-hara, dan kebencian antar
golongan nyata pada segala pihak. Di samping itu segala sesuatu ini terdapat
optimisme yang dangkal, yang rupanya sama sekali terlupa akan hal-hal yang
sangat ekstrim antara kekayaan dan kemiskinan. Sistem feodal telah berpengaruh
dengan kuat dalam masyarakat Israel. Amos mengkritik gangguan sosial yang
terjadi dalam struktur sosial dan ketidakadilan tersebut.51 Pada jalan yang
peduli kepada orang lain yang diinjak-injak dan ditudungi debu. Orang miskin
biarpun berutang sepasang sepatu saja, dijual sebagai hamba.52 Pada dasarnya
struktur masyarakat dan mengancam kehidupan orang lemah. Pada akhirnya kita
harus bertanya, tidak adakah hakim yang adil yang dapat melindungi orang miskin
kaya? “Mereka benci kepada yang memberi teguran di depan pintu gerbang, dan
50
Frank M. Boyd, Op.Cit., 40
51
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Op.Cit., 262
52
H. Rothlisberger, Op.Cit., 30
53
Ibid., 30-31
58
4.2.3 Agama
Kanaan telah melemahkan pemujaan Yahweh, Allah Israel. Baal, berarti “raja"
atau "suami", menjadi nama yang biasanya diberikan kepada dewa angin topan
kesuburan. Gambaran banteng yang dibangun oleh Jeroboam I pada Dan dan
Bethel (1 Raj. 12:28-33) tidak diragukan menyajikan kesempatan yang lain untuk
terjadinya asimilasi pemujaan Yahweh kepada pemujaan Baal.54 Para imam yang
kegiatannya. Bahkan, mereka merasa berkat yang diperoleh adalah wujud ibadah
yang benar yang telah mereka lakukan.55 Bakti agama mengalami pemunduran
pada masa ini. Kualitas dari pengabdian menjadi sebuah pertanyaan. Pemujaan
terhadap tindakan YHWH dirayakan, tetapi ini sering hanya menjadi sebagai
suatu tanda dukungan terhadap status quo mereka. Perjanjian dipahami ketika
Amos secara khusus mengkritik kehidupan yang dangkal dan mewah yang
berlangsung di Israel Utara. Ketidakadilan begitu merajalela (Am. 2:6 dst.; 4:1
dst.), sehingga membatalkan segala khasiat (pahala) yang terletak dalam kultus
pengorbanan yang begitu mewah. Melihat pola kehidupan di Israel Utara yang
begitu bertentangan dengan status Israel sebagai Umat Yahweh, Amos menjadi
54
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Op.Cit., 263
55
John Bright, Op.Cit., 261
56
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Op.Cit., 263
59
yakin bahwa penghancuran Israel sudah dekat (Am. 3-6). Konkritnya, ia melihat
Gilgal (Amos 4:4-5; 5:21-23). Yang mereka ungkapkan dalam ibadat ini adalah
‘rasa syukur’ mereka pada Tuhan yang - dalam anggapan mereka - melimpahi
mereka dengan kesejahteraan. Ibadat memberi mereka rasa tenteram (yang palsu)
bahwa Tuhan ada di pihak mereka dan menjamin masa depan mereka, entah apa
saja yang mereka lakukan. Di mata Amos, ibadat-ibadat yang mereka lakukan ini
kehilangan makna karena terlepas dari praktek hidup sehari-hari. Tidak pernah
ibadat kepada Tuhan bisa menggantikan tingkah laku moral. Sikap keagamaan
sementara orang yang merasa aman dan tenang dengan melakukan ibadat-ibadat
seperti ini, menjadi sasaran kecaman Amos. Ada hal baru yang kiranya
menentukan masa depan bangsanya, melainkan justru menjadi hal yang utama.
soal tingkah laku moral ini sebagai faktor penentu masa depan Israel. Amos tidak
pernah samasekali bicara tentang ibadat kepada dewa ini, kecuali dalam dua ayat
57
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 232
58
Yohanes Subagya, Evangelisasi Baru Dalam Masyarakat Dengan Semangat Nabi Amos,
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1996). http://pkks.blogspot.com/2001/09/mksn-1996-
amos.html
60
negeri itu. Orang benar dibenci dan ditentang. Kebutaan rohani mutlak menjadi
ciri masa ini yang pada lahirnya makmur dan beragama. Sedang orang kaya
kelahapannya, tangisan dan keluhan orang dusun yang menderita itu naik tanpa
4.3 Tafsiran
Ayat 11
Nas ini berbicara mengenai sesuatu petaka yang akan dialami oleh bangsa
berbicara sesuatu yang lebih dahsyat.60 Barangkali ketika para pendengar baris
pertama dari ayat ini, akan teringat akan apa yang telah disebutkan dalam pasal 4.
