Anda di halaman 1dari 10

Ibnu Thufail dan Pemikiran Filsafatnya

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:
Nama : Andi Mustanira
Nim : 21310056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAI AS’ADIYAH SENGKANG
2022/2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pemikiran di tengah-tengah peradaban manusia mengalami ritme


perjalanannya yang panjang. Perjalanan itu sebagai usaha purifiasi pemikiran yang
dikembangkan dimasing-masing peradaban. Berbekal perspektif dari berpikir secara filosofi
sebagai sunnah kenabian Rasulullah SAW, Ibnu Thufail memberikan suatu paradigma mistis atas
pemikiran dunia timur. Dari ulasan yang dikemukakannya dia menyampaikan bahwa hakikat
pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun dalam kerangka konfrontatif sejatinya merupakan
bagian yang bisa berdialektika secara intensif dan mutual.

Ibnu Thufail yang menjadi kajian dalam makalah ini, juga mampu menyihir
paracendekiawan dunia dengan karya monumentalnya, Hayy Ibnu Yaqzhan. Salahsatu karya
yang tersisa dalam sejarah pemikirannya. Risalah atau novel alegoriyang bertajuk filosofis-mistis
itu, menyita banyak perhatian. Hayy ibnu Yaqzhanadalah refleksi dari pengalaman filosofis-
mistis Ibnu Thufail. Dimana karya itutidak lepas dari penbacaan ulang atau pengaruh dari
pemikiran Ibnu Shina.Namun Ibnu Thufail di sini menghadirkan karya yang berbeda.

Berpijak kepada usaha untuk membangun hakikat dilektif fisafat dan agama sebagai
warna hakiki pemikiran dalam dunia Islam, Ibnu Thufail mengilustrasikan suatu hikayat filosofi
Hayy bin Yaqzhan, sebuah kisah filosofi dari usaha manusia membangun titik-titik rasionalitas
dalam pertumbuhan berpikir mereka. Dalam realitasnya, kehidupan manusia digambarkan oleh
Ibnu Thufail sebagai pribadi yang telah membawa ide-ide bawaan. Hal ini dikuatkannya melalui
perspektif yang dibangun oleh Plato. Manusia yang dipersonifiasikannya melalui kedirian Hayy
ibnYaqzhan menjelaskan Kenyataan hidup manusia yang mampu mencipta pemilahan di antara
kebutuhan dan dorongan-doronganyang akan mengisi ruang-ruang dari kehidupan mereka.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Biografi Ibnu Thufail?


2) Apa saja karya- karya Ibnu Thufail?
3) Apa saja pemikiran- pemikiran Ibnu Thufail?
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Thufail

Ibnu Thufail (sekitar 1105–1185) nama lengkap; Abu Bakr Muhammad bin 'Abdul Malik
bin Muhammad bin Thufail al-Qaisi al-Andalusi ‫أبو بك==ر محم==د بن عب==د المل=ك بن محم==د بن طفي==ل القيس=ي‬
‫( األندلسي‬nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-
Andalus.

Lahir di Guadix dekat Granada sekitar tahun 1105, ia dididik oleh Ibnu Bajjah
(Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai wazir dan
dokter untuk Abu Ya'qub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan
Muwahhidun, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rusyd sebagai penggantinya sendiri saat ia
beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko.

Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai
Maecenas. Ibnu Thufail juga merupakan pengarang Hayy bin Yaqthan (Hidup, Putra Kesadaran)
roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan yang tanpa
hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal,
dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan
penyakit lainnya.

Pada masa khalifah Abu Yaquf Yusuf, Ibnu Thufail mempunyai pengaruh yangbesar
dalam pemerintahan. Pada pihak lain, khalifah sendiri mencintai ilmupengetahuan dan secara
khusus adalah peminat filsafat serta memberikebebasan berfilsafat. Sikapnya itu menjadikan
pemerintahannya sebagaipemuka pemikiran filosofis dan membuat Spanyol, seperti dikatakan R.
Briffault sebagai “tempat kelahiran kembali negeri Eropa”.

Kemudian ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dokter pemerintah padatahun


578 H / 1182 M, dikarenakan usianya yang sudah uzur. Kedudukannya itudigantikan oleh Ibnu
Rusd atas permintaan dari Ibnu Thufail. Tapi dia tetapmendapatkan penghargaan dari Abu
Yaqub dan setelah dia meninggal padatahun 581 H / 1185 M) di Marakesh (Maroko) dan
dimakamkan disana, Al-Mansur sendiri hadir dalam upacara pemakamannya.
B. Karya Ibnu Thufail

Ibnu Thufail merupakan tokoh yang tidak banyak menulis seperti tokoh muslim lainnya,
tetapi beliau lebih banyak merenung, jadi sedikit karyanya yang bisa ter ekspos untuk generasi
selanjutnya. Namun beberapa buku yang memuat beliau mengatakan bahawa Ibnu Thufail juga
sempat menulis buku dalam beberapa bidang seperti kedokteran, fisika dan filsafat. Tetapi
karangan yang sampai pada kita hanya hay ibn yaqzhan yang merupakan intisari pemikiran-
pemikiran Ibnu Thufail dan sudah diterjemahkan dalam beberapa Bahasa.

