Anda di halaman 1dari 22

AKAL DAN HATI

PADA ABAD PERTENGAHAN

A.PLOTINUS
Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dimulai sejak Plotinus. Pengaruh
agama Kristen kelihatannya sudah besar, filsafatnya berwatak spiritual.

Konsep emanasi yang membuat Plotinus cukup penting untuk dipelajari. Teori
penciptaannya yang berupa emanasi itu berpengaruh juga pada filsafat islam. Akan tetapi,
pemikiran Plotinus bukan hanya tentang rahasia penciptaan, ia juga mengemukakan
pemikiran tentang etika, yang kelihatannya masih relevan dipertimbangkan pada zaman
sekarang.
Secara umum ajaran Plotinus disebut plotinisme atau neoplatonisme. Jadi ajaran
Plotinus tentulah berkaitan erat dengan ajaran Plato. Plotinisme adalah suatu sistem
teosentris, jadi dalam hal ini sama dengan Augustinus. Memang, filosof pada masa-masa ini
pada umumnya teosentris.

Metafisika Plotinus
Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh konsep transendens. Menurut pendapatnya,
di dalam pemikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, dan The Soul.
The One (yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo yaitu suatu realitas yang
tidak mungkin dapat dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi,
di luar segala nilai. Jika kita mencoba mendefiniskannya, kita akan gagal. Yang Esa itu
adalah puncak semua yang ada; yaitu cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui
esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang berada di belakang
akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada.
The One itu dapat didekati melalui penginderaan dan juga tidak dapat dipahami lewat
pemikiran logis.
The Mind ini adalah gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-
idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nous adalah benar-
benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita mesti melalui pemerenungan.
The Soul adalah realitas ketiga dalam filsafat Plotinus, sebagai arsitek semua
fenomena yang ada di alam ini, Soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil.
Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek yaitu energy di belakang dunia, dan pada waktu
yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek
yaitu, yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.
Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa yang Esa adalah yang paling awal,
sebab pertama. Di sini mulailah teori penciptaan yang terkenal itu: Emanasi, suatu teori
penciptaan yang pernah diajukan oleh filosof lain. Tujuan utama teori ini ialah untuk
menjelaskan bahwa yang banyak (makhluk) ini tidak menimbulkan pengertian bahwa di
dalam yang Esa ada pengertian yang banyak. Maksudnya, teori Emanasi tidak menimbulkan
pengertian bahwa Tuhan itu sebanyak Makhluk.
Alam semesta ini diciptakan melalui proses emanasi. Emanasi itu berlangsung tidak
di dalam waktu. Emanasi itu laksana cahaya yang beremanasi dari matahari. Dengan
beremanasi itu The One tidak mengalami perubahan.

1
B.AUGUSTINUS
Mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan abad
Augustinus (The Age Of Augustine) seperti yang ditulis oleh Mayer dalam bukunya
disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran abad pertengahan
mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Kristen.
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool : Tuhan dan manusia.
Akan tetapi, dapat juga dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan.
kesimpulan terakhir ini diambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan
dan Roh, tidak lebih dari itu.
Menurut Augustinus, Tuhan ditemukan dengan rasa, bukan dengan proses pemikiran.
Ia juga mencoba membuat argumen lain tentang adanya Tuhan. ia mengambil adanya
susunan alam semesta. Alam semesta ini memerlukan pencipta.
Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakan bahwa Tuhan itu di atas segala jenis.
Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, mahakuasa, tidak terbatas, mahatahu,
mahasempurna, dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno,tetapi selalu baru; Tuhan adalah
suatu kebenaran yang abadi. Tidak ada Tuhan kecuali yang Esa itu, yang mempunyai sifat
kesempurnaan.

ABAD KEGELAPAN
Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukkan periode
pemikiran pada tahun 1000-an yaitu antara masa jatuhnya imperium romawi sampai masa
renaissance abad ke-15. Istilah abad kegelapan sekarang digunakan terutama untuk
menggambarkan abad ke-5-10, suatu periode dalm sejarah tak kala Eropa menglami
kemunduran ekonomi dan penduduk sebagai akibat gangguan orang barbar. Alasan pokok
menyebutnya dengan istilah abat kegelapan ialah begitu sedikitnya dokumentasi yang dapat
memberitahukan kepada kita tentang suasana abad itu.

C.ANSELMUS ( 1033-1109 )

Dalam membicarakan filasafat abad pertengahan, St.Ancelmus tidak dapat dilewatkan


begitu saja. Tokoh ini;ah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat
dianggap merupakan cirri utama filasafat.
Didalam filasafat Ancelmus kelihatan iman merupakan tema central pemikirannya.
Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini kita dapatlah
kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam yang terkenal itu.ungkapan ini
mengambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal, secara lebih sederhana percaya
lebih dulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dulu sebelum
kita mulai berfikir.
Dalam membuktikan adanya Tuhan, Anselmus sering kali menyatakan bahwa ia
tidak memerlukan tau tentang Tuhan ; ia telah beriman (I believe, that unless I believe, I
should not understand).

2
Mengenai sifat Tuhan, Anselmus menyebutkan Tuhan bersifat, Esa, kekal, baik, dan
sempurna. Tuhan tidak berada didalam ruang dan waktu, tetapi segala sesuatu berada di
dalam tuhan.
Teori pengetahuan Anselmus, menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari
penginderaan, lalu terbentuklah pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran
Tuhan melalui jalur mistis kebaikan tertinggi bagi manusia ialah perenungan tentang
kebesaran Tuhan. selanjutnya ia mengatakan bahwa kita selalu dalam kurungan selama kita
masih dibimbing oleh nafsu duniawi dan selama kita masih terikat pada keinginan-keingian
duniawi.

D.THOMAS AQUINAS (1225- 1274)


Aquinas membicarakan tentang agama dan filasafat. Aquinas mendasarkan filsafatnya
pada adanya kepastian adanya Tuhan. ia mengetahui banyak ahli teologi percaya pada adanya
Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat
diketahui dengan akal. Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan lima dalil
(argument):
Argument pertama diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Di dalam alam ini
segala sesuatu bergerak. Dari sini dibuktikan Tuhan ada. Dengan kata lain, tidak mungkin
sesuatu bergerak sendiri. Timbul persoalan; bila sesuatu bergerak hanya karena ada
penggerak yang menggerakannya, tentu penggerak itu pun memerlukan pula penggerak
diluar dirinya. Menjawab persoalan ini Aquines mengatakan bahwa justru karna itulah maka
sepantasnya kita sampai penggerak pertama yaitu, penggerak yang tidak di gerakkan oleh
yang lain. Itulah Tulah.
Argument kedua disebut sebab yang mencukupi. Didalam dunia inderawi kita
saksikan adanya sebab yang mncukupi. Tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada
dirinya sendiri sebab, bila demikian, ia mesti menjadi lebih dulu daripada dirimu. Dalam
kenyataannya yang ada ialah rangkain sebab dan musabab. Itu berarti bahwa membuang
sebab sama dengan membuang musabab. Artinya, bila tidak ada sebab pertama, tentu tidak
akan ada rangkaian sebab itu tadi, dan ini akan berarti tidak akan ada apa-apa itu ada.
Nyatanya apa-apa itu ada. Oleh karena itu, wajarlah untuk menyimpulkan adanya sebab
petama, dan itu Tuhan.
Argument ketiga ialah argument kemungkinan dan keharusan. Kita menyaksikan di
dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini
bersifat mungkin. Bila sesuatu tidak mungkin ada, maka ia tidak akan ada. Maka tidak akan
mungkin muncul sesuatu yan lain. Jadi ada pertama itu harus ada karena adanya alam dan
isinya ini. Akan tetapi, ada pertama itu, ada yang harus ada itu, dari mana ? terjadi lagi
rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.
Argument keempat memperhatikan tingkatan yang terdapat pada alam ini. Isi alam
ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya dalam hal kebaikan,
keindahan, kebenaran. Yang maha sempurna, yang maha benar adalah sebab bagi sempurna
dan benar pada tingkatan di bawah-Nya. Tuhan karena itu, adalah tingkatan tertinggi.
Argument kelima berdasarkan keteraturan alam. Kita saksikan isi alam dari jenis yang
tidak berakal begerak atau bertindak menuju tujuan tertentu, dan pada umumnya berhasil
mencapai tujuan itu sedangkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu.
yang mengarahkan alam semesta dan isinya ini harus ada, harus berakal dan berpengetahuan,
itulah Tuhan.

3
AKAL DAN HATI PADA ZAMAN MODERN

Pada abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman(hati) benar-benar tidak
seimbang . pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah
mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia, padahal tadinya manusia itu sudah
membuktikan bahwa ai sanggup maju dengan sangat cepat. Abad ini juga telah dipenuhi
lembaran hitam berupa permusnahan orang-orang yag berpikir kreatif, karena pemikirannya
berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja.

Untunglah pada abad-abad ini dibagian dunia lain, yaitu dunia Islam, filsafat
berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh islam, lebih dari itu manusia
untuk berpikir, untuk maju, tidak puas dengan apa yang telah ada.

Banyak orang yang jengkel melihat dominasi Gereja. Mereka ingin segera mengakhiri
dominasi itu. Akan tetapi, mereka khawatir mengalami hal yang sama dengan kawan-
kawannya yang telah dikirim ke akhirat. Sekalipun demikian,ada juga pemberani, yang
sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene Descartes. Dan Gereja ini sudah
muncul sebelum Descartes.

Argumen-argumen yang diajukan oleh Descartes jelas bertujuan untuk melepaskan


filsafat dari kekangan Gereja. Setelah Descartes berhasil,dan ternyata ai tidak diapa-apakan,
maka laksana bendungan jebol, beemunculanlah banyak filosof. Akal yang telah lama
dikekang selama kira-kira 1500 tahun itu sekarang berpesta pora merayakan kebebasannya.
Akal menang lagi. Akan tetapi, sialnya, sofisme yunai terulang kembali. Ini disebut sofisme
modern. Karena ciri pokok sofisme lama ada pada sofisme modern ini. Ciri itu ialah:
Kebenaran itu Relatif.

4
Biasanya penulis filsafat tidak menggunakan istilah sofisme untuk menunjukkan suasana
pemikiran filsafat modern; mereka biasanya mengunakan istilah skeptisisme. Disini istilah
sofisme moder digunakan karena dua alasan. Pertama, karena sesungguhnya tidak ada
perbedaan yang esensial antara sofisme dan skeptisime, sekurang-kurangnya dalam akibat
pemikiran itu. Kedua, agar lebih mudah mengikuti alur system yang dikemukankan dalam
tulisan ini. Berikut beberapa situasi pemikiran pada zaman modern.

A. RENAISSANCE
Ini Istilah bahasa Prancis. Dalam bahasa latin, re+nasciberarti lahir kembali.
Dan dari berbagai perdebatan tentang renaissance, yang dapat diambil ialah bahwa
renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak diujung atau
sesudah abad kegelapan sampai muncul abad Modern. Perkembangan ini terutama
dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan itu terjadi
juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissancetelah menyebabkan manusia
mengenal kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dar sini munculah
penelitian-penelitian empiris yang sangat giat.
Zaman ini juga sering disebut zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah
manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia
dianggap kurang dihargai sebagai manusia.kebenaran diukur berdasarkan kebenaran
ukuran Gereja(Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia.
Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai
kemampuan berpikir, maka humanism menganggap maniusia mampu mengatur
dirinya dan mengatur dunia.
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Cir-ciri
filsafat renaissance ada pada filsafat modern. Pada filsafatnya kita menemukan ciri-
ciri nya sebagai berikut: menghidupkan kembali rasionalisme yunani(renaissance),
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama(tidak mau diatur oleh
agama),empirisme, dan rasionalisme.