Namun sebuah penegasan dengan tiba-tiba muncul pada akhir ayat 11.61 Dengan
melihat pasal 4, dapat diduga bahwa Israel sesungguhnya telah mengalami suatu
kebutuhan jasmani. Rasa lapar, haus, penyakit, hama pada tanaman serta berbagai
persoalan lain yang disebutkan dalam Am. 4:6-11b tidak menjadikan mereka
sadar akan perbuatannya. Rasa lapar dan haus adalah dua sifat dasar manusia yang
59
Frank M. Boyd, Op.Cit., 42
60
B.J. Boland, Op.Cit., (Jakarta: BPK-GM, 2008), 103
61
“bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan
firman TUHAN.”
61
harus mendapat pemenuhan. keberlangsungan hidup ditentukan oleh makanan dan
minuman.
Setelah untuk beberapa waktu mereka tidak ingin mendengar TUHAN, kini Dia
yang tragis bagi yang percaya “bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” (Ul. 8:3; bnd. Mat. 4:4)
bimbingan-Nya. Ia mencukupi rasa lapar jasmani dan rasa lapar rohani mereka
dengan kehadiran-Nya dan kuasa-Nya. Namun pada pertengahan abad ke-8 s.M.
mereka bertujuan untuk hidup dari roti sendiri, di mana cara yang dilakukan
adalah jahat. Penghakiman Tuhan bahwa mereka akan mengetahui yang terburuk
Am. 8:11 ini sangat berhubungan dengan UL. 8:3 dan Mat. 4:4. Jelas
bahwa yang dimaksudkan dengan “yang diucapkan TUHAN” dalam ayat ini
menciptakan dunia, dan yang dapat pula memelihara kesehatan manusia dengan
cara apapun, entah dengan roti atau melalui cara yang ajaib.63 Mengapa mereka
sendiri? Apakah kelaparan itu karena adanya sekelompok kecil orang yang
62
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Op.Cit., 347
63
J.J. de Heer, Injil Matius, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 52
62
memiliki terlalu banyak dan sekelompok besar orang yang memiliki terlalu
sedikit? Jalan yang realistis dan baik untuk menyembuhkan kelaparan adalah
sebenarnya ada di dalam jiwa manusia. Dan di atas semuanya itu harus kita catat,
adanya kelaparan rohani manusia yang tidak dapat dikenyakan dengan harta
benda. Itulah sebabnya maka Yesus menjawab si pencoba dengan memakai kata-
kata yang mengandung ajaran pokok, yaitu kata-kata yang pernah diucapkan oleh
Allah kepada umatNya di padang gurun Sinai (Ul.8:3). Satu-satunya jalan yang
digunakan oleh TUHAN atas ketidaksetiaan bangsa itu.65 Israel berpikir bahwa
tidak diragukan lagi bahwa firman TUHAN selalu tersedia bagi mereka. Tetapi
mereka sedang meletakkan kepercayaannya pada para imam dan tempat suci,
hukum serta tradisi sebagai ganti TUHAN mereka sendiri. Amos melihat bahwa
mereka akan segera tahu bahwa TUHAN tidak berkata melalui hal-hal ini. Mereka
akan pergi dari tempat pemujaan mereka, tetapi tidak akan menemukan firman
Ibadah yang dilakukan tidak akan pernah cukup untuk memenuhi rasa
lapar dan haus mereka. Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan ibadah itu.
Persoalannya terletak pada bahwa ibadah itu tidak menghasilkan apa-apa bagi
64
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 1-10, (Jakarta: BPK-
GM, 2003), 112
65
James L. Mays, Op.Cit., 148
66
Bernard Thorogood, Op.Cit., 97-98
63
kehidupan mereka. Ibadah itu tidak menjadikan mereka peduli terhadap sesama
mereka kosong. Amos dengan tegas menyebutkan hal itu pada Am. 5:21-24.
