Anda di halaman 1dari 14

APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN DOSA

Mata Kuliah : – Dogmatika III Pendidikan Agama Kristen

~ STT MAWAR SARON LAMPUNG ~

Pirtondim Berutu

berutupirtondim@gmail.com

Abstrak
Pada mulanya Allah menciptakan manusia sempurna, yaitu diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Walaupun manusia diciptakan dalam
kesempurnaan adanya, tetapi manusia tetaplah makhluk ciptaan. Manusia memilih untuk
mendengarkan iblis dan melakukan apa yang dilarang oleh Allah. Dosa membuat hubungan
dengan Allah terputus, dan manusia harus bersusah payah untuk kehidupannya,. Kata dosa
juga berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah.
Pelanggaran terhadap hukum Allah berarti pelanggaran hubungan antara Allah dengan
Manusia yang tidak sesuai dengan standar yang diberikan Allah maka berarti itu adalah dosa
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan study
kepustakaan. Tpenelitian bertujuan untuk menjelaskan tentang dosa, dan istilah kata yang
dikaitkan dengan dosa yang digunakan dalam Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru.
Kata Kunci: Dosa, Istilah- Istilah Dosa

Abstract
In the beginning God created man perfect, that is, created in the image and likeness of
God (Genesis 1:26-27). Even though humans were created in perfection, humans are still
created beings. Humans choose to listen to the devil and do what God has forbidden. Sin cut
off the relationship with God, and man had to work hard for his life. The word sin is also
related to breaking God's laws.
Violation of God's law means violation of the relationship between God and Man that
is not in accordance with the standards given by God, so that means it is a sin. This research
was conducted using a descriptive descriptive method with a literature study approach. This
research aims to explain about sin, and the terms associated with sin used in the Bible both in
the Old Testament and the New Testament.

Keywords: Sin, Terms of Sin


Pendahuluan
Pada mulanya Allah menciptakan manusia sempurna, yaitu diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Sebagai makhluk Tuhan yang sempurna,
manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Walaupun manusia diciptakan dalam kesempurnaan adanya, tetapi manusia tetaplah
makhluk ciptaan. Yang artinnya bahwa manusia tidak dapat sama bahkan melebihinya
dengan penciptanya. Manusia diciptakan dalam wujud daging dan juga memiliki jiwa dan
roh. Hal inilah yang dapat memampukan manusia untuk berkomunikasi dengan Allah.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk satu tujuan yaitu untuk memuji dan memuliakan Allah
sang penciptanya.
Sejak semula manusia ditempatkan oleh Allah di taman eden yang sangat amat
indah untuk menjaga dan memelihara segala ciptaan Allah yang lainnya, sekaigus juga
untuk memanfaatkan dan mengelolanya untuk kelangsungan hidupnya (Kejadian1:28).
Tuhan tidak menciptakan manusia dalam kesendirian, tetapi Allah juha membuat manusia
itu berpasangan untuk dapat bekerja dan saling tolong menolong. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia dalah makhluk sosial, yang saling bergantung sama lain. Manusia pertama
yang diciptakan adalah Adam dan Hawa.
Oleh karena iblis merupakan penyeba dari segala dosa, iblis datang sebagai
penyebab manusia terjerumus dalam dosa. Memang benar bahwa semuanya adalah ulah
dari iblis, akan tetapi manusia juga diberikan kehendak bebas untuk memilih. Ternyata
manusia memilih untuk mendengarkan iblis dan melakukan apa yang dilarang oleh Allah.
Dosa membuat hubungan dengan Allah terputus, dan manusia harus bersusah payah
untuk kehidupannya,. Kata dosa juga berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum-
hukum Allah. Pelanggaran terhadap hukum Allah berarti pelanggaran hubungan antara
Allah dengan Manusia yang tidak sesuai dengan standar yang diberikan Allah maka berarti
itu adalah dosa.
Untuk itu, karena dosa berhubungan dengan perbuatan manusia yang harus
dioertanggungjawabkan kepada Allah, maka perlu pemahaman dan pengertian mengenai
dosa secara mendalam.

