Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN KATEKISASI

FREDERICK IMAGO DEI SINAGA

I. BAB 1
Kisah penciptaan langit dan bumi merupakan latar belakang penciptaan Israel
sebagai bangsa pilihan Allah. Sehingga kisah penciptaan langit dan bumi
menjadi pujian dan rasa syukur kepada Tuhan Allah ( Yahweh Elohim ).

Ketidakcocokan pandangan alkitab dengan ilmu pengetahuan sebagai akibat


cara penafsiran kaum fudamentalisme adalah sebagai berikut:

 Menurut kitab kejadian, allah menciptakan langit dan bumi selama 6 hari.
Padalah menurut penelitian ilmiah terjadi bumi membutuhkan waktu
ratusan juta tahun.
 Menurut alkitab, ( sudut pandangan kaum fundamentalis ), bila dihitung
dari kitab kejadian sampai maleakhi umur bumu hanya sekitar 4000
tahun. Sedangkan menurut penelitian ilmiah umur bumi sudah mencapai
ratusan juta tahun.
 Menurut kejadian 1 : 9-12, disebutkan bumi terjadi terlebih dahulu, dan
baru pada kej. 1 : 14-19 Allah menciptakan benda – benda penerang.
Padahal, menurut ilmu pengetahuan, bukan bumi yang terjadi lebih
dahulu melainkan matahari yang terjadi terlebih dahulu.
 Menurut Mazmur 19 : 6 – 7 matahari yang mengelilingi bumi. Padahal
menurut ilmu pengetahuan, bumi yang mengelilingi matahari.

Karena hal tersebut, muncullah berbagai kelompok yang bersifat menolak baik
alkitab maupun ilmu pengetahuan. Kelompok tersebut antara lain :

 Kelompok ekstrim yang menolak seluruh hasil ilmu pengetahuan, dengan


tetap berpegang pada doktrin ketidakbersalahan alkitab sebagai satu –
satunya cara menemukan “iman” yang benar.
 Kaum liberalisme yang menolak alkitab sebagai firman allah, sebab
dianggap tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan rasio manusia
 Kelompok yang ambivalen ( mendua ), yaitu kelompok yang berpijak
pada dua kutub secara bersama – sama walaupun kedua kutub tidak
dapat diintegrasikan.
Sikap kita dalam mengartikan (menafsirkan) kisah penciptaan langit dan bumi
serta manusia, bahkan dalam menafsirkan seluruh kesaksian Alkitab harus tetap
alkitabiah. Alkitabiah dalam arti bahwa kita harus meghormati Alkitab sebagai
kitab yang bersifat religius (keagamaan).

Dalam kejadian 1 : 1-27 kita dapat menjumpai 8 buah hasil karya penciptaan
Allah, yaitu :

 Terang
 Cakrawala
 Daratan, lautan
 Tumbuh – tumbuhan
 Matahari, bulan, bintang
 Burung, ikan
 Binatang di darat
 Manusia

8 buah hasul karya penciptaan tersebut, disusun dalam 6 hari. Perincian kisah
penciptaan adalah sebagai berikut :

 Hari 1 : Allah menciptakan terang dan gelap, siang dan malam, pagi dan
petang sehingga memungkinkan pengenalan waktu
 Hari 2 : Allah menciptakan cakrawala yang membedakan bumi sebagai
tempat berpijak dengan langit ( angkasa ) yang mewakili keseluruhan di
luar bumi
 Hari 3 :Allah memisahkan daratan dan lautan, serta Allah
memungkinkan daratan untuk ditumbuhi segala tumbuhan
 Hari 4 : Allah menciptakan benda – benda penerang sehingga terjadi
keteraturan dalam hitungan waktu.
 Hari 5 : Allah menciptakan makhluk – makhluk hidup yaitu binatang laut
dan yang di udara.
 Hari 6 : Allah menciptakan segala jenis makhluk hidup yang tinggal di
darat dan juga menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya
 Hari 7 : allah menyelesaikan seluruh pekerjaanNya dan Allah memberkati
serta menguduskan hari itu.
Kalau kita memperhatikan kisah penciptaan, seluruh rangkaian penciptaan
dipersiapkan untuk kehidupan manusia. Setelah semua siap, Allah berfirman, “
Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu,
berkuasalah atas ikan – ikan di laut dan burung – burung di udara dan segala
binatang yang merayap di bumi.”