Ibadah hanya sebatas formalitas dari ketekunan rohani yang palsu. Ibadah bagai
berpegang pada sifat-sifat TUHAN yang semestinya sudah harus diketahui oleh
semua orang dan tertulis di dalam Taurat: Ia adalah Allah yang adil dan benar dan
menghendaki manusia untuk berlaku adil dan benar dalam pergaulan dan dengan
sesama manusia.
bagi bangsa itu, namun penderitaan secara jasmani belum cukup untuk
menyadarkan mereka akan perbuatannya. Oleh sebab itu hukuman terberat dari
Allah sedang menuju mereka. Sekalipun ada keinginan dari orang-orang itu untuk
mendengar firman TUHAN, hal tidak akan diperoleh (bnd. Ay. 12). Hal itu
mengiatkan kita pada apa yang terjadi dalam pasal 7, di mana Amos sebagai nabi
yang berasal dari Allah diusir. Inilah salah satu bentuk bagaimana firman itu tidak
mungkin didengar. Alasannya adalah sebab nabi yang berasal dari Allah telah
diusir. Pertentangan yang terjadi antara Amos dan Amazia di dalam Am. 7:12
indikasi mengapa firman itu tidak mungkin didengarkan lagi. Imam yang bekerja
Amos dengan begitu radikalnya mengatakan segala kejahatan mereka. Tentu saja
64
Amazia harus bertindak sebab ia merasa tersaingi, sebab sumber pendapatan/mata
sana dan bernubuatlah di sana’. Sebuah pembelaan dari Amos segera menyusul:
"Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi,
melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.
Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing
domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah
terhadap umat-Ku Israel. (Am.7:14-15).
perutnya, padahal dia sendirilah yang sedang melakukan hal itu. Itu merupakan
hal yang sangat umum terjadi. Ketika seseorang yang sedang memberitahukan hal
yang benar, justru disudutkan oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran dan
sesungguhnya memiliki makna yang cukup penting. Sebab yang terjadi adalah
orang yang benar seolah-olah salah dan orang yang salah seolah-olah benar.
Bahkan jika dilihat dalam kehidupan masa kini, orang-orang yang hendak
bagi hidupnya. Bagi Amazia mengatur peribadahan dan kenabian adalah sama
berkembang ketika para pejabat untuk urusan agama dan kerohanian mulai
melihat bidang yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai urusan mencari
65
makan. Kalau bidang ibadah dan agama adalah masalah mencari makan, maka
dapat dibayangkan bagaiman aorang berusha agar situasi tetap aman dan stabil.67
Ayat 12
Dalam ayat ini dilanjutkan “mereka akan mengembara dari laut ke laut”.
Hal itu secara harafiah berarti dari Laut Mati sampai ke Laut Tengah, tetapi
barangkali ungkapan itu hampir sama artinya dengan “dari ujung bumi yang satu
ke ujung bumi yang lain” (bnd. Mzm. 72:8: sebab dunia dianggap dikelilingi oleh
tetapi ketika mereka menderita di bawah kegusaran Tuhan, mereka akan kembali,
bahwa apa yang mereka tolak sebagai satu-satunya sumber hidup. Mereka akan
para bapa leluhur dan para nabi – menjadi sebuah kenyataan yang menyakitkan.
laut ke laut” bukan memaksudkan dari Laut Mati sampai ke Laut Tengah, tetapi
dimaksudkan untuk mengangkat batasan paling ujung dari bumi (Mzm. 72:8: Zak.
9:10). Lebih lanjut jika nas ini hendak memberi batasan terhadap daerah Palestina,
orang tidak mengharapkan “dari utara ke timur” sebagai sebuah yang paralel.
