Anda di halaman 1dari 8

Tugas Mata kuliah : Tema-tema Perjanjian Lama

Nama Mahasiswa : Donna Aritonang


NIM : 220402004
Dosen : Dr. Iwan Tarigan, M.Th

CRITICAL BOOK REPORT


PENDAHULUAN

Penulis, William A. Dyrness adalah seorang teolog Amerika dan profesor teologi dan budaya
di Fuller Theological Seminary. Dia mengajar mata kuliah dalam teologi, budaya, dan seni,
dan merupakan anggota pendiri dari Brehm Center. Beliau sungguh memahami betapa
pentingnya dalam memahami Perjanjian Lama harus secara komprehensif, memahami bahasa
asli PL. Adapun identitas buku yang menjadi laporan kritis buku dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut;
Judul Buku : Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama
Pengarang : William Dyrness
Penerbit : Gandum Mas
Tahun terbit : cetakan ke-5, 2001
Jumlah halaman : 229 halaman
Buku ini merupakan sebuah karya yang mencoba menjelaskan dan mendalami tema-tema
utama dalam Perjanjian Lama yang akan membawa kita untuk memahami secara benar
Alkitab khususnya pada Perjanjian Lama yang kelanjutannya menentukan pemahaman kita
di Perjanjian Baru.
Dalam laporan ini, saya akan mengevaluasi buku ini dari beberapa aspek, termasuk isi,
pendekatan penulis, struktur, kelebihan, dan kekurangannya.
PEMBAHASAN
A. ISI BUKU
Buku ini dimulai dengan memberikan pemahaman mendalam tentang Perjanjian Lama dalam
perspektif teologi. Penulis dengan jelas menggambarkan bagaimana Perjanjian Lama menjadi
dasar bagi pemahaman teologi Kristen. Dyrness menggabungkan sejarah, literatur, dan
teologi dalam pemaparan isi buku ini. Ia menawarkan berbagai perspektif teologi Perjanjian
Lama, memungkinkan pembaca untuk memahami sejarah dan perkembangan konsep-konsep
teologis tersebut. Adapun rangkuman isi buku ini sebagai berikut:
1) PENYINGKAPAN-DIRI ALLAH
Penyingkapan diri: Dasar penyingkapan dalam PL.
1. Titik pusat penyingkapan Allah dalam PL adalah penyingkapan diri Allah sendiri
pada umat-Nya.
2. Penyingkapan pribadi dan sifat Allah mendahului pengungkapan maksud-maksud-
Nya.
3. Penyingkapan Allah dalam pekerjaan-Nya memberi kita pandangan tentang sifat
sebenarnya dari penyingkapan PL.
4. Dasar penyingkapan diri Allah kepada para leluhur itulah yang memungkinkan Israel
mengerti perbuatan-perbuatan besar Allah sebagai penyingkapan.
5. Keluarnya lsrael dari Mesir dimengerti berdasarkan penampakan diri Allah pada
waktu silam.
6. Penciptaan adalah perwujudan dari sifat Allah (Kej 1:31).
7. Ketika keselarasan terganggu, baru penyingkapan diri Allah dinyatakan sama sekali
baru.
8. Sejak itu penyingkapan bersifat memulihkan dan menebus.
9. Dalam Kej 3:9 jelas bahwa pertanyaan Allah bukanlah suatu pemintaan akan
informasi, melainkan suatu usaha membawa Adam & Hawa kembali kepada-Nya.
10. Contoh-contoh utama penyingkapan:
a. Kej 12: Ketika Abraham dipanggil Allah untuk meninggalkan negerinya dan
pergi ke tanah Kanaan untuk meninggal segala keterikatan alamiah (ay 1) dan
ay 2 disusul dg janji. Bagaimana
b. Kej 15 & 17: Dalam 15:1 Allah adalah perisai Abraham. Dalam 17:1 Allah
mengidentifikasikan diri-Nya dengan nama El Shaddai (Allah Maha Kuasa).
Nama mengungkapkan sifat orang yang menyandang nama tersebut. Nama
merupakan bukti hubungannya dengan yang dinamai. Oleh karena itu nama
harus disesuaikan dg keadaan orang.
c. Kej 28:13: Allah memperkenalkan diri dengan cantumkan hubungan Nama-
Nya dg Abraham pada Yakub. Allah kaum penyembah berhala seringkali
diidentifikasikan dengan suatu tempat tertentu, tetapi Allah Israel
mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang-orang dan kejadian-kejadian (Kel
20:1-2). Iman tidak dimulai dari tingkatan yang primitif dan sederhana lalu
meningkat terus kepada tingkat yang lebih tinggi, lebih canggih (lbr 11:8-12).
d. Keluaran 3: Allah memperkenalkan nama-Nya pada Musa ay 14 "AKU
ADALAH AKU....". Karl Bart: Ekspresi kebebasan Allah untuk menghindar?
LXX: Allah adalah keberadaan itu sendiri. W.F. Albright: "la yang
menyebabkan ada". Tetapi Vriezen paling sesuai: "ini bukan suatu
penghindaran diri, melainkan suatu jaminan akan keberadaan-Nya (yang terus
menerus)." Dari konteks ayat Kel 3 menegaskan kehadiran Allah senantiasa
yang menjadi jaminan bagi janji-janjiNya.
 Keluaran 6:1-2
 Keluaran 19:3 dan 20:1-2.
 Kel 33:18-23.
 Kelurah an 34:5-10
 Penyingkapan-diri selanjutnya.
2) SIFAT-DASAR ALLAH
Allah adalah Allah yang transenden, bebas menggunakan suatu objek yang terlihat sebagai
sarana kehadiran-Nya.
Sarana Penyingkapan:
1. Malaikat Tuhan (2 Samuel 24:16). Bila Malaikat Tuhan ha dir, maka terasa pula
kehadiran Allah yang bersifat melindungi atau menakutkan, sementara sifat-Nya yang
transenden tidak diragukan lagi.
2. Wajah Allah (Kel 33:20 ). Manusia tidak dapat melihat wajah All ah dan tetap hidup
(meskipun Yakub mengaku telah melihat wajah Allah, dalam Kej 32:20). