Anda di halaman 1dari 10

Nama : Indah R.

Pratiwi Nababan
Nim :17.3241
Mata Kuliah : Filsafat Barat
Dosen Pengampu : Past. Alexander Naunu

Pemikiran dari Filsuf Zaman Skolastik dan Patristik


Anselmus
1. Biografi
Anselmus, uskup agung dari Canterbury. Ia dilahirkan di Aosta Piemont, Italia tahun
1033 M. Anselmus merupakan seorang putra dari bangsawan Comberdia. Ayahnya bernama
Gundulph dan ibunya Ermenberga. Ketika berumur 15 tahun, Anselmus ingin masuk biara di
Italia, namun ditentang oleh ayahnya. Pada saat yang hampir bersamaan ibunya meninggal
dunia. Sejak saat itu Anselmus muda yang pandai dan kaya raya  mengurungkan niatnya
melayani Tuhan dan hidup bersenag-senang.
Beberapa tahun kemudian Anselmus ingin menjadi lebih baik dan berguna. Pada
tahun 1056 anselmus menyeberang pegunungan Alpen dan berdiam di Burgundy, Perancis.
Namun tidak lama kemudian ia berpindah ke Bec di Normandy. Ia mengunjugi seorang
Abass atau pemimpin biara bernama Lanfranc dari biara Bec. Anselmus bersahabt dengan
Lanfranc dan sang biara menghantarkannya kepada Tuhan. Lanfranc membantu Anselmus
dalam mengambil keputusan mejadi biarawan Benediktin saat berumur 27 tahun.
Anselmus kemudian menggantikan Lanfranc sebagai kepala biara (abbas) Bec pada
tahun 1070. Lanfranc meninggal dunia pada tahun 1089. Keuskupan Agung Canterbury
vakum selama 3 tahun. Tahun 1093 William memilih Anselmus menjadi Uskup Agung
Canterbury. Pada tahun 1093 William II mengangkat Anselmus sebagai Uskup Agung
Canterbury. Ini menunjukkan bahwa jabatan ini diterimanya dari Paus bukan dari raja.
Jabatan yang terakhir ini dijalaninya hingga ia wafat. Ini menunjukkan bahwa jabatan ini
diterimanya dari Paus bukan dari raja. Jabatan yang terakhir ini dijalaninya hingga ia wafat.1
Seluruh kehidupan Anselmus dipenuhi oleh kepatuhan kepada gereja. Ia berusaha
untuk meningkatkan kondisi etika atau moral orang-orang agar menjadi suci. Masalah
keimanan menjadi titik tolak pemikirannya. Oleh beberapa sejarawan, pemikirannya
dianggap memiliki ciri utama diabad pertengahan.2
2. Pemikiran Anselmus
1 A. Hanafi,Filsafat Skolastik (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), cet. II, hlm. 148
2 Salam, Burhanuddid. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta,91-92
Mengenai pemikirannya St. Anselmus, terdapat beberapa pemikiran yang mana
beberapa pemikiran tersebut merupakan hasil dari perenungan yang mendalam. Hal itu
dilakukannya untuk menyelasaikan masalah yang terjadi pada abad pertengahan, masalah itu
berkaitan erat dengan filsafat dan dunia kristen (iman). Beberapa pemikirannya tersebut
antara lain :
1.    Hubungan akal dan iman.
Anselmus adalah seorang ahli gereja yang memasukkan logika dalam pelayanan
iman. Ia menguji kekuatan logika manusia dalam membuktikan doktrinnya. Anselmus
berpegang pada moto “saya percaya agar dapat mengerti” yang maksudnya bahwa tanpa
wahyu tidak ada kebenaran. Karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman
dahulu pada wahyu tersebut. Ia mengemukakan sebuah argumentasi ontologi untuk percaya
kepada Allah. Anselmus menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide dari anugrah
causa prima yang sempurna(Allah), oleh karena itu Causa prima harus ada.3
Gagasan yang dikembangkan dan digunakan oleh Anselmus dalam berfilsafat adalah
pemikiran dialektika. Pengembangan pemikiran ini tidak hanya dengan rasio saja yang dapat
membuat orang menjadi yakin dan percaya. Akan tetapi dibutuhkan pikiran yang kritis akan
suatu kebenaran. Hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan dirumuskan Anselmus dengan
fiedes quarens intellectum yang artinya iman berusaha untuk mengerti.
Dengan iman orang belajar untuk mengerti segala sesuatu diatas rasio. Pemahan
Anselmus ini lebih dikenal dengan Credo ut intelligam (saya percaya agar dapat mengerti).
Dengan kepercayaan agama orang dapat mengerti lebih dalam tentang Allah, manusia dan
dunia. Karyanya yang berjudul Monologion dan Proslogion membuktikan lebih rinci adanya
Allah.4
Anselmus mengemukakan bahwa kebenaran yang diwahyukan Allah harus dipercaya
terlebih dahulu, karena akal manusia tidak mampu menyatakan suatu kebenaran itu. Wahyu
yang diturunkan merupakan suatau kebenaran yang mutlak. Anselmus juga beranggapan
bahwa iman bersifat bebas dan tidak terikat, serta tidak memerlukan dasar-dasar akali. Setiap
orang didasari dengan iman, dan dengan sendirinya iman mendorong  akal menyelami
kebenaran-kebenaran iman lebih menyeluruh.
Iman harus menjadi dasar segala-galanya. Dengan iman kebenaran yang diwahyukan
dapat dijelaskan secara rasional dan mendalam. Didasari oleh iman oarng mendapatkan ilmu
pengetahuan yang disertai dengan pembuktian. Iman selayaknya menjadi lebih mendasar