Hasil karya beliau antara lain Risalah fi Asrar al- hikmah al-Masyriqiyah (Hayy bin
Yaqzhan, Rasa'il fi an-Nafs, dan Biqa' al-Maskunnah wa Al-Ghair al-Maskunnah

Hayy Ibn Yaqzhan bermakna "yang hidup putra yang bangun". Hayy ibn yaqzhan
merupakan nama tokoh utama dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut hayy ibn yaqzhan dapat
dikatakan sampai ke maqam/ tingkat mencari kesejatian. Menemukan sesuatu yang telah ia cari
selama ini. Dengan begitu Hayy menyimpulkan bahwa Tuhan itu pasti baik dan bijaksana.
Sempurna juga penuh rahmat. Tuhan adalah tujuan seluruh manusia. Karena itu merupakan
puncak kebahagian manusia. Dan itu semua bisa dicapai hanya dengan cara dekat dengan Dia
tanpa henti dan melepas/ menjauh dari urusan dunia dan materi. Sehingga manusia dapat sampai
pada objek pengetahuan tertinggi agar dekat dengan Tuhannya.

Hayy bertemu dengan absal seorang ahli tasawuf dari pulauseberang yang sedang
mencari hakikat agama dalam perenungan. Setelahakhirnya Hayy dan Absal berteman, keduanya
menemukan kecocokan dalammemahami makna hidup. Absal pun semakin yaqin atas aqidah
yang selama ini iapegang teguh. Kisah Hayy Ibn Yaqzan seakan-akan menghidupkan
kembalipendapat Mu\’tazilah, bahwa akal manusia begitu kuatnya sehingga ia dapat mengetahui
masalah-masalah keagamaan seperti adanya Tuhan, wajibnyamanusia berterimakasih kepada
Tuhan, kebaikan serta kejahatan dan kewajibanmanusia berbuat baik dan mejauhi perbuatan
jahat. Dalam hal-hal ini wahyudatang untuk memperkuat akal. Dan akal orang yang terpencil di
suatu pulau, jauh dari masyarakat manusia, dapat mencapai kesempurnaan sehingga iasanggup
menerima pancaran ilmu dari Tuhan, seperti yang terdapat dalamfalsafat emanasi Al-Farabi dan
Ibn Sina. Tapi Ibn Rusydlah (1126-1198 M) yangmengarang buku Tahufut al-Tahafut sebagai
jawaban terhadap kritik-kritik Albpg-Ghazali yang ia uraikan dalam Tahafut al-Falasijah.
C. Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail

1. Tentang Dunia

Salah satu masalah filsafat adalah apakah dunia itu kekal, atau diciptakan oleh tuhan dari
ketiadaan atas kehendak-Nya? Dalam filsafat Islam, Ibnu Thufail, sejalan dengan kemahiran
dialektisnya, menghadapi masalah itu dengan tepat. Tidak seperti pendahulunya, dia tidak
menganut salah satu doktrin saingannya, dan tidak berusaha mendamaikan mereka. Di lain
pihak, dia mengecam dengan pedas para pengikut Aristoteles dan sikap-sikap teologis.
Kekekalan dunia melibatkan konsep eksistensi tak terbatas yang tak kurang mustahilnya
dibandingkan gagasan tentang rentangan tak terbatas. Eksistensi seperti itu tidak lepas dari
kejadian-kejadian yang diciptakan dan karena itu tidak dapat mendahului mereka dalam hal
waktu, dan yang tidak dapat sebelum kejadian-kejadian yang tercipta itu pasti tercipta secara
lambat laun. Begitu pula konsep Creatio Ex Nihilo tidak dapat mempertahankan penelitiannya
yang seksama.

