Anda di halaman 1dari 8

Ibnu Sina

Biografi Ibnu sina

Ibnu Sina dilahirkan ketika masa kekacauan dan kemunduran Daulat Bani Abbasiyah di mana
daerah-daerah yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan Khalifah Abbasiyah, mulai
melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri, sementara kota Bagdad sendiri sebagai pusat
pemerintahan Khalifah Abbasiyah telah dikuasai oleh Golongan Bani Buwaihi pada tahun 334
H. yang kekuasaannya berlangsung sampai tahun 447 H. Demikian pula daerah Daulat Samani
di Bukhara telah berdiri sendiri dan salah seorang khalifahnya adalah Nur b. Mansur, yang pada
masa inilah, di suatu tempat di daerah Bukhara yang bernama Afsyana, lahir dan tumbuh seorang
bayi yang bernama Ibnu Sina.

Abu Ali Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina lahir pada tahun 980 H./1036 M. di Afsyana, dekat
Bukhara. Beliau merupakan filsuf Muslim ternama dengan penguasaan filsafat Aristoteles dan
Neo-Platonis yang sangat mumpuni. Beliau belajar matematika kepada al-Khawarizmi, dan
belajar kedokteran dengan Ibnu Yahya.1 Pada usia 10 tahun beliau telah menghafal Al-Quran dan
belajar filsafat, ilmu-ilmu agama Islam, astronomi, matematika, fisika, metafisika, dan logika.
Pada usia 16 tahun, beliau telah menjadi seorang dokter dan mampu memecahkan masalah
pengobatan melalui metode eksperimen yang beliau lakukan, termasuk mengobati sultan
Bukhara Nur b. Mansur dan berhasil sembuh sehingga Ibnu Sina diberikan kesempatan untuk
membaca buku-buku yang ribuan jumlahnya dalam perpustakaan sultan. Dengan daya imgat
yang kuat Ibnu Sina mampu mengingat sebagian besar isi buku-buku tersebut diusia 18 tahun.

Ketika berusia 22 tahun, ayahnya wafat kemudian Ibnu Sina meninggalkan Bukhara menuju
Jurjan, kemudian ke Khawarizm, akibat kekacauan politik beliau berpindah dari satu daerah ke
daerah lainnya sampai ke Hamazan. Beliau sempat diangkat menjadi menteri beberapa kali oleh
Syamsuddaulah salah satu penguasa daerah Hamazan, dan akhirnya beliau pindah lagi ke daerah
Isfahan dan mendapatkan sambutan yang istimewa dari penguasa daerah ini.

Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang, juga penuh pula dengan
kesenangan dan kepahitan, dan keadaan inilah yang mempengaruhi kesehatan beliau hingga
1
Amroeni Drajat 2006 Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta penerbit Erlangga,2006),hal 46
terserang penyakit dingin (cooling) yang tidak dapat disembuhkan lagi dan pada tahun 428
H./1037 M. beliau wafat di Hamazan dalam usia 58 tahun.2

Pemikiran Ibnu Sina

Kosmologi dan Filsafat Emanasi

Konsep kosmologi Ibnu Sina tidak berbeda jauh dengan konsep Akal Sepuluh al-Farabi. Istilah
pemancaran atau emanasi sejalan dengan para pendahulunya. Jika konsep akal Farabian memiliki
dua objek pemikiran, yaitu mengenai Tuhan sebagai Wujud Pertama dan berpikir tentang dirinya
sendiri, yang membedakan dari konsep Ibnu Sina yang memiliki tiga objek perenungan. Akal
Pertama yang mempunyai dua sifat, yaitu wajib al-wujud lighairihi sebagai pancaran dari Tuhan,
dan mumkin al-wujud lidzatihi apabila ditinjau dari hakikat dirinya. Akal Pertama mempunyai
tiga objek pemikiran, yakni Tuhan, dirinya sendiri sebagaimana wajib wujud-nya, dan dirinya
sebagai mumkin wujud-nya.3

Filsafat emanasi dalam teologi dan falsafah Islam bermaksud untuk memurnikan tauhid.
Pemurnian tauhid inilah yang menimbulkan filsafat emanasi (al-Faid, pancaran). Yang Maha Esa
berpikir tentang diri-Nya yang Esa, dan pemikiran merupakan daya atau energi. Dalam buku
Ibnu Sina yang berjudul al-Isyarat wa al-Tanbihat, Ibnu Sina merumuskan doktrinnya tentang
emanasi sebagai "Emanasi" (al-Ibda'). Menurut doktrin ini semua wujud emanatif memiliki dua
persamaan: mereka bersifat mungkin dalam dirinya sendiri dalam pengertian bahwa mereka
secara mutlak bukanlah apa-apa tanpa hubungan iluminatif (pancaran) dengan mereka dan
mereka semua adalah wajib al-wujud dalam esensi dan tindakannya.4

