Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fransiskus Xaverius Niko Pratama

NIM : 190510032
Kelas : 1 (B)
Semester ke- : 1 (satu)
Mata Kuliah : Sejarah Filsafat
Dosen : Leo Agung Srie Gunawan, Lic.Phil.
Anselmus Canterbury

1. Pemikirannya

Anselmus dari Canterbury1 adalah seorang Uskup dari Canterbury Inggris. Namanya
tercatat dalam sejarah sebagai pemikir yang paling berarti pada abad ke-11. Titik pangkal atau
titik tolak pemikirannya selalu pada iman.2 Melalui indikasi ini, Anselmus juga bisa dikatakan
sebagai teolog sekaligus filsuf. Ia juga digelari sebagai “Bapa dari masa Skolastik” karena karya
tulisannya yang sangat penting.3

Anselmus dalam setiap pemikirannya sangat berkeyakinan bahwa iman membutuhkan


untuk menemukan pemahaman atau pengertian (fides querrens intellectum).4 Bagi Anselmus,
akal budi yang sejati dapat mencapai kebenaran-kebenaran iman, dan dengan memahami iman
secara rasional diharapkan bahwa seseorang bisa memahami apa yang ia imani. Pemikiran
penting dari Anselmus dari Canterbury, sebagaimana yang termuat dalam buku Prosologion,
adalah tentang eksistensi Allah.

Therefore, Lord, You who give understanding to faith, give me


understanding to the extent You know to be appropriate: that You are as we
believe, and You are that which we believe. And, indeed, we believe You to be
something than which nothing greater can be thought.5

Baginya, pemahaman manusia bisa memahami Allah sebagai sesuatu yang terbesar, dan
mustahil manusia bisa memikirkan yang mengatasi Allah.

“God is by definition ‘that than which nothing greater can be thought’ (‘id quo
maius cogitari non potest’). He says: “Now we believe that you are something
than which nothing greater can be thought.”6

Namun, dengan memahami bahwa Allah adalah sesuatu yang terbesar dan pikiran
manusia tidak menjangkaunya, berarti eksistensi dari Allah diakui ada. Tetapi muncul
pertanyaan, bahwa jika itu ada, apakah itu riil atau hanya ada dalam pemikiran, sama seperti
ilusi?7 Mengenai pertanyaan ini, Anselmus menjawab :
[…]One thing for an object to exist in the mind, and quite another to understand
that the object exists in reality.”8

2. Aneka Kritik dari Filsuf lain

Muncul kritik terhadap argumen Anselmus tentang ada, yaitu dari Gaunilo, seorang rahib
Benediktin. Ia sangat tidak setuju dengan Anselmus tentang eksistensi Allah. Gaunilo
menyanggah bahwa kehadiran Yang Maha Tinggi dapat dipikirkan itu dalam akal. 9 Juga
menyangkal penyimpulan eksistensi real Allah di luar pikiran dari eksistensi Allah di dalam akal.
Selain itu, kritik juga muncul dari Thomas Aquinas dalam Summa Theologiae-nya, yang
berbunyi seperti ini:

Not everyone who hears the word ‘God’ understands it to signify ‘that
than which nothing greater can be thought’ in the way Anselm proposed. Even if
we grant that everyone understands that by the word ‘God’ is signified ‘that than
which nothing greater can be thought’, it does not follow that they understand that
what the word signifies exists actually, but only that it exists in the mind.10
Anselmus banyak menuai kritik dari para filsuf. Dua filsuf di atas merupakan beberapa
contoh saja, masih ada banyak filsuf yang mengkritik argumen dari Anselmus Canterbury.

3. Relevansi dan Kritik


 Kritik
Menurut saya, jalan pikiran Anselmus semata-mata bukan untuk kepada yang
empiris, kalau ke arah yang empiris sekalipun rasanya argumennya cukup tepat
terkhusus tentang eksistensi Allah. Pemikiran Anselmus sangat reflektif dan
kontemplatif, karena jelas bahwa ia memutuskan untuk memberi istilah ‘allah’
dengan ‘Sesuatu yang lebih besar yang daripadanya tidak dapat dipikirkan’ dari
hasil pengalaman hidup yang direnungkannya. Bukankah itu suatu kerendah-
hatian untuk mengakui keterbatasan manusia untuk mengetahui Yang Mahatinggi?
 Relevansi
Hal yang cocok untuk dikaitkan pada zaman sekarang adalah argumennya ‘fides
querrens intellectum’ (iman butuh penjelasan akal). Dengan cara ini, orang bisa
mengerti apa yang imani secara sungguh dan menjalankannya secara benar,
sehingga kasus-kasus penyelewengan seperti yang terjadi pada masa ini dapat
dibumihanguskan.
Catatan Kaki