A. Pengertian dosa
Dalam pandangan Kristen, dosa diartikan sebagai perbuatan atau keadaan yang
melanggar kehendak Allah yang sempurna dan suci. Dosa merupakan pelanggaran terhadap
hubungan manusia dengan Allah dan juga dengan sesama manusia.
Dalam Alkitab, dosa pertama kali terjadi ketika Adam dan Hawa melanggar perintah
Allah dengan memakan buah terlarang. Dosa ini dikenal sebagai dosa asal atau dosa turun-
temurun, yang berarti bahwa semua manusia lahir dengan dosa dan memiliki kecenderungan
untuk melakukan dosa.
Konsekuensi dari dosa adalah kematian dan pemisahan dari Allah. Namun, Allah
memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat dosa dengan mengirimkan
Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia melalui kematian-Nya di atas kayu salib.
Dalam pandangan Kristen, dosa bukan hanya terbatas pada tindakan-tindakan konkret
seperti kecurangan, kejahatan, dan kekerasan, tetapi juga dapat berupa keadaan hati yang
tidak benar seperti kesombongan, iri hati, dan kebencian. Oleh karena itu, dosa dapat
dihindari dengan menjaga hubungan yang benar dengan Allah melalui iman dan pengakuan
dosa, serta dengan mempraktikkan kebajikan dan menghindari segala sesuatu yang
bertentangan dengan kehendak Allah.
Istilah ”dosa” dipergunakan dalam beragam istilah dalam Alkitab, baik itu di dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Pemahaman akan setiap istilah tersebut akan
sangat menolong dalam memahami hakikat dari dosa itu sendiri. Definisi sederhana dari dosa
di Alkitab adalah ”meleset dari sasaran”. 1
Sasaran itu merupakan tanda atau ”norma” dari
Hukum Allah. Hukum Allah menyatakan kebenaran-Nya dan merupakan standar tertinggi
bagi perilaku manusia.
Dosa didefinisikan sebagai pelanggaran terhdap hukum Allah yang diberikan kepada
makhluk yang berakal budi, dengan hari dan perbuatan. Definisi ini memiliki 3 dimensi yang
penting.
Pertama, dosa merupakan ketidakmauan untuk menaati, yaitu ketidaktaatan terhadap hukum
Allah. Dosa ini adalah dosa tidak melakukan yang diperintahkan Allah. Kedua, dosa
didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap hukum Allah. Pelanggaran terhadap hukum
berarti melanggar batas yang telah ditentukan. Ketiga, dosa merupakan tindakan yang
dilakukan oleh makhluk yang berakal budi. Sebagai makhluk yang diciptakan menurut
gambar Allah, manusia merupakan pribadi yang memiliki kebebasan moral, memiliki akal
budi dan kehendak, maka manusia mampu untuk bertindak secara moral. Pada waktu
manusia melakukan sesuatu yang ia tahu adalah salah, maka ia memilih untuk tidak menaati

1
Tanjung Enim, “STTE Keberdosaan Manusia Menurut Alkitab” 8, no. 2 (2019): 111–131.
hukum Allah dan berdosa. Pemahaman akan setiap istilah tersebt akan menolong dalam
memhami hakikat dari dosa itu sendiri.

Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan study pustaka dimana penulis mencari
data-data baik dari buku-buku maupun jurnal jurnal penelietian yang sudah ada sebelumnya.
Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan pengamatan terhadap buku buku
dan referensi yang ditemukan dalam jurnal jurnal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Asal Mula Dosa
Ketika Allah bertanya kepada pada Adam alasan memakan buah yang dilarang untuk
dimakan akan tetapi Adam melemparkan kesalahan itu kepada hawa, istrinya. Hawa juga
tidak mau disalahkan sehingga ia melempar kesalahan itu kepada si ular. Sikap ini
menunjukkan bahwa manusia tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan yang telah
dilakukannya.
Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa menjelaskan bahwa dosa tidak bermula dari
luar, tetapi dari dalam diri sendiri. 2 Untuk menghindari akibat dari kesalahan maupun
pelanggaran yang telah diperbuat, manusia seringkali melemparkan kesalahannya tersebut
kepada orang lain ataupun kepada pihak lain yang membuatnya tidak mau dipersalahkan.
Alkitab menyatakan bahwa kurangnya didikan, serta pergaulan yang kurang dijaga atau
keteladanan yang buruk. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa “ janganlah kau sesat,
pergaaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (1 Korintus 15: 33). Yang menjadi
permasalahannya ialah banyak orang yang sudah mengenal kebenaran, akan tetapi ia masih
tetap dalam kehidupan kegelapan. Hal ini disebabkan oleh karena ia bermain main dengan
dosa. Ia menikmati akan kebebasan akan dosa yang telah diperbuat sehingga mengakibatkan
ia lupa dan tidak sadar bahwa dosa yang telah mengikat kehidupannya, serta melupakan
akibat dari dosa pelanggaran tersebut.
Sifat keberdosaaan dengan cepar terlihat pada diri manusia, seperti contoh anak kecil
tidak pernah diajarkan untuk berbohong, namun pada kenyataannya tidak sedikit anak yang
pernah berbohong, atau bahkan hamper semua anak pernah berbohong. Ini adalah salah satu
benih dosa yang bersemi dan tumbuh dalam sifat dan kepribadian manusia. Hal ini belum
termasuk dosa dosa yang lainnya. Apalagi jika didorong oleh situasi daj keadaan yang

