yolinusfajardachi@gmail.com
PENDAHULUAN
Ketika Allah menciptakan manusia pertama yakni Adam dan Hawa, maka keduanya
diciptakan segambar dengan Allah tanpa ada dosa dalam diri manusia. Namun manusia
akhirnya jatuh dalam dosa oleh karena pilihan manusia yang salah dengan melanggar
perintah Allah dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat yang dilarang
oleh Allah untuk dimakan, sebab ketika manusia memakannya pastilah mati dan kematian
itulah yang membuat sehingga manusia menjadi berdosa dan kehilangan kekudusan Allah
dari dirinya (Rm. 3:23). Dosa membuat manusia terpisah dengan Allah dan manusia tidak
bisa mencapai Allah karena perseteruan yang terjadi antara manusia dengan Allah. Dosa
membawa manusia kepada kebinasaan dan hukuman kekal Allah. Namun karena kasih Allah
yang sangat besar terhadap manusia yang diciptakan istimewa yakni segambar dengan Allah,
sehingga Allah mengambil inisiatif untuk melepaskan dan menyelamatkan manusia dari
kebinasaan dan hukuman kekal Allah yang akan ditimpakan kepada manusia oleh karena
dosa manusia itu sendiri.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa tentunya membuat Allah murka yang menyebabkan
manusia harus menanggungnya dan karena itu juga Allah menghukum manusia karena
perbuatannya yang tidak di inginkan oleh Allah. Manusia di usir dari taman Eden dan
bersusah payah dalam menjalani hidupnya, karena dosa manusia harus terbatas dalam
berkomunikasi kepada Allah, dimana Allah yang suci dan kudus sedang manusia sudah
bercela dosa.
Definisi Dosa
Sebelum kita menyimpulkan pengertian atau definisi dosa. Terlebih dahulu kita melihat kata
yang dipakai untuk menjelaskan dosa ini. Dalam penjelasannya Charles menyebutkan
sedikitnya dua belas kata yang menjelaskan mengenai dosa dalam Perjanjian Baru. Namun
untuk terlebih dahulu penulis akan menjelaskan kata yang dipakai Paulus dalam menjelaskan
tentang dosa, yaitu:
1. Kakos memiliki arti tidak baik, biasanya kata ini dipakai untuk menyatakan suatu keadaan
moral yang buruk, bandingkan (Roma 12:17, 13:3-4,10, 16:19; 1 Timotius 6:10).
2. Poneros, merupakan istilah dasar untuk kejahatan, dan hampir selalu menunjuk tentang
kejahatan moral, (Roma 12:9; 1 Tesalonika 5:22).
3. Esebes, artinya keadaan tanpa kehadiran Allah, juga menunjukkan suatu pengertian tentang
dosa bandingkan (Roma 1:18; 1 Timotius 1:9), lebih jauh lagi disebutkan sebagai orang-
orang durhaka dalam Roma 4:5, 5:6, yang merujuk kepada orangorang yang belum
diselamatkan.
4. Enokhos, artinya kesalahan dan biasanya menyatakan seseorang yang melakukan kejahatan
sehingga patut mendapat hukuman mati, (1 Korintus 11:27).
5. Harmatia, artinya tidak mencapai sasaran, (Roma 5:12, 6:1; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus
5:21).
6. Adikia, menjelaskan setiap perbuatan yang tidak benar dalam dimensi dan arti yang luas.
Kata ini merujuk kepada orang-orang yang belum diselamatkan, bandingkan (Roma 1:18;
Roma 6:13), dan eprbuatan-perbuatan (2 Tesalonika 2:8).
7. Anomos, sering diterjemahkan dengan “kedurhakaan”, kata ini berarti melanggar undang-
undang atau hukum dalam arti yang yang luas(1 Timotius 1:9), dan kepada antikristus, (2
Tesalonika 2:10).
9. Agnoein, kata ini dihubungkan dengan ibadah yang menyesatkan yang ditujukan kepada
allah lain(Roma 2:4).
10. Paraptoma, kata ini mengandung arti “ceroboh” yang dilakukan secara disengaja, Paulus
memakainya sebanyak enam kali dalam surat-suratnya, bandingkan (Roma 5:15-20; 2
Korintus 5:19; Galatia 6:1; Efesus 2:1).
