Anda di halaman 1dari 10

Dosen Pengampuh :

IBNU SINA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2024


Tokoh Psikolog Muslim dan Teorinya

IBNU SINA

1. Biografi Singkat Ibnu Sina


Ibnu Sina, yang juga dikenal sebagai Avicenna dalam tradisi Barat, adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan cendekiawan terkemuka yang hidup pada abad ke-10 dan ke-11
Masehi. Berikut adalah biografi singkatnya:
 Nama Lengkap : Abu Ali al-Husain ibn Abdallah ibn Sina
 Tanggal Lahir : 980 Masehi
 Tempat Lahir : Afshana, dekat Bukhara (sekarang bagian dari Uzbekistan)
 Kematian : 1037 Masehi
 Bidang : Filsafat, Kedokteran, Astronomi, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan
Lainnya.

Ibnu Sina tumbuh dalam lingkungan intelektual yang kaya di wilayah Persia pada
masa itu. Dia menunjukkan bakat intelektual yang luar biasa sejak usia dini dan
mempelajari berbagai bidang ilmu, termasuk filsafat, matematika, dan ilmu kedokteran.
Ibnu Sina kemudian menemani ayahnya yang merupakan seorang gubernur di berbagai
kota, memberinya kesempatan untuk belajar dari para cendekiawan terkemuka di wilayah
tersebut.
Ibnu Sina meninggal pada tahun 1037 Masehi, tetapi warisannya dalam sejarah ilmu
pengetahuan, filsafat, dan kedokteran terus memengaruhi pemikiran dan penelitian
hingga saat ini. Karyanya menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pemikiran
intelektual dunia dan memainkan peran kunci dalam transmisi pengetahuan antara dunia
Timur dan Barat.
2. Kontribusi Ibn Sina dalam ilmu pengetahuan dan Filosofi
Semasa hidupnya, Ibnu Sina adalah seorang tokoh muslim yang berguna dan
dicatat sebagai buku hard copy untuk dijadikan referensi oleh umat Islam pada kal
itu. Ada sekitar 250 macam karya yang telah di ciptakan oleh Ibnu Sina. Di
antaranya yang sangat terkenal di kalangan peneliti Muslim adalah Al-Syifa, Al-
Najt, Al-Qanun fi al-Thibb, dan Al-Ikode wa al-Tanbihat. Ada 8 penemuan Ibnu Sina
yang berpengaruh besar di dunia salah satunya dalam bidang Psikologi dan psikoterapi.
Ibnu Sina adalah salah satu orang pertama yang mengakui pentingnya Kesehatan
mental dan hubungan antara pikiran dan tubuh. Dia mengembangkan Teknik psikoterapi
yang masih digunakan sampai sekarang.

3. Karya-Karya Terkait Psikologi Islam


Ibnu Sina, atau Avicenna, terkenal karena kontribusinya yang besar dalam berbagai
bidang ilmu, termasuk psikologi Islam. Meskipun tidak secara eksklusif fokus pada
psikologi modern seperti yang kita kenal sekarang, karya-karya filosofisnya mengandung
pemikiran yang relevan dengan pemahaman manusia, psikologi individu, dan kondisi
mental. Beberapa karya pentingnya yang relevan dengan psikologi Islam termasuk:
a. Kitab al-Nafs** (Kitab Tentang Jiwa):
 Dalam karya ini, Ibnu Sina mengembangkan pandangan filosofis tentang jiwa
(nafs) yang terdiri dari beberapa tingkatan, termasuk tingkat sensorik,
imaginatif, dan rasional.
 Dia membahas tentang fungsi-fungsi jiwa, persepsi, dan proses-proses
kognitif.
 Konsep-konsep dalam karya ini memberikan dasar bagi pemahaman tentang
psikologi individu dalam konteks pemikiran Islam.
b. Kitab al-Isharat wa al-Tanbihat (Buku Petunjuk dan Pengingat):
 Karya ini merupakan kumpulan esai yang mencakup berbagai topik, termasuk
filsafat, ilmu, agama, dan psikologi.
 Ibnu Sina membahas konsep-konsep psikologi seperti emosi, kebahagiaan,
dan keseimbangan jiwa.
 Dia juga menyajikan pandangan filosofis tentang relasi antara akal (aql) dan
jiwa (nafs) dalam mencapai pemahaman tentang realitas.
c. Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan):
 Meskipun bukan karya khusus tentang psikologi, Bagian Pertama dari "Kitab
al-Shifa" mencakup bagian yang relevan tentang filsafat dan psikologi.
 Ibnu Sina membahas konsep-konsep seperti akal, nalar, dan proses berpikir.
 Dia juga membahas tentang kesadaran diri dan peran akal dalam mengenali
dan memahami diri manusia.
Karya-karya Ibnu Sina ini memberikan kontribusi penting bagi perkembangan
pemikiran psikologis dalam konteks pemikiran Islam. Meskipun tidak eksklusif tentang
psikologi seperti yang dipahami dalam konteks modern, konsep-konsepnya memberikan
fondasi bagi pengembangan psikologi Islam serta memengaruhi pemikiran psikologis dan
filosofis selanjutnya di dunia Muslim.