3 Tasmuji, Sejarah Filsafat Aliran. (Surabaya: Alpha Grafika, 2005), 88.


4 Tafsir, Ahmad, Filsafat umum, 2002, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
pada diri manusia sebagai ciptaan Allah. Perbedaan dengan akal bahwa Iman diperoleh
dengan perantara wahyu, sedangkan pengetahuan akali diperoleh karena anugrah Allah. Iman
telah menjadikan penganutnya suatu pandangan yang mendalam tentang dunia. Sedangkan
iman yang disertai dengan akal member lebih banyak lagi tentang Allah, manusia dan dunia.
Menurut Anselmus, pemahaman tentang iman juga memiliki realitas. Pengertian-
pengertian umum atau universalia benar adanya. Universalia bebas dari individu dan
merupakan ide-ide Allah. Pemikiran menggunakan logika maupun pandangan secara
universal dikaitkan dengan bukti-bukti adanya Allah. Disini fungsi iman adalah mendasari
kepastian kebenaran adanya Allah yang keseluruhannya dapat dibuktikan.
Pandangan yang seperti itu ternyata juga turut menguasai pandangan orang-orang
abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak kejurusan pemikiran Neo-
Platonisme dan dunia mistik. Namun juga para pemikir yang menjurus ke Aristoteles tidak
menolak pandangan tersebut, sekalipunn terdapat sebuah perbedaan sedikit.5

