Anda di halaman 1dari 3

Nama : Selvi Amanda

Kelompok : 6 (Enam)
NIM : 220103020138
Jurusan : Ilmu Al Qur`an dan Tafsir
Mata Kuliah : Filsafat Islam
DosenPengamp : Fatrawati Kumari, Dr., Dra., M. Hum
u
Nama Buku : PENGANTAR FILSAFAT ISLAM: Mengenal Filosof-Filosof Muslim
Pengarang : Dr. Hadariansyah AB, MA
Penerbit : Kafusari Press, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Tahun Terbit : 2017

IBNU SINA
A. Biografi
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein ibn Abdullah ibn Al-Hasan ibn Ali ibn Sina. Di daerah
Barat dikenal dengan Avicena. Lahir pada tahun 370 H (980 M) di Desa Afsyanah, dekat Bukhara. Beliau
pernah belajar Ilmu Hitung dan dasar-dasar ilmu ukur kepada Muhammad Al-Massah, belajar filsafat
kepada Abu Abdillah Al-Natili, seorang filosof dan murid dari Abu al-Faraj bin Al-Thayyib, dan belajar fiqh
kepada Ismail Al-Zahid. Sejak kecil ia memiliki kecerdasan dan kepintarannya yang luar biasa. Ia telah
menghafalkan 30 juz Al-Qur`an di bawah usia nya yang ke-10 tahun. Selain ilmu-ilmu yang telah
disebutkan, ia juga memperdalam cabang-cabang ilmu pengetahuan, seperti ilmu astronomi, sastra arab,
matematika, metafisika, fisika, logika, dan kedokteran.
Saat beliau berusia 16 tahun, ia telah menguasai sastra Arab, astronomi, fikih, filsafat, matematika,
dan kedokteran. Ia telah berprofesi sebagai penyair, guru, filosof, pengarang, dan seorang dokter yang
terkenal pada usia 18 tahun. Pada usia 22 tahun Ia meninggalkan Bukhara menuju Jurjan dikarenakan Ia
merasa terpuruk saat ayahnya meninggal dunia pada tahun tersebut. Di sana ia berjumpa dengan Abu `Ubaid
Al-Jurjani. Al-Jurjani ini kemudian menjadi salah seorang muridnya, dan menjadi seorang penulis sejarah
hidupnya. Ia tidak bertahan lama tinggal di Jurjan karena adanya permasalahan kekacauan politik pada saat
itu, lalu ia pergi ke Hamazan. Pada masa akhir hayatnya, ia menjadi dokter di Isfahan dan guru filsafat. Ibnu
Sina meninggal pada tahun 428 H (1037 M) di Hamazan.
B. Karya-Karya
Ibnu Sina banyak menghasilkan karya dalam berbagai bidang ilmu, tetapi tidak semua karyanya
dapat diketahui. Karya-karya Ibnu Sina, antara lain:
1. Al-Syifa.
Ensiklopedi yang terdiri dari 18 jilid, berisi tentang matematika, fisika, dan metafisika.
2. Al-Najah.
Ringkasan dari buku Al-Syifa.
3. Al-Isyarat wa al-Tanbihat
Berisi tentang ilmu filsafat dan logika.
4. Al-Qanun fi al-Thibb
Sebuah ensiklopedia kedokteran.
5. Risalah fi al-Kalam `ala al-Nafs al-Nathiqah

