Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fardina Ningsih

NPM : 217310095
Kelas/Prodi : 3E/Ilmu Pemerintahan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Filsafat Islam
tentang Filsafat Suhrawardi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, dan Ibnu Thufail. Berikut
sedikit penjelasannya :
Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia. Kata tersebut berasal dari kata philein
yang berarti mencintai Dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian philosophia
berarti cinta dan kebijaksanaan, yang dimana dalam bahasa inggris disebut love of wisdom,
dalam bahasa belanda disebut wijsbegeerte. Sedangkan dalam bahasa arab disebut Muhibbu al-
hikmah Filsuf herokleitos (550-450 SM) sudah memakai kata filsafat untuk menerangkan hanya
Tuhan yang mengetahui hikmah dan pemilik hikmah. Manusia hanya puas dengan tugasnya
didunia sebagai pencari dan pencinta hikmah (clement,1949:7)
Filsafat memiliki ciri-ciri :
1. Mempunyai kesamaan dalam melihat kebenaran Al-Qur’an dan ajaran islam sehari-hari
2. Para filsuf islam percaya bahwa ada garis yang menghubungkan islam dengan filsafat
yunani,mereka menyakini bahwa wahyu islam merupakan kelanjutan dari mata rantai
perennial yang telah muncul dalam alam pikiran yunani.
3. Filsafat islam bertujuan mendapatkan pengetahuan dalam rangka mendapatkan hikmah
(kearifan).
4. Kualitas kebijaksanaan atau kearifan yang hendak di gapai oleh para filsuf islam adalah
kualitas keagamaan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Sulaiman
Akmal, Lc., M.IP selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Islam. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan kita bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Sulaiman Akmal, Lc., M.IP selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah yang penulis tulis jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 11 Januari 2023

Penulis
Filsafat Ketuhanan (Suhrawardi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail)
 Suhrawardi
Tuhan adalah cahaya yang ia sebut sebagai Nur al-anwar. Cahaya sebagai penggerak utama
alam semesta sedangkan alam semesta merupakan sebuah proses penyinaran raksasa, dimana
semua wujud bermula dan berasal dari prinsip utama yang Esa. Cahaya ini adalah sumber segala
sumber dan tidak ada yang bisa menyamakan kedudukan cahaya ini,cahaya merupakan esensi
yang paling terang dan paling nyata.
 Ibnu Miskawaih
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah Zat yang tidak berjisim, Azali, dan Pencipta. Tuhan Esa
dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamaka dan tidak satupun
yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain.
 Ibnu Sina
Ibnu Sina dalam membuktikan adanya tuhan(isbat wujud Allah) dengan dalil wajib al-wujud
dan mukmin al-wujud. Wajib al-wujud ,esensi yang tidak dapat tidak mesti mempunyai
wujud.esensi tidak bisa dipisahkan dari wujud keduanya adalah sama dan satu. Esensi ini tidak
dimulai dari tidak ada ,kemudian berwujud,tetapi ia wajib dan mesti berwujud selama-lamanya.
Mukmin al-wujud adalah esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak berwujud.
 Ibnu Bajjah
Menurut Ibnu Bajjah, segala yang ada(al-maujudat) terbagi menjadi dua yaitu yang bergerak
dan yang tidak bergerak.Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifat-Nya finite (terbatas).
Gerakan terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang digerakkan,gerakan ini
digerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh
penggerak yang tidak bergerak dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan
jisim(materi)
 Ibnu Thufail
Dalam membuktikan adanya Allah Ibnu Thufail mengemukakan tiga argument yaitu: 1.
Argumen gerak: yang mana gerak alam menjadi bukti tentang adanya Allah baik menyakini
alam baharu maupun bagi orang yang menyakini alam kadim 2. Argumen Materi (al-madat) dan
bentuk (al-sburat), yang mana Allah sebagai pencipta alam ini ,Ia maha Kuasa dan bebas
memilih serta tidak berawal dan tidak berakhir. 3.Argumen al-Gbaiyyat dan al-‘inayat al-
Habiyyat. Sifat-sifat Allah yang maha sempurna tidak berlainan dengan zat-Nya ,Allah adalah
pemberi wujud pada semua makhluk ia tidak mungkin di khayalkan karena khayalan hanya
mungkin terjadi terhadap hal-hal yang indrawi.

