Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
Filsafat dan agama merupakan wilayah yang sebenarnya saling berkelindan. Hal
ini terjadi, karena filsafat dapat dipahami sebagai ilmu yang mempersoalkan dan mencari
hakikat kebenaran dari segala yang ada. Persoalan tersebut meliputi: (1) Persoalan
metafisika (metaphysical problem), (2) Persoalan epistemologi (epistemological
problem), (3) Persoalan logika (logical problem), (4) Persoalan nilai (axiological
problem), (5) Persoalan hermeneutika.
Ibnu Sina atau Avicenna (370-29 H/980-037 M) memiliki nama lengkap Abu Ali
Al-Husain bin ‘Abd Allah ibn ‘Ali ibnu Sina1. Ia lahir di Afshanah, desa kecil dekat
Bukhara, 370 H/980 M, dan wafat di Hamdan, 428 H/1037 M. Ia adalah putra seorang
pegawai tinggi pada Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M), ‘Abd Allah hasil
pernikahannya dengan Sitarah dari Balkh. Ibnu Sina mempunyai kecerdasan luar biasa,
sehingga ia telah mampu menghafal Al Quran sejak usia kurang dari 10 tahun. Selain itu,
ia juga menguasai secara baik berbagai macam ilmu, seperti matematika, logika, fisika,
geometri, astronomi, hukum islam, teologi, kedokteran, dan metafisika ketika usianya
baru 17 tahun (bdk. Nasr & Leaman, 2003:285-286).
1
Nama pendeknya Abu Ali. Ia memiliki gelar kehormatan al-Syaikh al-Ra’is (Guru besar dan Kepala)
menunjukkan status terkemukanya dalam mengajar dan posisi politiknya yang tinggi selaku seorang wazir.
Apalagi ia juga memiliki gelar al-Hakim al-Wazir dan juga Hujjat al-Haqq.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah tentang kehidupan Ibnu Sina?
2. Bagaimana pandangan sosiopolotik kehidupan Ibnu Sina?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran Ibnu Sina?
C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah tentang kehidupan Ibnu Sina.
2. Mengetahui pandangan sosiopolitik kehidupan Ibnu Sina.
3. Mengetahui pemikiran-pemikiran Ibnu Sina.
PEMBAHASAN
2
Nama pendeknya Abu Ali. Ia memiliki gelar kehormatan Al-Syaikh al-Ra’is (Guru besar dan Kepala)
menunjukkan status terkemukanya dalam mengajar dan posisi politiknya yang tinngi selaku seorang wazir. Ia
juga memiliki gelar al-Hakim al-Wazir dan juga hujjat al-Haqq. A.F al-Ahwani, Ibnu Sina (1968:18)
Ibnu Sina menyerap berbagai ilmu dari beberapa orang guru, antara lain Abu
Bakar bin Muhammad al-Barqi al-Khawarizmi untuk Bahasa, Ismail al-Zahid untuk
fikih, Abu Sahl al-Masihi dan Abu Manshur al-Hasan bin Nuh untuk kedokteran, di
samping belajar secara otodidak (Aqqad, 1988:17). Ia juga belajar aritmetika dari ‘Ali
Natili, seorang sufi Ismaili berkebangsaan India (Fakhiri, 2001:55)
Sepeninggal ayahnya pada saat ia berusia 20 tahun, Ibnu Sina pindah ke suatu
tempat dekat Laut Kaspia, dan mulai menulis ensiklopedia tentang ilmu kedokteran
yang dikenal dengan nama al-Qanun fi al-Thibb (Aqqad, 1998:20, 24). Ibnu Sina
beranggapan bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada tidaklah sulit dipelajarinya, ,
kecuali bidang metafisika (Fakhri, 2001:55). Dengan bekal ilmunya yang mendalam
itu, ia menjadi tokoh yang memiliki produktivitas sangat besar walaupun berada
dalam lingkungan politik yang labil (Nasr & Leaman, hal. 286).
Kebesaran Ibnu Sina terlihat dari beberapa gelar yang diberikan oleh para
tokoh kepadanya, seperti al-Syaikh al-Ra’is di bidang filsafat, dan pangeran para
dokter di bidang kedokteran. Sementara Ibnu Rusyd menjulukinya sebagai orang
agamis yang berfilsafat, al-Ghazali menyebutnya sebagai ahli filsafat yang secara
paradox lebih religious daripada beberapa filosof pendahulunya, karena untuk
menyebut tuhan tidak lagi menggunakan kata menurut sebutan tradisional, tetapi
menggunakan filsafat, yakni ada wajib. Akan tetapi, ada juga yang menuduh Ibnu
Sina terlalu Aristoteles Sentrisme (Jolivet, hal.62).
Pemikiran keagamaan Ibnu Sina sangatlah mendalam dan tajam. Pemikiran
keagamaan seperti inilah yang memengaruhi pandangan filsafat, dan keyakinan
keagamaan yang secara simultan mewarnai alam pikiran Ibnu Sina sehingga
melahirkan beberapa karya besar, baik berupa buku, buku saku, dan kumpulan surat-
surat yang semuanya tidak kurang dari 276 buah3, dan beberapa diantaranya sampai
saat ini masih dipakai sebagai rujukan universitas-universitas ternama di Barat. Di
antara karya-nya adalah al-Syifa yang membahas penyembuhan, al-Qanun fi al-Thibb
(peraturan-peraturan kedokteran), al-isyarat wa al-tanbihat (Isyarat dan penjelasan),
Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur), ‘Uyun al-Hikmah (Mata Air Hikmah), al-
Magest (buku tentang astronomi) (Fakhri, 2001:55) al-Najah, Danisynama-yi ‘Ala’i.
Ia juga meninggalakan beberapa esai, beberapa yang terpenting adalah Hayy ibn
Yaqzhan, Risalah al-Thair, Risalah al-‘Isyq, Tahshil al-Sa’adah. Ia juga menulis puisi
3
Sayyed Hossein Nasr & Oliver Leaman , Ensiklopedi Tematis, hal.286 yang menyebut antara 100 sampai 250
judul.
dalam al-Urjuzan fi al-Thibb, al-Qashidah al-Muzdawiyah, dan al-Qashidah al-
‘Ainiyyah. 4
Selain karya-karya terkemuka itu, Ibnu Sina juga menulis beberapa risalah
tentang qadha’ dan qadar yang menyebabkan ia dipenjara dan dihukum buang.
Risalah tersebut adalah Fi Sirr al-Qadar (tentang rahasia qadar), fi al-Qadla’ wa al-
Qadar (tentang qadha’ dan qadar), dan al-Risalah al-Arsyiyya (Risalah tentang
singgasana Tuhan). Para ahli sejarah berpendapat menuju Isfahan setelah ia melarikan
diri dari banteng Fardajan tempat ia dipenjara dengan kejam selama empat bulan
(Madkour, 1995:233)
4
Komentar atas sebagian karya-karya tersebut, lihat Sayyed Hossein Nasr & Oliver Leaman, Ensiklopedi
Tematis, hal.287-288.
“Karena itu, dikatakanlah bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara
kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah
penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala
sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang lenyap.”(dalam kitabnya al-
iqthisad fil I’tiqad hlm.199)
2. Politik Kerakyatan
Kitab tadbiir al junuud wa al mamaliik waal ‘asaakir wa al rzaaqihim
wa kharaaj al mamaaliik memuat perihal pertahanan dan soal keuangan dalam
negara. Buku karya Dokter-Politikus ini menyebutkan bahwa seharusnya politik
pertahanan adalah politik kerakyatan. Karena keuangan negara yang dipakai untuk
membelanjai pertahanan, gaji angkatan bersenjata, dan lain sebagainya adalah
uang yang berasal dari rakyat. Oleh karena itu, sudah seharusnya politik
pertahanan itu menjamin keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Ibnu
Sina merasa kurang dengan pengalaman politiknya sehingga ia sempat
mengadakan perjalanan selama 3 tahun untuk mengunjungi mereka secara
berlangsung. Selain itu, ia menyempatkan waktu untuk bercengkerama dan
berbicara dari hati ke hati mengenai tujuan negara dan cara pemerintahan yang
diharapkan rakyat.
3. Pemerintahan Anti Korup
Dalam sejarah hidupnya, Ibnu Sina pernah memegang jabatan dalam
pemerintahan. Salah satunya adalah sebagai Menteri Pertama (First Minister) di
Hamadhan. Politikus muda ini memulai perjalanan dan praktik politiknya di usia
27 tahun. Sepanjang perjalanan politiknya, Ibnu Sina mepunyai sikap yang sangat
keras menentang terhadap para pegawai pemerintahan dan tentara yang korup,
yang menyeleweng dari aturan yang berlaku. Tindakan korup yang dilakukan
pegawai pemerintahan menimbulkan banyak rakyat yang hidup menderita.
Sikapnya ini menimbulkan reaksi yang keras dari pihak angkatan bersenjata pada
masa itu. Oleh karena itu, dari sikapnya tersebut, Ibnu Sina pernah ditahan
menjadi buronan keamanan, bahkan hukuman “buang” atasnya.
4. Politik Kekeluargaan
Ibnu sina juga memaparkan politik yang bersifat kekeluargaan. Dalam
bukunya Al Syasah menerangkan bahwa ketika membicarakan negara berate
memperundingkan politik, sekaligus membicarakan tentang keluarga dan rumah
tangga, dan juga membahas soal pendidikan. Ibnu Sina melanjutkan bahwa :
1. Negara adalah soal badan politik
2. Rumah tannga adalah sumber utama dari negara dan sumber inspirasi.
3. Pendidikan adalah jalan yang paling esensial untuk negara.
Miniatur dari negara adalah rumah tangga. Negara diibaratkan sebagai sebuah
keluarga. Anggota keluarga terdiri atas Ayah, Ibu, dan anak-anak. Setiap keluarga
pasti mempunyai visi dan tujuan kedepan yang ingin di capai dan disepakati
bersama. Oleh karena itu, terdapat pembagian tugas dan kewajiban masing-
masing sesuai kemampuannya. Kita harus memupuk rasa saling menyayangi,
menghormati dan tolong-menolong di dalamnya. Setiap anggota keluarga
mempunyai andil yang sama besarnya untuk mencapai tujuan keluarga. Kesadaran
akan tugas masing-masing, koordinasi dan hubungan yang baik antar anggota
keluarga akan sangat membantu seseorang yang dapat memanage kehidupan
keluarganya dengan baik sudah mempunyai salah satu bekal untuk dapat mengatur
negara dengan baik pula.
PENUTUP
KESIMPULAN
Ibnu Sina di kenal juga sebagai “Avicenna” di Dunia Barat adalah seorang
filsuf, ilmuwan kesehatan. Beliau juga seorang penulis yang produktif yang sebagian
besar karyanya adalah tentang filosofi, pengobatan dan kesehatan. Banyak orang yang
menyebut beliau sebagai “Bapak Pengobatan Modern”. Karya beliau yang sangat
terkenal adalah al-Qanun fi at-Tibb yang berisi tentang di bidang kedokteran selama
berabad-abad ini.
Dokter Politikus yang satu ini merupakan filosof muslim yang taat beragama.
Kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya terus membaca dan menggali
ilmu dari manapun. Buku-buku karyanya banyak dijadikan panduan keilmuan para
ilmuwan dan bahkan ada beberapa yang menjadi buku pegangan di beberapa
universitas daerah barat. Beberapa konsep politik Ibnu Sina: (1) Politik bagian dari
agama, (2) Politik kerakyatan, (3) Pemerintah anti korup, (4) Politik kekeluargaan, (5)
Kontrol diri yang baik, (6) Teori negara yang adil dan makmur.
Epistemologi Ibnu Sina, terdapat tiga cabang teoritis: filsafat yang membahas
sepanjang gerak terkait dengannya, baik daklam realitas maupun pikiran; filsafat yang
membahas gerak terkait dengannya dalam realitas, tetapi tidak dalam pikiran; dan
filsafat yang membicarakan hal-hal sepanjang gerak tidak terkait padanya, apakah
gerak dapat dikaitkan dengannya seperti dalam kasus kesatuan, ataukah tidak dapat,
seperti dalam kasus Tuhan. Jenis pertama adalah fisika, kedua adalah matematika
murni, dan ketiga adalah metafisika.
Logika menurut Ibnu Sina merupakan kunci filsafat, yang pencarian atasnya
merupakan kunci kebahagiaan manusia. Logika menjalankan fungsinya dengan
membantu menarik konsep-konsep dan penilaian-penilaian yang belum diketahui dari
konsep-konsep dan penilaian-penilaian yang sudah diketahui sehingga meningkatkan
derajat pengetahuan kita. Dalam hal ini, menurut Ibnu Sina, pengetahuan hanya dapat
dicapai melalui penggunaan logika, kecuali jika pada kesempatan yang langka, Tuhan
memberikan pengetahuan ini tanpa usaha manusia.
Terlepas dari pro dan kontra pemikiran Ibnu Sina baik di kalangan ulama
Islam sendiri seperti yang datang dari Al Ghazali, kita masih dapat mengambil banyak
hal-hal positif dari apa yang telah ditinggalkan Ibnu Sina. Ibnu Sina akan tetap
menjadi harta berharga bagi kemajuan peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://adaceritauntukmu.wordpress.com/konsepsi-politik-ibnu-sina/13/16:30
https://alkautsarkalebbi.wordpress.com/ibnu-sina-pemikiran-
filsafatnya/13/16:45