Sebagaimana Al-Ghazali, dia mengemukakan bahwa gagasan mengenai kemaujudan


sebelum ketidakmaujudan tidak dapat dipahami tanpa anggapan bahwa waktu itu telah ada
sebelum dunia ada, tapi waktu itu sendiri merupakan suatu kejadian tak terpisahkan dari dunia,
dan karena itu kemaujudan dunia di kesampingkan lagi, segala yang tercipta pasti membutuhkan
pencipta. Kalau begitu mengapa sang pencipta menciptakan dunia saat itu bukan sebelumnya?
Apakah hal itu dikarenakan oleh suatu yang terjadi atas-Nya? Tentu saja tidak, sebab tiada
sesuatupun sebelum dia untuk membuat sesuatu terjadi atas-Nya. Apakah hal itu mesti
bersumber dari suatu perubahan yang terjadi atas sifat-Nya? Tapi adakah yang menyebabkan
terjadinya perubahan tersebut? Karena itu Ibnu Tufail tidak menerima baik pandangan mengenai
kekekalan maupun penciptaan sementara dunia ini.

2. Tentang Tuhan

Penciptaan dunia yang berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu pencipta,
sebab dunia tidak bisa maujud dengan sendirinya. Juga sang pencipta bersifat immaterial, sebab
materi yang merupakan suatu kejadian dunia di ciptakan oleh satu pencipta. Di pihak lain,
anggapan bahwa Tuhan bersifat material akan membaca suatu kemunduran yang tiada akhir
yang adalah musykil. Oleh karena itu dunia ini pasti mempunyai penciptanya yang tidak
berwujud benda. Dan karena dia bersifat immaterial, maka kita tidak dapat mengenalinya lewat
indra kita ataupun lewat imajinasi, sebab imajinisasi hanya menggambarkan hal-hal di tangkap
oleh indra.

Tuhan menurut Ibnu Thufail adalah pemberi wujud pada semua makhluk. Untuk
membuktikan adanya Tuhan Ibnu Thufail mengemukakan tiga argumen, yaitu:

a) Argumen Gerak (al-Harakat)

Gerak alam ini menjadi bukti tentang adanya Allah, baik bagi orang yang meyakini alam
baharu (hadits), berarti alam ini sebelumnya tidak ada, kemudian ada. Oleh karena itu berarti
ada penciptanya. Pencipta inilah yang menggerakkan alam dari tidak ada menjadi ada yang
disebut dengan Allah. Tapi bagi orang yang meyakini alam kadim, alam ini tidak didahului
oleh tidak ada dan selalu ada, gerak alam ini kadim, tidak berawal dan tidak berakhir, karena
zaman tidak mendahuluinya (tidak didahului oleh diam) adanya gerak ini menunjukkan
secara pasti adanya penggerak.

b) Argumen Materi (al-Madat)

Argumen ini menurut Ibnu Thufail dapat membuktikan adanyaAllah, baik yang meyakini
alam qadim maupun hadisnya. Dalam hal ini Ibnu Thufail mengemukakan pokok pikirannya
yang terkait antara satu dengan yang lain, yaitu:

1) Segala yang ada ini tersusun dari materi dan bentuk;


2) Setiap materi membutuhkan bentuk;
3) Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak
4) Segala yang ada (maujud) untuk bereksistensi membutuhkan pencipta.

Dengan argumen di atas dapat dibuktikan adanya Allah sebagai pencipta alam ini, Ia Maha
Kuasa, bebas memilih serta tidak berawal dan tidak berakhir.

c) Argumen al-Gayyat dan al-Mayyat.

Pada argumen ini pernah dikemukakan oleh al-Kindi dan Ibnu Sina, bahwa segala yang
ada di alam ini mempunyi tujuan tertentu dan merupakan inayah dari Allah.
3. Tentang Jiwa

Menurut Ibnu Thufail jiwa manusia adalah makhluk yang tertinggi martabatnya. Manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu jasad dan ruh (al-Madad wa al-Ruh). Badan tersusun dari unsur-
unsur, sedangkan jiwa tdak tersusun. Jiwa bukan jisim dan juga bukan sesuatu daya yang ada
didalam jiwa. Setelah badan hancur (mengalami kematian) jiwa lepas dari badan, dan selanjutnya
jiwa yang pernah mengenal Allah selama dalam jasad akan hidup dan kekal.

Menurut Ibnu Thufail jiwa terdiri dari tiga tingkat, yakni dari yang rendah jiwa tumbuhan
dan jiwa hewan, kemudian tingkat jiwa yang martabatnya lebih tinggi keduanya, yaitu jiwa
manusia (al-Nafs al-Natiqat)

4. Tentang Kosmologi cahaya

Ibnu Thufail menerima prinsip bahwa dari satu tidak ada lagi apa-apa kecuali satu itu.
Manivestasi kemajemukan, kemaujudan dari yang satu dijelaskannya dalam gaya new platonik
yang monoton, sebagai tahap-tahap berurutan pemancaran yang berasal dari caHayya Tuhan.
Proses itu pada prinsipnya, sama dengan refleksi terus menerus caHayya matahari kepada
cermin. CaHayya matahari yang jatuh pada cermin yang dari sana menuju ke yang lain dan
seterusnya, menunjukkkan kemajemukan . semua itu merupakan pantulan matahari dan bukan
matahari itu sendiri, juga bukan cermin itu sendiri, bukan pula suatu yang lain dari matahari dan
cermin itu.