1
Membicarakan tentang jiwa.

6. Manthiq al-Masyriqiyyin
Membicarakan tentang logika orang Timur
7. Hadiyah al-Rais li al-Amir
8. Al-Hikmah al-`Arudhiyah
C. Pemikirannya
a. Filsafat Jiwa
Filsafat Ibnu Sina tentang jiwa, dibagi dalam dua bagian, yaitu argument tentang adanya jiwa, dan
sifat dan daya-daya jiwa.
1. Argumen Adanya Jiwa
Ibnu Sina mengemukakan empat macam argumen tentang membuktikan adanya jiwa,
yaitu: argumen psikofisik, argumen “aku” dan kesatuan fenomena psikologis, argumen
kontinuitas, dan argumen manusia terbang di udara.
Argumen psikofisik. Ibnu Sina mengatakan bahwa gerak dapat dibedakan kepada
gerak terpaksa, yaitu gerak yang didorong oleh unsur luar, dan gerak tidak terpaksa. Gerakan
yang tidak terpaksa ada yang terjadi sesuai dengan hukum alam, seperti jatuhnya batu dari
atas ke bawah, selain itu ada juga yang menentang hukum alam, seperti manusia berjalan di
permukaan buni ini. Menurut hukum alam, manusia harus diam di tempat karena mempunyai
berat badan sama dengan benda padat, tentu ada penggerak tertentu di luar unsur tubuh itu.
Demikianlah yang dipaparkan Ibnu Sina tentang jiwa.
Argumen “aku” dan kesatuan fenomena psikologis. Ibnu Sina membedakan aku
sebagai jiwa, dan badan sebagai alat. Aku yang dimaksud disini nukan fenomena fisik,
melainkan jiwa dan kekuatannya. Kekuatan jiwa ini menimbulkan fenomena-fenomena yang
beragam, seperti susah-gembira, benci-cinta, menolak-menerima, dan lain sebagainya. Semua
fenomena tidak saling bermusuhan, melainkan satu kesatuan yang menimbulkan
keharmonisan. Oleh sebab itu, kita sangat memerulukan jiwa untuk mempersatukan
fenomena jiwa yang berbeda tersebut supaya timbul keserasian.
Argumen kontinuitas. Ibnu Sina mengatakan bahwa hidup rohaniyah kita hari ini
berkaitan dengan hidup kita kemarin tanpa ada tidur atau kekosongan. Artinya hidup itu pasti
akan berubah dalam satu untaian yang tidak akan putus. Dengan daya ingat manusia tentang
masa-masa yang telah lewat merupakan salahn satu bukti bahwa jiwa itu tidak putus. Ibnu
Sina memberikan perbandingan antara badan dan jiwa sebagai contoh. Jika badan tidak diberi
makan, maka akan berkurang beratnya, karena badan mengalami penyusutan, sedangkan jiwa
tetap, tidak dapat berubah.
Argumen manusia terbang di udara. Ibnu Sina mengatakan bahwa Andaikata ada
seorang lahir dibekali dengan kekuatan akal dan jasmani yang sempurna, kemudian ia
menutup matanya sehingga ia tidak dapat melihat apa-apa yang ada disekelilingnya. Menurut
Ibnu Sina penetapan tentang wujud diri tidak muncul dari indera, tetapi dari sumber yang
berbeda sama sekali dengan badan.

2
2. Sifat dan Daya-Daya Manusia
Ibnu Sina membagikan sifat jiwa kepada tiga bagian, antara lain:
1. Jiwa tumbuh-tumbuhan, yaitu jiwa yang sifatnya seperti tumbuhan.
2. Jiwa binatang, yaitu jiwa yang sifatnya seperti binatang.
3. Jiwa manusia, yaitu jiwa yang dapat menalar.
Menurut Ibnu Sina, sifat seseorang bergantung pada jiwa mana yang dari ketiga
macam tersebut yang berpengaruh pada dirinya.
b. Teori Emanasi
Ibnu Sina berpendapat bahwa dari Tuhan memancar Akal pertama, dan dari Akal pertama
memancar Akal kedua, dan Langit Pertama; demikian seterusnya hingga menuju Akal kesepuluh
memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada di bawah bulan. Akal pertama adalah
malaikat tertinggi, dan Akal Kesepuluh adalah Jibril.
c. Kenabian
Menurut Ibnu Sina akal yang secara khusus ada pada para nabi adalah akal yang dinamakan ‫الحدس‬,
yaitu instuisi. Daya yang ada pada akal material seperti ini begitu besarnya sehingga tanpa melalui
Latihan, dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif ‫ العقل الفعال‬dan dengan mudah dapat
menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci ‫ القوة القدسية‬yaitu daya
yang bersifat suci.
d. Filsafat Wujud
Menurut Ibnu Sina, yang terpenting adalah wujud, yang mempunyai kedudukan di atas segala
yang lain. Menurutnya, essensi terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat diluar akal. Jadi,
tanpa wujud essensi tidak mempunyai arti. Oleh karena itu, wujud lebih penting dari essensi.
Essensi dan wujud dapat dibagi menjadi tiga macam, antara lain:
1. Essensi yang tidak mempunyai wujud
2. Essensi yang bisa mempunyai wujud dan bisa pula tidak mempunyai wujud.
3. Essensi yang tidak boleh tidak ia mesti mempunyai wujud.
e. Tasawuf
Menurut Ibnu Sina, Tasawud dimulai dengan akal yang dibantu oleh hati. Dalam kebersihan hati
dan pancaran akal, lalu akan akan menerima ma`rifah akan menerima akal aktif. Menurut beliau,
jiwa-jiwa manusia tidak berbeda lapangan ma`rifah-nya dan ukuran yang dicapai mengenai
ma`rifah, tetapi perbedaannya terletak pada ukuran persiapannya untuk berhubungan dengan akal
aktif.

Anda mungkin juga menyukai