Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Krisna Yanti Silaban

NIM : 16.3085

Dosen Pembimbing : Pdt. Dr. Rospita Siahaan

Pdt. Dr. Raulina Siagian

TUBUHMU ADALAH BAIT ROH KUDUS

(Tafsir Sosio Retorika Terhadap 1 Korintus 6:12-20)

1. Latar Belakang dan Alasan Pemilihan Judul

Surat 1 Korintus adalah bagian dari sebuah korespondensi panjang antara Paulus dan

orang-orang Kristen di Korintus. Secara keseluruhan, Rasul itu menulis sekurang-kurangnya

empat buah surat kepada jemaat di sana, dan surat 1 Korintus sesungguhnya adalah surat

yang kedua (lih. 1 Kor. 5:9 dan 2 Kor.2:3-4 sebagai acuan untuk dua suratnya yang lain).

Dari apa yang berhasil dilestarikan melalui korespondensinya, kita mendapatkan sebuah

gambaran yang baik tentang Paulus sebagai seorang gembala, yang menafsirkan dan

menerapkan Injil pada masalah-masalah jemaat tersebut, dan berusaha mempertahankan

orang-orang Kristen Korintus di bawah sayapnya, sementara hubungan antara dirinya dengan

jemaat disana mulai memburuk. Tidak ada jemaat lain yang memberikan masalah dan

kepedihan hati sebanyak itu kepada Paulus seperti dilakukan oleh jemaat Korintus. Yang

mempesona kita bukanlah terutama kekeliruan yang telah menyusup ke dalam jemaat mula-

mula dari waktu ke waktu, melainkan cara Paulus menjawab masalah-masalah tersebu

sebagai seorang gembala.1

1
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 1

1
Paulus dalam suratnya menghadapi berbagai skandal di gereja.di sini ia menyinggung

sejumlah masalah: kasus pelanggaran susila yang serius di Korintus (5:1-3), pemakaian

pengadilan sipil yang kafir untuk menyelesaikan perkara hukum (6:1-11), dan suatu

peringatan terhadap hubungan dengan pelacur (6:12-20). Hal-hal ini sebagian besar

kemungkinan berkaitan dengan ajaran sesat yang telah diperkenalkan kepada mereka. 2 Pada

prinsipnya Paulus menganjurkan kebebasan, tetapi kebebasan yang dijalani dengan menaruh

hormat kepada saudara yang lebih lemah, karena tidak semua orang memiliki pengetahuan

yang sama. 3

Korintus, tempat tinggal para pembaca Paulus, bukanlah kota kuno yang telah lama

dikenal sebagai pusat kekuasaan politik, perdagangan, budaya dan kesenian. Kota ini relatif

baru, karena sebelumnya dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 146 sM, dan

dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 44 sM. Kota ini yang terletak di leher sempit

wilayah yang menghubungkan daratan Yunani dengan Peloponesos, berfungsi sebagai daerah

penghubung antara Utara dan Selatan, maupun sebagai kota pelabuhan besar yang

mempertautkan Timur dan Barat. Tahun 37 sM, Korintus menjadi pusat Provinsi Romawi,

yaitu Akhaya, yang diperintah oleh seorang prokonsul Romawi. Korintus kembali menjadi

sebuah Metropolitan yang berkembang. Peranannya sebagai sebuah kota pelabuhan menarik

sisi-sisi yang kurang menggembirakan. Hal yang sering kali dikaitkan dengan pelabuhan

adalah kejahatan dan imoralitas seksual. Ungkapan bahasa “Bertindak seperti orang

Korintus” berarti menjadi seorang yang tidak bermoral. Surat ini mencerminkan kenyataan

bahwa sebagian orang Kristen Korintus belum sepenuhnya memisahkan diri mereka dari

aspek masa lalu mereka (lih 5:1-5; 6:9-20).4

2
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru:Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2015),80
3
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, 77
4
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 2