5
B. RASIONALISME

Pada bagian ini dibicarakan pemikiran pokok Descartes, Spinoza, Leibniz.


Mereka adalah tokoh berasa dalam Filsafat Rasionalisme. Sebelum itu, pengertian
Rasionalisme perlu diuraikan terlebih dahulu.

Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat
tepenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika
empirisisme mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasional mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara
berpikir. Alat dalam berpikir ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah akal.

Rasionalisme ada dua macam; dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.
Dan dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, dan
rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan.

a. Descartes (1596-1650)
Buku yang terpenting didalam filsafat murni ialah Discours De La
Methode(1637) dan Meditations(1642). Kedua buku ini saling melengkapi
satu sama lain. Di dalam kedua bukunya ini ai menuangkan metodenya
yang terkenal itu, metode Keraguan Descartes..
Menurut Descartes fondasi itu ialah aku yang bepikir. Pemikiranku
itulah yang pantas dijadkan dasar filsafat karena aku yang berpikir itulah
yang benar-benar ada, tidak diragukan lagi, bukan kamu atau
pikiranmu.Disini kelihatanlah sifat subjektif, individualisme, humanis,
dalam filsafat Descartes ini.
Descartes memulai filsafat dari metode. Metode keraguan itu bukanlah
tujuannya. Tujuan metode ini bukanlah mempertahankan keraguan.
Sebaliknya, metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.

6
b. Spinoza (1632-1677)
Secara selintas permasalahan metafisika modern tetap sama dengan
masalah metafisika pada masa pra-socrates, yaitu; berapa jumlah substansi
yang ada? Apa itu? Apa beda yang satu dengan yang lain? Bagaimana
setiap substansi (atau sesuatu) itu berinteraksi? Bagaimana substansi itu
muncul? Apakah alam semesta mempunyai permulaan?
Spinoza berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka
adanya itu haruslah abadi(definisi VIII).sama halnya dengan tatkalah ai
berbicara dalam astronomi, definisi selalu diikuti aksioma. Aksioma
adalah suatu kebenaran yang tidak memerlukan pembelaan.
Akan tetapi, menurut nya alam semesta adalah juga tuhan. Disini kita
bingung rupanya Spinoza itu kafir. Dengan proposisinya (prop.X) Spinoza
telah membuktikan bahwa tuhan , substansi, dan penyebab dalam dirinya,
ketiga-tiganya ini indentik. Dalam prop XIV ai menulis , “ selain tuhan ,
tidak ada substansi yang dapat dipahami. “ ini berarti bahwa tuhan dan
alam adalah satu dan sama. Posisi ini disebut pantaisme(secara harfiah
berarti semua adalah tuhan).
c. Leibniz (1646-1716)
Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi.
Substansi menurut Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk
suatu tujuan. Penuntunan prinsip filsafat Leibniz ialah “ prinsip akal yang
mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan “ sesuatu harus
mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan juga mempunyai alasan untuk setiap
yang diciptakan-Nya.
Leibniz adalah flularis; ada lebih dari satu substansi, yang tidak dapat
saling berinteraksi. Monad itu tidak mempunyai jendela; mereka tidak
memahami satu sama lain. Ia mengatakan, “ tidak ada yang dapat masuk
dan keluar.

7
” Dan Leibniz tidak mau mengambi penyelesaian lama bahwa monad-
monad itu berkombinasi dan berkombinasi lagi untuk membentuk susunan.
Jadi, bagaimana monad berubah? Mereka harus mempunyai sebuah
perubahan tatkalah mereka diciptakan Tuhan, dalam dirinya sendiri.
Jadi, perubahan monad ada secara internal, deprogram oleh Tuhan
tatkala menciptakan-Nya.

C. IDEALISME OBJEKTIF

Didalam filsafat , idealism adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa(mind) dan roh(spirit).
Istilah ini diambil dari “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

a. Fichte (1762-1814)
Idealism etis Fichte diringkaskan dalam pernyataan bahwa dunia actual
hanya dapat dipahami sebagai bahan tugas-tugas kita. Oleh karena itu,
filsafat bagi Fichte adalah filsafat hidup yang terletak pada pemilihan
antara moral idealisme dan moral materialisme. Substansi materialisme
menurut Fichte adalah naluri, kenikmatan tak betanggung jawab,
bergantung pada keadaan, sedangkan idealism adalah kehidupan yang
bergantung pada diri sendiri.
b. Schelling (1775-1854)
Dia adalah filosof Jerman yang meletakkan dasar-dasar pemikirannya
pada perkembangan idealisme Hegel. Schelling mula-mula berusaha
menggambarkan jalan yang dilalui intelek dalam proses mengetahui,
semacam epistemology. Schelling membahasa realitas lebih objektif dan
menyiapkan jalan bagi idealisme absolut Hegel.
Reese (1980:511) menyatakan bahwa filsafat schelling berekmbang
melalui lima tahapan. (1) Idealisme subjektif. Pada tahapan ini dia
mengikuti pemikiran Fichte. (2) Filsafat alam.

8
Pada tahap ini ia menerapkan prinsip atraksi dan repulse dalam
berbagai problem filsafat dan sains.alam dilihatnya sebagai vitalistis, sefl-
creativve, dan motivasi oleh suatu proses dialektis. (3) Idealisme
Transendental atau idealisme objektif. Filsafat alam dilengkapi oleh
sesuatu kesadaran yang absolut yang perkembangannya mmerupaka
wahyu absolut dalam sejarah. Filsafatnya tentang seni memperlihatkan
pendapatnya itu. Ia menyatakan bahwa seni merupakan kesatuan antara
subjek dan objek, roh dan alam. Tragedi dipandang sebagai tubrukan
antara keharusan dengan kebebasan, didamaikan oleh kesediaan menerima
hokum secara jantan. Hukuman itu memperlihatkan kesediaan kita
menerima realitas dan idealitas. (4) Filsafat Identitas. Yan absolut itu pada
tahap ini menjadi lebih penting kedudukannya, dipandang sebagai identitas
semua individu isi alam. (5) Filsafat positif. Pada tahapan terakhir ini
pemikirannya menekankan pada nilai mitologi dan mengakui perbedaaan
yang jelas antara Tuhan dan alam semesta.
Didalam filsafat mitosnya Schelling berpendapat bahwa mitos harus
dipahami dari alam. Mitos itu mempunyai hukumnya sendiri, keharusanya
sendiri, dan realitasnya sendiri.
c. Hegel (1770-1831)
Pusat filsafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Istilah ii agak sulit dipahami. Roh dalam
pandangan Hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kukuatan yang
objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit( dunia
Roh), yang menepatkan kedalam objek-objek khusus. Didalam kesadaran
diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia.
Bagian metafisikannya ini dimulai dari pembahasan tentang rasio.
Bertens (1979:68) menjelaskan bahwa hegel sangat mementingkan rasio.
Tentu saja karena ia seorang idealis. Yang dimaksud olehnya bukan saja
rasio pada manusia perorangan, tetapi terutama rasio pada subjek absolut
karena Hegel juga menerima prisnsip idealistic bahwa realitas seluruhnya
harus disetarafkan dengan suatu subjek. Dalil Hegel kemudian terkenal
bunyinya:

9
“ semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat
real “
Maksudnya, luas rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas
seluruhnya adalah proses pemikiran(idea, menurut istilah Hegel)yang
memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan erkataan Hegel yang lain, realitas
seluruhnya adalah Roh yang lambat-laun menjadi sadar akan dirinya.
Konsep filsafat Hegel seluruhnya Historis dan Relatif. Kunci filsafat
Hegel terletak ppada pandangannya terhadap sejarah. Sejarah, menurut
Hege, mengikuti jiwa dialektik. Untuk menjelaskan filsafatnya Hegel
menggunakan dialektika sebagai metodenya. Lebih luas dari itu, menurut
Hegel, dalam realitas ini berlangsung dialektika. Yang dimaksud oleh
Hegel dialektika ialah mendamaikan, mengkompromikan hal-hal yang
berlawanan (Bertens 1979:68).

D. IDEALISME THEIST
Pada zaman modern ternyata masih ada “turunan langsung” Anselmus dan
Agustinus (filosof abad pertengahan), yaitu pascal. Pemikirannya tentang Tuhan dan
Manusia hampir merupakan fotokofi pemikiran Anselmus dan Agustinus. Kant juga
mengakui tuhan dalam filsafatnya. Tapi, tuhan yang ai temukan dengan cara yang
berbeda dari pascal.
a. Pascal (1623-1662)
Cara memperoleh pengetahuan. Ada dua cara memperoleh
pengetahuan menurut Pascal, pertama dengan menggunakan akal dan
kedua dengan menggunakan hati (heart). Ia mengatakan we know truth not
only by reason but more so by the heart (Edwards, Encyclopedia of
Philosophy, V:53). Akal dengan segala perangkat yang dimilikinya dapat
mengetahui aspek-aspek tertentu, tatkala akal tidak mampu menjangkau
sesuatu maka hati dapat menyikapi hal itu.
Menurut Pascal, karena ketidakmampuan filsafat dan alat-alat lain
untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia,
kata Pascal, ialah melaui Agama.

10
Adapun kesimpulan filsafat Pascal antara lain ialah sebagai berikut: (1)
pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, yaitu akal (reason) dan hati
(heart). (2) hati memiliki logika tersendiri. (3) unsur terpenting dalam
manusia dalah kontradiksi; satu-satunya jalan memahami manusia ialah
melalui jalan agama; pengetahuan-pengetahuan rasio tidak mampu
menyikap manusia, pengetahuan rasional itu hanya mampu menangkap
objek-objek yang bebas dari kontradiksi. (4) Tuhan juga tidak dapat
dipahami melalui argument metafisika, Tuhan hanya dapat dipahami
melalui Hati.
b. Immanuel Kant (1724-1804)
Kant berhasil menghentikan sofisme modern untuk mendudukkan
kembali akal dan iman pada kedudukannya masing-masing. Situasi yang
dihadapi oleh Kant, sekalipun sama dengan situasi yang dihapai oleh
Socrates pada esensinya, benar-benar sudah mencapai titik kritis. Kritis
artinya menentukan, menentukan eksistensi manusia dan kemanusiaan.
Karena itu argument yang diajukan Kant lebih rumit dari pada Socrates
kira-kira 2000 tahun sebelumnya. Argument-argumen itu dimuatnya di
dalam bukunya, Critique of Fure Reason dan Critique of Practical Reason.
Masih ada Critique satu lagi, tapi sepertinya tidak sehebat buku-buku
sebelumnya.
 The Critique of Fure Reason ( Pembahasan tentang Akal
Murni)
Buku ini disebut filsafat pertama. Buku ini berisi argument
yang sangat panjang untuk membuktikan bahwa sains dapat
dipercaya apabila ia telah memenuhi syarat.
Buku ini hendak membela sains!, tentu saja karena
persoalan waktu itu ialah orang-orang meragukan sains, orang
mempertanyakan, apakah sains dapat dipercaya, dapat
dipegang. Kesimpulan Kant dalam buku ini : teori sains dapat
dipegang bila teori itu mempunyai dasar a Priori.