Manusia dipilih oleh Tuhan sebagai mitraNya, sebab Allah mempunyai maksud
rencanaNya yang khusus dalam perjanjian yang hendak diikatNya. Rencana
inilah yang membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia.

Manusia diciptakan dari debu tanah, dan ke dalamnya dihebuskan nafas hidup.
Kedua kata itu mempunyai arti dan tujuan khusus untuk menyingkapkan
keberadaan hidup manusia di hadapan Allah.

Kata “:debu tanah “ diterjemahkan dari kata adamah, di tempat lain


dipergunakan kata basar. Penggunaan kata basar secara khusus menunjuk pada
manusia dan kefanaanya. Sebab itu, debu tanah atau daging pada hakikatnya
tidak memiliki hidup di dalam dirinya sendiri. Segi kodrati manusia adalah
berada dalam kefanaan.

Kisah kejadian memaparkan penciptaan manusia sebagai penciptaan manusia


laki – laki dan perempuan. Kisah penciptaan perempuan dapat dilihat dalam
hubungannya dengan kehidupan laki – laki. Kitab kejadian melukiskan kisah
penciptaan perempuan demikian : “ Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu
tertidur. Ketika ia tidur, Tuhan mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu
menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah
dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada
manusia itu.”

Walaupun kedua kodrat itu saling berbeda, namun dperlukan untuk saling
melengkapi. Perbedaan kodrat itu tidak meniadakan prinsip kesetaraan. Sebab
pria dan wanita diciptakan Allah dalam kedudukan yang sederajat.
II. Bab 5
Di perjanjian baru, secara khusus kita dapat menjumpai kata “ KERAJAAN
ALLAH” kira – kira sebanyak 150 kali dipergunakan. Kata kerajaan Allah
tersebut merupakah terjemahan dari kata Yunani, yaitu dari kata BASILEIA
TOU THEOU.

Pengertian basileia sebenernya berarti kerjaan, juga dapat berarti tahta. Kedua
arti tersebut, yaitu kata kerajaan dan tahta pada hakikatnya menunjuk pada
pengertian “pemerintahan Allah”. Jadi gagasan dari pengertian basileia tou
theou adalah Tuhan Allah yang duduk memerintah di atas tahta kerajaanNya
sebagai raja.

Dari Matius 6 : 33 kita dapat menjumpai kata – kata Tuhan Yesus, “tetapi
carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan
ditambahkan kepadamu”.

Pengertian kebenaran dalam matius 6 : 33 adalah terjemahan dari kata


dikaiosune. Kata dikaiosune dapat diterjemahkan dalam 2 arti, yaitu kebenaran
atau keadilan. Sehingga pengertian dikaiosune menunjuk maksud suatu realita
yang dilandasi oleh kebenaran dan keadilan. Sehingga pengertian kerajaan
Allah dalam hubungannya dengan kebenaran adalah pemerintahan Allah
sebagai raja adalah pemerintahan yang sepenuhnya dilandasi oleh kebenaran
yang adil, dan keadilan yang benar.

Pada waktu Yesus Kristus mulai berkotbah, Dia menceritakan, “bertobatlah


sebab kerajaan sorga sudah dekat”. Dari kata – kata Yesus tersebut, kita dapat
melihat bahwa pada satu pihak Yesus memberitakan kerajaan sorga sudah
dekat, dan di lain pihak Yesus mengajarkan berdia agar kerajaan sorga itu
datang.

Melalui Injil Matius kita dapat melihat bahwa pemahaman Allah yang rajawi
sebagai Bapa adalah benar – benar ajaran dan pengakuan yang diajarkan oleh
Yesus. Karena sebelum jaman Yesus pemahaman Allah yang rajawi sebagai
Bapa belum terlalu menonjol. Sedangkan pada jaman Yesus, Allah disebut Bapa
dengan mempergunakan kata ABBA. Padahal sebutan ABBA di kalangan
Yahudi hanya dipakai oleh anak – anak Israel untuki menyebut atau memanggil
ayah mereka.
Pernyataan bahwa Yesus Kristus adalah pusat kerajaan Allah bukan suatu tanpa
dasar. Dasar argumentasi pernyataan ini dapat kita lihat di Matius 16 : 28, yaitu
kata – kata Yesus, “apabila anak manusia datang dalam kemuliannya dan semua
malaikat bersama – sama dengan dia, maka ia akan bersemayam di atas tahta
kemulanNya”

Kedudukan Yesus sebagai Tuhan dan pusat kerajaan Allah tidak dapat
disejajarkan dengan semua nabi – nabi. Mereka semua dalah manusia yang telah
jatuh dalam dosa, dan sebagaimanapun juga mereka hanyalah manusia ciptaan
Allah. Sedangkan Kristus adalah Firman Allah yang menciptakan dan menebus
dosa seluruh umat manusia.

