Anda di halaman 1dari 8

Pengajaran Paulus dalam Roma 3:1-31 dan Relevansinya dengan Kehidupan dan

Dosa Manusia di Zaman Modern


(Oleh: Arsenius Agung Ancar)
1. Pengantar
Manusia pada mulanya adalah baik, hidup tenang dan tanpa dosa. Manusia menjalani
kehidupannya dengan baik dan penuh ketaatan kepada Allah. Namun setelah manusia
pertama jatuh ke dalam dosa hanya karena nafsu dan keegoisannya semata, maka manusia
menjadi jahat, tidak tenang dan penuh dengan dosa. Perkembangan zaman yang semakin
modern pun membuat tabiat manusia yang adalah dosa semakin menjadi penuh dengan
dosa. Ajaran Paulus dalam Roma 3:1-31 menjelaskan hal yang sama mengenai kehidupan
orang Kristen Yahudi yang tinggal di Roma.
Pada permulaan perjalanan misinya yang ketiga, Paulus menulis surat kepada jemaat di
Galatia. Kini, pada akhir periode kegiatannya tersebut, selama tiga bulan tinggal di Provinsi
Akhaya (Yunani), ia menulis surat ini dari kota Korintus kepada orang-orang Kristen di
Roma (Karris, 2002). Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu surat yang
terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus (Hakh,
2010). Surat kepada orang-orang di Roma dinilai sebagai yang terpanjang di antara surat-
surat Paulus dan dianggap oleh banyak orang sebagai surat terhebatnya. Surat ini memuat
penjelasan paling lengkap tentang ajaran pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus
alih-alih melalui pelaksanaan hukum Musa.
Paulus dalam Roma 3:1-31 menggambarkan lebih detail tiga sub judul yang menjadi
pokok dalam Roma 3, yaitu kelebihan orang Yahudi dan kesetiaan Allah, semua manusia
adalah orang berdosa dan manusia dibenarkan karena iman. Tiga sub judul ini menjelaskan
hakikat kehidupan manusia terutama orang Yahudi yang tinggal di Roma pada waktu itu.
Dalam Roma 3:1-8, Paulus secara komprehensif menjelaskan kelebihan-kelebihan orang
Yahudi. Orang Yahudi adalah orang dipilih Allah dan kepada merekalah dipercayakan
firman Allah itu (lih. Rm.3:2b). Paulus juga menggambarkan kesetiaan Allah, dengan
membandingkannya dengan ketidaksetiaan orang Yahudi. Baginya jika diantara orang-

1
orang Yahudi ada yang tidak setia, bukan berarti Allah itu tidak setia. Ia katakan bahwa,
Allah adalah benar, dan semua manusia adalah pembohong (lih. Rm.3:4a).
Dalam Rom 3:9-10 dia menerangkan dan mengajarkan bahwa semua orang memiliki
tabiat berdosa yang menyebabkan mereka berbuat dosa dan selalu melakukan kejahatan.
Dalam Rom 3:10 dengan tegas mengatakan: “tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Hal
ini mau menggambarkan bahwa manusia pada waktu itu, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani sudah berada di bawah kuasa dosa (lih. Rm. 3:9b). Dosa telah menjadi tabiat dari
manusia itu sendiri. Semua orang dalam keadaan alami adalah orang berdosa. Dosa menjadi
hakikat dari manusia itu sendiri. Sikap-sikap manusia yang lebih mementingkan kehidupan
duniawi daripada kepentingan Surgawi, menjadikan manusia semakin jauh dari Tuhan.
Manusia bersalah karena manusia egois dan meninggalkan jalan kesalehan dan
keselamatan.
Untuk menetralkan itu, dalam sub judul yang ketiga Rm.3:21-31(Manusia dibenarkan
karena iman), menjelaskan lebih dalam tentang maksud hukum taurat. Baginya hukum
taurat bukan satu-satunya yang menyelamatkan manusia berdosa. Ia mengatakan bahwa
manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena hukum taurat (lih. Rm. 3:28). Paulus
juga menjelaskan bahwa manusia pada akhirnya akan diselamatkan oleh karena imannya
akan Yesus Kristus. Semua yang beriman kepada-Nya akan diselamatkan oleh karena
imannya itu.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai pokok/sub judul Rm.3:1-31 ini,
maka penulis ingin mendalami lebih dalam dan jelas terkait pengajaran Rasul Paulus
kepada jemaat di Roma secara khusus Roma 3. Penulis ingin mendalaminya dan melihat
relevansi dari pengajaran Paulus dengan sikap-sikap manusia zaman sekarang. Penulis
membagi tulisan ini ke dalam 3 bagian penting yaitu Pengantar, yang berisi latar belakang
seputar teks Roma 3:1-31. Kedua, bagian isi/pembahasan yang merupakan bagian utama
dan merupakan inti dari paper ini. Dalam bagian Penutup, penulis akan merangkum dan
memberikan beberapa catatan penting yang merupakan kesimpulan dari paper ini.

