Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sahat Dimas Pardosi

NIM/Kelas : 19.3456/2A

Mata Kuliah : Pengantar Filsafat Umum

Dosen : Pdt. Efran Mangatas Sianipar, MTh

SARI SEJARAH FILSAFAT BARAT 1

TANGGAPAN KHUSUS TERHADAP BAB II: FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

Judul buku : Sari Sejarah Filsafat Barat 1

Pengarang : Dr. Harun Hadiwijono

ISBN : 978-979-413-146-6

Tahun Terbit : 1980

Jumlah halaman : 36

Penerbit : PT. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta

Pengantar

Dalam buku Sari Sejarah Filsafat Barat 1, seorang teolog yang bernama Dr. Harun
Hadiwijono berusaha menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan filsafat. Dalam tulisannya
pada bab 2, Ia menjelaskan tentang permulaan filsafat diabad pertengahan.

Buku ini menjelaskan bahwa awal dari filsafat ini dimulai ketika Karel Agung (742-814)
memerintah. Saat ia memerintah, maka mulai ada ketenangan dibidang politik sehingga hidup
berbudaya mulai bangkit , ilmu pengetahuan dan kesenian serta filsafat juga mulai diperhatikan.

Penulis memaparkan berbagai perbedaan yang terjadi antara filsafat abad pertengahan
dengan arah pemikiran dunia kuno, dimana mereka masih meletakkan perhatian pada alam
sebagai asas pertama hingga perkembangan pemikiran yang menunjukkan bahwa pandangan
mereka telah berkembang untuk melakukan penyelidikan bukan hanya pada alam tetapi juga
manusia. Hal ini sangat menarik sipembaca untuk memahami hal-hal apa saja yang membuat
zaman-zaman tampak terlihat baru .

Penulis menerangkan bahwa filsafat ini disebut dengan filsafat skolastik yang dimana
filsafat ini mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-
sekolah dan terikat pada tuntutan pengajaran disekolah-sekolah tersebut.

Hal yang menarik dari buku ini adalah ketika penulis menjelaskan sifat dari filsafat
skolastik ini yaitu bahwa pengetahuan yang digali dari buku-buku diberi tekanan berat. Dengan
menjelaskan bahwa jagat raya memang dipelajari, tetapi bukan dengan menelitinya melainkan
menanyakan kepada pendapat para filsuf Yunani tentang jagat raya itu.

Garis Besar Isi Buku

1. Awal Skolastik ( 800-1200 )

Penulis memaparkan berbagai pemikiran para filsuf yang bernama Johanes Scotus
Eriugena (810-870), Anselmus Dari Canterbury (1033-1109) dan Petrus Abaelardus (1079-
1142).

Hal yang menarik dari pemikiran filsafati dari Johanes adalah bahwa segala
pemikirannya didasari oleh keyakinan kristiani, oleh karna itu segala penelitiannya dimulai dari
iman.

Johanes banyak menjelaskan berbagai hakekat alam menurut pandangannya dengan


pangkal pemikiran metafisisnya yaitu: makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu.
Dari beberapa pemikiran metafisisnya tersirat suatu etika yang demikian: Manusia harus
berusaha menuju kepada suatu kesatuan dengan Allah, yang hanya dapat dicapai dalam suatu
pengetahuan mistis yang mengatasi segala pemikiran akal dan inderawi.

Ada beberapa kekurangan dari hasil karya Johanes, oleh karna gejala-gejala mistik
didalamnya, ia dicurigai oleh para orang beriman yang ortodoks,sehingga ia berdiri ditengah-
tengah zaman yang sama sekali belum tenang.
Dari beberapa penjelasan mengenai perubahan yang terjadi di abad ke-11 penulis
mengungkapkan bahwa segala pengetahuan atau pengenalan yang benar, hanya diperoleh dengan
wahyu , yaitu pemberitahuan Allah yang secara langsung.

Setelah Johanes Scotus Eriugena, penulis memaparkan hal hal mengenai Anselmus Dari
Canterbury.

Penulis mengungkapkan bahwa adanya persamaan pangkal pikiran antara Anselmus


dengan Augustinus dan Johanes Scotus yaitu bahwa kebenaran-kebenaran yang diwahyukan
harus dipercaya terlebih dahulu, sebab akal tidak memiliki kekuatan pada dirinya sendiri, guna
menyelidiki kebenaran-kebenaran imani lebih lanjut.

Dalam buku ini banyak menjelaskan tentang iman sehingga pembaca ditarik untuk
melihat pandangan-pandangan Anselmus mengenai iman.

Kemudian dilanjutkan dengan Petrus Abaelardus, dalam pemikirannya dia menggunakan


metode rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal.