Sikap hidup Kristus yang mau menyalibkan sekuruh hidup dan karyaNya adalah
terlebih dahulu mengosongkan diri (kenosis) yaitu merendahkan diriNya secara
total dan radikal, agar sepenuhnya dipenuhi oleh kebenaran dan keadilan
(dikaiosunie) Allah.

Kesimpulan dari misi kerajaan Allah meliputi 2 bagian yang saling berkaitan
secara erat :

1. Peristiwa salib di bukit Golgota


2. Kehidupan dan karya yang disalibkan (pengosongan diri)

Di Matius 4 : 17 Tuhan memberitakan “bertobatla, sebab kerajaan sorga sudah


dekat!”(bdk. Markus 1 : 15). Penggunaan kata”sudah dekat” sebenarnya adalah
terjemahan dari kata Yunani eggiken . Sebenarnya kata eggiken selain dapat
diterjemahkan dengan kata “sudah dekat” dapat pula diartikan dengan “sudah
tiba” sedang bila dibandingkan dengan Lukas 11:20, maka kita akan menjumpai
kata “sudah datang” yang diterjemahkan dari kata efthasen.

Kerajaan Allah telah terwujud dalam sejarah hidup manusia, bahkan terbukti
nyata dalam peristiwa salib di bukit Golgota pada kurang lebih tahun 30 M.
Kerajaan Allah berpijak pada suatu realitas sejarah, bukan pada suatu teori atau
perkiraan – perkiraan manusia. Terutama denngan peristiwa salib.

Sebagaimana setiap kerajaan (pemerintahan) memiliki rakyatb sebagai warga


negara, demikian pula Kerajaan Allah memiliki warga. Itulah sebabnya dalam
tugas pelayananNya, Yesus memilih pengikut – pengikut yang menyertai, yaitu
kedua belas murid.
Di injil Matius, Yesus mencetuskan pengertian ekklesia yang berarti jemaat,
umat.

Adanya hubungan antara Kerajaan Allah dan jemaat, bukan berarti bahwa
Kerajaan Allah memang menampakkan sifat asasinya, yaitu kasih allah yang
menyelamatkan di dalam jemaat.

Pola hidup dari warga Kerajaan Allah adalah terpanggil untuk mewujudkan
kasih kepada Allah dan sesama, yaitu dalam kasih agape. Sifat kasih agape
adalah kasih yang mengosongkan diri, sepi pamrih, berani mengorbankan diri,
bila kasih agape ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita, maka
kehidupan kita menjadi kehidupan yang disalikan di dalam kristus.

Relevansi teologi Kerajaan Allah bagi spiritualitas kita adalah :

a) Hidup kita seluruhnya berada di bawah pemerintahan Allah yang adil


dan benar.
b) Raja kehidupan kita bukan kuasa – kuasa dunia dan egoisme kita,
tetapi Tuhan Allah.
c) Relasi kita dengan Allah bukan relasi seorang penguasa dengan
hambaNya, tetapi relasi kita dengan seorang Bapa yang rahmani
d) Kita dapat menampakkan tanda kehadiran Kerajaan Allah yang
penuh dengan syaloom.
e) Sebagaimana Yesus Kristus menghayati kehidupanNya sebagai
kehidupan yang disalibkan, maka kita sebagai anak – anakNya
memiliki panggilan yang sama.
f) Dasar penghayatan iman bukan amal ibadah dan prestasi rohani atau
kesucian kita, tetapi peristiwa penebusan Yesus Kristus di atas kayu
salib
g) Ini berarti iman kita didasarkan pada suatu realitas sejarah
h) Tugas panggilan dan perjuangan ini bukan dari individu, tetapi
sebagai persekutuan jemaat

Anda mungkin juga menyukai