2
Johar T. H Situmorang, SOTEROLOGI DOKTRIN KESELAMATAN (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2015).
memaksakan manusia untuk melakukan dosa, yang pada akhirnya manusia dengan mudah
dikuasai dan ditaklukkan oleh dosa.
Sumber segala dosa adalah keinginan, yaitu keinginan yang bersifat keduniawian. Hal
hala duniawi adalah kinginan daging. Keingina mata, dan keangkuhan hidup. 3 Apapun
sesusatu yang membuat manusia senang, segala sesuatu yang memuaskan keinginan
kedagingan dari manusia, yang membuat mata jasmaninya terpuaskan, yang pada akhirnyua
akan membuat manusia menjadi sombong dan angkuh yang tanpa disadari bahwa kenginan
seperti itu yang akan mengarahkan dirinya kepada kebinasaan.
Penggunaan kehendak bebas yang diberikan oleh Allah kepada manusia di taman
Eden. Allah memberikan firman kepada Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari
pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. 4
buah dari pohon yang lainnya dapat mereka
makan, hanya buah dari pohon pengetahuan itu saja yang tidak boleh dimakan. Karena dapat
mengakibatkan kamatisn kepada manusia.
Alkitab tidak menjelaskan secara pasti berapa lama manusia hidup menikmati taman
eden yang telah disediakan oleh Allah. Pada suatu hari datanglah iblis dalam wujud ular
untuk menggoda Hawa untuk memakan buah dari pengetahuan yang baik dan jahat, dan
singkat cerita akhirnya Adam dan Hawa memakan buah tersebut yang mengakibatkan
manusia pertama kehilangan kemuliaan Allah.
Inilah bentuk keingina dari hati manusia yang tidak pernah mau taat dan hanya
mementingkan keigninan ledagingan dalam dirinya saja, memaksakann sesuatu yang sudah
jelas seharusnya dilakukan. Dosa itu menggoda yang mempunyai kuasa untuk manarik dan
membujuk hati manusia.
sesungguhnya Allah tidak memberikan kesempatan pada dosa di Taman Eden, tetapi
memberikan kesempatan pada manusia untuk “memilih” menjadi taat atau tidak taat kepada-
Nya. Dan ketika manusia memilih untuk tidak taat, maka dosa masuk ke dalam dunia. Salah
satu arti dari dosa adalah ketidaktaatan atau menyimpang dari perintah Tuhan.
Pada sisi yang lain, memang Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia
sehingga manusia dapat memilih untuk menaati perintah Allah artau melawan perintah Allah.
Tetapi bukan berarti dengan memberikan kehendak bebas kepada manusia Allah yang
menghendaki manusia berdosa. Manusialah yang memberontak kepada Allah dan berbuat
dosa atas keinginannya sendiri dan ketika manusia lebih memilih mengikuti keingina iblis
yang menagakibatkan manusia harus mengalami keterpisahan dengan Allah untuk selama
lamanya.
3
Ibid.
4
Tarpin M.Ag, “Pandangan Kristen Tentang Dosa,” Jurnal Ushuluddin XVI (2010): 221–233.
Pengertian Dosa
Secara mendasar dosa diasumsikan pada arah yang bertentangan dengan Allah. 5