2.    Eksistensi Tuhan


Allah memiliki sifat “Yang Maha Tinggi” dimana Anselmus menyatakan Allah
adalah sesuatu yang lebih besar daripadanya dan tidak dapat dipikirkan manusia. Menurut
Anselmus eksistensi Allah bisa dijelaskan dengan argument yang bisa diterima manusia
termasuk yang tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima
begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakan dari siapa dan mengapa dirinya ada,dan 
penciptaan alam semesta.6
Argumen Anselmus dinyatakan menjadi sebuah ilmu teologi yaitu ilmu tentang
hubungan manusia dan ciptaan Allah. Setiap agama memilki pandangan yang berbeda
tentang Allah namun ada kesimpulan yang sama yaitu Allah itu ada dan adanya Allah dapat
dibuktikan secara rasional. Menurut Anselmus ada dua cara yang dapat membuktikan adanya
Allah. Kedua cara tersebut adalah dengan mengandaikan bahwa hal-hal yang terbatas ada
untuk hal-hal yang tidak terbatas dan penguraian, yaitu bahwa apa yang kita sebut Allah
adalah suatu ”ada” yang lebih besar daripada apa saja yang dapat kita pikirkan.
Pertama, ketika Anselmus melihat adanya hal-hal yang terbatas, serentak ia juga
mengandaikan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Dengan begitu ia hendak mengatakan
bahwa, akal manusia hanya mampu untuk sampai kepada pemahaman yang biasa-biasa saja,
tidak sepenuhnya mendalam dan sungguh-sungguh mendasar. Ada banyak hal yang tidak
5 Petrus, Simon, Petualangan Intelektual, 2004, Yogyakarta: Pustaka Filsafat
6 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra (Bandung: Remaja Rosdakarya), cet.
XVII, Hal.95.
mampu kita jelaskan begitu saja dengan pengetahuan yang kita miliki, karena itu ia
mendasarkan adanya hal-hal yang tidak terbatas.
Kedua, yang digunakan oleh Anselmus untuk membuktikan adanya Allah ialah
penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki suatu pengertian yang
lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan. Cara kedua yang dipaparkan oleh
Anselmus ini tidak sepenuhnya bisa digunakan untuk semua tingkat pemikiran. Teori ini
ingin mengutarakan bahwa Allah yang dipahami berbeda dengan pengertian-pengertian
ataupun pemahaman yang lain. Tidak dipahami seperti suatu pemahaman yang semu, seperti
pulau yang terindah yang dipikirkan orang atau dikhayalkan, belum tentu benar-benar ada
dalam kenyataan. Hanya pengertian tentang Allah sebagai tokoh yang jauh lebih besar
daripada segala sesuatu itulah yang menurut adanya realitas yang sesuai dengan pengertian
itu.7
Dalam pembuktiannya yang lain mengenai eksistensi Allah, Anselmus membahas
juga mengenai nama “Allah”. Anselmus mengatakan bahwa “Allah ada” dan kehadiran-Nya
tidak dapat dipikirkan.  Mengenai nama Allah lebih jelas diungkapkannya setelah memulai
doanya yang amat kusuk. Anselmus memberi nama dengan menyebutkan; “ Aliquid quo nihil
malus cogitari possit”(sesuatu yang dari pada-Nya tidak dapat dipikirkan atau dibayangkan
sesuatu yang lebih besar lagi). Jika kita menyebut nama Allah, maka kita sedang
membicarakan sesuatu yang paling besar dan tidak ada yang lebih  besar lagi dari padanya.
Maka kebesaran-Nya tidak dapat dibayangkan dan dipikirkan lagi. Karena tidak ada apapun 
yang lebih besar dan agung lagi dari Dia sendiri.8
Jalan pikiran Anselmus dalam bukti ini dirumuskan secara singkat sebagai berikut:
1.       Kita semua satu bahwa dengan nama “Allah” dimaksudkan hal yang tidak dapat
dipikirkan lebih besar lagi“ Aliquid quo nihil malus cogitari possit”. Dengan perkataan
lain, dengan nama “Allah” kita maksudkan hal yang lebih besar dari hal lain yang dapat
dipikirkan.
2.      Tidak mungkin hal yang tidak dapat dipikirkan lebih besar lagi, hanya berada dalam
pemikiran saja, karena hal yang ada dalam pemikiran saja bukanlah hal yang terbesar,
sebab lebih besar lagi ialah berada dalam kenyataan.
3.      Pada suatu kesimpulan bahwa Allah tidak hanya berada dalam pemikiran manusia,
tetapi juga dalam kenyataan. Jadi, Allah sungguh ada

7 A. Hanafi, Filsafat Skolastik (Jakarta: Pustaka Alhusna, !983), cet. II, hlm. 148
8 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Thales sampai Capra (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet.
XVII, hlm. 95.
Seperti yang telah dikemukakan didepan pengaruh anselmus besar sekali atas
perkembangan teologi pada zaman kemudian. Pemikiran Agustinus atas pemikiran abad
pertengahan makin dikuatkan oleh St. Anselmus. Pada zaman setelah Anselmus diakui betapa
penting dialektika(berikir dengan akal) bagi ilmu teologia.9