2. Isi/Pembahasan

2
2.1 Mengenal Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma
Penulis surat ini dapat dipastikan adalah Paulus yang saat itu berada di kota
Korintus Kemungkinan tanggal penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 Masehi..
Kekhasan salamnya dapat ditemukan dalam pasal 1:1. Secara umum disetujui bahwa “duri
dalam daging” Paulus adalah mata yang kabur, sehingga ia tidak secara fisik menuliskan
surat ini, namun ia menggunakan tenaga penulis, Tertius (bdk. Pasal 16:22) (Utley, 2010).
Paulus memiliki beberapa tujuan yang dikehendakinya untuk orang Roma. Pertama,
surat ini merupakan kesempatan untuk memperkenalkan diri kepada jemaat, yang sebagian
besar tidak ia kenal secara pribadi. Kedua, ia dapat menyusun, mengevaluasi, dan
meringkas argument-argumen yang mungkin harus dikemukakannya bila khotbahnya
dilawan di Yerusalem. Ketiga, ia tentu sangat memprihatinkan keadaan orang Kristen
Yahudi yang merupakan minoritas di Roma ketika ia menulis surat ini (Karris, 2002).
Paulus menulis surat ini dari kota Korintus. Informasi dari Surat 1 Korintus, Surat 2
Korintus, Surat Roma ini dan Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa surat ini ditulis di
Korintus sekitar waktu Paulus mengumpulkan uang untuk membantu jemaat di Yerusalem
yang saat itu sangat miskin dan membutuhkan dana dari berbagai jemaat di sekitar Laut
Tengah (bdk. 1 Korintus 16:1-3;2 Korintus 8:1-9:1).
Kemungkinan tanggal penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 Masehi. Buku ini
adalah salah satu dari sedikit buku dari Perjanjian baru yang dapat dilacak dengan cukup
akurat tanggal penulisannya. Hal ini dilakukan dengan membandingkan Kisah Para Rasul
20:2 dst. dengan Roma 15:17 dst. (Utley, 2010).

2.2 Gagasan dan Pokok Pikiran


 Kelebihan Orang Yahudi dan Kesetiaan Allah.(Roma 3:1-8)
Dalam bagian ini, Paulus menjawab beberapa keberatan. Paulus mengantisipasi
keberatan bahwa, adakah suatu keuntungan menjadi seorang Yahudi jika bangsa lain
juga dapat berlaku baik? Dengan kata lain apa keuntungan menjadi seorang Yahudi
jika semua manusia dapat berbuat baik? Paulus mengatakan dengan tegas bahwa, Ya.
Baginya salah satu keistimewaan dan kelebihan orang Yahudi adalah Allah telah
memberikan sabda-Nya, seluruh Alkitab Yahudi, kepada mereka( (Karris, 2002).