sebagaimana yang dijelaskan oleh Henry bahwa dosa adalah pengingkaran terhadap Hukum
Allah, (Roma 7:7-13; Galatia 3:10,12), yang berhubungan secara langsung dengan karakter
atau sifat Allah sendiri. 6
yang ini rupa serupa dengan yang terdapat di dalam Eniklopedia
Alkitab masa kini yang menegaskan bahwa dosa merupakan penyimpangan dari makna yang
alkitab gambarkan bukan merupakan pertentangan yang secara langsung ditujukan kepada
Allah. 7
Dari beberapa pengertian dosa diatas maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan tentang
dosa, bahwa dosa adalah pemberontakan atau ketidaktaatan manusia terhadap hukum,
perintah dan kehendak Allah dalam hidupnya. Bahkan Paulus dalam suratnya kepada Titus
menegaskan hal ini sebagai orang yang tidak taat, sesat, dan lain-lain, (Titus 3:3). Dosa selalu
bertentangan atau kontradiksi dengan kekudusan dan kebenaran Allah sehingga seharusnya
dosa dianggap sebagai sesuatu yang serius dan harus dihindari khususnya oleh orang-orang
percaya.
Dosa terdiri dari tindakan, perkataan, dan semua pikiran dan khayalan yang tidak
sesuai dengan pikiran Allah. Setiap penyimpangan kecil, terlihat atau tidak terlihat, dari
kehendak dan watak Tuhan dinyatakan sebagai dosa dan langsung membuat kita bersalah di
hadapan Tuhan. Terlalu mudah bagi manusia untuk melanggar hukum Allah dengan roh dan
kehendak kita, meskipun tidak ada kejahatan yang terlihat.
Hati nurani manusia menjelaskan keberadaan dosa. Ini sangat berkaitan dengan logika
manusia. Tetapi hati nurani adalah saksi lain dari fakta dosa. Ketika seseorang melakukan
sesuatu yang salah, hati nurani menyakiti orang tersebut dan menimbulkan pemikiran untuk
menyalahkan atau membenarkan orang tersebut. Hukum hati nurani memberikan bukti yang
cukup tentang adanya dosa.
Bahkan jika Allah mengingatkan manusia akan kesalahan ini, sangat disayangkan jika
manusia mengeraskan hati karenanya. Orang percaya yang mengenal Tuhan Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka lebih peka terhadap fakta dosa. Setelah keselamatan,
orang percaya menjadi semakin sadar akan hukum pertentangan di dalam diri mereka, hukum
dosa dan maut, dan hukum Roh Kehidupan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa dosa
bersifat universal dan bahwa semua orang adalah pendosa yang membutuhkan keselamatan.

5
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001).
6
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992).
7
J.D. Douglas, Ensikplopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF, 2008).
“Karena mereka semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:
23)
Berikut adalah definisi- definisi dosa yang dikemukakan dalam ayat Alkitab
- Pikiran kebodohan ---Amsal 24:9 “memikirkan kebodohan adalah dosa”
- Pelanggaran hukum Allah ---1 Yohannes 3:4 “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah”
- Kejahatan adalah dosa --- 1 Yohanes 5: 17 “semua kejahatan adalah dosa”.
Kejahatan atau ketidakadilan adalah dosa
- Tidak melakukan kebaikan adalah dosa --- Yakobus 4:17. “jadi jika seorang tau ia
harus berbuat, tetapi ia tidak melakukannya ia berdosa.
- Ketidakpercayaan adlah dosa --- Roma 14:23, “segala sesuatu yang tidak
betrdasarkan iman adalah dosa. 8