Menurut Pemahaman saya


Anselmus adalah seorang cendikia dan Agamawan yang mencoba memasukkan
logika dalam pelayanan Iman. Ia sebenarnya telah paham akan Al kitab, namun ia mencoba
menguji kekuatan logika manusia tentang keberadaan Tuhan. Ia mendasarkan iman dari
segala sesuatu. Argumentasinya mengajak kita untuk percaya adanya Allah. Anselmus
menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan adanya ide dari zat yang sempurna yaitu
Allah. Oleh sebab itu Allah harus ada.
Keberadaan Tuhan itu mutlak sebagai Causa Prima. Namun Tuhan itu Mistik secara
akal/rasio manusia. Keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan perenungan dan pemikiran
secara radikal tentang hakikat manusia sebagai makhluk dan penciptaan alam raya. Manusia
mempercayai adanya Tuhan dengan iman. Dengan iman juga  manusia dapat melogika bahwa
Allah yang menciptakan dunia dan seisinya dan menyadari bahwa manusia juga ciptaanNya.
Maka pada hakikatnya manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah dan bertakwa
kepadaNya.
Terakhir Anselmus juga mengajarkan agar ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
hendaknya menjadikan lebih bijaksana. Pernyataan ini berarti bahwa ilmu mengingatkan
manusia untuk rendah hati dan takwa kepada Tuhan. Dengan berilmu manusia dapat
mengamalkan iman kepada Allah melalui kehidupan sosial dimasyarakat. Karena Allah
berada pada pemikiran manusia dan pada dasarnya Allah itu dekat bagi orang yang senantiasa
mau berpikir.

Pemikiran dari Filsuf Zaman Yunani Kuno


DEMOKRITOS

9 Hardiman, F. Budi. (2011). Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (dari Machiavelli sampai
Nietzsehe). Jakarta: Erlangga
1. Biografi
Demokritos lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Ia hidup kira-kira
dari tahun 460 SM sampai tahun 370 SM. Ia berasal dari keluarga kaya raya. Pada masa
mudanya, ia melakukan perjalanan ke Mesir dan negeri-negeri timur lainnya sehingga
menambah luas wawasan dan pengetahuannya. Di negeri-negeri yang dia kunjungi,
Demokritos banyak melakukan studi. Demokritos dipandang sebagai seorang sarjana yang
menguasai banyak lapangan keahlian. Pengaruh mazhab Elea dan Pythagoras sangat
mencolok dalam pemikirannya. Anekdot yang hidup di zaman kuno menjulukinya “filsuf
yang tertawa” sebagai lawan dari Heraklitos, “filsuf yang menangis”. Demokritos mewarisi
banyak tulisan filosofis dan pengetahuan ensiklopedia tentang alam, struktur dunia, manusia,
roh, pengenalan inderawi, warna, namun hampir semua teks itu hilang. Yang tersisa hanyalah
beberapa fragmen.
Karya Demokritos diperoleh dari laporan orang kedua, yang kadang-kadang tidak
dapat diandalkan atau bertentangan. Sebagian besar bukti terbaik adalah bukti yang
dilaporkan oleh Aristoteles, yang menghormatinya sebagai saingan penting di dalam filsafat
alam. Aristoteles menulis sebuah risalah pada Demokritos, hanya beberapa paragraf dikutip
dalam sumber-sumber lain yang masih ada. Demokritos tampaknya mengambil alih dan
menyusun pandangan Leukippos, atas beberapa yang ia ketahui. Meskipun ada kemungkinan
untuk membedakan beberapa sumbangan karya-karya Lekippos, kebanyakan laporan besar
menunjuk, baik mereka berdua, maupun Demokritos sendiri; pengembang sistem atomis pada
dasarnya sering dianggap Demokritos.
Diogenes Laertius mendaftar banyak karya Demokritos di berbagai bidang, termasuk
etika, fisika, matematika, musik dan kosmologi. Ada ketidakpastian lebih banyak lagi
mengenai keaslian laporan atas pembicaraan etika Demokritos. Dua kumpulan pembicaraan
yang tercantum dalam abad kelima sebelum masehi antologi Stobaeus, satu dianggap berasal
dari Demokritos dan yang lain dianggap berasal dari yang lain yang tidak dikenal filsuf
penganut Demokritos.10