2
Seperti kota-kota besar lainnya di dunia Yunani-Romawi, Korintus adalah tempat

berkembangnya pemujaan dewa-dewi. Dewa dewa kuno dari Timur bersaingan dengan dewa-

dewa dari Romawi dan Yunani, seperti Afrodit dan Apolo, yang disembah di kuil-kuil utama

di kota itu. Dalam segi budaya, bahasa dan agama, Korintus adalah tempat meleburnya Timur

dan Barat. Percabulan di tempat ini sudah menjadi pomeo. Namun demikian jelas bahwa

masalahnya bukanlah ketidakmantapan jemaat yang muncul dari lingkungannya. Melainkan

lebih karena orang-orang yang muncul di dalam gereja itu sendiri yang menyebabkan

ketidak-mantapan. Mereka tampaknya telah menampilkan sejumlah pengaruh, karena orang-

orang Kristen di Korintus ternyata telah diombang-ambingkan dan dikelompok-

kelompokkan, meskipun hanya dalam pandangan dan praktek hidupnya. 5

1 Korintus 6:12-20 adalah perikop yang membahas tentang Nasihat Paulus kepada

jemaat Korintus tentang percabulan. Di Korintus Paulus menemui permasalahan moral yang

serius. Selain berhadapan dengan moral yang rusak, terdapat pengaruh ajaran kuil dewa

Afroditus juga ajaran gnostik yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan

dengan tubuh tidak akan menimbulkan pengaruh apa pun6. Paulus menyadari bahwa orang

orang Korintus menyentuh pertanyaan mendasar tentang tujuan kebebasan manusia, dan

bahkan mereka menggambarkan tubuh untuk seksual layaknya perut untuk makanan. Tetapi

Paulus ingin mempertegas tujuan tubuh manusia dan seksualitasnya, terutama dalam terang
7
kebebasan manusia. Hubungan bagian ini dengan bagian-bagian lainnya dalam surat ini

adalah penyebutan mengenai percabulan dalam daftar dosa yang Paulus sebut di 5:11 dan

6:9-10. Dengan menuliskan dosa-dosa tersebut, termasuk juga dosa percabulan yang ditulis

dalam 5:1-13 dan 6:12-20, Paulus mengingatkan gereja Korintus bahwa hal-hal itu harus

5
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, 82
6
Gordon D. Fee, The New International Commentary on the New Testament, The First Epistle to the
Corinthians (Michigan: Grand Rapids, 1987)
7
Joseph A Fitzmyer, First Corinthians, A new translation with introduction and Commentary, (United States
America: Yale University, 2008), 261

3
dihindari karena sangat membahayakan komunitas orang percaya dan kesaksian mereka bagi

dunia. 8

Gambaran tentang orang-orang Korintus adalah bahwa mereka sangat membanggakan

diri mereka karena memiliki Roh. Karena mereka mempunyai semua karunia Roh, khususnya

karunia berbahasa Roh, orang-orang Korintus membanggakan dirinya sebagai orang yang

rohani (2:13-15); tetapi Paulus sementara ia tidak pernah menyangkal bahwa mereka

memiliki Roh. Paulus mengatakan dengan cukup jelas. Klaim memiliki Roh kudus tidaklah

bermakna apabila tidak disertai oleh hidup yang memperlihatkan kuasa Roh itu. Sehingga ia

berkata” jika engkau demikian bijaksana, dewasa, sempurna secara rohani, mengapa engkau

membiarkan imoralitas merajalela (Pasal 5, 6)? Mengapa engkau melupakan

tanggungjawabmu yang pertama, kesejahteraan rohani sesama orang Kristen (Pasal 8). Yang

membingungkan khususnya adalah sikap orang-orang Korintus terhadap perkawinan dan

seks. Di satu pihak, sebagian orang tidak melihat masalah dengan mempertahankan hubungan

dengan pelacur, sementara yang lainnya mengecam perkawinan, dan mempertanyakan

apakah hubungan seksual harus terus berlanjut di dalam perkawinan (Pasal 6,7).