Ada berbagai istilah dosa dalam Perjanjian Lama (Bahasa Ibrani) dan Perjanjian Baru
(Bahasa Yunani) yang menjelakan sehubungan dengan dosa.
1. Hata, Berarti kejahatan yang merupakan kebiasaan dan hukumannya, persitiwanya,
pengorbanannya atau kompensasinya. Kata ini juga berarti kehilangan, berdosa
dengan kseimpulannuntuk menyerah, kekurangan (Im. 4:203, 25-26; Mzm. 32:1, 5:
51:2-5; Yes 53: 10, 12). Juga berarti bersalah, berbuat dosa, merugikan
membahayakan. Arti yang lebih luas dari kata inu menunjukkan kegagalan dalam hal
oral atau rohani.
2. Paswah atau pesha. Kata ini berarti melanggart ootoritas yang adil;
menyalahgunakan; murtad, berkelahi, dan pemberontakan. Kata ini diterjemahkan
dengan kata kata berbuat jahat, memberontak, rovolusi dan pelanggaran. (Kel. 34: 7;
Bil. 14:18; Mazm. 19: 13, 32:1; Yes. 53:8: Dan. 9:24). Dalam perjanjian Lama kata ini
menyatakan dosa pemberontakan. Misalnya “demikianlah mulanya orang israel
memberontak terhadap keluarga Daud sampai hari ini” (1 Raj. 12:19). Kata ini juga
mengungkapkan perlawanan atau pemberontakan kepada Tuhan, misalnya: “siapa
bijaksana, biarlah dia memahami semuanya ini, siapa yang paham, biarlah dia
mengetahuinya; sebab jalan- jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar
menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di sini” (Hos. 14:10).
3. Avon atau Awon. Kata ini berarti: kesesatan, kejahatan yang diterjemahkan
“melakukan kekeliruan , berlutut, membuat bengkok , melakukan ketidakadilan,

8
Johar T. H Situmorang, SOTEROLOGI DOKTRIN KESELAMATAN.
penyelewengan, kesalahan” (Mzm. 52:3; Im. 16:21-22; Mzm 103: 3, 10; Yes 52:5,
11; Dan. 9:24). Kata in juga menagdnung pengertian tentang perbuatan salah yang
disengaja. Kata yang mengungkapkan keadaan hati yang serong, mislanya; “setiap
orang dipuji seimbang dengan akal budinya, tetapi orang yang serong hatinya akan
dihina” (Ams. 12:8). Kata ini juga menagndung arti membengkokkan hal yang lurus
atau benar, misalnya: “aku telah berbuat dosa, dan yang lurus telah
kubengkokkan….” (Ay. 33: 270. Kata ini dipakai juga untuk menyatakan kesesatan,
misalnya: “…sebab mereka telah memilih jalan yang sesat, dan telah melupakan
Tuhan, Allah mereka” (Yer. 3:21). Contoh lainya; 1 samuel 20:30; 1 Raja-raja 8:47; 2
Tawarikh 6:37; Ester 1:16; Ratapan 2:14.
4. Akham yang berarti: menjadi bersalah atau kesalahan, juga “persembahan dosa (Im.
6:2; 5-6; 7:1-7
5. Shaga berati: tersesat, tetrtipu. Kata ini menungkapkan perbuatan dosa yang terjadi
karena ketidaktauan atau ketidaksengajaan. Contoh: “Domba- domba-Ku berserak
dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi…”(Yeh. 34:6).
“ajarilah aku, maka aku akan diam; dan tunjukkanlah kepadaku dalam hal apa aku
tersesat (Ay. 6: 24). Contoh lainnya: Amsal 5:23; Imamat 4:13; dan Bilangan 15:22.
6. Ra, berarti: jahat, buruk, mencelakakan, dan kekejian ( bentukkejahatan paling
umum). Kata ini mnegandung pengertian tentang sesuatu yang buruk keadaannya.
Contoh: “hati irang fasik mengingini kejahatan dan tidak menaruh belas kasihan
kepada sesamanya” (Ams. 21: 10). “…Mengapa kamu membalas yang baik dengan
yang jahat” (Kej. 44:4)
7. Hamas, berarti; melakukan kekerasan, pengrusakan, pemnyimpangan moral. Kata ini
mengungkapkan perbuatan salah yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh: “…janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan
orang asing, yatim, dan janda denga keras, dan janganlah engkau menumpahkan
darah orang yang tak bersalah di tempat ini” (Yer. 22:3). Kata ini dapat
mengungkapkan penyimpangan moral. Contoh: para nabinya dalah orang-orang
ceroboh dan pengkhianat, para imamnya menajiskan apa yang kudus, memperkosa
hukum Taurat” (Zef. 3:4). Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh
dengan kekerasan” (Kej. 6:11). Contoh lainnya; Yehezkiel 22:26; Ayub 21;27.
8. Hanef, yang berarti: tercemaar, menjadi najis, tidak bertuhan, jauh ari kebenaran,
ternoda, dan bejat. Kata ini mengungkapkan perbuatan mencemari (tanah atau
seseorang) yang dainggap kudus. Contoh: Bumi cemar bukan karena penduduknya,
sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari
perjanjian abadi” (Yes. 24:5). Contoh lainnya Yeremia 3:1, 9; Mikha 4;11; Bilangan
35: 33.
9. Maal, yang berarti dusta, pelanggaran dan tidak setia. Kata ini mengacu pada
ketidakbenaran yang terjadi dalam hubungan suami istri. Contoh: “…Aapabila
perempuan itu memang mencemarkan dirinya dan berubah setia terhadap
suaminya…” (Bil. 5:27). Kata ini juga dapat dipakai untuk mengungkapkan
ketidakberesan yanga da dalam hubungan seseorang dengan Tuhan. Misalnya, berlaku
tidak setia, atau menyeleweng, atau murtad terhadap Tuhan. Contoh: “Bukankah
perempuan- perempuan ini, atas nasehat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel
berubah setia terhadap TUHAN dalam hak Peor, sehingga tulah turun ke antara umat
TUHAN” (Bil. 31:16). Contoh lainnya: Ulangan 32: 51; 1 Tawarikh 5:25; Nehemia 3:
27; Yehezkiel 39: 23; dan Yosua 22:22).
10. Maen, yang berarti: tidak mau menaati. Kata ini mengungkapkan penolakan dalam hal
menepati perjanjian. Contoh: “…Iparku menolakj menegakkan nama saudaranya di
antara orang israel, karena ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar
dengan aku” (Ul. 25:7). Kata ini juga mengungkapkan penolakan dalam hal
mematuhu perintah, khususnya perintah dari Tuhan (Kel. 7:14).