11
Kata Critique sering menimbulkan salah paham. Pure
reason pun menimbulkan perdebatan. Critiquen tidak persis
sama dengan kritik (criticism).
Critique yang dimaksud oleh Kant disini adalah
pembahasan kritis. Sebenarnya kant tidak menentang adanya
akal murni(pure reason). Dalam pembahasannya ia hanya
menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Yang
dimaksudnnya dengan akal murni ialah akal yang bekerja
secara logis, katakannlah akal yang dikepala. Ia dalam
pembahasannya meletakkan akal murni itu diatas akal tidak
murni; akal tidak murni itu ialah indera. Pure reason itu
menghasilkan pengetahuan yang tidak melaui indera, bebas dari
penginderaan.
Akan tetapi, apa arti penting buku Critique pertama? Buku
800 halaman itu hendak menyelamatkan Sains dan
Agama.mula-mula sains itu dibuktikan absolut bila dasarnya a
Priori; ia berhasil disini. Kemudian ia membatasi keabsolutan
sains tersebut dengan mengatakan bahwa sains itu naïf. Sains
hanya mengetahui penampakan objek. Bila sains maju
selangkah lagi, ia akan terjerumus kedalam antinomy. Jadi,
sains dapat dipegang, tetapi sebatas penampakan objek.
Dengan demikian sains telah diselamatkan. Bagian kedua ialah
menyelamatkan agama. Argumennya ialah bahwa sains dan
akal tidak mampu menembus noumena, tidak mampu juga(apa
lagi) menembus objek-objek keyakinan. Objek-objek ini, yaitu
objek keyakinan, termasuk noumena yang lain, hanya diketahui
dengan akal praktis. Jadi agama telah diselamatkan.

12
 The Critique of Practical Reason ( pembahasan tentang akal
praktis)
Kehidupan memerlukan kebenaran. Kebenaran tidak
dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal. Indera dan
akal itu terbatas kemampuannya. Ada kebenaran yang
diperlukan, dan hanya mungkin diperoleh dengan hati dan
iman.
Kant menjelaskan bahwa sains itu terbatas. Bila ia
memasuki daerah noumena, Ia akan tersesat dalam antimony.
Filsafat pun terbatas. Bila ia masuk dalam noumena, maka ia
akan tersesat dalam paragolisme. Daerah noumena itu hanya
mungkin dimasuki oleh akal praktis.
Kant bertanya: bila sains dan akal tidak dapat
diandalkan dalam mempelajari agama, maka apa sebenarnya?
(Durant, 1959:279). Kata Kant : moral. Nah, tentang moral
inilah pada dasarnya isi buku critique kedua ini.
Apa moral itu? Moral adalah kata hati, kata hati,
perasaan, suatu prinsip yang a priori, absolut (lihat
Durant,1959:279). Ia merupakan suatu realitas yang sangat
mengherankan dalam diri manusia, perassan yang tidak dapat
dielakkan, menentukan ini benar atau salah.
Akan tetapi, rekonstruksi filsafat Kant ini tidaklah mesti
dianggap serius. Suatu kegairahan yang terdapat didalam
Religion WithinThe Limits Of Pure Reason membangkitkan
rasa ingin tahu. Dan usaha untuk mengganti basis agama dari
teologi (rasional) kemoral, dari kenyataan ketindakan, hanya
dapat datang dari suatu kedalaman jiwa keagamaan.

13
Berdasarkan kedua buku itu kita dapat mengatakan
bahwa buku Critique dikatakan oleh orang-orang dogmatis
sebagai suatu usaha seorang skeptic yang yakin pada kepastiaan
sains, yang tak lain ingin menegakkan dogmatism baru
dibawah reruntuhan dogmatism yang lama dengan cara
mengganti dasar sejarah agama, ingin menegakkan natularislme
tanpa polemikoleh seorang idealisme yang menerapkan prinsip-
prinsip materialisme.
E. EMPIRISISME
Empirisisme adalah suatu doktrin flsafat yang menekankan peran pengalaman
dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan
peranan akal. Isitilah ini diambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba
atau pengalaman.
a. John Locke (1632-1704)
Filsafat locke dapat dikatakan antimetafisika. Ia menerima keraguan
sementara yang diajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang
digunakan Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan
menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; jadi, induksi.
Bahkan ia juga menolak akal. Ia hanya menerima pemikiran
matematisyang pasti dan penarikan dengan metode induksi.
Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding(1689), ditulis
berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan dating dari pengalaman
(Solomon:108).Dan premis inilah yang dipertahankan dan digunakan oleh
Locke.
Pengetahuan kita itu kita peroleh lewat intuisi. Eksistensi tuhan,
akallah yang memberitahukannya kepada kita. Akan tetapi, ia mengatakan
juga, sebagai seorang empiris, bahwa pengetahuan kita hanyalah yang
lewat dari penginderaan. Sekalipun tanpak kebimbangan antara
reason(intuisi) dan sensasi, pada kahirnya ia mengatakan bahwa kita
mengetahui sesuatu dengan cara memehaminya sesuai dengan yang
dikirim oleh penginderaan kita.

14
b. David Hume (1711-1776)
Hume mengajuka tiga argument untuk menganalisi sesuatu, Pertama,
ada idea tentang sebab-akibat (kausalitas); suatu kejadian disebabkan oleh
kejadiian lainnya.
Kedua, karena kita mempercayai kuasalitas dan penerapannya secara
universal, kita dapat memperkirakaan masa lalu dan masa depan. Yaitu
dengan observasi masa lalu dan masa depan. Ketiga, dunia luar memang
ada , yaitu dunia yang bebas dari pengalaman kita.
Dan sebenarnya Hume mengambil kuasalitas sebagai pusat utama
seluruh pemikirannya. Kesimpulan Hume adalah bahwa kita mengetahui
tentang sebab-akibat bukan melalui akal, melainkan melalui pengalaman.
c. Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafat Spencer ini berpusat pada teori Evolusi. Empirisisme terlihat
jelas dalam filsafatnya tentang the Great Unknowable. Menurut spancer,
kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejala saja.
Memamng benar dibelakang gejala-gejala itu ada suatu dasar yang absolut,
tetapi yang absolut itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip pengenalan itu
kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala.

F. PRAGMATISME
Kata pragtisme sering kali diucapkan orang. Orang-orang menyebutkan kata
itu biasanya dengan pengertian praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari
pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tapi beleum menggambarkan pragmatisme
secara keseluruhan. Kata pragmatism diambil dari kata pragma yang berarti tindakan,
perbuatan.

