Anda di halaman 1dari 3

Ibnu Thufail, Filsuf Muslim yang Ahli Ilmu Kedokteran dan Mahir Menulis Novel

Ilmuwan yang satu ini adalah seorang filsuf, dokter, novelis dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-
Andalus. Nama lengkap adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Ibnu Thufail
Al-Qaysi. Biasa dikenal sebagai Ibnu Thufail atau Ibnu Tofail. Ia adalah salah satu keturunan suku Arab
Kays, yang terkemuka . Ia sering pula disebut sebagai al-Andalusi atau al-Kurtubi al-Isybili. Tapi kaum
Skolastik Kristen menyebutnya sebagai Abubacer.

Ibnu Thufail diperkirakan lahir pada dekade pertama abad ke-6 H/ke-12 M atau sekitar tahun 1105 M di
Wadi Ash, Guadix, sebelah timur laut Granada, Spanyol. Ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Namun,
tidak banyak yang dapat diungkap mengenai keluarga dan pendidikannya. Ia praktek pertama kali
sebagai dokter di Granada, kemudian menjadi sekretaris gubernur tingkat propinsi.

Pada tahun 594 H/1154 M, ia menjadi sekretaris dari gubernur Ceuta dan Tangier, putra Abdul Mu’min
pendiri dinasti Almohad (Al-Muwahhidun). Dan akhirnya ditunjuk sebagai dokter oleh Al-Muwahhidun,
Sultan Abu Ya’kub Yusuf (558-580 H/1163-1184).

Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai wazir dan dokter untuk Abu
Ya'qub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Muwahhidun, pada yang
mana ia menganjurkan Ibnu Rusyd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia
meninggal di Maroko.

Salah seorang muridnya, Al-Bitruji, menyebut bahwa Ibnu Thufail sebagai qadli. Dalam banyak hal, Ibnu
Thufail selalu mempunyai pengaruh besar terhadap muridnya ini, serta banyak merekrut sarjana-sarjana
ke istana. Ibnu Thufail pula yang memperkenalkan Ibnu Rusyd muda kepada Sultan.

Ahli sejarah Abdul Wahid al-Mazzakusyi memberi sebuah deskripsi mengenai pertemuan ini, yang
diketahui dari laporan-laporan Ibnu Rusydi sendiri. Pada kesempatan-kesempatan seperti inilah, Sultan
menunjukan luas pengetahuannya tentang masalah-masalah kefilsafatan. Ibnu Thufail jugalah yang atas
saran dan dorongan sang Pangeran, menasehatkan dan memberi semangat, dan bahkan mendesak Ibnu
Rusyd untuk menulis komentar-komentarnya tentang karya-karya Aristoteles.

Novel Hayy bin Yaqzan

Karya yang dihasilkan oleh Ibnu Thufail diketahui tak banyak jumlahnya, namun karangannya Hayy bin
Yaqzan (Hidup, Putra Kesadaran), sebuah novel filsafat terkenal, merupakan salah satu diantara buku-
buku yang paling cemerlang pada abad-abad pertengahan. Dalam buku tersebut, Ibnu Thufail berusaha
membuktikan kebenaran tesis kesatuan kebijaksanaan rasional dan mistis melalui kisah fiktif.
Melalui kisah tersebut, Ibnu Thufail ingin memberikan solusi terhadap permasalahan yang ditimbulkan
oleh pertentangan antara filsafat dan agama, akal dan iman, seperti halnya Hayy, yang dalam novel
tersebut digambarkan akhirnya menyadari bahwa kebenaran itu memiliki dua wajah, yakni internal dan
eksternal. Ia menegaskan bahwa dalam mencapai kebenaran, media yang digunakan ada banyak dan
beragam.

Hayy bin Yaqzan sendiri merupakan roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah
pulau dan dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran
yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk
dogmatisme, dan penyakit lainnya.

Dalam kisah itu, dia menampilkan sebuah novel aligoris yang mengkisahkan seorang bayi yang tedampar
di hutan dan di rawat oleh seekor rusa sampai bayi itu dewasa. Tanpa latar belakang sosial budaya, anak
itu dapat tumbuh dewasa dengan intelegensi yang tinggi dan mampu mencapai tingkat spiritualitas yang
paling tinggi. Sehingga ia mampu menyingkap rahasia dibalik dunia ini dan mencapai titik Musyahadah,
akhirnya dapat menemukan kebenaran sejati.

Karya fenomenal yang berbau filosofis-mistis mengenai bagaimana akal pikiran mampu menangkap,
merenungkan dan menyimpulkan bahwa segala sesuatu ada yang menggerakan dan penggerak itu tiada
lain adalah Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Ibnu Thufail, menurut astronom al-Bitruji serta Ibnu Rusyd dalam komentarnya terhadap Aristoteles
Metaphysics, juga mempunyai banyak gagasan orisinil di bidang astronomi. Dan gagasan itu ternyata
banyak memberi pengaruh kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh al-Bitruji untuk menyanggah dan
sekaligus membuktikan kekeliruan teori Ptolemaios lingkaran-lingkaran epicycles dan excentris.

Pemikiran Ibnu Tufail banyak mempengaruhi Ibnu Rushd alias Averroes (1126- 1198 M). Ibnu Rushd
dikenal sebagai salah seorang murid Ibnu Tufail yang sukses. Bahkan, menurut catatan sejarah,
astronomer Nur Ed-Din Al-Bet rugi juga sempat menimba ilmu dari Ibnu Tufail. Ibnu Rushd adalah murid
kesayangan Ibnu Tufail. Tak heran jika ia merekomendasikan Ibnu Rushd menggantikannya setelah
pensiun.

Pada tahun 578 H/1182 M, Ibnu Thufail berhubung usianya yang telah lanjut, digantikan kedudukannya
oleh Ibnu Rusyd sebagai dokter pribadi Khalifah. Ibnu Thufail meninggal dunia pada tahun 581 H/1185-
1186 M di Maroko. Khalifah sendiri menyempatkan diri menghadiri upacara pemakamannya.

Karya Ibnu Thufail

Ada banyak karya yang telah ditulis Ibnu Thufai. Beberapa diantaranya seperti Muraja’at wa Mabahits
(Revisi-revisi dan Pembahasan), Arjuzah fi at-Thib sepanjang 7700 bait, Risalah Hayy Ibnu Yaqzan Fi Asrar
Al-Hikmah Al-Masyriqiyyah, Asrar Al-Hikmah Al-Masyriqiyyah (Rahasia-rahasia Ketimuran) itu hanyalah
ringkasan dari buku Hayy Ibnu Yaqzhan.
Menurut Ibnu Khatib, ada dua buku tentang kedokteran yang dapat dikatakan merupakan karya Ibnu
Thufail, setidaknya ditulis oleh dua orang muridnya yang dipersembahkan kepada Ibnu Thufail, yaitu Al-
Bithruji yang mengarang Kitab Al-Hai’ah dan karya Ibnu Rusyd yang berjudul Fi al-Buqa’ al-Maskunah sa
al-Ghair al-Maskunah. Ia juga menulis dua buah naskah tentang ilmu kedokteran yang banyak
hubungannya dengan karya medis Ibnu Rusyd, yakni al-Kulliyat. (njs/dbs)

Anda mungkin juga menyukai