Dalam Perjanjian Baru (Bahasa Yunani) terdapat 18 kata yang berhubungan dengan dosa,
yaitu:
1. Hamartia, kata yang paling banyak digunakan dalam perjanjian Baru yautu 174 kali,
dan selalu diterjemahkan dalam arti dosa atau dosa dosa (kecuali dalam 2 Kor. 11:7 –
pelanggaran). Kata ini secara harfiah berarti kehilangan tanda, atau erupaya
mendapatkan hasil yang terletak diatas kemampuan seseorang. Dalam perjanjian
Baru, kata ini menjadi istilah umum untuk dosa dan buahnya (Mat. 1:2; 26:28; Luk.
11:4; 24:47; Yoh. 1: 29; 8:34; Kis. 2:38; Rm. 3:20; 2:13; 6: 10-23; 8 :2; 14:23; Kis. 2
38; Rm 3 20; 5 12; 6:10-23; 8:2; 14; 23; 2 Kor. 5:21; Yak. 1:15; 4:17; 1 Yoh. 1:9;
5:17). Lebih umum diartikan “tidak kena sasaran”, “kegagalan untuk mencapai
sasaran”, atau meninggalkan jalan kebenaran”. Jika sesorang hendak menagkui
dosanya, sangat penting baginya untuk menyadari makna tersebut. Hal ini berarti
bahwa ia harus sadar mengenai hal yang diharapkan dari dirinya dan bahwa ua harus
sadar menegnai hal yang diharapkan dari dirinya dan usah usaha terbaiknya telah
gagal untuk mencapai hal yang diharapkan itu. Pengettian ini digambarkan seperti
anak panah yang diarahkan ke sasaran, ternyata anak panah itu meleset atau
melenceng dari bagian sasaran itu. Hal seperti inilah yangsering terjadi dalam hidup
manusia yang berdosa, yaitu meleset dari sasaran yang dikehendakii oleh Tuhan.
Selalu salah jalan, dan bahkan menyimpang dari jalan yang dikehendaki Tuhan.
Semua orang meleset dari standar Allah dan terus gagal untuk mencapai standar itu.
Hal itu menyangkut dosa melakukan dan tidak melakukan, kegagalan untuk
melakukan hal yang benar juga dosa (Rm. 14:23).
2. Hamartema, kata ini hanya digunakan 4 kalu dalam Perjanjian baru dan selalu
diterjemahkan dosa. Maknanya terbatas pada ekspresi luar dosa. Kata inimenunjukkan
tidanakn nyata dari ketidaktaatan melawan hukum Ilahi (Mrk. 3:28; 4: 12; 1 Kor.
6:18)
3. Adikia, yang berarti: ketidaktaatan, kejahatann, perbuatan salah. Kata ini
mengungkapkan perbuatan saalah yang dilakuakn terhadap pihak. Contoh: “Sebab
Aku akan maneruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa-dosa mereka” (Ibr. 8:12). Kata ini juga dipakai untuk
mengungkapkan ketidakadilan, misalnya: ”jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Apakah Allah tidak adail? Mustahil” (Rm. 9:14). Kata ini dipakai juga
untuk mengungkapkan kejahatan atau perbuatan salah terhadap Tuhan, misalnya: “…
sehingga melalakukan apa yang tidak pantas; penuh denhgan rupa rupa kelaliman,
kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan ,
perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan” (Rm. 1:28-29). Contoh lainnya: 2 Korintus
12:14; Roma 1:18; 1 Korintus 13:6; 2 Petrus 2:13.
4. Kakia, yang berarti: kebejatan moral, niat jahat, kenurukan dan kejahatan. Kata ini
adalajh kata yang tajam. Kata ini dipakai khususnya untuk mengungkapkan kebejatan
moral atau kejatan
5. Apistia, yang berarti: ketidaksetiaan, ketidakpercayaan. Kata ini mengungkapkan
keadaan seseorang yang kurang percaya , atau yang tidak percaya. Contoh Matius
13:58. Dan kata ini juga mengungkapkan ketidaksetiaan. Misalnya Roma 3:3,; Ibrani
3:12