4. Konsep-Konsep Psikologi Dalam Karya Ibn Sina


a. Konsep Nafs (Jiwa)
Jiwa menurut Ibnu Sina adalah substansi ruhani yang memancar kepada raga dan
menghidupkannya lalu menjadikannya alat untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu
sehingga dengan keduanya bisa menyempurnakan dirinya dan mengenal Tuhannya.
Jiwa juga diartikan dengan bagian yang terkait dengan aktifitasnya, suatu bentuk yang
berkaitan dengan kombinasinya walaupun jiwa tercetak dalam materi dan suatu kese
mpurnaan berkaitan dengan hewan dan manusia. Ibnu Sina memiliki penafsiran yang
menyatakan bahwa jiwa itu pancaran dari akal kesepuluh yang dibuktikan dengan tiga
bukti yaitu
 Pada saat melakukan perenungan seorang manusia sadar dengan mengenal
dirinya saat melakukan perenungan tersebut dan menyedari akan dirinya
“ada”.
 Manusia dapat menyetakan keberaniannya untuk mengataan banyak hal hanya
pada saat menumpahkan segala perhatiannya pada permasalahan yang ia
hadapi. Sehingga merasa bebas.
 Manusia memiliki kemampuann yang sangat baik dalam menghimpun segala
aktivitas tanpa merasa kesulitan.
b. Struktur Jiwa
Sebagai seorang dokter Ibnu Sina juga cukup faham dengan pemaknaan tentang
jiwa. Jiwa dalam pemaknaannya Ibnu Sina memiliki struktur yang di buat untuk
memudahkan pemahaman tentang makna jiwa itu sendiri. Penjabaran dalam struktur
ini di jelaskan oleh Ibnu Sina dalam kitabnya dan di uraikan dalam jurnal “Ibnu Sina:
Pemikiran Fisafatnya Tentang AlFayd, Al-Nafs, Al-Nubuwwah, Dan Al-Wujûd” oleh
Abdullah Nur, Ibnu Sina membagi struktur jiwa menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabâtiyyah)
 Makan, kegiatan yang dilakukan secara biasa untuk mempertahankan
hidup (al-ghadsiah).
 Tumbuh kegiatan untuk terus menjadi berbeda dari hariu ke hari dan
seterusnya (alnamiah).
 Berkembang biak kegiatan yang dilakukan untuk menjaga regenerasi pada
hewan, tumbuhan dan manusia (al-maulidah).
2. Jiwa binatang (al-nafs al-hawaniyyah)
 Pergerakan badan untuk bergerak (al-muharrikah).
 Menangkap untuk mendapatkan sesuatu (al-mudrikah) dengan dua
bahagian.
 Menangkap dari luar selaga bentu dengan memanfaatkan pancaindra yang
dimiliki mahkluk (al-mudrikah min al-khârij).
 Menangkap dari dalam (al-mudrikah min al-dâkhil) dengan indra- indra
dalam yaitu:
1) Indra bersama (alhiss almushtarak) yang menerima segala sesuatu.
2) Representasi (alquwwat alkhayâliyyah) yang menyimpan semua
yang telah diterima dari pancaindra.
3) Imaginasi (alquwwat almutakhaliyyah) yang menyusun apa yang
di simpan semua yang telah diterima dari pancaindra.
4) Estimasi (alquwwat alwahamiyyah) yang dapat menangkap halhal
abstrak yang terlepas diri materinya. Umpamanya keharusan lari
bagi kambing dari anjing atau serigala.
5) Memori untuk menyimpan abstrak diperoleh melalui evaluasi
(alquwwatalhâfizah).
3. Jiwa manusia (al-nafs al-nâtiqah) yang memiliki dua daya:
 Cara berfikit praktis yang berhubingan dengan raga (al-‘âmilah).
 Cara berfikir teoritis , hal ini berhubungan dnegan hal-hal yang abstrak
dan ia memiliki beberapa tingkatan (al-‘âmilah atau al-nazariyyah), yaitu:
1) Akal materil, akal dasar dimana setiap manusia memiliki akal ini
dengan npotensi yang diberikan tuhan dan belum mengalami
pelatian atau apapun (al-‘aql al-hayûlânî).
2) Intellectus in habitu, sebuah tingkatan lanjut dari sebelumnya yang
mana ia mulai dilatih dan memiliki kebiasan –kebiasaan yang baik
dan berupa abstrak (al-‘aql bi al-mamlakah).
3) Akal aktuil, akal ini sudah ditahap seseorang berfikir secara
abstrak dan dappat dilakukan pada orang-orang dewasa (al-‘aql bi
al-fi’il).
4) Akal mustafad (al-’aql al-mustafâd) kemampuan yang berlanjut
dari berfikir abstra dan dilanjutkan dengan tanpa berusaha
sehingga ia sudah dapat melakukannya. Sehingga ia sanggup dan
siap untuk menerima segala ilmu pengetahuan yang akan diberikan
kepadanya (al-’aql al-fa’âl)

