Anda di halaman 1dari 10

BUKTI LOGIS KEBERADAAN TUHAN BERDASARKAN TEORI THOMAS

AQUINAS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MODERN

Viola Valengsa

Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja

violavalengsa47@gmail.com

Abstrak

Jurnal ini membahas tentang bukti logis mengenai keberadaan Tuhan

berdasarkan teori Thomas Aquinas, seorang teolog dan filsuf terkenal. Dalam konteks

kehidupan manusia modern, pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan tetap relevan

dan menarik untuk dikaji. Dalam teorinya, Aquinas menyajikan serangkaian argumen

logis yang mendukung eksistensi Tuhan. Jurnal ini mencakup tinjauan pustaka

terhadap teori Aquinas, yang meliputi lima argumen kosmologis yang dikenal sebagai

"lima jalan". Argumen-argumen ini mencakup argumen dari gerak pertama, penyebab

efisien, kemungkinan dan kebutuhan, derajat kebaikan, serta argumen dari tujuan

akhir. Penelitian ini juga menggambarkan relevansi dan aplikabilitas dari argumen-

argumen tersebut dalam konteks kehidupan manusia modern. Selanjutnya, jurnal ini

menyajikan analisis kritis terhadap argumen-argumen tersebut dengan

mempertimbangkan perspektif ilmiah, filosofis, dan teologis. Dalam era penemuan dan

kemajuan ilmiah yang pesat, argumen-argumen Aquinas diperdebatkan dengan

berbagai sudut pandang. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa argumen-

argumen Aquinas tetap memiliki nilai dalam merangsang pemikiran dan

mendiskusikan keberadaan Tuhan dalam dunia modern.

Kata kunci: Tuhan, Thomas Aquinas, keberadaan, Manusia


Pendahuluan

Berbicara tentang Tuhan tidak akan ada habis-habisnya. Karena Tuhan itu

transenden dan imanen, kecenderungan ini tidak lepas dari berbagai kelemahan yang

melekat pada diri manusia. Pertanyaan menarik dari filsafat ketuhanan adalah apakah

Tuhan memang ada atau hanya sekedar ilusi atau proyeksi manusia. Manusia sudah

lama mengenal Tuhan dan menyembah dalam berbagai bentuk. Pada mulanya manusia

mengakui bahwa ada satu Tuhan yang menciptakan dan menata keberadaan manusia.

Memahami Tuhan atau apa yang di luar nalar hanyalah upaya manusia untuk

memahami sifat yang tidak terlihat dan untuk memperkuat keyakinan seseorang akan

keberadaan transenden. Ada juga kecenderungan untuk menganggap bahwa,

walaupun kita semua hidup dalam dunia yang telah berubah total dan memiliki

pandangan dunia yang sepenuhnya berbeda, manusia sejak dahulu senantiasa berfikir

tentang Tuhan dan cara yang persis sama seperti yang kita lakukan saat ini. Tetapi

terlepas dari kecenderungan dan teknologi kita, pemikiran keagamaan kita kadang

sunggu-sunggu belum berkembang, bahkan primitive. Memahami Tuhan atau apa

yang berada di luar nalar hanyalah upaya manusia untuk memahami sifat yang tidak

terlihat dan memperkuat keyakinannya akan keberadaan yang transenden. Ada juga

kecenderungan untuk berasumsi bahwa meskipun kita semua hidup di dunia yang

berubah secara radikal dan memiliki pandangan dunia yang sangat berbeda, orang

selalu berpikir tentang Tuhan, seperti yang mereka lakukan saat ini. Namun terlepas

dari tren dan teknologi kita, terkadang pemikiran religius kita benar-benar tidak

