NIM : 190510032
Kelas : 1 (B)
Semester ke- : 1 (satu)
Mata Kuliah : Sejarah Filsafat
Dosen : Leo Agung Srie Gunawan, Lic.Phil.
Anselmus Canterbury
1. Pemikirannya
Anselmus dari Canterbury1 adalah seorang Uskup dari Canterbury Inggris. Namanya
tercatat dalam sejarah sebagai pemikir yang paling berarti pada abad ke-11. Titik pangkal atau
titik tolak pemikirannya selalu pada iman.2 Melalui indikasi ini, Anselmus juga bisa dikatakan
sebagai teolog sekaligus filsuf. Ia juga digelari sebagai “Bapa dari masa Skolastik” karena karya
tulisannya yang sangat penting.3
Baginya, pemahaman manusia bisa memahami Allah sebagai sesuatu yang terbesar, dan
mustahil manusia bisa memikirkan yang mengatasi Allah.
“God is by definition ‘that than which nothing greater can be thought’ (‘id quo
maius cogitari non potest’). He says: “Now we believe that you are something
than which nothing greater can be thought.”6
Namun, dengan memahami bahwa Allah adalah sesuatu yang terbesar dan pikiran
manusia tidak menjangkaunya, berarti eksistensi dari Allah diakui ada. Tetapi muncul
pertanyaan, bahwa jika itu ada, apakah itu riil atau hanya ada dalam pemikiran, sama seperti
ilusi?7 Mengenai pertanyaan ini, Anselmus menjawab :
[…]One thing for an object to exist in the mind, and quite another to understand
that the object exists in reality.”8
Muncul kritik terhadap argumen Anselmus tentang ada, yaitu dari Gaunilo, seorang rahib
Benediktin. Ia sangat tidak setuju dengan Anselmus tentang eksistensi Allah. Gaunilo
menyanggah bahwa kehadiran Yang Maha Tinggi dapat dipikirkan itu dalam akal. 9 Juga
menyangkal penyimpulan eksistensi real Allah di luar pikiran dari eksistensi Allah di dalam akal.
Selain itu, kritik juga muncul dari Thomas Aquinas dalam Summa Theologiae-nya, yang
berbunyi seperti ini:
Not everyone who hears the word ‘God’ understands it to signify ‘that
than which nothing greater can be thought’ in the way Anselm proposed. Even if
we grant that everyone understands that by the word ‘God’ is signified ‘that than
which nothing greater can be thought’, it does not follow that they understand that
what the word signifies exists actually, but only that it exists in the mind.10
Anselmus banyak menuai kritik dari para filsuf. Dua filsuf di atas merupakan beberapa
contoh saja, masih ada banyak filsuf yang mengkritik argumen dari Anselmus Canterbury.
1
Anselmus dari Canterbury (1033-1109), dikenal juga dengan sebutan Anselmus dari Aosta dan Anselmus
dari Bec, Ia adalah Rahib Benediktine yang kemudian menjadi Uskup Agung Canterbury dari tahun 1093-1109. Ia
adalah putra dari pasangan Gondolfo (Politikus) dan ibunya Ermenberga. Ia dikanosisasi oleh Paus Clement XI
sekaligus dinobatkan sebagai doktor Gereja pada 1720.
2
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 123.
3
Peter King, Encyclopedia of Philosophy, ditulis dalam bagian (St.) ANSELM of Canterbury, hlm. 1.
4
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan...., hlm. 124.
5
Peter King. Encyclopedia…., hlm. 4.
6
Jasper Hopkins & Herbert, Complete Philosophical and Theological Treatises of Anselm of Canterbury
(Minneapolis: The Arthur J. Banning Press, 2000), hlm. 93.
7
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan...., hlm. 125.
8
Jose Kuruvachira, St. Anselm’s Ontological Argument for the Existence of God in Proslogion (dalam
Anselmss_Ontological_Arugment. Pdf: 17 Desember 2019), hlm 3, sebagaimana dikutip dalam Anselm, Proslogion
chapter II, hlm. 100.
9
Fontedivita, Filsafat Modern Bukti Eksistensi Allah (dalam http://fontedivita-
fontedivita.blogspot.com/2012/05/filsafat-modern-bukti-eksistensi-allah.html: 17 Desember 2019).
10
Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Vol. 2 (Cambridge University Press, 2006).
BIBLIOGRAFI
Duignan, Brian. The 100 Most Influential Philosophers of All Time. New York: Britannica
Educational Publishing, 2010.
Hopkins, Jasper & Herbert. Complete Philosophical and Theological Treatises of Anselm of
Canterbury. Minneapolis: The Arthur J. Banning Press, 2000.
King, Peter. Encyclopedia of Philosophy. ditulis dalam bagian (St.) ANSELM of Canterbury.
Kuruvachira, Jose. St. Anselm’s Ontological Argument for the Existence of God in Proslogion.
dalam Anselmss_Ontological_Arugment. Pdf: 17 Desember 2019
“Nothing everyone are not have a weakness, but just some people make their weakness be a
wonderful thing.”
-Nico-