15
a. William James (1842-1910)
Wiliam James mengatakan bahwa secara ringkas pragmatism adalah
realitas sebagaimana yang kita ketahui. Pragmatisme pada James pada
dasarnya merupakkan filsafat untuk bertindak. Pragmatisme James bersifat
voluntaristis, penekanannya pada pentingnya factor usaha dan
kesukarelaan dalam keputusan dan memperjelas sesuatu.

G. EKSISTENSIALISME
Secara umum dapat dikatakan bahwa keaddan dunia pada saat itu tidak
menentu. Rasa takut berkecamuk, terutama terhdapat ancaman perang. Tingkah laku
manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh rahasia,
penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut
konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura. Kebencian merajalela. Nilai sedang
mengalami krisis, bahkan amnesia sendiri sedang mengalami krisis.
Sementara itu agama di eropa barat dan ditempat lain dianggap tidak dapat
mampu memberikan makna pada kehidupan. Dibeberapa tempat orang-orang
beragama sendiri justru terlibat dalam krisis itu, bhakan lebih dari ikut, mereka ikut
memperhebat krisis. Manusia menjadi orang yang gelisa, merasa eksistensinya
terancam oleh ulannya sendiri. Pokoknya, manusia benar-benar mengalami krisis.
Dalam keadaan seperti itu, filosof melihat pada dirinya. Ia mengharap ada pegangan
yang dapat menyelamatkan, keluar dari krisis itu. Maka dari proses itu tampilah
eksistensialisme yang menjadikan manusia sebagai subjek dan sekaligus objek.
a. Soren Kierkegaard (1813-1855)
Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi
materialisme ialah berasal dari pemikir Denmark yang bersama Soren
Kierkegaard. Menurut Kierkagaard, filsafat tidak merupakan suatu system,
tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Karena ia menentang
filsafat yang bercorak sistematis, dapat dimengerti mengapa ia
menulisvkarnya dengan menggunakan nama samara.

16
Dengan cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan bahwa
bukunya merupakan gambaran tentang fase-fase perkembangan
pemikirannya.
b. Jean Paul Sartre (1905-1980)
Bagi Sartre, eksistensi mendahului esensinya. Yang dimaksudnya
disini adalah filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di dunia
ini, terutama cara berada manusia. Dengan perkataan ini, Filsafat ini
menepatkan cara wujud-wujud manusia sebagai sentral utama
pembahasanya. Cara itu khusus ada pada manusia karena hanya
manusialah yang bereksistensi.
Sartre adalah filosof atheis. Itu dinyatakannya secara terang-terangan.
Konsenkuensi pandangan ini ialah tuhan tidak ada, atau sekurang-
kurannya manusia bukanlah ciptaan tuhan.

IKHTISAR

Setelah abda pertengahan jebol oleh Descartes, filsafat itu lepas dari cengkraman
agama (iman Kristen), maka laksana air bah, akal menyapuh dan melabrak apa saja yang
menghambatnya. Akal menang. Rasio bersora-sorai kegirangan. Semenjak Resaissance
dihidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka rasionalisme yunani itu menjadi satu-
satunya cara berfilsafat pada zaman modern, kecuali nanti pada Kant.

Pada filsafat modern ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak
keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme yunani, sedikit
pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah
rasionalisme, idealisme, empirisme, dan paham-paham yang merupakan perpecahan dari
aliran itu.

Paham rasinoalisme mengajarkan bahwa akal (reason) itulah alat terpenting dalam
memperoleh dan menguji pengetahuan.jelas ini merupakakn reaksi keras terhadap dominasi
iman pada abad pertengahan.

17
Penghargaan Descartes pada akal terlihat jelas dalam metode-nya. “badanku boleh
saja diragukkan adanya, tetapi aku yang berpikir tidak dapat diragukan.”

Rasionalisme Spinoza bergerak dari definisi kepada aksioma dan proposi. Ujungnya
antara lain alam semesta adalah tuhan. Ia berkesimpulan bahwa tuhan itu tidak
memperhatikan sesuatu, tidak juga manusia. katanya hanya itu yang dapat diketahui oleh akal
tentang tuhan. Leibniz adalah filosof monad-monad, sesuatu analisis yang rumit tentang
metafisika, dan amat spekulatif. Akhirnya ia berpendapat bahwa ruang dan waktu absolut
(Newton) harus ditolak.

Pemikiran rasionalisme itu pula ditingkahi oleh idealisme. Paham idealisme


mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Idea plato merupakan jalan yang paling
mungkin untuk mempelajari paham idealisme zaman modern. Fichte mengatakanbahwa
dibelakang kita yang adalah ia Absolut Mind. Pada Schelling, realitas itu identic dengan
gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialek. inmenyiapkan jalan bagi dialek Hegel.
Hegel berarti puncak idealisme jerman. Idealismenya terlihat pada pusat filsafatnya, yaitu
Geist(roh,jiwa). Roh itu real, kongkreat, objektif; demikian kata Hegel.

Anatara rasionalisme dan idealisme tidak ada pertengkaran. Akan tetapi, bila
berhadapan dengan empirisisme, persoalannya menjadi lain. Tokoh-tokoh empirisisme
menolak pemikiran rasionalisme dan idealisme. Rumusan pokok filsafat empirisisme ialah :
tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Empirisisme hume
meningkat menjadi skeptisme tingkat tinggi. Sains tidak dapat dipegang secara meyakinkan.

Ketiga aliran filsafaft ini sudah cukup menjadikan filsafat modern membingungkan
orang modern. Rasionalisme dan idealisme mangatakan roh yang hakikat; empirisisme
mengatakan benda-benda yang hakikat, dan roh tidak ada. Akibatnya pada sains dan agama
sudah jelas : sainis dicurigai (terutama pada Hume) dan agama diragukan.

