Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa TUHAN itu Esa.


Keesaan Allah diajarkan Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun di
Perjanjian Baru. Musa mengajarkan kepada bani Israel yang telah
dibebaskan TUHAN dari perbudakan di Mesir bahwa TUHAN itu Esa.
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
(Ulangan 6:4). Tuhan Yesus Kristus, mengawali jawaban-Nya terhadap
pertanyaan seorang Ahli Taurat yang bertanya kepada-Nya tentang
Hukum Tuhan yang paling utama, Ia menjawab: "Hukum yang terutama
ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”
(Markus 12:29. Keesaan Allah juga dipercayai Rasul Paulus. Dalam
suratnya kepada Timotius, ia menyatakan, “. . .Allah itu Esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
manusia Kristus Yesus, . . .” (1 Timotius 2:5).
Keesaan TUHAN atau Keesaan Allah itu adalah misterius
(mystery), berada diluar jangkauan kemampuan daya pikir manusia
yang terbatas. Allah itu Mahabesar dan tak terselami keesaannya.
Mereka yang mempelajari Alktiab, khususnya para pakar Alkitab hanya
dapat memahami tentang Allah dan keesaan-Nya melalui apa yang
diwahyukan-Nya dalam Alkitab, dan dengan mengamati alam ciptaan-
Nya, serta menafsirkan Sang Firman yang menjadi manusia, Tuhan
Yesus Kristus.

PENDAHULUAN |1
2|PEN D AH U LU AN

Keterbatasan kemampuan daya pikir manusia berdosa dalam memahami Keesaan Allah hanya menghasilkan
keberagaman penafsiran akan keesaan Allah. Itulah sebabnya pengikut-pengikut Yesus Kristus terkotak-kotak dalam
memahami keesaan Allah. Ada kelompok Unitarian, Binitarian, Trinitarian, dan Sabellian beserta kaum Modalisme
lainnya. Semuanya berbeda dalam memahami keesaan Allah yang dituangkan dalam istilah
Trinitas/Trinity/Tritunggal Ke-Allahan, salah satu istilah teologi yang sebenarnya tidak ada di Alkitab, sama seperti
istilah inkarnasi.
Keberagaman pemahaman tentang keesaan TUHAN atau keesaan Allah dalam istilah Trinitas dan Ke-Allahan
(istilah-istilah ini dipakai bergantian dengan makna yang sama dalam buku ini), sebenarnya bukanlah isu yang baru
melainkan sudah ada sejak abad-abad permulaan sejarah gereja Kristen.
Pemahaman yang berbeda-beda tentang keesaan Allah adalah dampak pemahaman yang berbeda-beda tentang
eksistensi Yesus Kristus dan Roh Kudus di Alkitab Perjanjian Baru. Dari abad-abad permulaan Kekristenan sampai
sekarang, ada yang mempercayai bahwa Yesus adalah Allah (Trinitarianisme), ada pula yang mengajarkan bahwa Ia
adalah ciptaan Allah (Unitarianisme) dan utusan Allah, ada pula yang menafsirkan bahwa Yesus Kristus hanyalah
salah satu wujud yang merepresentasikan Allah (Modalisme atau Oneness Pentecostalism/Jesus Only).
Istilah “Ke-Allahan” yang dijumpai dalam buku ini adalah istilah yang menggambarkan konsep Trinitas Ke-
Allahan.” Istilah ini yang Bahasa Inggrisnya adalah “Godhead,” lebih disukai oleh sebagian orang yang enggan
memakai istilah “Trinitas.” Yohanes Wycliffe adalah yang pertama kali menggunakan istilah “godhead” dalam Kitab
Suci berbahasa Inggris menurut versinya (Wycliffe Bible), dan dilestarikan dalam versi Bahasa Inggris moderen.
Penerjemah Alkitab Terjemahan Baru, menerjemahkankannya “sifat keilahian-Nya” (Roma 1:20), dan “ke-Allahan”
(Kolose 2:9). Lihat Tabel 1.
Tabel 1 - KE-ALLAHAN
Ayat Yunani Transliterasi Alkitab LAI KJV RSV

divine
Roma 1:20 θειότης theiotēs "sifat keilahian” Godhead
nature

Kolose 2:9 θεότης theotēs "ke-Allahan" Godhead deity

Istilah yang lain yang dijumpai dalam lembaran-lembaran berikut ialah “Trinitas” Istilah ini yang tidak ada
dalam Alkitab, berasal dari Bahasa Latin “Trinitas” yang berarti “berjumlah tiga, triad, atau tri”, kata ini
merupakan bentukan kata sifat trinus (rangkap tiga). Padanan kata ini dalam Bahasa Yunani ialah tριάς, yang
berarti "berjumlah tiga". Theophilus dari Antiokia adalah yang pertama kali menggunakan kata ini dalam
berteologi disekitar tahun 170 Masehi. Namun demikian, Tertullian, teoloog Latin, adalah yang pertama
menggunakan istilah Trinitas di awal abad ketiga Masehi, untuk menjelaskan pribadi dan substansi Bapa, Anak,
dan Roh Kudus yang adalah satu dalam esensi tetapi bukan dalam pribadi. 1
Buku ini ditulis dengan tujuan memperluas wawasan pembacanya tentang keesaan Allah yang diajarkan Alkitab.
Apabila ada istilah yang berkaitan dengan keesaan Allah yang dikemukakan oleh penulis buku ini, pastilah itu diambil
dari Bahasa asli Alkitab yaitu Ibrani/Aramaik (Perjanjian Lama), dan Yunani Koine (Perjanjian Baru). Bahasa lainnya
hanya dipakai sebagai pembanding saja seperti, Bahasa Inggris, Sansekerta, Latin, dan sebagainnya, khususnya dalam
pembahasan etimologi istilah yang berkaitan dengan keesaan Allah. Contohnya: Kata “Esa” yang dipakai
penerjemah Alkitab. Meskipun kata ini dikaitkan dengan Bahasa Sansekerta, tapi penulis membahas kata aslinya
dalam Bahasa Ibrani yaitu “Echad,” dan Bahasa Yunani Perjanjian Baru, “Eis” dua kata yang diterjemahkan “Esa”
dalam Alkitab.
PENDAHULUAN |3

Dalam kesempatan ini, penulis hendak memanjatkan syukur kepada TUHAN yang Maha Kuasa dan Maha Baik,
yang telah memberikan kasih karunia-Nya, telah memampukan fisik dan daya pikir penulis sehingga dapat
merampungkan tulisan dalam buku ini.
Penulis juga menghaturkan beribu terima kasih atas kesediaan bapak yang kekasih, Dr. Johny Petsie Ratu dan Ibu
Grace Ratu Gahung yang telah menopang penerbitan buku ini lewat persembahan kasih mereka. Semoga pelayanan
mereka di Prisma Ministry dalam mempersiapkan Jemaat untuk menyambut kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus
akan senantiasa diberkati-Nya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya, khususnya para mahasiswa yamg mendalami teologi
di Sekolah-sekolah Tinggi Teologi khususnya mahasiswa-mahasiswa STT Ekumene Jakarta dimanapun mereka
berada dan melayani, dan para gembala Jemaat yang menggembalakan Jemaat-jemaat Kristen dalam berbagai
denominasi Kristen.
Kiranya “Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah dan persekutuan* dari Roh Kudus menyertai kamu
semua.” Amin.

WEMPIE J. LINTUURAN
1 https://en.wikipedia.org/wiki/Trinity

Anda mungkin juga menyukai