berkembang, bahkan primitif. Thomas Aquinas mencoba menghubungkan posisi akal

dan wahyu dengan fungsinya. Sangat penting untuk memahami perspektif Thomas

Aquinas tentang posisi akal dan wahyu karena membawa kita pada konsepsi Thomas

Aquinas tentang filsafat ketuhanan. Thomas Aquinas menggunakan argumen rasional

dan filosofis untuk keberadaan Tuhan, tetapi memperhatikan kebenaran Wahyu sebagai
argumen supranatural. Aquinas sependapat dengan Aristoteles yang mengatakan

bahwa tidak ada kecerdasan yang tidak diuji terlebih dahulu. Berlawanan dengan

Aristoteles, Thomas Aquinas mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk tujuan

supranatural dan karena itu tidak sempurna dalam dirinya dan di dunia ini, sama

seperti ketidaksempurnaan ilmu pengetahuan tanpa wahyu. Ketika kita mencari-cari

jawaban akan pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan tentu kita akan dianggap

melakukan penyesatan namun bukankah manusia telah diberikan akal budi sehingga

bebas untuk mencari dan mencari segala jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar

kehidupan ini terkhusus hubungan yang sakral ini yaitu antara Tuhan dengan umat-

Nya. Untuk itu sebelum membahas terlalu jauh kita kembali mengkaji mengenai panca

pembuktian keberadaan Tuhan menurut Thomas Aquinas.

Tujuan dan manfaat

Salah satu dari tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menemukan makna

dan arti keberadaan Tuhan yang diyakini oleh manusia itu sendiri, dan bagaimana

hubungannya dengan keberadaaan yang diungkapkan oleh Thomas Aquinas.

Sekaitan dengan tujuan yang di sampaikan oleh penulis maka dapat ditarik satu

manfaat dari jurnal ini sekaitan dengan keberadaan Tuhan menurut Thomas Aquinas

dan realita seseuai fakta yang ada.

Pembahasan

Thomas Aquinas merupakan seorang Filsuf dan teolog. Ia sangat terkenal pada

Zamannya dan sampai pada saat ini, hasil pemikirannya pun masi terus di pakai.

Sebagai seorang filsuf ia berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh kebenaran

bukan saja dari wahyu Ilahi melainkan juga melalui akan budi. Dengan adanya akal

budi manusia dapat mengetahui keberadaan Tuhan melalui realitas kehidupan sehati-

hari. Akan tetapi sebelum menjelaskan pendapatnya mengenai keberadaan Tuhan,


terlabi dahulu kita harus melihat bagaimana Thomas Aquinas menjelaskan bahwa

Tuhan sunggu-sunggu hadir dalam segalah kehidupan manusia. Dari keterangan ini

sangatlah logis jika di katakana bahwa Allah dan manusia memiliki relasi di mana

Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai hasil ciptaanNya. Dari hubungan ini kita

dapat melihat bahwa manusia memiliki ketergantungan pada Tuhan sebab menurut

Thomas Aquinas Tuhan sama sekali berbeda dengan mahluk ciptaanNya. Tuhan adalah

pencipta sedangkan yang di ciptakan adalah karya-Nya, Tuhan adalah penyebab

sedangkan manusia adalah efek-efekNya.1

Dalam pembahasan tentang keberadaan Tuhan, manusia dapat dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu mereka yang meyakini adanya Tuhan dan mereka yang tidak

meyakini adanya Tuhan. Perspektif ini bukanlah pandangan agama tertentu, tetapi

berfokus pada sudut pandang filsafat yang bersifat universal. Tuhan diartikan sebagai

entitas yang diyakini dan disembah oleh manusia sebagai kekuatan tertinggi. Setiap

kelompok memiliki argumentasi yang berbeda sebagai dasar keyakinan mereka

mengenai keberadaan atau ketiadaan Tuhan. Mereka yang meyakini tentu saja

menyatakan bahwa Tuhan ada, sedangkan mereka yang tidak meyakini pasti

menyatakan bahwa Tuhan tidak ada.2

Pemahaman manusia terhadap lingkungan terus berkembang seiring dengan

perubahan zaman. Minat dan keingintahuan manusia selalu menjadi dasar untuk

memaksa pikiran manusia melihat melampaui rasa ingin tahu itu. Tentu rasa

ketertarikan dan keingintahuan ini akan tetap ada sampai rasa ingin tahu tersebut