Kant menyelesaikan masalah itu ini pada dasarnya sama dengan cara Socrates tempo
hari. Ia menyatakan bahwa akal ada dearahnya da hati(iman) ada daerahnya. Bila akal
memasuki daerah hati, maka ia kan hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama
dapat dipegang, sama-sama diperlukan. Skeptis terhadap sains amat berbahaya ; keraguan
terhadap agama sama juga membahayakannya. Pemikiran berjalan terus.

18
Pragmatisme Peirce ditangan james merelatifkan agama dan sains, eksistensialisme
kiekegaard ditangan Sartremenjadi atheism. Sementara itu, penganut Kant tetap besar juga
jumlahnya. Mestinya semenjak Kant berhasil membela agama dan sain, persoalan selesai.
Akan tetapi, menurut akal (filosof), analisis Kant tidak kuat. Pada zaman modern ini ternyata
semuannya ada : atheism, Idealisme, rasionalisme, materialisme, agama masing-masing ada
penganutnya.

AKAL DAN HATI DI JALUR TIMUR

Di jalur barat, yaitu jalur Kristen (pada umumnya), sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Di jalur timur, yaitu dunia Islam, keadaannya hampir sama dengan keadaan yang di barat.
Dalam artian ada perbedaan diantara keduanya, paling tidak berdasarkan dua unsur, yaitu
waktu dan sifat dominasinya. Di Timur, akal dan hati sama-sama di hargai. Keduanya
berjalan beriringan sehingga orang islam yang berfilsafat tidak sampai meninggalkan
agama,lalu mengambil materialisme dan ateisme. Di timur, akal berjalan bersama-sama
dengan hati sejak kedatangan Islam, terutama sejak tahun 80-an sampai tahun 1200-an. Ini
tahun-tahun hidupnya filosof-filosof besar islam jalur rasional, seperti Al-Kindi, Al-Razi
(863-925), Al-Farobi (870-950), Ibn Sina (980-1037), Al-Ghazali (1059-1111), dan Ibn
Rusyd (1126-1198). Bersamaan dengan perkembangan ini pemikiran jalur bawah, yaitu jalur
hati (rasa), juga berkembang. Inilah jalur mistisme atau tashawwuf dalam Islam. Tokoh-
tokohnya yang besar antara lain ialah Rabiatul Adawiyyah (713-801), Zunnun Al-Mishri (
wafat tahun 860), Abu Yazid Al-Bisthami (wafat tahun 874), Husain ibn Manshur Al-Hallaj
(858-922), dan Muhyiddin ibn ‘Arabi (1165-1240). Jadi, perkembangan filsafat rasional dan
tashawwuf terjaddi bersama-sama dalam Islam. Bersama-sama bukan berarti selalu
sependapat.

Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa ada sepuluh pendapat filosof yang dianggap
menyimpang dari Islam, yaitu : (1) Tuhan tidak mempunyai sifat, (2) Tuhan mempunyai
substansi sederhana dan tidak mempunyai hakikat (mahiyah), (3) Tuhan tidak mengetahui
partikular (juz’iyyat), (4) Tuhan tidak dapat diberi sifat genus dan diferentia, (5) planet
adalah bintang yang bergerak dengan kemauan, (6)Jiwa planet mengetahui juz’iyyat, (7)
hukum alam tidak dapat berubah, (8) pembangkitan jasmani tidak ada, (9) alam ini qadim,
dan (10) alam ini kekal. Pemikiran rasional itu bisa menimbulkan akibat negatif bagi Islam
dan umat Islam, dan dapat pula membawa kepada kekufuran. Tetapi ada juga pemikiran
rasional yang dapat menunjang kemajuan budaya dalam Islam. Perkembangan itu terjadi pada
abad ke-8 sampai abad ke-13. Yaitu pada masa pemerintahan khalifah Al-Manshur, Harun
Ar-Rasyid, kemudian Al-Makmun. Pada masa ini penerjemahan karya Yunani kedalam
bahasa Arab dilakukan dengan pesat hingga berdiriinya Baitul Hikmah yang merupakan
pusat penerjemahan, juga menjadi pusat perkembangan filsafat dan Sains.

19
Gerakan penerjemahan ini berlangsung selama tahun 750-900. Hasilnya ialah
berkembangnya ilmu hitung, ilmu ukur, aljabar, ilmu falak, kedokteran, kimia, ilmu alam,
geografi, sejarah, dan bahasa sastra Arab disamping filsafat itu sendiri.terkenallah nama-
nama besar seperti Al-Biruni (973-1048), Umar Al-Khayyam (1048-1123), Ibn Musa Al-
Khawarizmi (780-850), Zakaria Al-Razi (865-925), dan Ibn Sina (980-1037). Buku-buku
inilah kelak mempengaruhi barat menuju modernisasinya. Uraian selintas di atas
memperlihatkan bahwa penghargaan Al-Quran terhadap akal menimbulkan kemajuan yang
amat penting. Itu merupakan dampak positif. Di sisi lain juga terdapat dampak negatif juga,
antara lain Al-Quran cenderung dirasionalkan, padahal banyak ayat-ayat Al-Quran yang tidak
dapat ditafsirkan secara rasional. Akibat yang lain ialah rasa beragama yang dangkal,
kesunggahan dalam beragama berkurang, akibatnya agama tidak berpengaruh kuat pada
pengendalian diri. Rasa melihat atau dilihat Tuhan kurang terhayati.

