PENGERTIAN EKLESIOLOGI MENURUT RASUL PAULUS DAN TENTANG
GEREJA SEBAGAI TUBUH KRISTUS
Latar Belakang Jemaat di Korintus Hidup di dalam Kristus memang banyak menyangkut masalah pribadi serta kena mengena dengan rohani pribadi seseorang. Tetapi Paulus berhasil juga menarik banyak dasar-dasar pokok Kristiani yang kena mengena dengan kehidupan sosial bersama, khususnya dengan kehidupan gereja. Pada masa hidup Paulus, penyebaran Kekristenan telah meluas dengan cukup cepat. Tetapi dengan cepatnya penyebaran itu, ada banyak juga persoalan yang harus di hadapi oleh Paulus. Penyebaran Kekristenan sempat menimbulkan akibat-akibat kurang diharapkan. Demikian halnya di Korintus. Sebuah kota Yunani yang terletak di daratan seluas 5 km yang memisahkan Laut Aegea dan laut Adriatik. Di Korintus, Paulus telah membantu permulaan gereja di Korintus. Ia mendirikan sekolah Alkitab, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah Ibadah (Kis. 18:1-18).Korintus juga merupakan sebuah kota yang duniawi dan sangat di pengaruhi oleh berbagai kebudayaan.Pada masa Paulus, Korintus adalah pusat pertemuan banyak kebudayaan, dan bereputasi sebagai kota yang liar dengan berbagai teater, pasar, kuil, untuk agama-agama misterinya. Korintus juga merupakan pusat penyembahan Asklepius, dewa penyembuhan dan pusat penyembahan terhadap dewi cinta Afrodite. Situasi kota Korintus sebagi pusat kebudayaan dan kegamaan membuat persaingan kurang sehatpun terjadi. Imbasnya masuk juga kedalam tubuh Kekristenan yang berakibat pada perpecahan. Hal yang sangat esensial dari perpecahan dalam tubuh gereja adalah : Pertama, kuatnya pengaruh agama serta kebiasaan yang berasal dari agama serta kebiasaan warga gereja sebelum mereka masuk kristen. Agama dan kebiasaan Yahudi dan non-Yahudi masih sangat kuat mempengaruhi kehidupan Kristiani warga gereja. Akibatnya ialah, tidak ada kesamaan pendapat maupun praktek hidup kristiani yang sejati. Kedua, belum adanya ajaran Kristen yang lengkap dan utuh yang bisa di jadikan pegangan bersama. Memang sudah ada beberapa pokok Kristiani yang umum, tetapi banyak hal harus di pikirkan berhubungan dengan realita gereja yang di perhadapkan dengan filsafat dan kemajuan intelektual Yunani. Warga gereja saat itu pada umumnya tidak terlalu tanggap dengan persoalan ini, sehingga mereka begitu mudah diombang-ambingkan oleh jaran-ajaran lain. Hal ini merupakan tambahan ancaman untuk kesatuan gereja mula-mula. Perpecahan gereja di Korintus membuat Paulus sedih. Dengan kecerdasan intelektualnya, Paulus kemudian menjawab persoalan-persoalan gereja saat itu dengan berteologi secara akurat dan kontekstual. Satu yang menjadi tujuan Paulus ialah bahwa ia ingin gereja tetap esa dan satu. Untuk itu secara tuntas ia mengembangkan ajaran Gereja Sebagai Tubuh Kristus. Gereja Sebagai Tubuh Kristus Dalam Perjanjian Baru hanya ada satu kata sata untuk gereja dan jemaat, yaitu ekklesia ( ek :keluar; Kaleo :memanggil). Kata ekklesia ini merupakan istilah Yunani klasik untuk suatu kumpulan orang yang berkumpul atas panggilan pembawa berita dari pemerintah pada waktu itu. Ekklesia dalam surat Paulus digunakan baik untuk kelompok-kelompok setempat (Roma 16:16) maupun untuk umat Allah diseluruh dunia sepanjang abad (1 Kor15:9). Kiasan Tubuh Kristus sangat di sukai oleh Paulus. Kiasan ini sering di ulangi dalam pemikiran Kristen dan di tekankan untuk dimiliki umat Allah secara bersama-sama. Paulus menggunakan kiasan tubuh untuk menekankan persekutuan dari semua orang Kristen sebagai sesama anggota dari satu badan, baik pada tingkat local maupun universal. Pada tingkat lokal orang Kristen harus menggunakan bakat-bakat mereka yang berbeda-beda bagi kebaikan bersama (1 Kor. 12: 12-31). Pada tingkat universal, Paulus berbicara tentang jemaat sebagai tubuh Kristus (Ef. 1:23). Dengan kiasan ini maksud Paulus jelas bahwa segenap umat Allah bukan hanya satu tempat saja, tetapi semua orang Kristen harus memelihara persekutuan yang universal. Ajaran mengenai kiasan Tubuh Kristus ialah masyarakat Kristen merupakan satu organisme atau badan, yang didalamnya semua mempunyai peranan, bersekutu dan wajib mengindahkan serta mempertahankan persekutuan itu. Kristus adalah Kepala, pemegang kuasa tertinggi, yang memberi kekuatan kepada jemaat. Kristus adalah Kepala jemaat sebagaimana Dia juga adalah kepala dari segala-galanya di Surga dan di bumi.