Psikologi

2
Abdullah Nur Ibnu Sina pemikiran filsafat tentang Al-Fayd, Al- Nafs, Al-Nubuwwah, dan Al-wujud hal 107

3
Amroeni Drajat 2006 Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta penerbit Erlangga,2006),hal 47

4
Mukhtar Gozali Agama dan filsafat dalam pemikiran Ibnu Sina hal. 27-28
Ibnu Sina membagi jiwa menjadi tiga bagian. Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan (al-nafs Al
nabatat) yang memiliki daya daya, seperti makan (al-ghadiyah), tumbuh (al-munammiyah), dan
berkembang biak (al-muwallidah). Kedua, jiwa binatang (al-nafs al-hayawaniyah) yanh memiliki
daya, gerak (al-muharrikah) dan tangkap (al-mudrikah). Ketiga, jiwa manusia (al-nafs al-
nathiqah). Jiwa manusia memiliki dua daya yaitu kemampuan praktis (al-'amilah) yang
berhubungan dengan potensi tubuh, dan kemampuan teoritis (al-'alimah al-nazhariyah) yang
berbunga dengan hal-hal abstrak.5

Ketiga jenis jiwa ini ada pada tiap manusia. Manusia ditentukan oleh jiwa yang menguasainya.
Apabila jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatang nampak lebih banyak, maka manusia akan
menyerupai sifat-sifat binatang. Sedangkan apabila al-nafs al-nathiqah yang berkuasa, maka
manusia menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan. Tugas manusia adalah membunuh
jiwa kebinatangan dengan nathiqah.6

Menurut Ibnu Sina, jiwa merupakan satu kesatuan dan memiliki wujud sendiri. Jiwa nihil dari
fungsi-fungsi fisikal, dan tugasnya ialah untuk berpikir. Dalam rangka ini, jiwa memerlukan
tubuh. Jika jiwa mencapai kesempurnaan dengan mendapatkan konsep-konsep dasar yang
diperlukannya, jiwa pun tidak lagi memerlukan tubuh. Bahkan tubuh beserta daya-daya binatang
yang terdapat di dalamnya akan menjadi penghalang bagi tercapainya kesempurnaan.

Sementara jiwa binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hanya mempunyai fungsi fisikal akan
hancur seiring matinya tubuh, dan tak akan bisa hidup kembali. Balasan untuk kedua jiwa ini
diwujudkan di dunia, sedangkan jiwa manusia akan memperoleh balasan di akhirat kelak. Jiwa
manusia akan kekal, tetapi jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatang akan musnah. Jiwa mencapai
kesempurnaannya sebelum terpisah dengan badan, dan tenggelam dalam kesenangan. Jika
perpisahan jiwa dari badan tidak sempurna, maka jiwa akan hidup dalam penyesalan dan
terkutuk selamanya di akhirat.7

Hasil Karya Ibnu Sina

Berikut ini adalah karya-karya Ibnu Sina yang terkenal yaitu:


5
Amroeni Drajat Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta, penerbit Erlangga, 2006), hal 48

6
Amroeni Drajat Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta, penerbit Erlangga, 2006), hal 49

7
Amroeni Drajat Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta, penerbit Erlangga, 2006), hal 50
1) Al-Shifa', yaitu buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, terdiri dari empat
bagian yaitu logika, fisika, matematika, dan metafisika. Buku ini tersebar di berbagai
perpustakaan barat dan timur. Bagian ketuhanan dan fisika pernah dicetak dengan cetakan batu
di Teheran.

2) Al-Najat, yaitu ringkasan dari buku Al-Shifa', yang pernah diterbitkan bersama Al-Qanun
dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M. di Roma dan 1331 M. di Mesir.

3) Al-Isharat wa al-Tanbihat (peringatan mengenai prinsip ketuhanan dan keagamaan) buku ini
merupakan buku terbaik yang pernah diterbitkan pada tahun 1892 M. dan diterjemahkan di
Leiden pada tahun 1892 M.

4) Al-Hikmat al-Mashriqiyyah, ada yang mengatakan isi dari buku ini mengenai tasawuf, tetapi
menurut Carles Nallino, berisi filsafat Timur sebagai imbangan dari filsafat Barat.

