NIM : 16.3085
Surat 1 Korintus adalah bagian dari sebuah korespondensi panjang antara Paulus dan
empat buah surat kepada jemaat di sana, dan surat 1 Korintus sesungguhnya adalah surat
yang kedua (lih. 1 Kor. 5:9 dan 2 Kor.2:3-4 sebagai acuan untuk dua suratnya yang lain).
Dari apa yang berhasil dilestarikan melalui korespondensinya, kita mendapatkan sebuah
gambaran yang baik tentang Paulus sebagai seorang gembala, yang menafsirkan dan
orang-orang Kristen Korintus di bawah sayapnya, sementara hubungan antara dirinya dengan
jemaat disana mulai memburuk. Tidak ada jemaat lain yang memberikan masalah dan
kepedihan hati sebanyak itu kepada Paulus seperti dilakukan oleh jemaat Korintus. Yang
mempesona kita bukanlah terutama kekeliruan yang telah menyusup ke dalam jemaat mula-
mula dari waktu ke waktu, melainkan cara Paulus menjawab masalah-masalah tersebu
1
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 1
1
Paulus dalam suratnya menghadapi berbagai skandal di gereja.di sini ia menyinggung
sejumlah masalah: kasus pelanggaran susila yang serius di Korintus (5:1-3), pemakaian
pengadilan sipil yang kafir untuk menyelesaikan perkara hukum (6:1-11), dan suatu
peringatan terhadap hubungan dengan pelacur (6:12-20). Hal-hal ini sebagian besar
kemungkinan berkaitan dengan ajaran sesat yang telah diperkenalkan kepada mereka. 2 Pada
prinsipnya Paulus menganjurkan kebebasan, tetapi kebebasan yang dijalani dengan menaruh
hormat kepada saudara yang lebih lemah, karena tidak semua orang memiliki pengetahuan
yang sama. 3
Korintus, tempat tinggal para pembaca Paulus, bukanlah kota kuno yang telah lama
dikenal sebagai pusat kekuasaan politik, perdagangan, budaya dan kesenian. Kota ini relatif
baru, karena sebelumnya dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 146 sM, dan
dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 44 sM. Kota ini yang terletak di leher sempit
wilayah yang menghubungkan daratan Yunani dengan Peloponesos, berfungsi sebagai daerah
penghubung antara Utara dan Selatan, maupun sebagai kota pelabuhan besar yang
mempertautkan Timur dan Barat. Tahun 37 sM, Korintus menjadi pusat Provinsi Romawi,
yaitu Akhaya, yang diperintah oleh seorang prokonsul Romawi. Korintus kembali menjadi
sebuah Metropolitan yang berkembang. Peranannya sebagai sebuah kota pelabuhan menarik
sisi-sisi yang kurang menggembirakan. Hal yang sering kali dikaitkan dengan pelabuhan
adalah kejahatan dan imoralitas seksual. Ungkapan bahasa “Bertindak seperti orang
Korintus” berarti menjadi seorang yang tidak bermoral. Surat ini mencerminkan kenyataan
bahwa sebagian orang Kristen Korintus belum sepenuhnya memisahkan diri mereka dari
2
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru:Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2015),80
3
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, 77
4
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 2
2
Seperti kota-kota besar lainnya di dunia Yunani-Romawi, Korintus adalah tempat
berkembangnya pemujaan dewa-dewi. Dewa dewa kuno dari Timur bersaingan dengan dewa-
dewa dari Romawi dan Yunani, seperti Afrodit dan Apolo, yang disembah di kuil-kuil utama
di kota itu. Dalam segi budaya, bahasa dan agama, Korintus adalah tempat meleburnya Timur
dan Barat. Percabulan di tempat ini sudah menjadi pomeo. Namun demikian jelas bahwa
lebih karena orang-orang yang muncul di dalam gereja itu sendiri yang menyebabkan
1 Korintus 6:12-20 adalah perikop yang membahas tentang Nasihat Paulus kepada
jemaat Korintus tentang percabulan. Di Korintus Paulus menemui permasalahan moral yang
serius. Selain berhadapan dengan moral yang rusak, terdapat pengaruh ajaran kuil dewa
Afroditus juga ajaran gnostik yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan
dengan tubuh tidak akan menimbulkan pengaruh apa pun6. Paulus menyadari bahwa orang
orang Korintus menyentuh pertanyaan mendasar tentang tujuan kebebasan manusia, dan
bahkan mereka menggambarkan tubuh untuk seksual layaknya perut untuk makanan. Tetapi
Paulus ingin mempertegas tujuan tubuh manusia dan seksualitasnya, terutama dalam terang
7
kebebasan manusia. Hubungan bagian ini dengan bagian-bagian lainnya dalam surat ini
adalah penyebutan mengenai percabulan dalam daftar dosa yang Paulus sebut di 5:11 dan
6:9-10. Dengan menuliskan dosa-dosa tersebut, termasuk juga dosa percabulan yang ditulis
dalam 5:1-13 dan 6:12-20, Paulus mengingatkan gereja Korintus bahwa hal-hal itu harus
5
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, 82
6
Gordon D. Fee, The New International Commentary on the New Testament, The First Epistle to the
Corinthians (Michigan: Grand Rapids, 1987)
7
Joseph A Fitzmyer, First Corinthians, A new translation with introduction and Commentary, (United States
America: Yale University, 2008), 261
3
dihindari karena sangat membahayakan komunitas orang percaya dan kesaksian mereka bagi
dunia. 8
diri mereka karena memiliki Roh. Karena mereka mempunyai semua karunia Roh, khususnya
karunia berbahasa Roh, orang-orang Korintus membanggakan dirinya sebagai orang yang
rohani (2:13-15); tetapi Paulus sementara ia tidak pernah menyangkal bahwa mereka
memiliki Roh. Paulus mengatakan dengan cukup jelas. Klaim memiliki Roh kudus tidaklah
bermakna apabila tidak disertai oleh hidup yang memperlihatkan kuasa Roh itu. Sehingga ia
berkata” jika engkau demikian bijaksana, dewasa, sempurna secara rohani, mengapa engkau
tanggungjawabmu yang pertama, kesejahteraan rohani sesama orang Kristen (Pasal 8). Yang
seks. Di satu pihak, sebagian orang tidak melihat masalah dengan mempertahankan hubungan
apakah hubungan seksual harus terus berlanjut di dalam perkawinan (Pasal 6,7).