Jadi dalam kemajuan dan pengembangan filsafat dan sains, orang Islam memiliki jasa
sekurang-kurangya ada tiga: (1) mnerjemahkan, (2) membuat komentar sehingga karya
Yunani itu lebih mudah dipahami, dan (3) menambahkan beberapa hal baru, termasuk
koreksi–koreksi. Imam Al-Ghazali adalah tokoh yang menggabungkan kedua-duanya secara
nyata. Ia ingin akal dan hati, filsafat dan Agama, bekerja sama secara harmonis, difungsikan
secara sama besar, digunakan secara simultan. Usaha sintesis ini memang belum selesai. Ada
tokoh lain yanhg melanjutkan usaha itu. Usaha imam Al-Ghazali itu membuktikan bahwa
dominasi akal yang tidak seimbang dengan dominasi hati akan merugikan Islam dan Umat
Islam. Demikian juga dominasi hati yang tidak seimbang dengan dominasi akal.
Keseimbanganakal dan hati, pikir dan zikir, dapat dilakukan dalam Islam. Penyeimbangan
seperti itu tampaknya tidak dapat dilakukan di dunia barat kristen. Bukti jelas ialah perlunya
sekularisme di barat. Ini membuktikan tak mungkinnya kesimbangan dominasi itu dilakukan

AKAL DAN HATI PADA PASCAMODERN

Pada tahun 1990-an filsafat yang umum digunakan ada tiga yaitu Filsafat Yunani Kuno
(Ancient Philoshophy), Filsafat Abad Tengah (Middle Ages Philoshophy), dan Filsafat
Modern (Modern Philoshophy). Filsafat pada masa Yunani Kuno didominasi oleh
rasionalisme, Abad Tengah didominasi oleh agama Kristen, dan filsafat Modern didominasi
oleh rasionalisme. Ketika itu memang sudah muncul filsafat jenis baru yang juga disebut
filsafat kontemporer (contemporary Philoshophy). Periode ini disebut juga dengan filsafat
pascamodern, karena dari segi masa ia memang terletak sesudah masa filsafat modern.

Kritik filsafat pascamodern terhadap filsafat modern terungkap dalam istilh dekonstruksi
seperti yang digunakan oleh para tokoh filsafat pascamodern. Tokoh besar filsafat
pascamodern cukup banyak, yaitu seluruh tokoh filsafat dekonstruksi seperti Arkoun,
Derrida, Focault, Wittgenstein. Ahmad Tafsir berpendapat bahwa Nietzsche adalah tokoh
pertama yang sudah menyatakan ketidakpuasannya terhadap dominasi rasio pada tahun 1880-
an.

20
Nietzssche telah menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di pinggir jurang kehancuran
karena terlalu mendewakan rasio dan tahun 1990-an Capra menyatakan bahwa budaya Barat
telah hancur juga karena terlalu mendewakan rasio.

Mengapa filsafat rasionalisme harus didekostruksi? Karena ia merupakan filsafat yang keliru
dan juga keliru cara penggunaannya. Gara-gara hal tersebutlah budaya Barat hancur. Suatu
warisan kultural renaisans yang mencerminkan kelemahan manusia modern adalah sikap
mendewakan rasio manusia secara berlebihan. Pendewaan ini mengakibatkan adanya
kecendrungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam
memandang kenyataan kehidupan. Manusia modern yang mewarisi sikap positivistik ini
cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan substansi rohani manusia.
Mereka juga menolak adanya hari akhirat. Manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi
dalam hidup, sebagai konsekuensinya lahir trauma kejiawaan dan ketidakstabilan hidup.

Soejatmoko (1984:202) mengatakan bahwa ilmu dan teknologi sekarang ini berhadaapan
dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh selanjutnya; pertanyaan itu
sebenarnya berkisar pada masalah ketidakmampuan manusia mengendalikan ilmu dan
teknologinya itu, jalannya ilmu dan teknologi tidak dapat lagi dikendalikan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai dirinya sendiri, mengenai tujuannya dan mengenai cara-
cara pengembangannya, tidak akan dapat dijawab oleh ilmu dan teknologi tanpa menoleh
kepada patokan-patokan mengenai moralitas, makna dan tujuan hidup manusia ternyata
berakar pada agama, kata Soedjatmoko.

Herman Suwardi, guru besar Filsafat Ilmu di pascasarjana Universitas Padjajaran


Bandungdengan geram mengecam paradigma filsafat ilmu yang digunakan di Barat. Filsafat
Ilmu di Barat hanya mengandalkan satu paradigma, yaitu paradigma sains yang merupakan
warisan dari Descartes dan Newton. Paradigma ini tidak mampu melihat alam semesta secara
keseluruhan. Karena itu mengusulkan paradigma baru yaitu paradigma ilmu yang bersumber
pada Tuhan.

Apa saja isi filsafat zaman pascamodern itu? Isinya banyak. Tetapi ada yang paling penting:
filsafat pascamodern tidak puas terhadap rasionalisme, karena itu rasionalisme harus
didekonstruksi, dan harus direkonstruksi filsafat baru. Hasil rekonstruksi yang baru apa?
Ahmad Tafsir mengira belum ada yang sungguh-sungguh penting dan mendasar. Para filosof
dekonstruksi (yaitu para filosof pascamodern) baru hampir selesai membicarakan cara
merekonstruksi filsafat baru. Mereka masih menyelesaikan metodologinya.

21
Daftar Isi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…. i

BAB I PEMBAHASAN …………………………………………………….……1


AKAL DAN HATI ABAD PERTENGAHAN………………………………….1
 A.PLOTINUS …………………………………………………………..….1
 B.AUGUSTINUS …………………………………………………….……2
 C.ANSELMUS………………………………………………………..……2
 D.THOMAS AQUINAS………………………………..………………….3
AKAL DAN HATI PADA ZAMAN MODERN………………………………..4
 A.RENAISSANCE ……………………………………………………......5
 B.RASIONALISME ………………………………………………………6
 C.IDEALISME OBJEKTIF….………………………………………..…...8
 D.IDEALISME THEIST…………………………………………………..10
 E.EMPIRISISME…………………………………………………………..14
 F.PRAGMATISME………………………………………………………..15
 G.EKSISTENSIALISME………………………………………………….16
AKAL DAN HATI DI JALUR TIMUR………………………………………..19
AKAL DAN HATI PADA PASCAMODERN…………………………………20

Anda mungkin juga menyukai