67
Eka Darmaputera, Carilah TUHAN, Maka Kamu Akan Hidup, dalam Emmanuel Gerrit Singgih,
Amos dan Krisis Fundamental Indonesia, (Yogyakarta: UKDW, 2000), 7
68
B.J. Boland, Op.Cit., 104
69
James L. Mays, Op.Cit., 149
66
Dalam konteks ini harus dipahami bahwa yang dimaksudkan adalah daerah yang
menjadi tempat penyebaran umat TUHAN. Kombinasi yang ganjil dari utara dan
timur lebih mudah dipahami dengan cara ini.70 Sebuah pertimbangan lain terhadap
pengembaraan ini dapat disebutkan bahwa hal itu merupakan suatu kiasan yang
dengan pasti apa yang mereka cari. Atau bahkan dapat disebutkan bahwa
penjelajahan itu sesungguhnya adalah dari satu ‘tempat suci’ ke ‘tempat suci’
lainnya dengan harapan mendapat petunjuk. Jadi dalam ayat ini Amos memang
“bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi bahwa manusia hidup
dari segala apa yang ke luar dari mulut TUHAN” (Ul. 8:3; bnd. Mat. 4:4). Dalam
pasal 7 adalah perbuatan yang begitu dahsyat, sebab pengusiran pemberita firman
dimaksudkan dalam ayat-ayat Amos ini. Sebab hidup tanpa firman TUHAN
adalah hidup tanpa hubungan dengan Allah. Hidup tanpa hubungan itu bukanlah
hidup yang sungguh dan tulen, tetapi sama dengan tinggal dalam dunia maut
(Mzm. 6:6).71
penghukuman. Mereka yang sadar bahwa sesungguhnya tidak mampu hidup tanpa
firman itu kini sedang sekarat. ‘Lapar dan Haus akan firman TUHAN’ kini
70
Lloyd Ogilvie, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, dalam Lloyd Ogilvie (General Editor),
Op.Cit., 348
71
B.J. Boland, Op.Cit., 104
67
bagaikan lapar dan haus akan makanan dan minuman. Itu berarti harus segera
mendapat pemenuhan agar tetap hidup. Rasa sakit oleh karena lapar dan haus
yang dialami seseorang tentunya menjadikan orang itu akan melakukan apa saja
untuk memenuhi rasa lapar dan hausnya itu. Jika kebutuhannya itu tidak
terpenuhi, maka dia akan mati. Demikian juga orang yang sedang lapar dan haus
akan firman TUHAN. Mereka berusaha melakukan apa saja, asal kebutuhan
mereka akan firman itu terpenuhi. Tetapi semua usaha mereka sia-sia, sebab
apa yang mereka cari. Namun hal itu sudah terlambat, penghukuman sedang
meninggalkan mereka, atau dalam perkataan lain bahwa Allah tidak mau
mencari di tempat yang salah sebab firman itu dekat dengan mereka (bnd. Ul. 30:
mereka untuk menjelajahi/mencari firman itu dengan sia-sia – itu adalah akhir dari
mereka menolak firman itu sendiri. Tidak mendengarkan firman menjadi salah
satu penyebab. Penyebab lain ialah karena mereka juga telah menolak pemberita
firman itu. Dengan penolakan terhadap pemberita firman itu berarti mereka juga
72
Hans Walter Wolff, Op.Cit., 331
68
menolak sang Pemberi firman. Tidak menemukan firman merupakan sebuah
kiasan yang dapat diartikan bahwa mereka tidak melakukan seperti yang
ditetapkan TUHAN kepada mereka ketika mereka dituntun keluar dari Mesir.
Jadi, persoalan sebenarnya bukan mencari di sana atau di sini, atau bukan
persoalan tempat, tetapi justru persoalan tindak lanjut atau pelaksanaan dari
firman itu. Ketidakadilan dan pembengkokan terhadap kebenaran adalah dua hal
yang menjadikan mereka tidak mampu menemukan firman itu. Sebab, firman itu
4.4 Skopus
manusia secara baik hanya ditentukan oleh sejauh apa pelaksanaan firman
manusia.
memenuhinya.