Barangkali ada sebagian orang yang memegang kedua pandangan tersebut. Ada

kemungkinan bahwa jenis pemikiran ini muncul dari suatu pandangan dualistik yang keliru

tentang manusia; artinya, dari pandangan khas Helenistik bahwa sisi rohani manusia

sewajarnya lebih unggul dari pada fisik dan jasmani. Bila jiwa atau roh itu dipisahkan dari

tubuh, ada dua kemungkinan kekeliruan. Yang pertama adalah pihak yang mempertahankan

pendapat bahwa pembaruan rohani berarti kebebasan untuk melakukan apa saja yang

disukainya dengan tubuhnya. Paulus mengutip sebagian dari slogan-slogan orang-orang

Korintus sendiri yang menunjukkan pandangan yang demikian itu: “segala sesuatu halal

bagiku” (6:12; 10:23); ; “makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan” (6:13).

8
Craig S. Keener, 1-2 Corinthians New Cambridge Bible Commentary (United Statesof America: Cambridge
University Press, 2005), 57

4
Akibatnya adalah libertinisme yang mengatakan, “lakukan apa saja yang kau sukai dengan

tubuhmu. Menggauli pelacur tidak dapat mempengaruhi diri rohanimu yang sejati!” Di pihak

lain, ada orang-orang yang beraskese yang percaya bahwa tubuh harus dipertahankan dalam

kendali diri pribadi yang keras agar jiwa atau roh tidak tercemar oleh ketidakmurnian. Bagi

mereka, segala bentuk hubungan seks, bahkan hubungan di dalam perkawinan, harus ditolak. 9

Percabulan adalah perbuatan yang tidak senonoh menjurus ke arah

perbuatan seksual yang dilakukan untuk meraih kepuasan diri di luar ikatan perkawinan.

Pencabulan dapat mencakup banyak hal yang berbeda, misalnya menyentuh orang lain secara

seksual, memaksa orang lain menyentuh secara seksual, hingga memaksa orang lain melihat

organ tubuh seksual atau kegiatan seksual. Teks 1 Korintus 6:12-20 ini adalah membahas

tentang dosa percabulan, yaitu hubungan orang orang di Korintus dengan para pelacur.

Peristiwa yang terjadi di Korintus kerap masih terjadi hingga saat ini bahkan melakukan

hubungan seksual diluar pernikahan. Banyak faktor yang mendorong pelaku melakukannya

seperti faktor lingkungan, keluarga, ekonomi dan akibat perkembangan teknologi. Dewasa

ini perilaku seks bebas dan di luar nikah sudah semakin marak. Berhubungan seks di luar

nikah bukan lagi hal yang tabu dan menjalin hubungan layaknya seperti suami istri

nampaknya sudah lumrah bagi remaja ataupun orang orang dewasa yang belum menikah.

Mereka berprinsip, ketika kita sama-sama mau, kenapa tidak? Mereka menggunakan alat

kontrasepsi untuk berhubungan guna menghindari hal hal yang tidak diinginkan. Selain itu,

tidak sedikit remaja maupun pasangan dewasa yang memutuskan untuk melakukan

hubungan seksual pranikah karena beberapa alasan misalnya saja soal sexual chemistry.

Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual sebelum menikah

terkadang menjadi "terikat" secara emosional, semakin dekat dengan pasangan dan sulit

untuk dipisahkan dari pasangannya. Alasan lain misalnya, soal identitas seksual. Mereka

9
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, 5-6

5
menganggap bahwa hubungan seksual sebelum menikah terkadang bisa mengungkap

orientasi atau identitas seksual seseorang yang terkadang disembunyikan.