5. Relevensi Gagasan Mengenai Jiwa Terhadap Pendidikan Islam Menurut Ibnu Sina
a. Pelajaran al-quran
Pelajaran Alquran adalah pelajaran pertama dan terutama yang harus diberikan
kepada anak. Hal ini dapat di tinjau dari dua sisi, yaitu bahwa alquran adalah
makanan, nutrisi, petunjuk, cahaya, dan segala keutamaan bagi jiwa manusia yang
berasal dari tuhan dan rekomendasi ibnu sina bahwa pelajaran pertama yang harus
diajarkan kepada anak adalah alqurann.

b. Daya utama manusia


Daya utama manusia adalah daya nutrisi atau daya makan. Jika demikian, pendidikan
tentang makan akan menjadi sangat penting. Apalagi jika melihat Alquran, ada
perintah memakan makanan halal dan thayyib, dan itu artinya wajib. Karena dari
situlah pembelajaran tentang makanan harus dimulai dengan pembelajaran tentang
kewajiban mengkonsumsi makanan halal. Karena makanan haram mungkin tidak
membahayakan tubuh, namun pasti membahayakan jiwa. Lalu ada pelajaran makan
makanan enak. Pengertian tayib tentunya dapat diartikan tidak merugikan tubuh,
bergizi tinggi dan tanpa bahan pengawet. Hal ini penting mengingat pola makan saat
ini semakin tidak sehat. Di luar itu tentu ada hikmah terkait pangan sebagai pedoman
perilaku. Tentang orang yang tidak pantas mengomentari perutnya, selalu
membicarakan makanan, menghabiskan waktu dengan makan makanan mahal,
mengkritik makanan yang rasanya tidak enak dan lain sebagainya.

c. Daya tumbuh
Pertumbuhan penting untuk masa depan semua orang. Oleh karena itu harus
diajarkan. Misalnya, jangan memaksakan anak untuk belajar terlalu banyak hingga
kehilangan waktu bermainnya. Paksakan diri Anda untuk berolahraga terlalu banyak
sehingga mengganggu pertumbuhan. Atau membiarkan anak terbiasa tidur terlalu
lama dan sebagainya.

d. Daya reproduksi
Pentingnya mengajarkan tentang hubungan baik dengan lawan jenis agar sesuai
dengan adat istiadat dan etika Islam yang luhur. Model hubungan remaja modern
yang khas barat sangat merusak. Mereka sangat longgar sehingga masalah genital
muncul seperti itu. Padahal, permasalahan reproduksi bukan hanya permasalahan
biologis dan psikologis, namun juga spiritual. Selain melindungi alat kelamin, sangat
penting untuk mengajarkan perilaku yang baik di tengah maraknya pornografi.
Termasuk soal reproduksi yang sehat karena banyak anak-anak saat ini yang belum
mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

e. Daya sensasi
Sebagaimana telah disebutkan, indera manusia meliputi indra dalam dan indera luar.
Mendidik sedemikian rupa agar seluruh kemampuan inderanya berkembang pesat
sangat penting bagi kemampuan dan keterampilan anak. Banyak sekali kemampuan
inderanya, mulai dari ketajaman pendengaran dan penglihatan, kepekaan indera
perasa, kepekaan peraba, hingga kemampuan penciuman yang akan sangat
bermanfaat bagi manusia. Termasuk indera batin yang meliputi kemampuan
menyimpan ingatan, mengingat kembali, berimajinasi dan mengapresiasi, yang
kesemuanya itu akan sangat baik bagi manusia jika dikembangkan.

