Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SAMUEL PARLINDUNGAN SITOHANG

MATA PELAJARAN: PENGANTAR PERJANJIAN LAMA

DOSEN : BAPAK DR. DARSONO MT.h

1.1 Yesus dan Perjanjian lama


Kristus mengakui otoritas penuh dan sifat yang mengikat dari kitab suci. Namun, dia
menyatakan diri sebangai penafsir kitab suci yang sejati. Meskipun dia berselisih paham
dengan para pemimpin yahudi dalam banyak hal, namun perjanjian baru tidak memberikan
bukti bahwa ada konflik mengenai masalah panggilhaman atau otoritas perjanjian lama.
Sebaliknya, kristus sering mengutip perjanjian lama {kitab – kitab suci} sebangai dasar
pengajaranya. Hal ini tampak dalam pemakaian ungakapan ada tertulis oleh yesus sebanyak
tiga kali ketika ia dicobai { matius 4:1-11}. Ungkapan itu merupakan kesaksian yang jelas
akan ketergantungannya pada otoritas perjanjian lama. Dalam argumentasinya dengan orang-
orang yahudi mengenai hak untukmenyebut dirinya anak allah { yoh 10:31-36} , ia juga
bertumpu pada kitab kitab suci yang mutlak dapat dipercaya.

1.2 Paulus Dan Perjanjian Lama


Selaku seorang yahudi dan rabi saulus dari tarnus mengenal perjanjian lama dengan baik.
Setelah ia menjadi seorang kristen dan rasul ia menemukan bahwa teks yang dikenalnya
dengan baik itu sarat dengan makna yang segar. Sama seperti yesus, ia mengakui
penghilhaman dan otoritas penuh dari kitab suci { 2tim 3:16] dan menemukan makna
perjanjian lama yang terdalam dalam rangkapenantian dan persiapan untuk perjanjian baru.
Bagi paulus kristus tidak saja merupakan suatu faktor yang memberikan makna tambahan
pada perjanjian lama, tetapi dialah jalan satu satunya untuk memahami perjanjian lama ia
memandang keseluruhan nubuat dan sejarah perjanjian lama dari sudut pandang zaman
mesianik yang membuka pengertian tentang perjanjian lama, yang digenapi dalam yesus
kristus dan dalam ciptakaanya yang baru.
Tipologi tidak sedikit peranannya dalam surat-surat Paulus." Penelitian-penelitian terhadap
tipologi Perjanjian Baru menegaskan adanya kesinambungan antara pemakaian contoh-
contoh dan lambang- lambang Perjanjian Lama oleh Paulus dan Kristus. Kedua-duanya
sangat berbeda dengan metode-metode Filo dari Aleksandria dan penulis- penulis Yahudi
dalam menafsirkan Kitab Suci. Minat terhadap penelitian tipologi sekarang ini, antara lain,
didorong oleh pandangan yang baru
2. Tipologi berarti "penemuan hubungan-hubungan antara hal-hal (peristiwa, orang atau
benda) dalam Perjanjian Lama dengan hal-hal yang sejajar dalam Perjanjian Baru". Lihat
Lampe & Woollcombe (1957: hlm. 147 dst.).
terhadap kesatuan Alkitab dan cara-cara para penulis Perjanjian Baru bergantung pada
Perjanjian Lama Ada kesadaran yang makin ber- kembang bahwa kesatuan Alkitab bersifat
dinamis dan didasarkan pada kesinambungan karya Allah dalam kedua Perjanjian itu.
Kesadaran ini telah memperjelas sifat sejarah dari tipologi Alkitab. Paulus yakin bahwa Allah
yang sama berkarya dalam kedua masa itu dan karya-Nya pada masa lampau menjadi pola
untuk karya-Nya pada masa sekarang dan mendatang. Dalam hal ini baik Paulus maupun
Kristus mengikuti contoh Perjanjian Lama itu sendiri. Misalnya, dalam Perjanjian Lama,
peristiwa keluaran dari Mesir memberi pola untuk peristiwa keluaran baru, yakni peristiwa
kembalinya orang-orang Yehuda dari pembuangan (bnd Yes 43:16-20), Perjanjian Lama
penting artinya bagi Paulus, bukan untuk arti-arti mistik atau rohani yang tersembunyi, tetapi
sebagai tulisan yang diilhamkan Allah mengenai penciptaan, pemilihan dan penyelamatan
yang digenapi dalam zaman baru yang dimulai oleh Yesus Kristus. Mereka yang menekankan
kesinambungan sejarah dalam Alkitab tidak selalu menunjuk pada hubungan moral atau ctis
antara kedua Perjanjian tersebut. Meskipun Perjanjian Baru sudah pasti melampaui Perjanjian
Lama dalam wawasan wawasan ctisnya, namun Perjanjian Lama mengandung banyak
