Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT

‘IBNU SINA’
1 . N A DYA P U T R I G U C C I ( 2 0 1 7 3 1 0 3 2 2 )
2. NADIRA FURQON (2017310330)
3. ANDHARA LUTHFIA (2017310334)
BIOGRAFI IBNU SINA
• Ibnu Sina nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husain ibnu ‘Abd Allah ibn Hasan ibnu Ali Ibn Sina.
Di Eropa (dunia Barat) ibnu sina dikenal dengan sebutan “Avicenna”. Sebutan ini, akibat dari
terjadinya metamorphose Yahudi-Spanyol-Latin. Dengan lidah orang Spanyol kata ibnu diucapkan
“Aben” atau “Even”. Terjadinya perubahan ini berawal dari usaha penerjemahan naskah-naskah Arab
ke dalam bahasa Latin pada pertengahan abad keduabelas di Spanyol.
• Ibnu Sina lahir di Afsyanah dekat Bukhara, Persia Utara pada th. 980 M.Ayahnya seorang ulama besar
di Kharistan Bukhara, ia lahir dikalangan orang agamis yang sangat taat beribadah. Ayahnya juga
seorang pembantu kerajaan. Disanalah Ibnu Sina besar. Dan Ibnu Sina meninggal dunia pada th. 1037
M. (usia 58 th.), dan di makamkan di Hamadzan.
• Sejak usia muda, Ibnu Sina telah menguasai beberapa ilmu-ilmu pengetahuan seperti matematika,
logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum dan lainnya, bahkan dalam usia 10 th.Ibnu Sina telah
hafal AL-qur’an 30 juz. Pada usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan, sastra arab,
fikih, ilmu hitung, ilmu ukur, filsafat dan bahkan ilmu kedokteran dipelajarinnya sendiri.
• Ketika anak jenius ini berusia 17 th dengan kepintarannya yang mengagumkan, ia telah memahami
seluruh teori kedokteran yang ada ada saat itu dan melebihi siapapun juga. Karena kepintarannya ini,
ia diangkat sebagai konsultan dokter-dokter praktisi. Kepintarannya ini dibuktikan ketika ia berhasil
mengobati Pangeran Nuh Ibnu Mansur yang sebelumnya tidak seorang dokter pun mampu
menyembuhkannya. Ia juga diangkat sebagai menteri oleh Sultan Syams Al-Dawlah yang berkuasa
di Hamdan.
• Sedangkan guru-guru yang mendidik Ibnu Sina diantaranya yaitu Abu Abd Allah Al-Natili dan
Ismail sang Zahid. Karena kecerdasannya, Ibnu Sina dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan
kepadanya dengan sempurna, bahkan melebihi sang guru[2]. Bahkan karena kecerdasan yang
dimiliki Ibnu Sina para gurunya menadi kewalahan. Setelah guru-gurunya kewalahan, Ibnu sina
menadi bingung mencari tempat untuk memuaskan kehausan belajarnya yang tidak kunung
terpenuhi. Telah disebutkan, karena keberhasilannya menyembuhkan pangeran Nuh Ibnu Mansur,
Ibnu Sina diberi kebebasan belajar di perpustakaan istanaKutub Khana. Di sinilah ia melepaskan
dahaga belajarnya siang malam sehingga semua ilmu pengetahuan dapat dikuasainya dengan
sempurna.
• Keberhasilan Ibnu Sina, di samping adanya kebebasan yang diberikan oleh para penguasa, juga
didukung oleh minat belajarnya yang luar biasa dan kegeniusan otaknya. Dan dengan keberhasilan
ibnu sina ini,di sinilah letak keberuntungan dunia islam, walupun dari segi politik dapat dikatakan
telah porak poranda, akibat para penguasa saling bersaing dan saling mengungguli, namun mereka
tetap mendorong dan melindungi kegiatan intelektual dan ilmiah.
KARYA-KARYA IBNU SINA
Jumlah karya tulis Ibnu Sina diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul. Diantara karya tulisnya yang
terpenting, sebagai berikut :
1) Al-Syifa, dalam bahasa latin dikenal dengan Suficienta, berisi uraian tentang filsafat yang terdiri atas
empat bagian : metafisika(ketuhanan), fisika, matematika, dan logika.
2) Al-Najah, berisi ringkasan dari kitab al-Syifa. Karya tulis ini ditujukan khusus untuk kelompok
terpelajar yang ingn mengetahui dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap. Buku inipernah diterbitkan
bersama-sama dengan buku Al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M, di Roma dan pada
tahun 1331 M, di Mesir.