11. Hipokrisis, artinya, mengikuti penafsiran yang jelas-jelas salah, (pengertian ini
tampaknya terdapat dalam kasus ketidaktegasan Petrus dalam Galatia 2:11-21), berpura-
pura, guru-guru palsu, munafik, (1 Timotius 4:2).1
Awalnya manusia hidup dalam naungan Allah yang tidak memiliki dosa dan taat
kepada Allah, manusia juga hidup di taman Eden dengan bahagia serta menikmatinya tanpa
harus bersusah payah mengerjakan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan mereka Allah
menyediakan segala sesuatu yang mereka butuhkan, akan tetapi ada satu pohon yang tidak
boleh dimakan buahnya oleh manusia yaitu buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan
yang jahat, karena hal itulah yang membuat manusia akan mati dan hilang kemuliaan Allah.
Ketika iblis datang kepada hawa dan mengatakan bahwasanya buah yang dilarang oleh Allah
adalah buah yang dapat menyetarakan derajatnya dengan Allah dan Hawa tergoda kepada
iblis dan memakan buah itu seketika dia pun memberikan kepada suaminya Adam lalu
mereka telah memakan buah itu dan pada akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa.
Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa sebagaimana diuraikan dalam kitab
Kejadian 3:1-24, membuat semua manusia keturunan Adam dan hawa hidup dalam dosa.
Kendatipun demikian masih ada banyak orang Kristen yang belum dapat memahami dengan
pasti adanya dosa di dalam hidup mereka. Jika setiap orang kristen tidak tahu bahwa ada dosa
dalam dirinya maka akan sulit sekali untuk menanganinya. Oleh sebab itu, setiap orang
Kristen harus mengetahui dan menyadari hakikat dari manusia berdosa serta mau melepaskan
diri dari belenggu dosa. Dan hal ini akan terwujud di dalam dan melalui Roh Kudus.
Berkenaan dengan keberdosaan manusia maka dalam tulisan ini akan dibahas berturut-turut
mengenai keberdosaan manusia, yaitu: definisi dosa, istilah-istilah dosa dalam Alkitab, asal
dosa, aspek-aspek dosa, akibat dosa dan jalan keluar dari dosa.2
KEGUNAAN PENULISAN
1
Fredy Simanjuntak et al., “Konsep Dosa Menurut Pandangan Paulus,” Real Didache 3, no. 2 (2018): 17–28.
2
Tanjung Enim, “STTE Keberdosaan Manusia Menurut Alkitab” 4, no. 2 (2019): 111–131.
Dengan pokok bahasan tentang perbuatan dosa yang mengakibatkan manusia harus di hukum
oleh Allah, dalam kitab kejadian 3:16-19.
Pertama, menolong manusia untuk dapat memahami konsep perbuatan dosa yang membuat
Allah murka, dikutip dalam kitab kejadian 3 menjelaskan tentang kejatuhan manusia ke
dalam dosa dan hukuman yang diberikan Allah kepada manusia.
Kedua, menyadarkan setiap manusia untuk dapat segera bertobat dalam dosa yang ia lakukan,
karena setiap perbuatan dosa akan menjauhkan kita dari hadapan Allah.
Ketiga, menguatkan iman orang percaya untuk tetap teguh dalam Tuhan dan tidak berpaling
serta melakukan perbuatan dosa yang tidak berkenan di hadapan Allah.
Nama kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani beresyit, artinya pada mulanya, yang
diambil dari kata pertama kitab tersebut. Nama ini tepat, karena Kitab Kejadian mencatatkan
awal dari segala sesuatu yang berhubungan dengan iman umat ialah dalam Alkitab. Alkitab
bahasa Yunani adalah geneseos, artinya permulaan, atau generasi-generasi, yang diambil dari
bahasa Ibrani teledot, yang muncul sebelas kali dalam Kitab Kejadian, yang berfungsi
sebagai petunjuk garis besar yang tepat. Alkitab bahasa Indonesia, memaknai nama
Kejadian.
Setiap kitab di dalam Alkitab memilki latar belakang historis masing-masing, sesuai
konteks di mana, mengapa, dan untuk siapa kitab itu ditulis. Sehingga kita tidak menafsirkan
secara gegabah.
Jika berbicara tentang kitab Kejadian, tidak bisa dilepaskan dari Pentateukh atau
disebut juga Torah, yaitu lima kitab Musa, Kejadian sampai Ulangan. Sastra alkitabiah
memperlakukan Pentateukh sebagai satu kitab, yang secara tradisional diakui bahwa Musa-
lah penulisnya. Namun ada bermacam-macam pendapat yang sangat jauh berbeda, yang
berpandangan bahwa Pentateukh disusun dengan mengambil sumber-sumber. Hasil temuan
arkheologis dan membuat perdebatan itu bertambah panas dalam abad ke-20 ini.