keterangan mengenai tema-tema yang disaji kan sepenuhnya dalam ajaran Kristus dan para
rasul. Misalnya, melakukan kehendak Allah adalah yang paling baik; percabulan, penyem-
bahan berhala, kekejaman, pemberontakan rohani harus dijauhi; kejujuran, integritas,
kerajinan dan perhatian terhadap hak dan kebutuhan orang lain dihargai sebagai sifat-sifat
luhur dan mulia. Paulus menyebutkan pentingnya ajaran etika dan moral Perjanjian Lama (2
Tim 3:16-17) dan tulisannya mencerminkan penggunaan Perjanjian Lama sebagai contoh
oleh orang Kristen mula-mula (1 Kor 10:1-11).
Paulus amat memperhatikan masalah latar belakang sejarah dan tata bahasanya. Namun, ia
tidak menekankan maknanya pada masa lampau melainkan artinya untuk penggenapan di
masa depan. Dan ia bertitik. tolak dari susunan tata bahasa harfiah dan maju kepada suatu
penafsiran yang sesuai dengan penafsiran penyataan Perjanjian Lama secara keseluruhan
(Ellis 1957; hlm. 147-148).
1.3 Kesimpulan
Pola otoritas dan prinsip-prinsip penafsiran yang diperbincangkan dapat diterapkan dengan
mudah pada tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya, seperti Surat Ibrani, Yakobus dan Kitab
Wahyu. Kitab-kitab itu banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama dan masing-
masing menggunakannya dengan caranya sendiri. Yakobus, misalnya, amat ber- gantung
pada tulisan-tulisan hikmat Israel, khususnya pada teknik-teknik pengajaran dan pemikiran
Kristus, Sumber hikmat itu. Pengarang Surat Ibrani mempergunakan ayat-ayat dan macam-
macam bukti dari Perjan- jian Lama untuk memperlihatkan keunggulan Kristus yang nyata
dan perjanjian-Nya yang baru. Yohanes dalam Kitab Wahyu, yakin bahwa Kristus adalah
Alfa dan Omega. la melukiskan puncak sejarah alam semesta dengan kata-kata yang diambil
dari gambaran Perjanjian Lama tentang karya Allah dalam anugerah dan penghakiman.
Dengan demikian, kitab itu menyatakan bahwa puncak sejarah itu adalah apa yang
diberitakan dan dirindukan para nabi, yakni kemenangan Kerajaan Allah.
2. PENYATAAN DAN PENGILHAMAN
2.1 Masalah utama Kita dapat melakukan pendekatan terhadap Alkitab dari dua arah
Pendekatan pertama, karena Alkitab merupakan hasil dari kebudayaan Timur Tengah kuno,
maka Alkitab dapat dipelajari bersama-sama dengan tulisan lain yang hampir sejenis, yang
kurang lebih berasal dari masa yang sama. Metode ini membuat kita sadar bahwa orang-
orang yang diceritakan dalam Alkitab adalah manusia biasa. Tujuan hidup mereka bukan
hanya sekadar menerima penyataan Allah dan melayani-Nya dengan berbagai upacara
keagamaan. Pandangan yang menganggap mereka sebagai bangsa yang terisolasi,
bertentangan dengan bukti yang terdapat dalam Alkitab, karena di dalam Alkitab disebutkan
tentang banyak bangsa dan sejumlah sistem agama yang terus-menerus melibat kan
kehidupan umat Allah itu. Tetapi, pendekatan yang bersifat mem- bandingkan itu, juga ada
kerugiannya. Salah satu di antaranya ialah bahwa usaha untuk memperhatikan kesamaan-
kesamaan umat Allah dengan bangsa-bangsa sekitarnya itu, cenderung mengaburkan per-
bedaan-perbedaan yang penting antara keduanya.
2.2 Penyataan Allah menyatakan diri-Nya kepada Abraham, Musa, Samuel dan banyak
orang yang lain. Nabi Amos, untuk menunjukkan otoritas misinya, "Sungguh, Tuhan
ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya,
para nabi (Am berkata, 3:7).
a. Pengertian istilah "penyataan" Penyataan dapat berarti perbuatan mengungkapkan atau
membuka atas menyingkapkan. Istilah itu dapat pula berarti apa yang diungkapkan ata
dibukakan atau disingkapkan. Sering kali yang ditekankan ialah penger an yang aktif:
penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang
diberikan-Nya, firman yang diucap kan-Nya dan perbuatan yang dilakukan-Nya Pandangan
Alkitab mencakup kedua pandangan ini, yaitu bahwa Allah menyatakan diri bak
b. Penyataan melalui peristiwa dan firman Allah memang menyatakan diri-Nya melalui