2. Karya-karya
Democritus dikenal dengan memiliki banyak karya dan menguasai banyak bidang
ilmu.Karya-karyanya dikelompokkan menjadi beberapa tema, diantaranya matematika,

10 Bryan Magee, The History of Philosophy (Yogyakarta: Kanisius, 2008). Hlm. 18


astronomi, etika, logika, puisi, musik, dan lain-lain. Akan tetapi, semua karya itu
diperkirakan bukan hasil pemikiran madzhab Abdera pada umumnya. terbukti, salah satu dari
daftar karya tersebut diatasnamakan Leucippus. Dan sayangnya, daria sekian karya itu, yang
tersimpan hanya sekitar 300 fragmen. Sebagian besar fragmen tersebut tentang etika.11

3. Pemikiran Democritus
- Teori Atom
Filsuf-filsuf atomis juga berusaha memecahkan masalah yang diajukan mazhab Elea.
Di satu pihak, seperti Empedokles dan Anaxagoras, Leukippos dan Demokritos pun
berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukanlah satu, melainkan terdiri dari banyak unsur.
Tapi, di lain pihak mereka bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras dalam hal
pembagian sampai tak berhingga. Leukippos dan Demokritos berpikir bahwa ketika
membagi-bagi sebuah benda, pembagian itu akan sampai pada unsur-unsur yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi. Maka dari itu, unsur-unsur tersebut diberi nama atom.
Atom berasal dari kata atomos, a berarti tidak dan tomos berarti terbagi. Jumlah atom
tidak berhingga. Atom-atom merupakan bagian-bagian materi yang begitu kecil sehingga
tidak dapat diinderai. Perbedaan yang lain lagi dengan anasir-anasir Empedokles dan benih-
benih Anaxagoras adalah bahwa atom-atom itu sama sekali tidak memiliki kualitas tertentu,
misalnya panas, dingin, kering lembab, manis, atau pahit. Semua atom sama. Atom yang satu
berbeda dari atom yang lain karena ukuran dan bentuknya.
Demokritos memberikan bentuk kepada setiap rasa. Ia mengatakan bahwa yang manis
terbuat dari apa yang berbentuk bulat dan memiliki ukuran yang proporsional; yang pahit
terbuat dari apa yang besar, kasar, dan polygonal serta tidak bulat; yang asam, sebagaimana
namanya menujukkan, terbentuk dari apa yang tajam, bersudut banyak, bengkok dan halus;
rasa yang kasar terbentuk dari apa yang berbentuk bulat sekaligus halus, bersudut tajam dan
bengkok; yang asin terbentuk dari apa yang berbentuk tajam, tidak terlalu besar, berkelok-
kelok, dan kecil ukurannya; yang rasa lemak terbuat dari apa yang halus, bulat dan kecil 12
Seperti Empedokles dan Anaxagoras, para atomis juga mengembangkan ajaran
materialistis tentang perubahan (genesis). Tidak ada perubahan secara kualitatif, yang ada
hanyalah perubahan kuantitatif. Atom-atom yang tidak memiliki kualitas itu bisa berbeda
konsentrasinya di tempat yang berbeda-beda. Perubahan kualitatif, seperti panas atau dingin,
keras atau lunak, pahit atau manis, atau warna tidak lain merupakan perubahan jumlah atau

