1. Prolegomena : Substansi
Iman dan Rasionalitas
2. Historis Progresivitas
Iman dan Rasionalitas
Prolegomena :
Substansi Iman dan Rasionalitas
Prolegomena : Substansi Iman dan Rasionalitas
Questions
Apakah iman bertentangan dengan rasio atau akal budi, ataukah rasio adalah sesuatu
yang tidak bersangkut paut dengan iman? Hal ini adalah pertanyaan klasik di dalam
kekristenan, oleh karenanya telah mempengaruhi agama Kristen selama berabad-abad.
Berdasarkan pertanyaan di atas muncul dua macam ekstrim, yakni :
1. Kaum Fideisme/Religius yang menekankan bahwa Iman merupakan Inti tunggal
sebagai fondasi Kekristenan, dalam memahami eksistensi realitas kehidupan.
2. Kaum Rasional/Free Thinker, yang menempatkan Rasionalitas sebagai Instrumen
Analisis dalam memverifikasi realitas kehidupan secara logis dan empiris. Immanuel
Kant (1724-1804) in The Critique of Pure Reason berkata : "gunakanlah rasiomu
setinggi mungkin", bahkan Rene Descartes (1596-1650) in Discourse on the Method
berkata, "Cogito ergo sum, I think therefore I am. I am a thinking being“.
Prolegomena : Substansi Iman dan Rasionalitas
Iman
Kata iman dalam bahasa lbrani, berasal dari kata "Emun",yang berarti kesetiaan, dan kata "Batakh",
yang berarti percaya. Dalam bahasa Yunani, iman berasal dari kata "Pistis", (kata benda), yang berarti
kepercayaan, keyakinan, dan iman itu sendiri, dan kata " Pisteo {' (kata kerja), yang artinya, percaya,
meyakini, mengimani. Dalam istilah bahasa Inggris kata ini mempunyai pengertian yang sama dengan
pengertian di atas, yaitu "Faith" : kepercavaan, dan keyakinan.
Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli in Pedoman Apotogetik Kristen 1, dalam memberikan definisi iman
membagi ke dalam dua bagian.
1. Objek iman, yaitu segala sesuatu yang dipercayai, melalui pernyataan Allah dalam Alkitab.
2. Tindakan iman, yaitu bukan hanya percaya tetapi rela mengorbankan diri dalam kepercayaan
tersebut. Dalam aspek ini ada tiga jenis yaitu (a) Iman emosional, yaitu ekspresi kepercayaan yang
didorong oleh Perasaan (b) Iman intelektual, yaitu dengan memahami secara logis, analitis dan
kritis. (c) Iman volisional adalah tindakan kehendak, suatu komitmen untuk menaati kehendak
Allah.
Prolegomena : Substansi Iman dan Rasionalitas
Rasionalitas
Apakah yang dimaksud dengan rasio? W.I.S. Poerwadarminta in Kamus Umum Bahasa Indonesia
memberikan definisi rasio yaitu: alat berpikir; daya pikir (untuk mengerti & memahami subtansi
objek).
Dalam definisinya tentang akal, Peter Kreef dan Ronald K. Tacelli in Pedoman Apotogetik Kristen 1
membagi akal itu ke dalam dua bagian yang mempunyai pengertian yang berbeda-beda.
1. Objek dari Rasio. Yaitu segala sesutu yang dapat diketahui oleh pikiran, di mana dalam hal ini
melibatkan tiga hal seperti dalam logika Aristoteles klasik, yaitu (a) Dimengerti oleh akal tanpa
iman, (b) Ditemukan oleh akal sebagai kebenaran, (c) Dibuktikan secara logika tanpa adanya
pengaruh dari iman
2. Tindakan akal. Dalam hal ini melibatkan tiga hal yang terdapat dalam objek akal yaitu
memahami, menemukan, dan membuktikan. Jadi, akal adalah kemampuan yang dimiliki oleh
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yang mana manusia terdiri dari pikiran, kehendak, dan
perasaan, untuk menyelidiki, menguraikan, meneliti, dan menganalisa segala sesuatu.