5. Epistemologi pengetahuan

Dalam epistimologi, Ibnu Thufail menjelaskan bahwa ma’rifat itu dimulai dari panca
indra. Dengan pengamatan dan pengalaman dapat diperoleh pengetahuan indrawi, hal-hal yang
bersifat metafisis dapat diketahui dengan akal dan intuisi. Menurutnya ma’rifat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :

1) Pemikiran/renungan akal, seperti yang dilakukan filusuf muslim;


2) Kasyf ruhani (tasawwuf), seperti yang biasa dilakukan oleh kaum sufi. Ma’rifat kasyf
ruhani ini dapat diperoleh dengan latihan-latihan ruhani dengan penuh kesungguhan.
6. Etika/Akhlak

Manusia merupakan suatu perpaduan tubuh, jiwa hewani dan esensi non-bendawi, dan
demikian menggambarkan binatang, benda angkasa dan Tuhan. Karena itu pendakian jiwanya
terletak pada pemuasan ketiga aspek sifatnya, Dengan cara meniru tindakan-tindakan hewan,
benda-benda angkasa dan Tuhan.

Ibnu Tufail tampaknya percaya bahwa benda-benda angkasa memiliki jiwa hewani dan
tenggelam dalam perenungan yang tak habis-habisnya tentang Tuhan. Terakhir, dia harus
melengkapi dirinya dengan sifat-sifat Tuhan baik yang positif maupun yang negative, yaitu
pengetahuan, kekuasaan, kebijaksanaan, kebebasan dari keinginan jasmaniah, dan sebagainya.
Melaksanakan kewajiban diri sendiri, demi yang lain-lainnya dan demi Tuhan,

7. Rekonsiliasi (Tawfiq) Fislafat dan Agama.

Melalui roman filsafat Hayy ibn Yaqhzan, Ibnu Thufail menekankan bahwa antara agama dan
filsafat tidak bertentang, dengan kata lain, akal tidak bertentangan dengan wahyu, tetapi
jugadapat diketahui dengan akal. Dalam hal ini, Ibnu Thufail berusaha dengan penuh
kesungguhan untuk merekonsiliasikan antara filsafat dan agama. Hayy dalam roman filsafatnya,
ia lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk esoteris, yang membawa hakikat
(kebenaran). Sementara salman, ia lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk eksoteris.
Kebenaran yang dikehendaki agama, karena sumbernya sama, yakni Allah SWT.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu thufail merupakan salah satu filosof muslim yang memberikan inspirasi kepada para
cendekiawan di zaman berikutnya. Sebuah konsep yang telah dituangkan Ibnu thufail dalam
bukunya yang fenomenal hayy ibn yaqzhan merupakan konsep filsafat yang memberitahukan
secara rinci bagaimana menuju kebahagiaan sejati melalui jalan taqorrub ila Allah. Ibnu thufail
menggambarkan lewat seorang yang bernama hay ibn yaqzhan dalam perjalanannya mencari
tuhan yaitu lewat pengamatan indranya, rasio, akal, jiwa dan intuisi. Jika dilihat dengan seksama
lewat karya momentalnya ini, Ibnu Thufail ingin memberitahukan bahwa secara hakiki beliau
menujukkan pemikiran kefilsafatan yang bernuansa ketimuran dengan membawa prinsip- prinsip
islam.

B. Saran
Dari uraian diatas jelas banyak kesalahan dan kekeliruan, baik disengaja maupun tidak,
maka dari itu saya harapkan pada pembaca untuk kritik dan saran demi memperbaiki segala
keterbatasan yang saya punya, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rafliizam/6247dc169510511293267952/ibnu-thufail-sebagai-
slaah-satu-ulama-sufi-yang-mengungkap-filsafat-lewat-karyanya-yang-fenomenal
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/03/biografi-ibnu-thufail-filsuf-dokter-pejabat-
pengadilan-arab.html?m=1
https://www.neliti.com/id/publications/177948/pemikiran-filsafat-ibnu-thufail-khazanah-
pemikiran-filsafat-dari-timur-asrar-al
https://www.academia.edu/34814262/Agama_Makalah_ibnu_thufail_

https://brainly.co.id/tugas/41078737

Anda mungkin juga menyukai