memiliki jawaban dan kepuasan tersendiri untuk menggambarkan rasa ingin tahu

tersebut. Ia juga mengalami perubahan di setiap zaman dalam gambaran dan

1 Dwi Pujianingtyas Prabaningrum, “Tokoh Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan Thomas Aquinas (Biografi
dan Pemikirannya).”
2 Amin Khoirul Abidin, “FILSAFAT KETUHANAN: Argumen Logis Tentang Tuhan Persfektif Filosof-filosof

Barat,” TAJDID Vol 21, no. No 2 (2022): 456.


pemahaman tentang peran Tuhan dalam kelangsungan hidup umat manusia.

Tergantung pada zamannya, setiap ahli selalu memberikan gambaran tentang Tuhan

sesuai dengan interpretasi dan pemahaman pribadinya tentang Tuhan. Pemahaman

tentang Tuhan seringkali dipahami berdasarkan logika yang diterima oleh manusia,

misalnya pada zaman Yunani sosok Tuhan sering direpresentasikan dalam wujud

Tuhan dan tentunya pemahaman tentang Tuhan harus didasarkan pada filsafat, hal ini

dapat dibuktikan.

Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme, Essentia dan

Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat tentang makhluk

murni, filsafat jiwa, dan Etika Teologis. Namun dari pemikiran Thomas Aquinas ini

yang berbicara tentang keberadaan Allah yaitu Argumen kosmologi Ajaran atau filsafat

Thomas Aquinas yang ketiga ini biasa disebut teologi naturalis. Dalam kosmologi,

Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang

mereka miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal

tersebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia

sebagai makhluk Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifat-

sifat yang dimiliki-Nya.

Thomas Aquinas mengajarkan apa yang disebutnya theologia naturalis (teologi

alam), mengajarkan bahwa manusia dapat mengenal Tuhan melalui akalnya, sekalipun

pengetahuan tentang Tuhan yang diperoleh melalui akalnya samar-samar dan tidak

menyelamatkan. Melalui akal manusia, yang mengetahui bahwa Tuhan itu ada dan

juga mengetahui sebagian sifat-sifatnya. Alasan dia yang mengenal Tuhan, setelah dia

bertanya tentang dunia. Oleh karena itu, Thomas Aquinas mengklaim bahwa

pembuktian keberadaan Tuhan hanya dapat terjadi setelah adanya fakta. Oleh karena

itu dia tidak dapat menerima bukti ontologis tentang keberadaan Tuhan, seperti yang
dilakukan oleh Saint Anselmus dari Canterbury. Thomas Aquinas memberikan lima

Bukti tentang keberadaan Tuhan di antaranya yaitu:

1. Semua yang ada di dunia ini khususnya Mahluk hidup tentunya selalu bergerak

dan itu adalah sesuatu hal yang sangat wajar. Namun menurut St.Thomas

Aquinas pergerakan ini tidak wajar karena tidak ada sesuatu pun yang mampu

bergerak dengan sendirinya. Sesuatu yang bergerak dipastikan memiliki sesuatu

yang menggerakkan. Sesuatu yang menggerakkan pasti juga mempunyai

penggerak, dan demikian seterusnya. Namun, ada akhir dari penyebab yang

menggerakkan itu. Penyebab yang menggerakkan semua itu disebut Penggerak

Pertama. Penggerak Pertama itu harus berupa kekuatan yang maha besar, jadi

pasti bukan manusia atau mahluk serupa manusia. Penggerak Pertama itu

adalah Tuhan.