Prolegomena : Substansi Iman dan Rasionalitas
Menurut Immanuel Kant (1724-1804) in The Critique of Pure Reason, Rasio diklasifikasikan ke
dalam tiga bagian :
1. Rasio murni, yaitu akal yang mempelajari, menganalisa, menguraikan sesuatu hal yang bersifat
materi, yaitu segala sesuatu yang masuk akal.
2. Rasio praktis, adalah bagian yang menyangkut masalah etika yang tidak bisa diuraikan oleh akal,
seperti bagaimanakah manusia harus bermoral? bagaimana manusia harus berkehendak? Pada
aspek tersebut merupakan hal yang tidak bisa diuraikan dengan rasio murni.
3. Rasio kritis, yaitu bagian mengenai segala sesuatu di luar diri manusia, seperti mempertanyakan
eksistensi Allah. Pada aspek ini juga tidak bisa diuraikan dengan rasio murni.
Menurut Immanuel Kant, yang paling rendah nilainya adalah akal murni, di mana hanya bisa
menguraikan hal-hal yang ada di bawah manusia, hal hal yang masuk akal' Etika, atau perilaku
manusia, tidak bisa diuraikan dalam laboratorium atau dianalisis dengan akal murni, apalagi
tentang hal-hal yang transenden yang berada di luar manusia yaitu Allah.
Prolegomena : Substansi Iman dan Rasionalitas
Konklusi Ringkas :
1. Objek iman, yaitu segala sesuatu yang dipercayai, melalui pernyataan Allah dalam Alkitab.
2. Tindakan iman, yaitu bukan hanya percaya tetapi rela mengorbankan diri dalam kepercayaan
tersebut. Dalam aspek ini ada empat macam yaitu (a) Iman emosional (b) Iman intelektual (c)
Iman volisional
3. Rasio murni, yaitu akal yang mempelajari, menganalisa, menguraikan sesuatu hal yang
bersifat materi, yaitu segala sesuatu yang masuk akal.
4. Rasio praktis, adalah bagian yang menyangkut masalah etika yang tidak bisa diuraikan oleh
akal, seperti bagaimanakah manusia harus bermoral? bagaimana manusia harus
berkehendak? Pada aspek tersebut merupakan hal yang tidak bisa diuraikan dengan rasio
murni.
5. Rasio kritis, yaitu bagian mengenai segala sesuatu di luar diri manusia, seperti
mempertanyakan eksistensi Allah. Pada aspek ini juga tidak bisa diuraikan dengan rasio
murni.
Historis Progresivitas Iman dan Rasionalitas
Historis Progresivitas Iman dan Rasionalitas
Kajian ini berfokus pada eksplorasi literasi sumber periode Abad
Pertengahan dan Reformasi.
Abad Pertengahan
1. Anselm dari Canterbury (1033-1109)
2. Bonaventura dari Bognoregio (1221-1274)
3. Thomas Aquinas (1225-1274)
Abad Reformasi
4. Martin Luther (1483-1546)
5. Philipp Melanchthon (1497-1560)
6. John Calvin (1509-1564)
Historis Progresivitas Iman dan Rasionalitas
Pertama, Aquinas mengumpamakan relasi Iman dan Rasio seperti mengubah air tawar
menjadi air anggur.
Kedua, Aquinas mengutip 2 Korintus 5:10 dimana ia mengambil prinsip dari ayat tersebut,
bahwa seluruh kapasitas rasionalitas dari manusia perlu untuk tunduk atas kehendak Allah.
Menurut Aquinas, transformasi yang terjadi melalui relasi Iman dan Rasio bertujuan untuk
menunjukkan adanya motif keselamatan bagi umat manusia. Dengan adanya rasio yang
dikuduskan kepada tuntunan Allah, maka manusia dapat berjalan menuju keselamatan dalam
Kristus.
Historis Progresivitas Iman dan Rasionalitas
Periode Abad Pertengahan
Konklusi Abad Pertengahan oleh pemikiran Anselm, Bonaventura dan
Aquinas, berfokus pada representasi peran rasio sebagai pelayan bagi
mystery of faith. Ketiganya menegaskan bahwa rasio tidak dapat berjalan
sendirian, melainkan harus mengarah dan tunduk atas tuntunan iman.