karya-Nya. Pembebasan Israel dari perbudakan Mesir yang disertai dengan peristiwa-
peristiwa dahsyat adalah salah satu penyataan Allah melalui karya-Nya yang ter besar dalam
Perjanjian Lama. Namun, berdampingan dengan ini terdapat penyataan melalui firman-Nya.
Allah menyatakan diri-Nya dan maksud- Nya sebelum peristiwa pembebasan itu (Kel 3:2-
10), sehubungan dengan peristiwa keluaran (bnd 12:12-13) dan setelah peristiwa itu terjadi
(bnd 20:2, Yeh 20:6-10).
c. Perlunya penyataan Ada dua alasan mengapa penyataan Allah itu perlu. Pertama, Allah
melampaui ruang-waktu yang diamati indra manusia. Tidak meng- 3. Istilah terpenting yang
mengungkapkan konsep ini dalam bahasa Ibrani adalah gala 'membukakan, membuat
telanjang' (bnd. Yun. apokalupto 'membuka, menyatakan dan apokalupsis 'penyataan,
penyingkapan'.
d. Penyataan umum dan khusus Menurut pandangan Alkitab, Allah telah menyatakan diri-
Nya dalam ciptaan dan terus menyatakan diri-Nya dalam pemeliharaan. "Langit menceritakan
kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya" (Mzm 19:2)
Penyataan bertahap Dengan membaca Perjanjian Lama secara keseluruhan, kita segera
menyadari bahwa Allah tidak menyatakan segala sesuatu tentang diri-Nya atau rencana-Nya
pada satu saat. Ia memberikan serangkaian penyataan yang semakin lengkap. Sebagai contoh,
Allah menyatakan kehendak-Nya agar Abraham pergi ke Kanaan (Kej 12:1), tanah yang la
janjikan untuk keturunannya (ay 7). "Nafas Allah" Istilah Yunani yang diterjemahkan
'diilhami adalah theopneustos (2 Tim 3:16) yang berarti 'dinafaskan oleh Allah'. Kata itu
menunjukkan bahwa Allah adalah sumber Kitab Suci dan karena itu Kitab Suci mempunyai
suatu sifat yang membawa dampak tertentu terhadap orang yang mem baca atau
mendengarnya. Dalam arti inilah Kitab Suci dapat disebut "dülhami" Allah. Secara logis, jika
Allah menyatakan diri-Nya kepada generasi ter dahulu bukan hanya untuk kepentingan
mereka tetapi untuk generasi berikutnya juga, maka penyataan itu harus diterima, dipelihara
dan diteruskan dengan tepat. Ada beberapa langkah atau tahap dalam proses tersebut.
Pertama, penyataan Allah diterima oleh orang yang ditentukan- Nya dalam salah satu bentuk
penyataan yang dibahas di atas. Kemudian, penyataan itu diteruskan, biasanya secara lisan.
e. Peranan manusia Baik peranan Allah maupun manusia mengambil bagian dalam proses
penulisan penyataan Allah yang diilhami. Penulisan langsung oleh Allah sendiri di atas
halaman, lempengan atau piringan sangat jarang dijumpai dalam Alkitab (Kel 31:18; UI
9:10). Biasanya seorang manusia meng ambil bagian yang aktif dalam proses itu.
Kepribadian dan kebudayaan orang yang menerima ilham itu jelas tampak dari kata-kata,
gaya dan tekanannya, latar belakang historis dan sosial tulisan itu dan banyak hal lainnya.
Pemazmur menulis puisi, penga wang Kitab Amsal menggunakan.
g. Pengilhaman kata demi kata Bagi sebagian orang, pengilhaman berarti Allah mendikte dan
para pengarang menuliskan kata-kata-Nya. Namun, sekiranya kata-kata Alkitab adalah persis
kata-kata Allah saja, tidak akan terlihat perbedaan kosa kata, gaya atau jenis sastra para
penulisnya yang mengungkapkan dalam bahasa manusia penyataan yang mereka terima.
Pandangan seperti itu tidak sesuai dengan yang terjadi dengan Alkitab. Ada perbedaan besar
misalnya antara Kitab Kejadian dan Kitab Matius dalam kosa kata, gaya dan jenis sastranya.
Jadi, pengilhaman kata demi kata tidak diartikan demikian. Istilah ini berarti Roh Allah
sedemikian meresapi pikiran para penulis Alkitab sehingga mereka memilih kata-kata,
ungkapan-ungkapan yang tepat dari perbendaharaan kata dan pengalaman mereka untuk
menyampaikan pesan Allah dengan tepat." Dalam pengertian ini kata- kata manusia yang
berasal dari pengarang Alkitab dapat dipandang sebagai firman Allah.

Anda mungkin juga menyukai