Hingga tahun-tahun belakang ini, kebanyakan orang Yahudi sangat yakin bahwa
Musa-lah penulis kitab-kitab Pentateukh. Pendapat ini didasarkan pada riwayat pengalaman
Musa sendiri yang mendominasi kitab Pentateukh, sejak masa bayinya, masa kanak-kanaknya
hingga dewasa di istana Firaun, masa pelariannya ke Midian, pemanggilan Tuhan atasnya,
pengalaman membawa Israel keluar dari perbudakan Mesir, hingga bangsa Israel di tepi
Sungai Yordan. Pengalaman Musa di istana Firaun, dengan pendidikan yang dia peroleh,
memungkinkan dia memiliki kemampuan untuk menjadi seseorang penulis yang baik.
Tentang informasi yang disusun dalam kitab Kejadian, Musa mendapat bahan dari tradisi
lisan (informasi yang diceritakan turun-temurun), catatan-catatan singkat mungkin dari
prasastri-prasastri atau nisan, dan tentang penciptaan alam semesta, dinyatakan Allah
langsung kepadanya. Bukti kepenulisan Musa antara lain: Tuhan menyuruh Musa untuk
menulis suatu laporan tentang pertempuran melawan orang Amalek yang menyerang Israel.
Di Gunung Sinai, Musa menulis semua perkataan dan hukum yang difirmankan Tuhan.
Yosua disuruh Tuhan untuk merenungkan Taurat Musa dan lain-lain.3
Tahun penulisan tentu selama Musa masih hidup. Bisa jadi dalam perjalanannya di
padang gurun, Musa mencatat semua yang dia alami. Diperkirakan Musa lahir tahun 1500
setelah manusia ada dan hidup selama 120 tahun.
Alamat Kitab Kejadian adalah bangsa Israel sendiri, sebagai umat pilihan yang
dimulai dari pemanggilan Abraham, bapa leluhur mereka, yang dipanggil untuk menerima
dan menjadi berkat. Berkat yang Tuhan berikan adalah keturunan seperti debu tanah, dan
negeri Kanaan yang melimpah susu dan madunya.
3
“Bahan Bedah Jurnal Tafsir PL.Pdf,” n.d.
tentang umat pilihan-Nya harus pergi ke Mesir, dengan demikian mempersiapkan suasana
untuk peristiwa keluaran.
Kitab Kejadian mencatat sejarah karya Allah, yaitu karya penciptaan atas alam
semesta, dan sejarah keselamatan bagi manusia ciptaan-Nya yang mulia yang telah jatuh
dalam dosa. Kitab Kejadian juga membukakan tentang sifat Allah yang baik, murah hati,
tetapi juga kudus dan adil adanya. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk mulia, tetapi
juga harus menghukumnya karena dosa. Dan pada waktu yang sama, Allah juga menyediakan
jalan keselamatan bagi manusia yang bersedia untuk bertobat.
Seperti Kejadian 1 dan Kejadian 2, Kejadian 3 adalah narasi tentang pergerakan dari
dunia yang stabil dan tidak berubah ke tatanan baru yang dinamis. Kejadian 1 dan 2
menggambarkan keadaan dunia yang kosong dan sepi, digantikan oleh dunia yang penuh
dengan kehidupan. Dalam Kejadian 3 perubahan adalah dari dunia yang nyaman,
dikendalikan dengan ketat, tanpa peran sosial dan status seksual, ke dunia di mana laki-laki
dan perempuan berhubungan secara seksual dan hidup menurut peran sosial, sebuah dunia di
mana mereka bekerja keras dan tahu perbedaan antara yang baik dan yang jahat.
METODE
Kisah ini dimulai ketika ular berbicara dengan perempuan. Mengapa tidak dengan
laki-laki? Bapak-bapak gereja menafsirkan bahwa perempuan secara moral lebih lemah
daripada laki-laki dan karenanya menjadi mangsa yang lebih mudah; perempuan itu
sederhana, mudah tertipu, tidak bisa dipercaya; atau bahwa dia lebih seksual dan
seksualitasnya digunakan oleh ular untuk menghancurkan laki-laki itu. Ular memang
memutarbalikkan apa yang dikatakan oleh Allah dengan tujuan agar perempuan itu
terpedaya. Ia mengajukan pertanyaan, tentulah Allah berfirman, semua buah pohon dalam
taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan? Kata “tentulah” diterjemahkan dari bahasa
Ibrani afki sebagai petunjuk kepada pembaca bahwa ular sedang menggiring teman bicaranya
untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan Allah. Pertanyaan ular
bermaksud untuk menguji pengetahuan Hawa. Hawa kemudian menjawab bahwa buah
pohon-pohonan dalam taman boleh dimakan, namun buah pohon yang ada di tengah-tengah
taman tidak boleh dimakan atau diraba, karena bisa menyebabkan kematian. Tetapi ular
berkata bahwa ia sekali-kali tidak akan mati tetapi mata mereka akan terbuka dan akan
menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Karena itu, perlu untuk
memperhatikan perikop secara cermat. Di taman Eden tumbuh dua pohon, pertama adalah
pohon kehidupan (tetapi tidak disebutkan dalam larangan yang disampaikan Allah kepada
Adam dalam Kejadian 2:17 dan juga tidak disebutkan dalam percakapan antara ular dan
Hawa) dan kedua adalah pohon pengetahuan baik dan jahat (sudah disebutkan pada Kej.
2:17. Ketika mereka memakannya, mereka akan menjadi seperti Allah, memiliki kemampuan
untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Demikian pula mereka ternyata
tidak langsung mati (seperti yang dikatakan oleh Allah) setelah memakan buah itu tetapi
mereka justru tahu tentang yang baik dan yang jahat. Mati di sini berkaitan dengan kematian
hidup manusia, di mana ini dikaitkan dengan pohon kehidupan kekal (immortalitas) yang ada
di taman itu. Hal ini nyata dalam ayat 22, di mana Allah mengatakan bahwa “manusia itu
telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat”. Menarik
untuk diperhatikan adalah pada ungkapan “pengetahuan tentang yang baik dan jahat”, dalam
literatur Perjanjian Lama pada umumnya merujuk kepada kemampuan dan kedewasaan
manusia (Ul. 1:39). LAI menerjemahkan kalimat akhir dengan memberi pengertian, dalam
tafsiran Westermann selalu merujuk kepada hasrat ataupun keinginan untuk melanggar
ketentuan (seperti Keluaran 20:17) (Westermann, 1999, p. 339).
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa percakapan perempuan dengan ular adalah sebuah
percakapan hermeneutik teologis. Dapat pula dikatakan bahwa Hawa adalah orang pertama
yang berteologi. Perempuan itu memikirkan dan mempertimbangkan buah pohon itu sebagai
sesuatu yang baik untuk dimakan dan sebagai sumber kebijaksanaan atau pengetahuan. Hal
ini berbeda dengan sikap laki-laki yang diam, pasif, penerima. Dia tanpa ragu-ragu, tanpa
enggan, tanpa berteologi, tanpa mempertimbangkan apapun memberikan perhatian hanya
pada perutnya, dan mengikuti isterinya (dengan kata lain, seringkali terjadi bahwa perempuan
bertindak lebih menggunakan otaknya, sedangkan laki-laki berorientasi pada perutnya).
Padahal larangan itu diberikan kepada Adam sebelum perempuan itu diciptakan (Kej. 2:16),
dan Adam juga ada bersama dengan Hawa ketika Hawa mengambil buah itu dan
diberikannya kepada Adam yang ada bersama dia (Kej. 3:6).
KESIMPULAN
Jadi, di dalam artikel ini memberikan banyak penjelasan tentang dosa serta asal mula dosa
dan akibat dari dosa itu sendiri. Artikel ini sangat baik untuk di pelajari agar kita memiliki
pemahaman yang baik akan dari mana dosa itu dan bagaimana kita menjauhkan diri dosa.
Dalam penelitian ini memberikan pemahaman yang menuntun kita untuk mengetahui kisah
dari Adam dan Hawa, serta dalam penelitian ini bisa kita tahu bahwa dosa berasal dari sebuah
pelanggaran yang di lakukan secara sengaja atau memiliki dorongan dari keinginan manusia
pertama yaitu Adam dan Hawa untuk mau melakukannya karena mereka ingin menyamakan
diri dengan Allah dan juga ada dorongan dari Iblis untuk menjatuhkan manusia ke dalam
dosa.