Oleh karena itu, melalui teks ini penulis ingin menggali teks 1 Korintus 6:12-20 lebih

mendalam, khususnya untuk mengetahui apa sebenarnya makna “Tubuh sebagai Bait Roh

kudus” yang dimaksud oleh rasul Paulus dalam suratnya, bagaimana pengajaran para Filsuf

Romawi terhadap orang Korintus sehingga mereka melakukan percabulan dan membenarkan

tindakan amoral mereka tersebut. penulis juga ingin mengkaji bagaimana hubungannya

dengan pola pikir yang sudah dianut oleh beberapa kelompok yaitu tentang Liberalisme

dengan prinsip “setiap individu memiliki kebebasannya untuk melakukan apa yang

dinginkannya” dan Relativisme yaitu Paham yang menolak kebenaran secara universal.

Pemahaman yang baik dan benar tentang “Tubuh sebagai Bait Roh kudus” akan memberikan

pengajaran yang benar kepada orang orang Kristen saat ini, sehingga tidak menyalahgunakan

kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang terhadap tubuhnya. Sebab tubuh adalah bait Roh

Kudus, diperoleh dari Allah dan bukan milik sendiri.

Berdasarkan penjelasan dan persoalan di atas, maka penulis akan menuliskan sebuah

tulisan dengan judul:

Tubuhmu Adalah Bait Roh Kudus

(Tafsir Sosio Retorika Terhadap 1 Korintus 6:12-20)

2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan“tubuhmu adalah bait Roh Kudus” dalam 1

Korintus 6:12-20?

2. Bagaimana pandangan jemaat di Korintus tentang tubuh sehingga Paulus

menasihati mereka tentang tubuh?

6
3. Bagaimanakah relevansi 1 Korintus 6:21-20 terhadap Orang Kristen pada masa

kini?

3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan “tubuhmu adalah bait Roh

Kudus” dalam 1 Korintus 6:12-20

2. Mengetahui Bagaimana pandangan jemaat di Korintus tentang tubuh sehingga

Paulus menasihati mereka tentang tubuh

3. Mendapatkan pemahaman Bagaimana relevansi 1 Korintus 6:21-20 terhadap

orang Kristen pada masa kini

4. Manfaat Penulisan

1. Untuk memberi pemahaman kepada penulis terkait makna tubuh sebagai bait

Rohkudus melalui penggalian penggalian teologi yang relevan

2. Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca terkait makna dari 1 Korintus

6:12-20 melalui pendekatan Sosio-Retorika

3. Untuk memberikan manfaat akademik bagi STT HKBP khususnya pada bidang

Perjanjian Baru

4. Untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada gereja masa kini terkait tubuh

seorang Kristen sehingga tidak disalahgunakan walaupun setiap orang Kristen

sudah diberikan kemerdekaan

5. Ruang Lingkup Tulisan

Ruang lingkup dari penulisan ini adalah dibatasi pada penelitian literatur melalui

penggalian buku buku teologi yang berkaitan dengan teks 1 Korintus 6:12-20 serta jurnal-

7
jurnal/tulisan ilmiah di bidang teologi. Teks ini akan dikaji melalui pendekatan Sosio

Retorika, untuk dapat memaknai teks lebih mendalam sebagai refleksi kehidupan orang

Kristen masa kini

6. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis untuk menggali teks 1 Korintus 6:12-20 adalah

dengan metode penafsiran Sosio-Retorika. Melalui pendekatan ini pembaca akan memahami

makna teks lebih mendalam kepada teks baik secara sistematis literaris dan retoris,

pendekatan historis, pendekatan sosiologis, pendekatan ideologis dan pendekatan teologis.

7. Hipotesa

1 Korintus 6:12-20 berisi nasihat terhadap percabulan kepada jemaat di Korintus.

Nasihat ini disampaikan karena mereka beranggapan bahwa mereka telah di merdekakan oleh

Kristus, sehingga dengan bebas melakukan segala sesuatunya. Mereka beranggapan bahwa

tubuh sama sekali tidak berhubungan dengan Roh, dan tubuh akan dibinasakan kelak. Hal itu

tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga Paulus menasihatkan bahwa tubuh setiap orang

percaya yang merupakan anggota Kristus adalah bait Roh Kudus dan tubuh akan bangkit

kelak sama dengan kebangkitan Kristus.