69
BAB V
REFLEKSI TEOLOGI
70
5.1 TUHAN Berdaulat Atas FirmanNya
berdaulat atas seluruh bumi. Ia bukan hanya sang pelepas Israel dari Mesir dan
dari orang Amori (2:9-10), Ia juga telah mengadakan tambahan peristiwa keluaran
(9:7): orang Filistin dan orang Kaftor, orang Aram dan orang Kir; orang-orang ini
bersama dengan orang Etiopia secara khusus disukai oleh YHWH. Karena itu,
semua bangsa harus memenuhi standar keadilan Allah. Setiap bangsa yang gagal
memenuhi standar itu dihukum, bukan oleh dewa-dewa mereka sendiri, melainkan
mungkin bahwa norma yang ditetapkan oleh karakter dan hukum YHWH
merupakan standar yang dengannya pemerintahan yang adil oleh Allah akan
menghakimi semua bangsa di dunia.73 Tuhan dalam sejarah ini adalah seorang
Penguasa yang berdaulat menurut hukum penciptaan. Dalam tiga nyanyian pujian
dipikirkanNya” (Am. 4:13; bnd. 5:8-9; 9:5-6). Sungguh, Allah semesta Alam
adalah namaNya. Namun Ia lebih dari sekadar Pencipta. Ia adalah juga pengendali
tulah, wabah dan perang bisa mempunyai maksud penebusan kalau saja manusia
para hambaNya, - bukan sebagai retribusi atas dosa-dosa mereka tetapi lebih
73
Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 246
71
sebagai alat unutk menangkap perhatian mereka. (Perhatikan rangkaian lima
alternatif berupa hukuman atau berkat yang berlipat ganda tergantung pada apa
tanggapan mereka atas peringatan itu, sejauh apa yang terdapat pada kanon seperti
Im. 26 dan Ul. 28.74 Allah bernubuat lebih dari sekadar tindakan dalam sejarah. Ia
berfirman! Dan ketika Ia berfirman, Amos didorong untuk bernubuat (3:8). Ikatan
itu dengan pemberitahuan para nabi mengenai firman itu dikemukakan dalam
suatu rangkaian pernyataan sebab dan akibat dalam 3:2-8. berulang kali Amos
menekankan posisi Israel yang luar biasa dalam sejarah. Ketika Amos
mengingatkan Israel,“Hanya kamu yang kukenal dari segala kaum di muka bumi“
(3:2), ia tidak menyatakan suatu sikap disukai atau sikap berat sebelah
pilihan Allah. Kata “kenal“ dalam konteks perjanjian ini tidak ada hubungannya
dengan anugerah pilihan Allah – suatu pilihan bukan karena layak sebagaimana
sebagai “cahaya umat” dan “terang bangsa-bangsa”. Fungsi yang dimaksud adalah
sebagai penyadaran atau tugas pencerahan terutama bagi mereka yang sudah
sumpek dan buntu pikirannya karena tekanan-tekanan sejarah hidup yang berat
74
Ibid., 247
75
Ibid., 248
72
sampai tidak mampu lagi bangkit melawan tekanan hidupnya. Hasil dari
mengubah kehidupannya.
menurut hukum yang ditetapkanNya. Hukum harus ditaati dan keadilan harus
memiliki makna bahwa tidak boleh ada hukum tanpa keadilan, dan tak boleh ada
keadilan tanpa hukum. Hukum tanpa keadilan adalah alat penindasan dan alat
hukum bersama keadilan, karena hukum dan keadilan adalah hakikat dari
TorahNya. Hukum yang adil adalah hukum yang mengatur dan memberikan
73
dalam masyarakat.77 Konteks yang demikianlah yang terdapat dalam kitab Amos.
Ketika keadilan tidak berlaku lagi sebagaimana mestinya, maka TUHAN segera
dan kehendak TUHAN atas keadilan menjadikan mereka harus dihukum. Tidak
selamanya bentuk hukuman yang diberikan kepada Israel dalam bentuk bencana
fisik. Hukuman TUHAN juga dapat berupa tidak diberikanNya firman TUHAN
kepada mereka.
yang amat berat bagi Israel. Tidak diberikannya firman TUHAN dapat berarti
bahwa tidak akan ada nabi yang bernubuat kepada mereka (Am. 3:8), dan para
orang yang berakal budi tidak akan memberikan nasihat (Am. 5:13). Dapat
dibayangkan apa yang akan terjadi pada mereka. Israel tidak akan mengetahui apa
yang akan terjadi di masa depan dan bagaimana perjalanan hidup bangsanya (bnd.