6. Aselgaia, yang berarti: hal yang tidak bermoral, penggambaran hawa nafsu,
percabulan, dan kekotoran. Kata ini dipakai untuk mengungkpakan kehidupan yang
tercela atau mengungkapakn kehidupan yang tercela atau yang menggambarkan
kehidupan yuang dikuasai oleh dosa, dan yang tujuanm hidupnya semata-mata hanya
untuk memuaskan hawa nafsunya. Misalnya: Efesus 4:19; Yudas 4:1; Petrus 4:3;
Roma 13:3.
7. Asebeia, yanga beraryi: tidak bersih, kefasikan, tidak menghormati Tuhan, menghina
Tuhan. Kata ini mengungkapkan keadaan sesorang yang tidak menghormati Tuhan.
Contoh: 2 Timotius 2:16; titus 2:12; Roma 1: 18; 11:26 dan Yudas 18.
8. Extra, yang berarti: permusuhan, kebencian. Kata ini biasanya dipakai untuk
mengungkapkan kebencian atau permusuhan terhadap Allah. Contoh: Yakobus 4:4.
9. Epithumia, yang berarti: keinginan. Kata ini mengungkapkan keinginan untuk
memiliki banyak hal lain (tamak), misalnya: Markus 4:19. Keingina untuk melakukan
yang terlarang, misalnya menyangkut dengan hawa nafsu
10. Parakoe, yang berarti: ketidaktaantan yang dalam bentuk aslinya diterjemahkan
menjadi “tidak mau mendengarkan”
11. Animua, kata yang digunakan 15 kali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan
“kejahatan”. Secara hardiah kata ini berarti ketidaktaatan hukum dan dalam perjanjian
baru digunakan untuk menunjuk baik pada perlawanan hati kepada Allah maupun
tindakan- tindakan luar yang melanggar hukum tersebut
12. Paranomia, hanya dipakai 1 kali dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan
“kebebalan”. Hal ini pada dasarnya mengandung makna pada pelanggaran hukum
Allah (2 Ptr. 2:16)
13. Parabasis. Kata ini dipakai sebanyak 16 kali dalam perjanjian Baru yang
diterjemahkan yang berarti “pelanggaran” dan bentuk kata kerjanya duterjemahkan
“melanggar”. Secara harfiah kata ini berarti melampaui ketika menyeberangi garis
atau batas. Itulah sebabnya dalam Perjanjian Baru kata ini menunjuk pada tindakan
langsung melanggar hukum Allah. Kata ini membutuhkan adanya hukum dimana jika
tidak ada garis pembatas yang ditarik, tidak mungkin ada tindakan yang
melampauinya.
14. Paraptoma, kata yang diterjemahkan “kesalahan, pelanggaran. Kejatuhan, kesalahan”
kata ini secara harfiah berarti terjatuh, meninggalkan dan membuat kesalahan besar.
Dalam perjanjian Baru kata ini menunjuk pada penyimpanagan atau kejatuhan dari
kejujuran dan kebenaran.
15. Agnoema, kata ini diterjemahkan “kesalaha-kesalahan”. Secara harfiah kata ini berarti
tindakan pengabaian dan menjadi pada dosa pengabaian. Kata ini menunjuk kepada
pada dosa- dosa secara khusus tidak dimaksudkan untuk terjadi dan bukannya
membuka tindakan- tindakan pemberontakan yang menyeluruh.
16. Hettema, kata yang diterjemahkan “kekurangan” dalam Roma 11: 12, dan
“kekalahan” dalam Korintus 6:7 . secara harfiah ini menunjuk dalam 1 Korintus 6:7
pada kelemahan, kekurangan (kehilangan kesatuan mereka).
17. Ofoilema, istilah yang dipakai unuk menyatakan bahwa manusia berhutanng
18. Paralthon, yang berarti melangkahi hkum Allah; tidak peduli terhadap batas ilaho
antara yang baik dan yang salah. Hal ini berarti pengkhoanatan atas hal yang menajdi
ketetapan pihak lain, yaitu Allah.