f. Daya bergerak
Memberikan dan mengevaluasi kecenderungan anak dalam berolahraga, melatih
gerakan-gerakan sulit hingga melatih otot dan reflek tentunya semua itu sangat
penting. Memasukkan kekuatan hawa nafsu dan amarah yang perlu dikendalikan dan
dilatih agar dapat tersalurkan secara tepat tentu akan sangat bermanfaat bagi manusia.

g. Akal praktis dan akal teoritis


Secara sederhana yang sekarang disebut dengan IQ, EQ, dan SQ anak. Pendidikan
yang melatih tidak hanya kemampuan analitis, namun juga kemampuan reflektif dan
penilaian moral sangat penting bagi kemajuan dan kebahagiaan anak. Semua ini perlu
dikembangkan sebaik mungkin. Terlalu teoritis dan analitis tentu bukan hal yang baik
dan jika kemampuan penalaran tidak dikembangkan tentu akan membuat siswa
kurang. Oleh karena itu sangat penting untuk mengupayakan tercapainya
keseimbangan pendidikan dalam semua aspek tersebut. Apalagi ketika situasi dan
kondisi saat ini di satu sisi sedang kering dan membutuhkan peningkatan kompetensi
di sisi lain. Tampaknya pendidikan saat ini belum mampu memenuhi semua harapan
tersebut.

6. Teori-Teori Ibnu Sina Mengenai Psikologi Islami

1. Integrasi Psikologi dan Teologi


Ibnu Sina mengintegrasikan psikologi dan teologi Islam dalam kerangka teoretis yang
koheren. Jiwa manusia dipahami sebagai entitas multidimensi yang memiliki hubungan
erat dengan Tuhan. Kesehatan mental dan spiritual diyakini saling terkait dan saling
memperkuat.
2. Pengaruh Akal dan Wahyu
Ibnu Sina menekankan pentingnya akal (aql) dan wahyu (naql) dalam memahami jiwa
manusia. Akal digunakan untuk menganalisis pengalaman dan pengetahuan empiris,
sedangkan wahyu memberikan kerangka normatif dan spiritual. Kedua sumber
pengetahuan ini saling melengkapi dan memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang jiwa.
3. Teori Emosi dan Perkembangan Moral
Ibnu Sina mengembangkan teori emosi yang menghubungkan emosi dengan fisiologi,
kognisi, dan moralitas. Emosi didefinisikan sebagai perubahan fisiologis dan kognitif
yang dipicu oleh stimulus internal dan eksternal. Ia mengemukakan bahwa emosi yang
terkontrol dan seimbang penting untuk perkembangan moral individu.
4. Terapi Jiwa dan Kesehatan Mental
Ibnu Sina menaruh perhatian besar pada kesehatan mental dan mengembangkan berbagai
metode terapi untuk membantu individu yang mengalami gangguan mental. Pendekatan
Ibnu Sina dalam pengobatan gangguan mental bersifat holistik, menggabungkan terapi,
obat-obatan, dan perubahan gaya hidup. Terapi yang digunakan meliputi terapi perilaku
kognitif, terapi musik, dan terapi aroma. Obat-obatan herbal juga diresepkan untuk
membantu meredakan gejala. Selain itu, Ibnu Sina menekankan pentingnya gaya hidup
sehat, seperti pola makan seimbang, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, A., Nurislamiah, S., Hasim, H., Rosbandi, R., & Syifa, L. (2023).
KONTRIBUSI ISLAM DALAM PERADABAN DUNIA. Islamika: Jurnal Agama,
Pendidikan dan Sosial Budaya, 17(2), 13-19.

Kusuma, A. R. (2022). Konsep Jiwa Menurut Ibnu Sina dan Aristoteles. Tasamuh: Jurnal
Studi Islam, 14(1), 30.

Shofia, N., & Soleh, A. K. (2022). IBNU SINA: JIWA DAN KEABADIAN
JIWA. ROSYADA: Islamic Guidance and Counseling, 3(2), 91-105.

Ismunanto, A. (2019). Teori Jiwa Ibnu Sina dan Relevansinya bagi Pendidikan
Islam. Idrak: Journal of Islamic Education, 2(1), 185-196.

Avicenna. (2024, Februari 14). Di Wikipedia.


https://en.wikipedia.org/wiki/Avicenna Ismunanto, A. (2019). Teori Jiwa Ibnu
Sina dan Relevansinya bagi Pendidikan Islam. Idrak: Journal of Islamic
Education, 2(1), 185-196.

Lencz, T., & Malhotra, A. K. (2009). Pharmacogenetics of antipsychotic-induced side


effects. Dialogues in Clinical

Anda mungkin juga menyukai