Am. 3:7). Dapat dibayangkan betapa hancurnya kehidupan mereka jika hal
demikian terjadi. Tidak ada penuntun hidup, tidak ada arah tujuan dan jelas dan
tidak ada tempat bertanya. Keadaan ini ibarat orang yang dibiarkan berjalan dalam
kegelapan malam yang pekat tanpa penerang sedikit pun, sehingga mereka tidak
mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan jelan yang sedang mereka jalani dan
Dalam Mzm. 119:105 firman TUHAN itu diibaratkan ‘terang’ atau ‘suluh’
bagi jalan hidup umat Allah: “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi
jalanku”. Dengan demikian jelas umat TUHAN tak dapat berjalan dalam
kegelapan hidup tanpa terang firman TUHAN. Dalam nas Amos (Am. 8:11-12)
77
Ibid., 157-158
74
situasi “tanpa firman TUHAN” diibaratkan sebagai suatu bencana kelaparan dan
kehausan kolosal (menyangkut orang banyak). Ini adalah suatu siksaan yang
berat. Apa artinya peringatan “ketiadaan firman TUHAN” ini bagi kita dan bagi
hal ini akan membuat kita bagaikan orang yang meraba-raba dalam kegelapan.
Bagi proses pembebasan dari berbagai tekanan kehidupan, keadaan “tanpa firman
TUHAN” ini pun merupakan suatu hal yang amat berbahaya. Bentuk, sifat, dan
sasaran usaha-usaha pembebasan itu jelas akan kacau dan kehilangan aspek paling
asasinya, yakni “kesadaran akan etika”. Sebab tanpa Injil Kerajaan Allah atau
tanpa firman TUHAN, suatu karya pembebasan adalah suatu kekerasan dan
semesta, Ia melihat bahwa semuanya itu baik (bnd. Kej. 1:10, 12, 18, 25).
yang dapat dimakan dan diminum. Melaluinya dapat dilihat bahwa ketika
Salah satu cerita lain di mana TUHAN memenuhi kebutuhan hidup adalah
ketika bangsa itu dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Kel. 16:1-36 dengan
dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Bahkan tidak itu saja, bangsa itu juga
dipelihara oleh TUHAN melalui pakaian serta kasut yang tak menjadi buruk
(Ul.2:7; 29:5) dan kaki pun tidak menjadi bengkak (Ul. 8:4; Neh. 9:21).
78
Ibid., 183-185
75
Kesemuanya itu menunjukkan betapa besarnya pemeliharaan TUHAN atas
manusia secara umum dan bangsa Israel khususnya. Terdapat banyak kesaksian
pemenuhan hidup.
tanah itu dengan berjalan di atas kakinya sendiri. “Keluar dari Mesir” tidak
Allah tidak hanya memindahkan umatNya dari negeri yang satu ke negeri
“umat TUHAN” keturunan Yakub dan keturunan segala bapa leluhur yang
79
C. Barth, Op.Cit., 133-142
76
lainnya yang dahulu menerima segala janji Allah: demikianlah kesaksian
sebab mereka itulah umat yang dibebaskan Allah dari Mesir, tempat
golongan suara itu bersatu menjadi satu keyakinan bahwa perbuatan Allah
“umat TUHAN”.
berkuasa dari Allah, mereka sudah menjadi suatu umat yang merdeka,
yang berkuasa dari Allah itu membebaskan Israel dari takut, sehingga
takut terhadap manusia ini diganti dengan “percaya” dan “takut kepada
dan lanjutan sejarah bangsa Israel di pihak lain sesungguhnya berakar dalam Kel.
3:18; 4:23; 5:3,8,17, 22, 25. Dalam nas-nas tersebut, terdapat beberapa pokok
yang ditekankan terhadap proses keluaran, yakni: keluar dari tanah Mesir untuk:
77
Melalui uraian tersebut terlihat bahwa keluar dari Mesir berarti beribadah kepada
sedang meringkuk dalam ‘rumah perbudakan’, oleh sebab itu mereka harus
diberikan kepada bangsa itu adalah dengan beribadah. Maka dalam hal itu
Eksistensi mereka sebagai suatu bangsa telah dinyatakan dan sebutan baru telah
Mereka tidak hanya terbebas dari struktur politis yang mengikat tetapi juga dalam
tempat yang sama di hadapan TUHAN. Dalam kerangka yang demikian, ibadah
selalu menjadi sebagai ucapan syukur dan sekali lagi ibadah merupakan wujud
nyata pembebasan.