2. Sebab-Akibat Tidak ada sesuatu pun yang eksistensinya disebabkan oleh dirinya

sendiri, tidak mungkin sesuatu menjadi sebab sekaligus akibat bagi eksistensinya

sendiri. Suatu kejadian adalah akibat dari suatu penyebab dan penyebab itu pun

merupakan akibat dari penyebab-penyebab lainnya, demikian seterusnya sampai

ditemukan penyebab awal. Jika tidak ada penyebab awal, tidak akan terjadi

rangkaian akibat sesudahnya atau rangkaian kejadian tersebut tidak mungkin

tanpa penyebab awal, penyebab awal itu adalah Tuhan.

3. Ada dan Tiada, dimana segala sesuatu yang terdapat dalam alam semesta ini

datang dan pergi, lahir dan mati, ada dan tiada. Sesuatu yang bisa ada dan tiada

berarti ada di dalam waktu, terkena arus waktu, jadi tidak mungkin selamanya

ada. Dengan begitu, ada masa di mana alam semesta ini belum ada sesuatu

apapun. Keberadaan alam semesta dengan keadaan seperti itu bersifat

kontingen (contingent being) yang artinya ada masa ada dan tiada. Sangat tidak

masuk akal jika ada masa ketika alam semesta ini belum ada, belum ada sesuatu
yang niscaya ada yang artinya sebelum kehidupan ini ada Tuhan sudah ada.

Sehungga dapat dipastikan bahwa ada sesuatu yang niscaya ada sepanjang masa

sesuatu, yang niscaya ada itu adalah Tuhan.

4. Kelas Kualitas, dimana ada beragam kualitas yang melekat pada suatu obyek

mulai dari kualitas yang lebih baik sampai pada kualitas yang lebih buruk.

Penilaian kualitas tersebut membutuhkan acuan yang paling absolut dan

sempurna acuan paling absolut dan sempurna itu tidak lain adalah Tuhan.

5. Keteraturan Perencanaan Alam semesta berjalan secara teratur dan keteraturan

itu pasti bukan sesuatu yang kebetulan. Keteraturan itu geraknya mengikuti

suatu pola, berjalan seperti sebuah anak panah menuju tujuan tertentu yang di

kehendaki pemanahnya. Pemanahnya itu adalah Tuhan.3

Dengan melihat bukti keberadaan Tuhan Menurut pandangan Thomat Aquinas

apakah kita masi meragukan keberadaan Tuhan dan bagaimana peranan-Nya dalam

kelangsungan hidup ini? atau justru malah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang

semakin merumitkan keberadaan Tuhan dan peranan-Nya dalam kehidupan ini.

Berdasarkan keyakinan dan fakta bahwa orang memiliki kepentingan Yang

membedakannya dengan makhluk lain yaitu akal, Thomas Aquinas berpendapat bahwa

ada tiga cara di mana orang dapat mengenal satu sama lain Tuhannya Ketiga opsi

tersebut adalah sebagai berikut: (1). Semua makhluk berbagi kondisi Tuhan. masalah ini

hasilnya adalah apapun yang positif bagi makhluk hidup adalah baik juga dapat

diterapkan kepada Allah (oleh yang positif). (2). Negatif Anda adalah kebalikan dari

teori pertama. Disebabkan oleh Ini adalah analogi keadaan, yaitu segala sesuatu yang

ada pada makhluk tidak benar-benar ada kepada Allah sama dan (3). Jadi ada yang

3 Alfredo Rimper, “Konsep Allah Menurut Thomas Aquinas,” Skripsi (2011): 42.
baik pada makhluk, tentu sama di sisi Allah jauh melampaui makhluk-makhluk itu