8. Sistematika Tulisan

Dalam rangka menyelesaikan tulisan ini maka penulis menggunakan sistematika

penulisan sebagai berikut:

8
BAB I. Pendahuluan

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dan alasan memilih

judul dari teks 1 Korintus 6:12-20, dan kemudian membuat rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, hipotesa atau dugaan sementara dalam

teks dan sistematika penulisan terkait dengan judul tulisan.

BAB II. Etimologi dan Terminologi

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yaitu studi kata terhadap kata

kunci dalam teks 1 Korintus 6:12-20. Penulis akan menjelaskan etimologi dan terminologi

dari teks yaitu kata Tubuh, Bait, dan Roh kudus

BAB III. Metodologi Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan alasan memilih metode penelitian yaitu dengan Metode

Tafsir Sosio Retorika. Metode ini merupakan pendekatan terhadap literatur yang berfokus

pada nilai-nilai, keyakinan dan kepercayaan pada teks. Metode ini bersifat modern yang

menghubungkan kritik sastra, kritik sosial-ilmiah,dan kritik retoris.

BAB IV, V, VI,VII. Penafsiran

Pada bab IV, V, VI, VII merupakan pembahasan terhadap judul skripsi dengan

menggunakan metode Tafsir Sosio Retorika terhadap teks diantaranya dalam masing masing

bab terdapat Tekstur dalam, tekstur luar, dan Sosial budaya, dan Tekstur suci.

BAB VIII. Teologi dan Relevansi

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang pokok teologi berdasarkan hasil penafsiran

Sosio Retorika terhadap 1 Korintus 6:12-20 dan Relevansinya dalam kehidupan gereja pada

9
masa kini, untuk memaknai secara mendalam bagaimana tubuh harus dipertanggungjawabkan

kepada Sang Pemberi Tubuh.

BAB IX. Kesimpulan

Dalam bab ini merupakan kesimpulan secara umum terhadap 1 Korintus 6:12-20

setelah melakukan penafsiran terkait dengan teks.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Edward dan David G. Horrell., Christianity at Corinth the Pauline Church,

Kentucky : Westminster John Knox Press Louisville, 2004

Collins, Raymond F., Sacra Pagina Series Volume 7 First Corinthians, Minnesota:

The Liturgical Press Collegeville, 1999

Connor, Jerome Murphy-O’., Keys To First Corinthians Revisiting The Major Issues,

New York: Oxford University Press, 2009

Fee, Gordon D., The New International Commentary on the New Testament The First

Epistle to the Corinthians, Michigan: Grand Rapids, 1987

Fitzmyer, Joseph A., First Corinthians, A new translation with introduction and

Commentary, United States America: Yale University, 2008.

Heil, John Paul., Studies in Biblical Literature The Rhetorical Role Of Scripture In 1

Corinthians, Atlanta: Society of Biblical Literature, 2005

Horrell, David G., The Social Ethos Of The Corintnian Correspondence Interests

And Ideology From1 Corinthians To 1 Clement, Edinburgh: T&T Clark, 1996.

Horsley, Richard A., Abingdon New Testament Commentaries, Corinthians, USA:

Abingdon press, 1998

Keener, Craig S., 1-2 Corinthians New Cambridge Bible Commentary, United States

of America: Cambridge University Press, 2005

Lee, Michellev., Paul, The Stoics, And The Body Of Christ, New York : Cambridge

University Press, 2006

Martin, Dale B., The Corinthian Body, London: Yale University Press, 1995

Marxsen, Willi., Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-

masalahnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2015

11
May, Alistair Scott., .'The Body For The Lord' Sex And Identity In 1 Corinthians 5-7,

London: T&T Clark International, 2004

Pfitzner, V.C., Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2006.

Jurnal :

Klutz, Todd E., Re-Reading 1 Corinthians after Rethinking ‘Gnosticism’dalam Journal for

the Study of the New Testament 26.2, 2003

12

Anda mungkin juga menyukai