Israel. Ibadah bukan lagi sebagai ‘ledakan’ atas pembebasan. Mereka telah
melupakan sejarah masa lampau, ketika mereka menjadi budak dan dibebaskan
oleh TUHAN. Perjanjian antara TUHAN dan mereka dipahami hanya sebatas
78
ibadah formal saja. Ibadah banyak dipersoalkan hanya sebatas masalah tempat
yang bebas itu tidaklah selalu dihargai orang sebagaimana mestinya, malah
nyatalah berapa ajaibnya kesudian Allah untuk tinggal bersama umatNya, dan
betapa tidak sepadannya keadaan sebuah “rumah Allah” buatan tangan manusia di
sejauh itu, Allah sungguh mengambil resiko yang berat. C. Barth menerangkan
sebagai berikut:80
79
dan kepentingan raja selaku kepada negara, sama seperti halnya dengan
Allah dan kemuliaan raja terjalin satu sama lain. Dari cerita Am. 7:10-17
tentang bentrokan antara Amazia, imam besar di Betel dan Amos sekalu
kedua belah pihak itu. Amos telah bernubuat melawan raja, negara dan
bangsa (Am. 7:10), maka segeralah nabi itu diusir, “sebab inilah tempat
kuus raja, inilah bait suci kerajaan” (Am. 7:13). Tidak mengherankan
kalau bait “buatan tangan raja” harus TUHAN tinggalkan untuk selama-
lamanya.
dan di Dan. Menurut 1 Raj. 12:28 Yerobeam membuat dua patung anak
lembu dari enam yang satu diletakkan di Betel dan yang lain di Dan. Maka
malapetaka, seperti yang menimpa Kerajaan Israel Utara pada tahun 722
s.M.
80
Rutinitas peribadahan dianggap telah mencukupi tanggung jawab terhadap
perjanjian antara TUHAN dan Bangsa itu. Anggapan yang salah terhadap
sebagai wujud nyata bahwa TUHAN berkenan atas ibadah mereka. Alasan yang
dapat disebutkan adalah bahwa persoalan sosial begitu nyata terjadi, kesenjangan
menuju terang memiliki tanggung jawab kepada TUHAN dan dunia dalam 3
bentuk yakni koinonia, marturia dan diakonia. Dalam rangka itu, gereja tidak
dalam persoalan doktrin, tata gereja, dan persoalan ibadah saja. Gereja harus
sosial, yakni:81
81
Richardo Antoncich, Iman & Keadilan: Ajaran Sosial dan Praksis Sosial Iman,
(Yogyakarta: BPK-GM, 1990), 17-18
81
1. Masalah-masalah sosial pada umumnya dan di masyarakat kita
82
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia melalui sidang yang dilakukan di
yang mencakup aspek spiritual, sosial dan politis. Karya dan kasih Allah itu telah
dan persatuan (bnd. Yeh. 37:15-28; Ef. 2:11-22) dalam diri Yesus Kristus. Di
dalam Perjanjian Lama, dapat ditemukan makna dari peringatan nabi-nabi seperti
Yesaya, Amos, Yeremia d an Hosea. Dengan tegas para nabi ini menyuarakan
kehendak Allah, bahwa yang paling penting ialah: ‘ibadah diakonis’ bukan ibadah
kultis.82
ibadah atau di dalam kegiatan sosial? Dalam kitab Ulangan, perintah beribadah,
83
Hal itu ingin menegaskan kalau seseorang tidak benar dalam menghayati
ibadahnya, maka di luar pun ia tidak akan benar. Nabi Hosea menyampaikan
Patut digumuli, mengapa kita bangsa yang sering membanggakan diri orang
religius, pelaku ritus yang hikmat, tetapi tingkah laku sosialnya mengecewakan?
Mengapa kita peka dalam soal ritual dan susila tetapi tidak resah melihat masalah
korupsi dan ketidakadilan sosial? Apakah kejujuran dan tanggung jawab bukan
persoalan agama?83
83
Einar Sitompul, Gereja Menyikapi Perubahan, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 129
84