(melalui iminentiae).4

Dalam kepercayaan terhadap Tuhan yang semacam ini dibentuk oleh ajaran

agama masing-masing. Dari kepercayaan itu pula menyebabkan manusia melakukan

segala bentuk penyembahan kepada Tuhan sebagai bentuk pengabdian dan

penghormatan, dengan harapan memiliki hubungan baik antara manusia dengan

Tuhan. Bagi mereka jika terjalin hubungan baik dengan Tuhan maka akan terhindar

dari pelbagai macam bentuk kemurkaan Tuhan. Bagi setiap umat manusia Tuhan

merupakan kesatuan transenden sehingga kepercayaan terhadap Tuhan itu sendiri

menempati posisi yang primordial dalam tingkatan keimanan seseorang. Kepercayaan

kepada Tuhan adalah bentuk pengukuhan bahwa dirinya itu beriman atau tidak. Setiap

manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertuhan tidak peduli dia berasal dari

agama dan kepercayaan apa, seorang Ateis sekalipun sudah pasti dia ber-Tuhan.

Agama yang dianut oleh manusia telah menempatkan pandangan terhadap Tuhan itu

berbeda-beda, hal ini dapat kita lihat dari berbagai cara penyembahan yang dilakukan

oleh setiap umat manusia dengan berbagai latar belakang agama yang berbeda pula.5

Kesimpulan dan Saran

Kita melihat bukti keberadaan Tuhan yang dialami dan dirasakan oleh setiap

pribadi kita bahwa manusia dapat mengenal Tuhan melalui akalnya, sekalipun

pengetahuan tentang Tuhan yang diperoleh melalui akalnya samar-samar dan tidak

menyelamatkan. Melalui akal manusia, yang mengetahui bahwa Tuhan itu ada dan

juga mengetahui sebagian sifat-sifatnya. Maka dapat kita ambil satu makna bahwa

tidak hanya sekedar berfikir dan bernalar tetapi juga disertai dengan pembuktian

4 Ibid., 43.
5 Mahfud, “TUHAN DALAM KEPERCAYAAN MANUSIA MODERN (Mengungkap Relasi Primordial Antara
Tuhan dan Manusia),” Jurnal Studi Keislaman Vol 1, no. No 2 (2015): 100.
sebagai yang dipaparkan oleh penulis dalam jurnal ini tentang bukti keberadaan Tuhan.

Salah satu bukti nyata yang sesuai dengan realita kehidupan mahkluk hidup adalah

Mahluk hidup tentunya selalu bergerak dan itu adalah sesuatu hal yang sangat wajar,

sebab akibat, ada dan tiada. Hal ini sangat berpengaruh besar dalam kehidupan

mahkluk hidup sebagaimana yang di kemukakan oleh Thomas Aquinas.

Daftar Pustaka

Abidin, Amin Khoirul. “FILSAFAT KETUHANAN: Argumen Logis Tentang Tuhan

Persfektif Filosof-filosof Barat.” TAJDID Vol 21, no. No 2 (2022).

Mahfud. “TUHAN DALAM KEPERCAYAAN MANUSIA MODERN (Mengungkap

Relasi Primordial Antara Tuhan dan Manusia).” Jurnal Studi Keislaman Vol 1, no.

No 2 (2015).

Prabaningrum, Dwi Pujianingtyas. “Tokoh Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan

Thomas Aquinas (Biografi dan Pemikirannya).”

Rimper, Alfredo. “Konsep Allah Menurut Thomas Aquinas.” Skripsi (2011).

Abidin, Amin Khoirul. “FILSAFAT KETUHANAN: Argumen Logis Tentang Tuhan

Persfektif Filosof-filosof Barat.” TAJDID Vol 21, no. No 2 (2022).

Mahfud. “TUHAN DALAM KEPERCAYAAN MANUSIA MODERN (Mengungkap

Relasi Primordial Antara Tuhan dan Manusia).” Jurnal Studi Keislaman Vol 1, no.

No 2 (2015).

Prabaningrum, Dwi Pujianingtyas. “Tokoh Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan

Thomas Aquinas (Biografi dan Pemikirannya).”

Rimper, Alfredo. “Konsep Allah Menurut Thomas Aquinas.” Skripsi (2011).

Anda mungkin juga menyukai