Penulis memaparkan perbedaan pandangan antara Abaelardus dan Anselmus, yang


mengemukakan bahwa berpikir harus dilaksanakan dengan iman sedangkan bagi Petrus berpikir
sering diberi tempat diluar iman dan kepercayaan.

Kekurangan dari filsuf ini adalah ketika ia menjadikan iman kehilangan tempatnya.
Abaelardus mensejajarkan moral kristiani dengan apa yang dapat dibangun oleh suatu moral
yang murni bersifat kodrati.

2. Zaman Kejayaan Skolastik ( 1200-1300 )

Dalam buku ini yaitu pada zaman kejayaan banyak pemikir-pemikir yang
mengungkapkan gagasan mereka mengenai filsafat dan teologia, dan dari beberapa pandangan
para pemikir tersebut disimpulkan bahwa keduanya harus dibedakan. Keduanya berdiri
berdampingan dam memiliki sasaran serta metodenya sendiri.
Hubungan antara filsafat dan teologia ditentukan oleh perbedaan antara pengetahuan
dengan akal dan pengetahuan iman itu sendiri. Baik filsafat maupun teologia keduanya dapat
mengadakan penelitian sesuai dengan kecakapan masing-masing .

beberapa tokoh yang terkenal karena pemikiran filososfisnya, yaitu:

1. Albertus agung (1206 – 1280)

ia mengantarkan ajaran Aristoteles ke Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka
keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap
setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme
dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos. Menurut albertus yang
pertama di ciptakan Allah adalah pertama (materi prima), yang berada secara murni potensial
yang menjadi asas segala individual, sama hal nya dengan aristoteles tidak dapat di terima bahwa
makhluk-makhluk yang murni rohaninya terdiri dari materi dan bentuknya. Hanya malaikat
yang membutuhkan semacam dasar bagi bentuk mereka.

2. Thomas Aquinas (1225-1274.

Aquinas berusaha untuk memebuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat
dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas
tertinggi tentang pemikirannya yang logis. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari
Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di
luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah
(pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan
iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat
beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan
Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan
dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.
3. Akhir Skolastik ( 1300-1450 )

Akhir dari skolastik, penulis memaparkan dua kelompok pemikir yaitu, Thomisme dan
Scotisme. Dalam akhir skolastik itu timbul aliran baru yang berbeda dengan system pemikiran
dalam masa kejayaan skolastik, yang disebut via moderna (jalan modern) yang menolak
pemikiran metafisis yang konstruktip.

Penulis mengungkapkan bahwa ajaran dari akhir skolastik ini adalah perhatiannya yang
lebih diarahkan kepada cara mengenal dan kepada segala yang ada yaitu pengenalan mengarah
kepada nominalisme.

Via moderna dimulai dengan William dari Ockham, yang bagi dia yang nyata hanyalah
hal-hal yang tunggal (individual) dalam kenyataan.

Kemudian Nicolaus Cusanus yang menurutnya ada 3 cara untuk mengenal, yaitu dengan
indera, akal, dan secara intuitip

Penutup

Banyak hal yang dapat ditemukan dalam buku ini, sehingga menjadi pegangan dalam
mengoreksi setiap pemikiran. Perkembangan terhadap pemikiran akan terus berlanjut. Dengan
demikian, kita harus belajar untuk dapat berpikir secara kritis dan mengaitkan antara logika
dengan iman Kristen kita dalam menilai sesuatu yang tentunya bisa mempengaruhi kita. Kkita
tidak lagi mudah terpengaruh dan menerima pemikiran yang belum bisa dibuktikan
kebenarannya begitu saja. Kita akan lebih mempunyai pegangan dan prinsip dalam menjalani
hidup.

buku ini memiliki beberapa kelebihan yaitu buku ini tidak hanya menginformasikan
sejarah filsafat namun memberikan kesan yang membuat setiap pemikiran para filsuf menarik
untuk dipahami, lalu tersusun secara sistematis. Sehingga setiap gagasan yang disampaikan
membawa kita seperti menjelajahi sebuah kisah dan perjalanan para filsuf sendiri. Buku ini
benar-benar membuat kita tertarik untuk memahami
dengan apa yang dimaksud filsafat. Dengan demikian filsafat bukan hanya sekedar untuk
dipelajari tetapi juga adalah bagian dari kehidupan kita.

Mengenai kelemahan buku ini , yaitu mungkin dari segi pemaparan kalimat penegasan
masih mengalami beberapa perulangan sehingga terkesan membuang banyak kata yang
seharusnya bisa disampaikan secara ringkas.

Anda mungkin juga menyukai