1
Anselmus dari Canterbury (1033-1109), dikenal juga dengan sebutan Anselmus dari Aosta dan Anselmus
dari Bec, Ia adalah Rahib Benediktine yang kemudian menjadi Uskup Agung Canterbury dari tahun 1093-1109. Ia
adalah putra dari pasangan Gondolfo (Politikus) dan ibunya Ermenberga. Ia dikanosisasi oleh Paus Clement XI
sekaligus dinobatkan sebagai doktor Gereja pada 1720.
2
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 123.
3
Peter King, Encyclopedia of Philosophy, ditulis dalam bagian (St.) ANSELM of Canterbury, hlm. 1.
4
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan...., hlm. 124.
5
Peter King. Encyclopedia…., hlm. 4.
6
Jasper Hopkins & Herbert, Complete Philosophical and Theological Treatises of Anselm of Canterbury
(Minneapolis: The Arthur J. Banning Press, 2000), hlm. 93.
7
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan...., hlm. 125.
8
Jose Kuruvachira, St. Anselm’s Ontological Argument for the Existence of God in Proslogion (dalam
Anselmss_Ontological_Arugment. Pdf: 17 Desember 2019), hlm 3, sebagaimana dikutip dalam Anselm, Proslogion
chapter II, hlm. 100.
9
Fontedivita, Filsafat Modern Bukti Eksistensi Allah (dalam http://fontedivita-
fontedivita.blogspot.com/2012/05/filsafat-modern-bukti-eksistensi-allah.html: 17 Desember 2019).
10
Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Vol. 2 (Cambridge University Press, 2006).

BIBLIOGRAFI

Aquinas, Thomas. Summa Theologiae, Vol. 2. Cambridge University Press, 2006.

Duignan, Brian. The 100 Most Influential Philosophers of All Time. New York: Britannica
Educational Publishing, 2010.

Fontedivita, Filsafat Modern Bukti Eksistensi Allah. dalam http://fontedivita-


fontedivita.blogspot.com/2012/05/filsafat-modern-bukti-eksistensi-allah.html: 17
Desember 2019.

Hopkins, Jasper & Herbert. Complete Philosophical and Theological Treatises of Anselm of
Canterbury. Minneapolis: The Arthur J. Banning Press, 2000.

King, Peter. Encyclopedia of Philosophy. ditulis dalam bagian (St.) ANSELM of Canterbury.

Kuruvachira, Jose. St. Anselm’s Ontological Argument for the Existence of God in Proslogion.
dalam Anselmss_Ontological_Arugment. Pdf: 17 Desember 2019

Tjahjadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius, 2004.


“Knowing here Thinking Beyond”
Kesan :
Selama mengikuti perkuliahan, saya merasa bersukacita sekali karena ada pancingan
pertanyaan yang selalu membuat saya ingin mengangkat tangan dan berargumen
ataupun bertanya. Ini merupakan suatu cara yang bagus untuk mengundang keaktifan
mahasiswa. Belajar sejarah, meskipun ini termasuk pengenalan awal, tetapi bagi saya
cukup membuat saya berpikir untuk mengerti malah mendorong saya untuk
menciptakan sebuah pemikiran baru yang menurut saya sangat diperlukan saat ini.
Memang secara bahasa, terkadang butuh dua kali untuk berpikir, tetapi ini saya syukuri
karena mengasah sisi demi sisi cara saya berpikir.
Pesan :
Good Job for all you have given us. You bring us to the beyond of this world according
conception by philosophers on this world. Satu hal saja pesannya, “TETAPLAH TERUS
BERSINAR ROMO… UNTUK MEMBIMBING GENERASI MUDA KE ARAH YANG BAIK
TERUTAMA BAGI GEREJA DI MASA DEPAN.”

“Nothing everyone are not have a weakness, but just some people make their weakness be a
wonderful thing.”
-Nico-

Anda mungkin juga menyukai