Barangkali ada sebagian orang yang memegang kedua pandangan tersebut. Ada
kemungkinan bahwa jenis pemikiran ini muncul dari suatu pandangan dualistik yang keliru
tentang manusia; artinya, dari pandangan khas Helenistik bahwa sisi rohani manusia
sewajarnya lebih unggul dari pada fisik dan jasmani. Bila jiwa atau roh itu dipisahkan dari
tubuh, ada dua kemungkinan kekeliruan. Yang pertama adalah pihak yang mempertahankan
pendapat bahwa pembaruan rohani berarti kebebasan untuk melakukan apa saja yang
Korintus sendiri yang menunjukkan pandangan yang demikian itu: “segala sesuatu halal
bagiku” (6:12; 10:23); ; “makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan” (6:13).
8
Craig S. Keener, 1-2 Corinthians New Cambridge Bible Commentary (United Statesof America: Cambridge
University Press, 2005), 57
4
Akibatnya adalah libertinisme yang mengatakan, “lakukan apa saja yang kau sukai dengan
tubuhmu. Menggauli pelacur tidak dapat mempengaruhi diri rohanimu yang sejati!” Di pihak
lain, ada orang-orang yang beraskese yang percaya bahwa tubuh harus dipertahankan dalam
kendali diri pribadi yang keras agar jiwa atau roh tidak tercemar oleh ketidakmurnian. Bagi
mereka, segala bentuk hubungan seks, bahkan hubungan di dalam perkawinan, harus ditolak. 9
perbuatan seksual yang dilakukan untuk meraih kepuasan diri di luar ikatan perkawinan.
Pencabulan dapat mencakup banyak hal yang berbeda, misalnya menyentuh orang lain secara
seksual, memaksa orang lain menyentuh secara seksual, hingga memaksa orang lain melihat
organ tubuh seksual atau kegiatan seksual. Teks 1 Korintus 6:12-20 ini adalah membahas
tentang dosa percabulan, yaitu hubungan orang orang di Korintus dengan para pelacur.
Peristiwa yang terjadi di Korintus kerap masih terjadi hingga saat ini bahkan melakukan
hubungan seksual diluar pernikahan. Banyak faktor yang mendorong pelaku melakukannya
seperti faktor lingkungan, keluarga, ekonomi dan akibat perkembangan teknologi. Dewasa
ini perilaku seks bebas dan di luar nikah sudah semakin marak. Berhubungan seks di luar
nikah bukan lagi hal yang tabu dan menjalin hubungan layaknya seperti suami istri
nampaknya sudah lumrah bagi remaja ataupun orang orang dewasa yang belum menikah.
Mereka berprinsip, ketika kita sama-sama mau, kenapa tidak? Mereka menggunakan alat
kontrasepsi untuk berhubungan guna menghindari hal hal yang tidak diinginkan. Selain itu,
tidak sedikit remaja maupun pasangan dewasa yang memutuskan untuk melakukan
hubungan seksual pranikah karena beberapa alasan misalnya saja soal sexual chemistry.
terkadang menjadi "terikat" secara emosional, semakin dekat dengan pasangan dan sulit
untuk dipisahkan dari pasangannya. Alasan lain misalnya, soal identitas seksual. Mereka
9
V.C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, 5-6
5
menganggap bahwa hubungan seksual sebelum menikah terkadang bisa mengungkap
Oleh karena itu, melalui teks ini penulis ingin menggali teks 1 Korintus 6:12-20 lebih
mendalam, khususnya untuk mengetahui apa sebenarnya makna “Tubuh sebagai Bait Roh
kudus” yang dimaksud oleh rasul Paulus dalam suratnya, bagaimana pengajaran para Filsuf
Romawi terhadap orang Korintus sehingga mereka melakukan percabulan dan membenarkan
tindakan amoral mereka tersebut. penulis juga ingin mengkaji bagaimana hubungannya
dengan pola pikir yang sudah dianut oleh beberapa kelompok yaitu tentang Liberalisme
dengan prinsip “setiap individu memiliki kebebasannya untuk melakukan apa yang
dinginkannya” dan Relativisme yaitu Paham yang menolak kebenaran secara universal.
Pemahaman yang baik dan benar tentang “Tubuh sebagai Bait Roh kudus” akan memberikan
pengajaran yang benar kepada orang orang Kristen saat ini, sehingga tidak menyalahgunakan
kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang terhadap tubuhnya. Sebab tubuh adalah bait Roh
Berdasarkan penjelasan dan persoalan di atas, maka penulis akan menuliskan sebuah
2. Rumusan Masalah
Korintus 6:12-20?
6
3. Bagaimanakah relevansi 1 Korintus 6:21-20 terhadap Orang Kristen pada masa
kini?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan “tubuhmu adalah bait Roh
4. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberi pemahaman kepada penulis terkait makna tubuh sebagai bait
3. Untuk memberikan manfaat akademik bagi STT HKBP khususnya pada bidang
Perjanjian Baru
4. Untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada gereja masa kini terkait tubuh
Ruang lingkup dari penulisan ini adalah dibatasi pada penelitian literatur melalui
penggalian buku buku teologi yang berkaitan dengan teks 1 Korintus 6:12-20 serta jurnal-
7
jurnal/tulisan ilmiah di bidang teologi. Teks ini akan dikaji melalui pendekatan Sosio
Retorika, untuk dapat memaknai teks lebih mendalam sebagai refleksi kehidupan orang
6. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis untuk menggali teks 1 Korintus 6:12-20 adalah
dengan metode penafsiran Sosio-Retorika. Melalui pendekatan ini pembaca akan memahami
makna teks lebih mendalam kepada teks baik secara sistematis literaris dan retoris,
7. Hipotesa
Nasihat ini disampaikan karena mereka beranggapan bahwa mereka telah di merdekakan oleh
Kristus, sehingga dengan bebas melakukan segala sesuatunya. Mereka beranggapan bahwa
tubuh sama sekali tidak berhubungan dengan Roh, dan tubuh akan dibinasakan kelak. Hal itu
tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga Paulus menasihatkan bahwa tubuh setiap orang
percaya yang merupakan anggota Kristus adalah bait Roh Kudus dan tubuh akan bangkit
8. Sistematika Tulisan
8
BAB I. Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dan alasan memilih
judul dari teks 1 Korintus 6:12-20, dan kemudian membuat rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, hipotesa atau dugaan sementara dalam
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yaitu studi kata terhadap kata
kunci dalam teks 1 Korintus 6:12-20. Penulis akan menjelaskan etimologi dan terminologi
Dalam bab ini akan dijelaskan alasan memilih metode penelitian yaitu dengan Metode
Tafsir Sosio Retorika. Metode ini merupakan pendekatan terhadap literatur yang berfokus
pada nilai-nilai, keyakinan dan kepercayaan pada teks. Metode ini bersifat modern yang
Pada bab IV, V, VI, VII merupakan pembahasan terhadap judul skripsi dengan
menggunakan metode Tafsir Sosio Retorika terhadap teks diantaranya dalam masing masing
bab terdapat Tekstur dalam, tekstur luar, dan Sosial budaya, dan Tekstur suci.
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang pokok teologi berdasarkan hasil penafsiran
Sosio Retorika terhadap 1 Korintus 6:12-20 dan Relevansinya dalam kehidupan gereja pada
9
masa kini, untuk memaknai secara mendalam bagaimana tubuh harus dipertanggungjawabkan
Dalam bab ini merupakan kesimpulan secara umum terhadap 1 Korintus 6:12-20
10
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Edward dan David G. Horrell., Christianity at Corinth the Pauline Church,
Collins, Raymond F., Sacra Pagina Series Volume 7 First Corinthians, Minnesota:
Connor, Jerome Murphy-O’., Keys To First Corinthians Revisiting The Major Issues,
Fee, Gordon D., The New International Commentary on the New Testament The First
Fitzmyer, Joseph A., First Corinthians, A new translation with introduction and
Heil, John Paul., Studies in Biblical Literature The Rhetorical Role Of Scripture In 1
Horrell, David G., The Social Ethos Of The Corintnian Correspondence Interests
Keener, Craig S., 1-2 Corinthians New Cambridge Bible Commentary, United States
Lee, Michellev., Paul, The Stoics, And The Body Of Christ, New York : Cambridge
Martin, Dale B., The Corinthian Body, London: Yale University Press, 1995
11
May, Alistair Scott., .'The Body For The Lord' Sex And Identity In 1 Corinthians 5-7,
Pfitzner, V.C., Ulasan atas 1 Korintus Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK
Jurnal :
Klutz, Todd E., Re-Reading 1 Corinthians after Rethinking ‘Gnosticism’dalam Journal for
12