Filsafat Jiwa (Suhrawardi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail)
 Suhrawardi
Menurut Suhrawardi,jiwa manusia melimpah dari pemberiannya dalam satu waktu yang
bersamaan dengan jasad yang menampungnya. Jika alam semesta merupakan hasil rentetan
iluminasi dari Allah dan emanasi dari-Nya jiwa juga akan sampai pada kesempurnaan melalui
perantaraan illuminasi.proses naiknya jiwa menuju asalnya disebut remanasi. Sebagai bukti
adanya jiwa adalah kesadaran diri tiap manusia pada jati dirinya .
 Ibnu Miskawaih
Jiwa menurut Ibnu Miskawaih adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan sebab kematian
jasad. Ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi.Ia akan hidup selalu ,Ia tidak dapat diraba
dengan panca indra karena ia bukan jisim dan bagian dari jisim.Jiwa dapat menangkap
keberadaan zatnya dan ia mengetahui ketahuan dan keaktivitasannya .Jadi Ibnu Miskawaih
mensinyalkan bahwa jiwa yang tidak dapat dibagi-bagi itu tidak mempunyai unsur sedangkan
unsur hanya terdapat pada materi
 Ibnu sina
Menurut Ibnu Sina jiwa terbagi atas dua bagian yaitu fisika dan metafisika.Fisika membicarakan
tentang tumbuh-tumbuhan,hewan dan manusia. Jiwa tumbuhan mempunyai tiga daya yaitu
makan, tumbuh dan berkembang biak. Jiwa binatang mempunyai dua daya yaitu gerak dan
menangkap. Jiwa manusia disebut juga dengan al-nafs al nathiqat,mempunyai dua daya yaitu
praktis(al-‘amilat)dan teoretis(al-‘alimat). Bagian yang kedua yaitu Metafisika. Ibnu Sina
menempatkan jiwa manusia pada peringkat yang paling tinggi disamping sebagai dasar berfikir
jiwa manusia juga mempunyai daya-daya yang terdapat pada jiwa tumbuhan dan hewan.
 Ibnu Bajjah
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa.jiwa ini tidak mengalami
perubahan sebagaimana jasmani.Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa menurut ibnu bajjah
adalah jauhar rohani,akal kekal setelah mati, diakhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan
baik balasan kesenangan(surga)maupun balasan siksaan (neraka). Akal,daya berpikir bagi jiwa,
adalah satu bagi setiap orang yang berakal.
 Ibnu Thufail
Jiwa manusia menurut Ibnu Thufail adalah makhluk yang tertinggi martabantnya.Manusia
terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh(al-madat wa al-ruh). Badan tersusun dari unsur-unsur
sedangkan jiwa tidak tersusun.jiwa bukan jisim dan bukan pula suatu daya yang ada didalam
jisim. Setelah badan hancur atau mengalami kematian, jiwa lepas dari badan dan selanjtnya jiwa
yang pernah mengenal Allah selama berada dalam jasad akan hidup dan kekal.

Filsafat Politik (Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail)
 Ibnu Miskawaih
Menurut Ibnu miskawaih, memberikan peraturan untuk kelestarian kesehatan moral berdasarkan
pandangan budaya karakter. Manusia hendak selalu berpegang pada syariat sebagai petunjuk
jalan mereka.Dan juga dalam kehidupan ini manusia harus saling membantu dalam segala aspek
untuk mencapai kemajuan, baik bersifat social maupun kebudayaan.
 Ibnu Sina
Menurut Ibnu Sina, Nubuwwah (kenabian)sebagai refleksi perpolitikan yang kaku,dengan
begitu para pemimpin negara seharusnya menerapkan nilai-nilai karakter kenabian didalam
dirinya.
 Ibnu Bajjah
Ibnu bajjah membagi Negara menjadi Negara utama(al-madinat al-fadhilat) atau sempurna dan
Negara yang tidak sempurna seperti Negara jahilah,fasiqah.Ibnu Bajjah titik tekannya pada
warga Negara(masyarakat). Warga Negara utama menurut Ibnu Bajjah mereka tidak lagi
memerlukan dokter dan hakim.Dalam konsep pilitiknya.
 Ibnu thufail
Dimensi politik dapat ditemukan pada pemikiran Ibnu Thufail dalam karyanya Hayy Ibn
Yaqzan, terutama ketika membahas pertemuan Hayy dengan Absal. Dikisahkan bahwa absal
menceritakan kepada Hayyt tentang sulitnya menjaga kebenaran-kebenaran yang diperoleh
absal kepada masyarakat dimana Absal tinggal, yaitu kebenaran berbasis agama yang diyakini
Absal.

Filsafat Akhlak (Suhrawardi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah)


 Suhrawardi
Pemikirannya tentang etika dapat ditelusuri melalui pandangannya mengenai konsep dasar
realitas .untuk menggambarkan struktur realitas, Suhrawardi mengklarifikasikannya kedalam
cahaya dan gelap. Berawal dari pandangannya tentang baik dan buruk yang digambarkan secara
mistis sebagai cahaya dan kegelapan , ia mulai membangun secara konsisten bagaimana
menggapai cahaya dan melepaskan dari kegelapan tersebut,sehingga demikian jiwa mampu
bersatu dengan cahaya atau kebaikan.
 ibnu Miskawaih
Akhlak menurut konsep Ibnu Miskawaih ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang
mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia
terbagi menjadi dua unsur yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan
latihan.bagi Ibnu Miskawaih akhlak akhlak yang tercela bisa menjadi akhlak yang terpuji
dengan jalan pendidikan dan latihan-latihan.
 Ibnu Sina
Ibnu Sina sangat memperhatikan segi akhlak dalam pendidikan, sehingga yang menjadi fokus
perhatian dari pemikiran filsafat pendidikan adalah mendidik anak dengan menumbuhkan
kemampuan beragam yang benar ,karena pendidikan agama merupakan landasan bagi
pencapaian tujuan pendidikan akhlak.
 Ibnu Bajjah
Yang dimana membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi.
Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
hawa nafsu sementara itu perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan atas
pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.

Anda mungkin juga menyukai