5) Al-Qanun atau Canon of Medicine, buku ini pernah menjadi buku standar untuk universitas-
universitas di Eropa sampai akhir abad 17 M.

6) Al-Sadiyyah, yaitu buku tentang ilmu kedokteran.

7) Al-Muwsiqah,yaitu buku tentang musik.

8) Kamus al-Arabi, terdiri atas 5 jilid.

9) Al Insaf, yaitu buku tentang keadilan sejati.

10 Al-Najah, yaitu buku tentang kebahagiaan jiwa.8

Ibnu Rusyd

Biografi Ibnu Rusyd

8
Abdullah Nur Ibnu Sina pemikiran filsafat tentang Al-Fayd, Al- Nafs, Al-Nubuwwah, dan Al-wujud hal 109
Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad
Ibnu Rusyd. Di Barat, Ibnu Rasyid lebih dikenal dengan sebutan Averroes. Ibu Rusyd lahir tahun
520 H dan dibesarkan dalam keluarga yang memberikan perhatian dan apresiasi yang besar pada
ilmu pengetahuan dan tergolong masyhur di Kordoba.

Sejak kecil, beliau telah mempelajari Al-Qur'an. Selain itu, beliau juga mempelajari ilmu-ilmu
keislaman, seperti tafsir, hadis, fikih, dan sastra Arab. Ibnu Rusyd merevisi dan menghafalkan
buku Malikiyyah, Al-Muwatta, yang dipelajarinya bersama ayahnya, Abu Al-Qasim. Kemudian,
Ibnu Rusyd mendalami ilmu matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan kedokteran. Hal
itu yang membuat Rusyd kecil haus akan ilmu dan menunjukkan talenta serta kejeniusan yang
luar biasa sejak masih kecil.9

Ibnu Rusyd berhasil menjadi ulama sekaligus filsuf yang tak tertandingi. Setelah diperkenalkan
oleh Ibnu Thufail kepada Sultan Daulah Muwahhidun, Sultan Abu Ya'qub Yusuf pada tahun
564H/ 1169 M meminta Ibnu Rusyd menulis ulasan atas karya-karya Aristoteles. Sejak saat itu,
beliau di percaya menjadi hakim di Seville dan menjadi ketua hakim di Kordoba pada tahun 566
H/ 1171M. Selanjutnya pada tahun 577 H/1182 M Ibnu Rusyd dipercaya menjadi dokter
keluarga istana Sultan Abu ya'quq Yusuf dan Sultan Abu Yusuf Ya'qub al-Manshur di Marakesy.
Setelah didera fitnah dan diasingkan di Lucenna, dekat Kordoba selama satu tahun yaitu pada
tahun 592 H/ 1195 M, beliau kembali menjadi dokter istana, tetapi dua tahun kemudian Ibnu
Rusyd wafat dalam usia 75 tahun. 10

Pemikiran Ibnu Rusyd

1. Agama dan Filsafat

9
Dr. Asep Sulaiman M.Ag., M.Pd mengenai filsafat Islam, cet 1. 2016 hal 105

10
Amroeni Drajat Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta, penerbit Erlangga, 2006), hal 73-74
Menurut Ibnu Rusyd, Syara' tidak bertentangan dengan filsafat karena pada hakikatnya filsafat
tidak lebih dari bernalar tentang alam empiris sebagai dalil adanya pencipta. Dalam hal ini,
Syara' pun telah mewajibkan orang untuk mempergunakan akalnya, seperti yang dijelaskan
dalam firman Allah QS. Al-'Araf [7] : 185 dan QS. Al-Hasyr [59] : 2. Bernalar dan ber'itibar
hanya dapat dimungkinkan dengan menggunakan qiyas akali karena yang dimaksud dengan
ber'itibar tidak lain dari mengambil sesuatu yang belum diketahui dari apa yang belum diketahui.

Qiyas akali merupakan sesuatu keperluan yang tidak dapat dielakkan. Setiap pemikir wajib
mempelajari kaidah-kaidah qiyas dan dalil serta mempelajari ilmu logika dan falsafah.
Seperangkat ajaran yang disebut dalam Al-Qur'an dan hadis sebagai sesuatu yang berbeda
dengan filsafat sehingga dipahami bahwa filsafat itu bertentangan dengan agama. Dalam
menanggapinya Ibnu Rusyd menggunakan konsep ta'wil yang lazim digunakan dalam masalah-
masalah seperti ini.11

Al-Qur'an memerintahkan umat manusia untuk mengetahui Tuhan dan menyuruh untuk
berfilsafat, bahkan mempelajari filsafat wajib bagi kaum Muslim. Apabila teks Wahyu
mengandung arti lahiriyah yang bertentangan dengan pendapat akal, maka harus ditafsirkan
sedemikian rupa sehingga sejalan dengan pendapat akal, hal ini merupakan pemikiran Ibnu
Rusyd.