11 K.Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 75


12 Lih. Bertens, Kees, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Yogyakarta, edisi revisi, 1989, hlm. 62
perubahan lokasi dari atom-atom itu. Perubahan kualitatif hanyalah kesan yang ditangkap
secara subyektif oleh panca indera. Indera menerjemahkan teks alam yang bersifat kuantitatif
dan obyektif itu ke dalam bahasa subyektif yang melukiskan kualitas-kualitas. Kualitas-
kualitas hanya sebenarnya hanya terdapat pada si subyek saja. 13
Bagi Demokritos, perubahan dalam arti sesungguhnya adalah proses di mana atom-
atom (sebagai elemen terakhir yang tak terbagikan lagi) saling bertabrakan secara niscaya,
mengikuti hukum mekanis, untuk berkumpul atau bertebaran tanpa memiliki tujuan apa pun.
Saat atom-atom saling berdekatan dan saling berbenturan atau berlibatan, campuran yang
muncul akan menampak dalam bentuk air atau api atau tumbuh-tumbuhan atau manusia,
tetapi sebenarnya, satu-satunya hal yang ada adalah apa yang disebut bentuk-bentuk yang tak
terbagi – tidak ada yang lain selain itu. Para atomis berpendapat bahwa atom-atom itu selalu
bergerak. Leukippos dan Demokritos menganggap gerak atom sebagai gerak spontan karena
tidak mengenakan berat pada atom-atom. 14
Para atomis merasa tidak perlu untuk menjelaskan penyebab yang mengakibatkan
gerak tersebut. Kembali mereka bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras atas
pendapatnya mengenai Cinta dan Benci atau nus (roh) sebagai penyebab gerak. Adanya
ruang kosong sudah cukup sebagai syarat yang memungkinkan gerak atom. Demokritos
mengatakan, dunia terdiri dari atom-atom dan ruang kosong.15
- Tentang Kekosongan
Bagi Demokritos, kekosongan adalah “ketiadaan”. “Ketiadaan” itu bagi Demokritos
ada! Argumentasi yang dikatakan Demokritos tampak serba kontradiktif: yang “tidak ada”
ada dan yang “tidak ada” tidak ada. Kekosongan adalah kenyataan yang ada. Sekarang ketika
atom-atom datang bersamaan, mereka menghasilkan generasi; ketika mereka berpisah satu
sama lain, mereka menghasilkan perubahan. Struktur terbentuk, lalu terpecah lagi, dan
elemen yang sama bisa dipakai untuk membentuk struktur yang baru lagi.16
Demokritos beranggapan bahwa prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan
kekosongan. Sehingga segala realitas yang ada itu dapat dijelaskan dengan mengacu pada
gerakan-gerakan berbagai atom tersebut. Atom sendiri memiliki pengertian sebagai gugusan
unsur-unsur terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.Sedangkan konsep atom sendiri tidak
dapat dipisahkan dengan adanya ruang kosong (void). Sebab pada dasarnya ruang kosong

13 K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 65.


14 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-politik dari Zaman Kuno
hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 73.
15 Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual. Jogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004.
16 Hadiwijono, Harun., Sari Filsafat Barat. Jogyakarta:Kanisius, 1980, hlm.29.
menjadi syarat mutlak bagi bergeraknya atom-atom itu. Hal ini yang membuat filsuf
atomisme mengakui adanya ruang kosong, tidak seperti Zeno yang menolak adanya ruang
kosong.
Bagi para filsuf ini yang ada bukan hanya “yang ada” (being), tetapi juga “yang tidak
ada” (not being). Maka ruang kosong adalah nyata. Semua atom bersifat tidak termusnahkan,
tidak dijadikan, tidak memiliki massa, tidak dapat diinderai karena memang ukurannya yang
sangat kecil dan dengan menempati ruang, atom senantiasa bergerak. Atom tak bisa tidak
dipisahkan dari ruang kosong untuk senantiasa bergerak dan melalui gerakan itulah atom
membentuk semua benda. Demokritos berpendapat bahwa pola dan arah gerakan atom tidak
melulu ke atas atau ke bawah, tetapi lebih ke segala arah. Diibaratkan sama seperti debu yang
bergerak ke segala arah di bawah sinar matahari walaupun tidak ada angin.17
- Terciptanya Kosmos dan Manusia
Melalui konsep atom, Demokritos berpendapat bahwa alam semesta dan manusia juga
tercipta dari atom-atom yang saling berkait. Pada mulanya atom-atom yang bergerak ke
segala arah pada ruang kosong saling bertabrakan dan mengait. Kemudian atom-atom yang
saling bergerak ini membentuk suatu gerakan berputar seperti angin puting beliung dan mulai
menarik atom-atom. Atom-atom besar tertarik ke bagian pusat putaran dan berkumpul,
sedangkan atom-atom halus terlempar ke pinggir. Akhirnya terciptalah alam semesta melalui
proses ini.
Demikian pula manusia. Demokritos berpendapat bahwa manusia juga tercipta dari
atom-atom yang saling berkait, tetapi yang menjadi perbedaannya adalah bahwa manusia
tercipta dari kumpulan atom-atom yang sifatnya lebih halus (atom-atom api). Dalam jiwa
manusia, bertemunya atom-atom benda dengan atom-atom jiwa tidak hanya memberikan
berbagai sensasi bagi indera kita, tetapi juga memunculkan perasaan-perasaan tertentu
tergantung dari kondisi atom-atom tersebut. Sehingga ada orang yang mengalami peristiwa
yang sama tetapi mengalami perasaan yang berbeda.18
- Etika Demokritos
Demokritos adalah satu-satunya filsuf prasokratik yang telah memikirkan tentang
hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Maka wajar saja kalau ajarannya ini
belumlah tertata secara sistematis. Etika Demokritos yang dikenal sebagai Etika Euthumia
lebih menekankan pada keadaan batin yang sempurna. Batin manusia dikatakan sempurna

17 Bertens, K., Sejarah Filsafat yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1999.


18 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-politik dari Zaman Kuno
hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. III, hlm.89.
bila manusia hidup secara seimbang dengan menjunjung kebahagiaan jiwa. Demokritos
menekankan untuk meredam keinginan duniawi dan mengembangkan kesederhanaan hidup.
Pada akhirnya, memang sulit mencari hubungan antara teori atom dengan etika euthumia
Demokritos dan dalam hal ini, Demokritos ingin menunjukkan keluasan pengetahuannya.
Penyebab gerakan atom-atom adalah ketiadaan, tetapi juga “nature”  ketidak-
stabilitasan mereka: atom-atom, secara “nature”, berada dalam gerakan yang tetap atau
konstan. Atom-atom bergerak dalam kekosongan (yang tiada) berdimensi tak terbatas. Atom-
atom terpisah dari satu sama lain dan dibedakan menurut jumlah, bentuk, letak, dan urutan.
Dalam gerakan mereka, mereka bertubrukan satu sama lain. Sebagai hasilnya, beberapa
terlempar ke arah yang tak tentu di jurusan yang berbeda, ketika yang lain bercampur dan
berpadu dengan tenang karena bentuk, ukuran, letak, dan susunan mereka yang saling
melengkapi/ mengisi: kesatuan ini dengan satu sama lain dan melipatgandakan kumpulan-
kumpulan. 19

Menurut Pendapat Saya:

Demokritos memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan ilmu


pengetahuan. Di satu sisi teori atom merobohkan teori Parmenides yang menolak adanya
ruang kosong dan ikut mengubah pandangan teori-teori filsafat setelahnya. Di satu sisi teori
atom ikut mendasari pemikiran Isaac Newton dan Albert Einstein yang justru melalui
rumusan matematis bisa dirumuskan secara ilmiah dan empiris daripada rumusan filsafat
yang dikemukakan Demokritos.. Ajaran dan pemikirannya berhubungan dengan
pengembangan pemikiran atomisme yang dirasa memberikan aroma baru pada pemikiran di
Zaman itu dan sangat berguna hingga saat ini. Demokritos berhasil merumuskan pandangan
tentang perubahan benda material lewat perubahan atom-atom, etika dan terbentuknya
kosmos dan manusia. Pada akhirnya pemikiran ini dianggap bisa menjadi penengah bagi
argumen.

19 Henry J. Schmandt, Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani kuno sampai dengan Zaman
Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. II, hlm. 52

Anda mungkin juga menyukai