3) Al-Qanun fi al-Tibb atau Canon of Medicine, berisi ilmu kedokteran yang terbagi atas lima kitab dalam
berbagai ilmu dan berjenis-jenis penyakit dan lainnya. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan pernah menjadi buku standar untuk Universitas Eropa, sampai akhir Abad ke 17 H. Buku
tersebut pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M dan India tahun 1323 M
4) Al-Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah.
5) Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah, buku ini banyak dibicarakan orang karena tidak jelasnya maksud dan
judul buku, di tambah lagi naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika. Ada yang
mengatakan bahwa isi buku tersebut mengenai tasawuf. Tetapi menurut Carlos Nallino, berisi filsafat
Timur sebagai imbangan dari filsafat Barat.
FILSAFAT IBNU SINA
1. Al-Tawfiq (Rekonsiliasi) antara agama dan filsafat
Sebagaimana Al-Farabi, Ibnu Sina juga mengusahakan pemaduan (rekonsiliasi) antara agama dan
filsafat. Menurutnya nabi dan filosof menerima kebenaran dari sumber yang sama yakni malaikat
Jibril yang juga disebut Akal Kesepuluh atau Akal Aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara
memperolehnya, bagi nabi terjadinya hubungan dengan malaikat Jibril melalui akal materiil yang
disebut hads (kekuatan suci,qudsiyyat) yaitu intuisi, sedangkan filosof melalui Akal Mustafad. Daya
yang ada pada akal materiil semua ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui latihan dengan mudah
dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari
Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh
manusia dan terdapat hanya pada nabi – nabi.
Nabi memperoleh akal materiil yang dayanya jauh lebih kuat daripada akal Mustafad sebagai
anugrahTuhan kepada orang pilihan-Nya. Sementara itu,filosof menerima akal Mustafad yang
dayanya jauh lebih rendah daripada akal materiil. Pengetahuan yang diperoleh nabi disebut wahyu,
berlainan dengan pengetahuan yang diperoleh filosof hanya dalam bentuk ilham, tetapi antara
keduanya tidaklah bertentangan.
2. Ketuhanan
Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan menggunakan dalil wajib al-wujud dan mumkim
al-wujud yakni dalam filsafat wujudnya, ia menelaskan bahwa segala yang ada ia bagi ada tiga
tingkatan yang dipandang memiliki daya kreasi tersendiri sebagai berikut :
a. Wajib alwujud, esensi yang tidak dapat tidak mesti mempunyai wujud. Esensi ini dimulai dari
tidak ada, kemudian berwujud, tetapi ia wajib dan mesti berwujud selama-lamanya.Yang serupa ini
disebut mesti berwujud (wajibul wujud) yaitu Tuhan. Ini dinyatakan Ibnu Sina dengan mengatakan
bahwa esensi tuhan identik dengan keberadaan-Nya yang mesti itu. Karena Tuhan tidak berensensi
maka Dia mutlak sederhana dan tak dapat di definisikan.
b. Mumkin al-wujud,esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak berwujud.
Dengan istilah lain, jika ia diandaikan tidak ada atau diandaikan ada, maka ia tidaklah mustahil,
yakni boleh ada dan boleh tidak ada. Contohnya adalah alam ini, yang pada mulanya tidak ada
kemudian ada dan akhirnya akan hancur menjadi tidak ada.
c. Mumtani’ al-wujud,esensi yang tidak dapat mempunyai wujud, seperti adanya sekarang ini juga
kosmos lain disamping kosmos yang ada. Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan Yang Maha
Esa, Dialah Allah, maka ia tidak perlu mencari dalil dengan salah satu makhluknya, tetapi cukup dalil
adanya Wujud Pertama, yakni ; Wajibul Wujud. Sedangkan jagad raya ini, yakni mumkinul wujud
memerlukan sesuatu sebab (’illat) yang mengeluarkannya menjadi wujud karena wujudnya tidak dari
zatnya sendiri. Dengan demikian, dalam menetapkan Yang Pertama (Allah), tidak memerlukan
perenungan selain terhadap wujud itu sendiri, tanpa memerlukan pembuktian wujud-Nya dengan salah
satu makhluk-Nya.

3. Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Sina, jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud
terlepas dari badan. Menurut Ibnu Sina, hal ini adalah cara pembuktian yang lebih langsung tentang
subtansialitas nonbadan, jiwa, yang berlaku bukan sebagai argumen, tetapi sebagai pembuka mata.
• Kemudian Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bahagian :
a. Jiwa tumbuh-tumbuhan (an-Nafsul Nabatiyah), yakni meliputi beberapa daya;
a.) Makan (nutrition)
b.) Tumbuh (Growth)
c. Berkembang biak (reproduction)
b. Jiwa binatang (an-Nafsul Hayawaniah), yakni meliputi beberapa daya ;
a.) Gerak (locomotion)
b.) Menangkap (perception)
Dua daya ini dibagi lagi menjadi dua bagian :
a.) Menangkap dari luar (al-Mudrikah minal kharij) dengan pancaindera.
b.) Menangkap dari dalam (al-Mudrikah minad dakhil) dengan indera-indera.
c. Jiwa manusia (an-Nafsul Natiqah) meliputi dua daya ;
a) Praktis (practical) yang hubungannya adalah dengan badan.
b) Teoritis (theoritical) yang hubungannya adalah dengan hal-hal abstrak.

4. Tasawuf
Tasawuf menurut ibnu Sina tidak dimulai dengan zuhud, beribadah dan meninggalkan
keduniaan sebagaimana yang dilakukan orag-orang sufi sebelumnya. Ia memulai tasawuf dengan akal
yang dibantu oleh hati. Mengenai bersatunya Tuhan dan manusia atau bertempatnya Tuhan dihati diri
manusia tidak diterima oleh ibnu Sina, karena manusia tidak bisa langsung kepada Tuhannya, tetapi
melalui perantara untuk menjaga kesucian Tuhan. Ia berpendapat bahwa puncak kebahagiaan itu tidak
tercapai, kecuali hubungan manusia dengan Tuhan. Karena manusia mendapat sebagian pancaran dari
perhubungan tersebut.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ibnu Sina
merupakan seorang yang tekun dalam mempelajari ilmu. Beliau
pernah membaca buku metafizik karangan Aristoteles sebanyak
40 kali dan hafal.Ia adalah seorang yang taat beragama.beliau
sering berdoa kepada Allah SWT terutama apabila beliau
menghadapi kebuntuan untuk menyelesaikan masalah. Beliau
sering pergi ke masjid untuk memohon petunjuk kepada Allah
SWT. Seorang yang pintar, Beliau berjaya menguasai berbagai
ilmu naqliah (ilmu agama) ketika berusia 18 tahun. Seorang
yang berinovatif. Ibnu Sina banyak melakukan penyelidikan dan KESIMPULAN
menghasilkan karya dalam berbagai ilmu terutama dalam bidang
perobatan.

Ibnu Sina juga merupakan tokoh perobatan Islam yang terkenal


dan banyak memberi sumbangan dalam bidang perobatan. Ibnu
Sina banyak menghasilkan karya dalam bidang perobatan.
Bukunya Al-Qanun Fit tib menjadi rujukan utama di seluruh
pusat pengajian tinggi di dunia Barat. Ibnu Sina merupakan orang
yang pertama memperkenalkan methodpemerhatian dan anlisis
dalam bidang perobatan. Ibnu Sina juga terkenal sebagai seorang
ahli falsafah dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai