0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Perjanjian Lama dan hubungannya dengan Yesus Kristus serta Rasul Paulus. Yesus dan Paulus mengakui otoritas penuh dan sifat mengikat dari kitab suci Perjanjian Lama meskipun Yesus menafsirkannya secara berbeda dari pemimpin Yahudi. Mereka juga menemukan makna baru dalam teks Perjanjian Lama terkait rencana Allah untuk penyelamatan umat manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang Perjanjian Lama dan hubungannya dengan Yesus Kristus serta Rasul Paulus. Yesus dan Paulus mengakui otoritas penuh dan sifat mengikat dari kitab suci Perjanjian Lama meskipun Yesus menafsirkannya secara berbeda dari pemimpin Yahudi. Mereka juga menemukan makna baru dalam teks Perjanjian Lama terkait rencana Allah untuk penyelamatan umat manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang Perjanjian Lama dan hubungannya dengan Yesus Kristus serta Rasul Paulus. Yesus dan Paulus mengakui otoritas penuh dan sifat mengikat dari kitab suci Perjanjian Lama meskipun Yesus menafsirkannya secara berbeda dari pemimpin Yahudi. Mereka juga menemukan makna baru dalam teks Perjanjian Lama terkait rencana Allah untuk penyelamatan umat manusia.
Kristus mengakui otoritas penuh dan sifat yang mengikat dari kitab suci. Namun, dia menyatakan diri sebangai penafsir kitab suci yang sejati. Meskipun dia berselisih paham dengan para pemimpin yahudi dalam banyak hal, namun perjanjian baru tidak memberikan bukti bahwa ada konflik mengenai masalah panggilhaman atau otoritas perjanjian lama. Sebaliknya, kristus sering mengutip perjanjian lama {kitab – kitab suci} sebangai dasar pengajaranya. Hal ini tampak dalam pemakaian ungakapan ada tertulis oleh yesus sebanyak tiga kali ketika ia dicobai { matius 4:1-11}. Ungkapan itu merupakan kesaksian yang jelas akan ketergantungannya pada otoritas perjanjian lama. Dalam argumentasinya dengan orang- orang yahudi mengenai hak untukmenyebut dirinya anak allah { yoh 10:31-36} , ia juga bertumpu pada kitab kitab suci yang mutlak dapat dipercaya.
1.2 Paulus Dan Perjanjian Lama
Selaku seorang yahudi dan rabi saulus dari tarnus mengenal perjanjian lama dengan baik. Setelah ia menjadi seorang kristen dan rasul ia menemukan bahwa teks yang dikenalnya dengan baik itu sarat dengan makna yang segar. Sama seperti yesus, ia mengakui penghilhaman dan otoritas penuh dari kitab suci { 2tim 3:16] dan menemukan makna perjanjian lama yang terdalam dalam rangkapenantian dan persiapan untuk perjanjian baru. Bagi paulus kristus tidak saja merupakan suatu faktor yang memberikan makna tambahan pada perjanjian lama, tetapi dialah jalan satu satunya untuk memahami perjanjian lama ia memandang keseluruhan nubuat dan sejarah perjanjian lama dari sudut pandang zaman mesianik yang membuka pengertian tentang perjanjian lama, yang digenapi dalam yesus kristus dan dalam ciptakaanya yang baru. Tipologi tidak sedikit peranannya dalam surat-surat Paulus." Penelitian-penelitian terhadap tipologi Perjanjian Baru menegaskan adanya kesinambungan antara pemakaian contoh- contoh dan lambang- lambang Perjanjian Lama oleh Paulus dan Kristus. Kedua-duanya sangat berbeda dengan metode-metode Filo dari Aleksandria dan penulis- penulis Yahudi dalam menafsirkan Kitab Suci. Minat terhadap penelitian tipologi sekarang ini, antara lain, didorong oleh pandangan yang baru 2. Tipologi berarti "penemuan hubungan-hubungan antara hal-hal (peristiwa, orang atau benda) dalam Perjanjian Lama dengan hal-hal yang sejajar dalam Perjanjian Baru". Lihat Lampe & Woollcombe (1957: hlm. 147 dst.). terhadap kesatuan Alkitab dan cara-cara para penulis Perjanjian Baru bergantung pada Perjanjian Lama Ada kesadaran yang makin ber- kembang bahwa kesatuan Alkitab bersifat dinamis dan didasarkan pada kesinambungan karya Allah dalam kedua Perjanjian itu. Kesadaran ini telah memperjelas sifat sejarah dari tipologi Alkitab. Paulus yakin bahwa Allah yang sama berkarya dalam kedua masa itu dan karya-Nya pada masa lampau menjadi pola untuk karya-Nya pada masa sekarang dan mendatang. Dalam hal ini baik Paulus maupun Kristus mengikuti contoh Perjanjian Lama itu sendiri. Misalnya, dalam Perjanjian Lama, peristiwa keluaran dari Mesir memberi pola untuk peristiwa keluaran baru, yakni peristiwa kembalinya orang-orang Yehuda dari pembuangan (bnd Yes 43:16-20), Perjanjian Lama penting artinya bagi Paulus, bukan untuk arti-arti mistik atau rohani yang tersembunyi, tetapi sebagai tulisan yang diilhamkan Allah mengenai penciptaan, pemilihan dan penyelamatan yang digenapi dalam zaman baru yang dimulai oleh Yesus Kristus. Mereka yang menekankan kesinambungan sejarah dalam Alkitab tidak selalu menunjuk pada hubungan moral atau ctis antara kedua Perjanjian tersebut. Meskipun Perjanjian Baru sudah pasti melampaui Perjanjian Lama dalam wawasan wawasan ctisnya, namun Perjanjian Lama mengandung banyak keterangan mengenai tema-tema yang disaji kan sepenuhnya dalam ajaran Kristus dan para rasul. Misalnya, melakukan kehendak Allah adalah yang paling baik; percabulan, penyem- bahan berhala, kekejaman, pemberontakan rohani harus dijauhi; kejujuran, integritas, kerajinan dan perhatian terhadap hak dan kebutuhan orang lain dihargai sebagai sifat-sifat luhur dan mulia. Paulus menyebutkan pentingnya ajaran etika dan moral Perjanjian Lama (2 Tim 3:16-17) dan tulisannya mencerminkan penggunaan Perjanjian Lama sebagai contoh oleh orang Kristen mula-mula (1 Kor 10:1-11). Paulus amat memperhatikan masalah latar belakang sejarah dan tata bahasanya. Namun, ia tidak menekankan maknanya pada masa lampau melainkan artinya untuk penggenapan di masa depan. Dan ia bertitik. tolak dari susunan tata bahasa harfiah dan maju kepada suatu penafsiran yang sesuai dengan penafsiran penyataan Perjanjian Lama secara keseluruhan (Ellis 1957; hlm. 147-148). 1.3 Kesimpulan Pola otoritas dan prinsip-prinsip penafsiran yang diperbincangkan dapat diterapkan dengan mudah pada tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya, seperti Surat Ibrani, Yakobus dan Kitab Wahyu. Kitab-kitab itu banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama dan masing- masing menggunakannya dengan caranya sendiri. Yakobus, misalnya, amat ber- gantung pada tulisan-tulisan hikmat Israel, khususnya pada teknik-teknik pengajaran dan pemikiran Kristus, Sumber hikmat itu. Pengarang Surat Ibrani mempergunakan ayat-ayat dan macam- macam bukti dari Perjan- jian Lama untuk memperlihatkan keunggulan Kristus yang nyata dan perjanjian-Nya yang baru. Yohanes dalam Kitab Wahyu, yakin bahwa Kristus adalah Alfa dan Omega. la melukiskan puncak sejarah alam semesta dengan kata-kata yang diambil dari gambaran Perjanjian Lama tentang karya Allah dalam anugerah dan penghakiman. Dengan demikian, kitab itu menyatakan bahwa puncak sejarah itu adalah apa yang diberitakan dan dirindukan para nabi, yakni kemenangan Kerajaan Allah. 2. PENYATAAN DAN PENGILHAMAN 2.1 Masalah utama Kita dapat melakukan pendekatan terhadap Alkitab dari dua arah Pendekatan pertama, karena Alkitab merupakan hasil dari kebudayaan Timur Tengah kuno, maka Alkitab dapat dipelajari bersama-sama dengan tulisan lain yang hampir sejenis, yang kurang lebih berasal dari masa yang sama. Metode ini membuat kita sadar bahwa orang- orang yang diceritakan dalam Alkitab adalah manusia biasa. Tujuan hidup mereka bukan hanya sekadar menerima penyataan Allah dan melayani-Nya dengan berbagai upacara keagamaan. Pandangan yang menganggap mereka sebagai bangsa yang terisolasi, bertentangan dengan bukti yang terdapat dalam Alkitab, karena di dalam Alkitab disebutkan tentang banyak bangsa dan sejumlah sistem agama yang terus-menerus melibat kan kehidupan umat Allah itu. Tetapi, pendekatan yang bersifat mem- bandingkan itu, juga ada kerugiannya. Salah satu di antaranya ialah bahwa usaha untuk memperhatikan kesamaan- kesamaan umat Allah dengan bangsa-bangsa sekitarnya itu, cenderung mengaburkan per- bedaan-perbedaan yang penting antara keduanya. 2.2 Penyataan Allah menyatakan diri-Nya kepada Abraham, Musa, Samuel dan banyak orang yang lain. Nabi Amos, untuk menunjukkan otoritas misinya, "Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi (Am berkata, 3:7). a. Pengertian istilah "penyataan" Penyataan dapat berarti perbuatan mengungkapkan atau membuka atas menyingkapkan. Istilah itu dapat pula berarti apa yang diungkapkan ata dibukakan atau disingkapkan. Sering kali yang ditekankan ialah penger an yang aktif: penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya, firman yang diucap kan-Nya dan perbuatan yang dilakukan-Nya Pandangan Alkitab mencakup kedua pandangan ini, yaitu bahwa Allah menyatakan diri bak b. Penyataan melalui peristiwa dan firman Allah memang menyatakan diri-Nya melalui karya-Nya. Pembebasan Israel dari perbudakan Mesir yang disertai dengan peristiwa- peristiwa dahsyat adalah salah satu penyataan Allah melalui karya-Nya yang ter besar dalam Perjanjian Lama. Namun, berdampingan dengan ini terdapat penyataan melalui firman-Nya. Allah menyatakan diri-Nya dan maksud- Nya sebelum peristiwa pembebasan itu (Kel 3:2- 10), sehubungan dengan peristiwa keluaran (bnd 12:12-13) dan setelah peristiwa itu terjadi (bnd 20:2, Yeh 20:6-10). c. Perlunya penyataan Ada dua alasan mengapa penyataan Allah itu perlu. Pertama, Allah melampaui ruang-waktu yang diamati indra manusia. Tidak meng- 3. Istilah terpenting yang mengungkapkan konsep ini dalam bahasa Ibrani adalah gala 'membukakan, membuat telanjang' (bnd. Yun. apokalupto 'membuka, menyatakan dan apokalupsis 'penyataan, penyingkapan'. d. Penyataan umum dan khusus Menurut pandangan Alkitab, Allah telah menyatakan diri- Nya dalam ciptaan dan terus menyatakan diri-Nya dalam pemeliharaan. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya" (Mzm 19:2) Penyataan bertahap Dengan membaca Perjanjian Lama secara keseluruhan, kita segera menyadari bahwa Allah tidak menyatakan segala sesuatu tentang diri-Nya atau rencana-Nya pada satu saat. Ia memberikan serangkaian penyataan yang semakin lengkap. Sebagai contoh, Allah menyatakan kehendak-Nya agar Abraham pergi ke Kanaan (Kej 12:1), tanah yang la janjikan untuk keturunannya (ay 7). "Nafas Allah" Istilah Yunani yang diterjemahkan 'diilhami adalah theopneustos (2 Tim 3:16) yang berarti 'dinafaskan oleh Allah'. Kata itu menunjukkan bahwa Allah adalah sumber Kitab Suci dan karena itu Kitab Suci mempunyai suatu sifat yang membawa dampak tertentu terhadap orang yang mem baca atau mendengarnya. Dalam arti inilah Kitab Suci dapat disebut "dülhami" Allah. Secara logis, jika Allah menyatakan diri-Nya kepada generasi ter dahulu bukan hanya untuk kepentingan mereka tetapi untuk generasi berikutnya juga, maka penyataan itu harus diterima, dipelihara dan diteruskan dengan tepat. Ada beberapa langkah atau tahap dalam proses tersebut. Pertama, penyataan Allah diterima oleh orang yang ditentukan- Nya dalam salah satu bentuk penyataan yang dibahas di atas. Kemudian, penyataan itu diteruskan, biasanya secara lisan. e. Peranan manusia Baik peranan Allah maupun manusia mengambil bagian dalam proses penulisan penyataan Allah yang diilhami. Penulisan langsung oleh Allah sendiri di atas halaman, lempengan atau piringan sangat jarang dijumpai dalam Alkitab (Kel 31:18; UI 9:10). Biasanya seorang manusia meng ambil bagian yang aktif dalam proses itu. Kepribadian dan kebudayaan orang yang menerima ilham itu jelas tampak dari kata-kata, gaya dan tekanannya, latar belakang historis dan sosial tulisan itu dan banyak hal lainnya. Pemazmur menulis puisi, penga wang Kitab Amsal menggunakan. g. Pengilhaman kata demi kata Bagi sebagian orang, pengilhaman berarti Allah mendikte dan para pengarang menuliskan kata-kata-Nya. Namun, sekiranya kata-kata Alkitab adalah persis kata-kata Allah saja, tidak akan terlihat perbedaan kosa kata, gaya atau jenis sastra para penulisnya yang mengungkapkan dalam bahasa manusia penyataan yang mereka terima. Pandangan seperti itu tidak sesuai dengan yang terjadi dengan Alkitab. Ada perbedaan besar misalnya antara Kitab Kejadian dan Kitab Matius dalam kosa kata, gaya dan jenis sastranya. Jadi, pengilhaman kata demi kata tidak diartikan demikian. Istilah ini berarti Roh Allah sedemikian meresapi pikiran para penulis Alkitab sehingga mereka memilih kata-kata, ungkapan-ungkapan yang tepat dari perbendaharaan kata dan pengalaman mereka untuk menyampaikan pesan Allah dengan tepat." Dalam pengertian ini kata- kata manusia yang berasal dari pengarang Alkitab dapat dipandang sebagai firman Allah.