Dosa adalah prinsip dalam diri manusia. Dosa bukan hanya dari tindakan semata, tetai
juga prinsip yang diam dalam diri manusia. Semua orang memiliki natur dosa (Rm. 3:23).
Dosa adalah tindakan yang salah pada Alalhd an manusia. Roma 1: 18 menunjuk pada
“segala kefasikan dan kelaliman manusia”. Orangbyang tidak saleh menunjuk pada
kegagalan manusia untuk emanaati perinta Allah dan ketidakbenaran terlihat dalam
kegagalan manusia untk hiduap benar terhadap sesamanya.
Kesimpulan
Dosa adalah pemberontakan atau ketidaktaatan manusia terhadap hukum, perintah dan
kehendak Allah dalam hidupnya. Bahkan Paulus dalam suratnya kepada Titus menegaskan
hal ini sebagai orang yang tidak taat, sesat, dan lain-lain, (Titus 3:3). Dosa selalu
bertentangan atau kontradiksi dengan kekudusan dan kebenaran Allah sehingga seharusnya
dosa dianggap sebagai sesuatu yang serius dan harus dihindari khususnya oleh orang-orang
percaya.
Dosa terdiri dari tindakan, perkataan, dan semua pikiran dan khayalan yang tidak
sesuai dengan pikiran Allah. Setiap penyimpangan kecil, terlihat atau tidak terlihat, dari
kehendak dan watak Tuhan dinyatakan sebagai dosa dan langsung membuat kita bersalah di
hadapan Tuhan. Terlalu mudah bagi manusia untuk melanggar hukum Allah dengan roh dan
kehendak kita, meskipun tidak ada kejahatan yang terlihat. Tetapi hati nurani adalah saksi lain
dari fakta dosa.
Ketika seseorang melakukan sesuatu yang salah, hati nurani menyakiti orang tersebut
dan menimbulkan pemikiran untuk menyalahkan atau membenarkan orang tersebut. Alkitab
dengan jelas menyatakan bahwa dosa bersifat universal dan bahwa semua orang adalah
pendosa yang membutuhkan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Charles C. Ryrie. Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001.


Douglas, J.D. Ensikplopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih OMF, 2008.
Enim, Tanjung. “STTE Keberdosaan Manusia Menurut Alkitab” 8, no. 2 (2019): 111–131.
Henry C. Thiessen. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 1992.
Johar T. H Situmorang. SOTEROLOGI DOKTRIN KESELAMATAN. Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2015.
M.Ag, Tarpin. “Pandangan Kristen Tentang Dosa.” Jurnal Ushuluddin XVI (2010): 221–233.

Anda mungkin juga menyukai