2. Kadimnya Alam

Dalam rangka menangkis serangan al-Ghazali terhadap paham kekadiman alam, Ibnu Rusyd
mengatakan bahwa hal tersebut sama tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an. Menurut Ibnu
Rusyd malah paham yang dianut para teolog yang menyatakan alam diciptakan Tuhan dari tiada
justru tidak memiliki pijakan dalam Al-Quran. Menurutnya, dari ayat ayat Al-Qur'an
(11:7;41:11,30) dapat diambil kesimpulan bahwa alam diciptakan Tuhan bukanlah dari tiada
(al-'adam), melainkan dari sesuatu yang telah ada.

Bagi filsuf Muslim, alam dikatakan Kasim (ada sejak zaman azali) karena diciptakan oleh
Tuhan. Karena diciptakan sejak azali, maka alam menjadi kadim pula. Meskipun sama sama

11
Dr. Asep Sulaiman M.Ag., M.Pd mengenai filsafat Islam, cet 1. 2016 hal 109
kadin dari segi waktu tetapi kekadiman Tuhan tidak berarti sederajat dengan kekadiman alam.
Tuhan kadim sebagai "pencipta" dan alam kadim sebagai "yang dicipta".12

3. Gambaran Akhirat

Menurut pemikiran Ibnu Rusyd semua agama mengakui adanya hidup kedua di hari akhir,
meskipun ada perbedaan pendapat mengenai bentuknya. Tapi yang jelas, kehidupan manusia di
akhirat berbeda dengan kehidupan di dunia, sebagaimana isyarat hadis nabi, "Di sana akan
dijumpai apa yang tak pernah dilihat mata, didengar telinga dan terlintas dalam pikiran. "
Kehidupan akhirat lebih dari kehidupan dunia. Bagi kalangan awam, Ibnu Rusyd menyatakan
bahwa kehidupan diakhirat lebih tepat dilukiskan secara material sesuai dengan kapasitas
pemikiran mereka yang sulit mengerti hal-hal yang abstrak. Penggambaran secara material ini
mampu mendorong orang untuk senantiasa merasa takut melamggar aturan aturan agama.
Mengenai kebangkitan di akhirat, Ibnu Rusyd sendiri berpendapat bahwa apa yang kelak terjadi
di sana sama dengan apa yang terjadi di dunia. Tapi tubuh tak bisa bisa bangkit kembali karena
sudah hancur berkeping-keping di alam kubur. 13

4. Pengetahuan Tuhan

Masih dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali, Ibnu Rusyd memberikan pandangan
tentang pengetahuan Tuhan menyangkut hal-hal partikular (juz’iyat) yang dikemukakan oleh
para filsuf. Menurut Ibnu rusyd, para filsuf berpendapat bahwa pengetahuan manusia mengambil
bentuk akibat (ma'lul), sedangkan pengetahuan Tuhan berbentuk sebab ('illat).14

Hasil Karya Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain yaitu:


12
Amroeni Drajat 2006 Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta penerbit Erlangga,2006),hal 75-76

13
Amroeni Drajat 2006 Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta penerbit Erlangga,2006),hal 76

14
Amroeni Drajat 2006 Filsafat Islam buat yang pengen tahu (Jakarta penerbit Erlangga,2006),hal 77
1) Bidayat Al Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid.

2) kitab al-kulliyat di al-Thib (Aturan Umum Kedokteran), terdiri atas 16 jilid.

3) Tahafut at-Tahafut.

4) Al-kasyf'an Manhij al-Aqaid al-Millah.

5) Fashl al-Maqal Fika Bain al-Hikmah wa Al Syari'ah min al-Ittishal.

6) Dhamimah lu Masalah al-Qadim

7) Risalah fi Ta’alluqi ’ilmillahi an 'adami Ta'aluqihi bil-juz'iyyat.

8)Tafsiru ma ba'da at-Tabiat.

9) Risalah fil-Aqli wal-Ma'quli.

10) Tahafut at Tahafut.15

15
Dr. Asep Sulaiman M.Ag., M.Pd mengenai filsafat Islam, cet 1. 2016 hal 107-108

Anda mungkin juga menyukai