3
Tetapi, penanya belum puas akan jawaban itu. Lalu ia melanjutkan pertanyaannya
bagaimana bila orang Yahudi tidak setia? Apakah Allah akan memutuskan perjanjian
dan mengingkari janji-janji-Nya? Paulus menjawab dengan tegas bahwa, Allah tidak
mungkin melakukan hal itu. Justru sebaliknya Allah akan menyelamatkan mereka
sampai pengadilan terakhir, meskipun secara individual memiliki banyak kekurangan.
Dalam hal ini, dengan jelas bahwa Paulus mau menggambarkan kesetiaan Allah
kepada umat-Nya. Dalam ayat penutup bagian pembukaan suratnya, Paulus
melanjutkan cara berpikir yang telah ia mulai dan bertanya, apakah orang-orang
Yahudi menganggap diri lebih tinggi daripada semua orang lain? Jawabannya tegas:
tidak! Semua orang berada di bawah kuasa dosa. Kuasa dosa dalam bahasa Yunaninya
berarti “ berada di bawah dosa”. Namun, tambahan kata “kuasa” di sini tepat dan dapat
dipertanggungjawabakan. Paulus memahami dosa sebagai kausa negatif dan
bermusuhan, yang merasuki masyarakat. Dosa merupakan kekuatan yag mengancam
yang menguasai kelompok-kelompok. Dosa adalah juga pemberi hukum yang
menundukkan manusia kepada dirinya sendiri.
 Semua Manusia adalah Orang Berdosa
Kelebihan orang Yahudi yaitu kesetiaan mereka terhadap Allah. Namun dibalik itu
mereka tetaplah manusia yang memiliki banyak kekurangan. Semua manusia pada
umumnya adalah orang berdosa dan manusia dibenarkan karena iman. Jika seseorang
hidup tanpa Kristus, dia bagaikan hidup di bawah kemarahan Allah. Dia bagikan hidup
di bawah langit mendung penuh guntur. Paulus mempergunakan ungkapan “kemarahan
Tuhan”. Ungkapan in diambil dari ungkapan yang biasa dipergunakan oleh para nabi.
Kemarahan Tuhan ditunjukkan dalam kehidupan yang mengerikan. Kehidupan yang
mengerikan ini merupakan hukuman bagi seseorang yang tidak setia. Kita harus
memperhatikan apa yang dimaksud oleh Paulus dengan istilah “orang”. Paulus seorang
yang penuh pengertian dan perasaan. Ia mungkin mengutuk suatu masyarakat, tetapi ia
tidak bermaksud mengutuk masing-masing masyarakat. Paulus mengatakan bahwa
meskipun orang kafir, asalkan mereka mengikuti imannya dengan baik, dan bertindak
menurut suara hatinya maka akan menerima rahmat yang cukup sehingga ia
diselamatkan. Di dalam suratnya kepada umat di Roma, Paulus memilih kata-kata dan

4
susunan kalimat yang tepat untuk berhadapan dengan peradaban Romawi-Yunani yang
sama sekali kafir itu. Sesuai dengan tradisi Yahudi, Paulus juga percaya tentang dosa
asal. Satu orang telah membawa dosa ke dalam dunia. Dan dosa itu juga menyebabkan
maut. Maka maut itu berasal dari satu orang itu juga. Dosa itu membawa maut bagi
semua manusia. Bagaimanakah dosa yang dilakukan oleh satu orang itu dilakukan oleh
satu orang itu dapat berpindah kepada orang lain, bahkan semua orang terkena? Paulus
mengutarakan alasan-alasannya ; alasan-alasan ini berdasarkan pada pengertian bangsa
Semit dan sebagai seorang murid yang belajar Kitab Suci. Adam adalah kepala umat
manusia. Ia menjadi wakil semua generasi yang bakal datang, dia bertindak atas nama
mereka dia menyatukan mereka ke dalam dirinya, dan menentukan nasib mereka
semua. Sebaliknya, nasib kepala manusia ini akan merupakan nasib bagi keturunan-
keturunannya. Jangka waktu yang pendek atau panjang tidak akan mengakibatkan
perubahan sama sekali. Ia kepala para bangsa dan merupakan pribadi yang menjadi
wakil masyarakatnya, demikian pulalah Kristus, Dia sanggup memberikan hidup dan
mewakili umatNya. (Brunot, 1972)

2.3 Pesan Teologis dalam Roma 3:1-31 dan Relevansi dengan Kehidupan dan Dosa
Manusia di Zaman Modern
Perkembangan zaman yang begitu pesat dan modern, menghadirkan berbagai macam
cara dan alat untuk melakukan perbuatan dosa. Kehadiran alat-alat teknologi, dan berbagai
macam platform media sosial tidak hanya menghantarkan manusia pada hal-hal yang
positif, tetapi juga membawa manusia pada hal-hal yang negatif dan sifatnya
menghantarkan manusia pada dosa. Dengan kata lain manusia tidak mengenal zaman dalam
hal melakukan dosa. Dosa menjadi fitrah dalam diri manusia. Begitulah manusia yang
berdosa mau tidak mau akan masuk neraka.
Dalam surat Paulus kepada jemaat Roma ia menjelaskan dan mengartikan manusia
sebagai “yang lama dan yang baru”. Sebelum kita menguraikan ajaran kristen seperti
dirumuskan Paulus, kita sebutkan salah satu unsur teologisnya yang menekankan betapa
pentingnya wafat Yesus di salib bagi eksitensi manusia. Akibatnya, tiada sesuatupun
tinggal sama sebagaimana sebelumnya. Segala-galanya kini berubah dan harus dinilai

5
secara baru. Tiada sesuatupun, tiada seorangpun, yang tak terkenai oleh apa yang telah
dilakukan Allah dalam Yesus Kristus. Zaman terakhir sudah sampai, zaman baru telah
terbit. Paulus memakai secara khusus kata “kini” atau “sekarang” umpamanya kinilah
zaman keselamatan. Penggunaan kata ini memprasyaratkan, bahwa terdapat waktu dahulu
yang sungguh-sungguh berbeda dengan waktu kini. Ia membedakan secara jelas dua zaman
yang berlainan menurut waktu dan dalam hubungan dengan penyelamatan
Dosa telah menghabiskan tenaga dari jiwa, dosa menganiaya, membutakan serta
melemahkan tenaga jiwa manusia. Dengan kata lain dosa membunuh jiwa. Paulus melihat
suatu kenyataan dalam diri manusia yaitu akar dosa yang bercokol dalam diri kita, inilah
yang menyebabkan kita mempunyai kecenderungan dan kesenangan untuk berbuat dosa.
Bagi Paulus seorang yang berdosa tak lain hanyalah daging semata-mata. Sekali lagi kita
dapat membaca tulisan Paulus yang indah gaya bahasanya, ketika ia berbicara tentang
buah-buah dosa, buah-buah yang telah sama sekali busuk. Perbuatan daging telah nyata
yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan iri hati, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora. Di zaman modern
ini, dengan kehadiran berbagai macam alat teknologi telah memudahkan manusia untuk
semakin berbuat dosa. Kehadiran alat-alat teknologi yang semakin canggih juga membawa
manusia kepada dosa dan dengan sendirinya membuat manusia jauh dari Tuhan. Kehadiran
HP misalnya membuat manusia semakin malas dalam berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi
hanya untuk membuat story dalam beberapa platform media sosial.
Dosa adalah Raja Dunia yang memerintah, berdaulat, selalu berusaha memperluas
daerah kekuasaannya. Dosa disamakan dengan raja yang memerintah sebuah kerajaan
dimana manusia diartikan sebagai budak-budak yang di bawah pemerintahannya. Maut
merupakan hasil terakhir yang akan diperoleh oleh manusia yang diperbudak oleh dosa.
Maut merupakan upah terakhir bagi perbuatan-perbuatan budak. Paulus dengan teliti
menelaah pribadi manusia yang hidup tanpa Allah. Uraian Paulus tentang hubungan antara
pikiran dan kehendak di satu pihak dengan perasaan-perasaan di lain pihak, merupakan
hasil karya yang paling bagus. Orang yang hidup tanpa Allah selalu akan kalah dalam
pertempuran moral. Jika ia merenungkan keadaannya itu, tidakkah dia akan menemui jalan

6
buntu yang jauh dari pengharapan. Paulus sendiri tidak tertarik untuk melihat dosa hanya
karena ingin membicarakan dosa. Paulus tidak berbicara tentang dosa demi dosa itu sendiri.
Apabila Paulus menggambarkan keadaan manusia yang tersesat di hutan dosa, tanpa
tahu arahnya lagi, maka bukanlah maksud Paulus untuk membuat kita putus asa, seakan-
akan tidak ada jalan keluar. Paulus bermaksud untuk mengajak orang yang berdosa itu
mengakui bahwa hidup dalam dosa sungguh merupakan kecelakaan. Praktik nyata dapat
kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari dimana kita manusia sering bahkan setiap
harinya melakukan hal-hal yang semakin dekat dengan perbuatan dosa dan parahnya
melupakan Tuhan sebagai pencipta manusia. (Borx, 1973)

3. Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
manusia adalah berdosa. Paulus sendiri mengatakan bahwa semua manusia adalah berdosa.
Namun dibalik itu semua Paulus menekankan akan pentingnya pertobatan, dan umat
manusia pada akhirnya diselamatkan oleh karena imannya akan Yesus Kristus yang
merupakan penyelamat dan penebus dosa-dosa umat manusia.
Paulus dalam hal ini mau mengajak kita untuk selalu percaya akan Yesus Kristus.
Sebab dengan iman dan kepercayaan kita akan Yesus Kristus akan membawa kita kepada
keselamatan dan kehidupan kekal. Oleh karena itu, di tengah perkembangan zaman yang
semakin modern ini, kita dituntut untuk merubah diri dari kehidupan kita yang penuh dosa.
Kiranya kehadiran alat-alat teknologi yang canggih dapat kita gunakan untuk menebar dan
menyebarkan hal-hal yang bersifat baik dan positif.

7
3.2 Daftar Pustaka

Bergant, Dianne dan Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2002.
Utley, Bob. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Texas: Bible Lessons Internasional,
2010.
Brunot, Amede. Paulus. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1972.
Brox, Robert. Memahami Amanat Santo Paulus. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius,
1973.

Anda mungkin juga menyukai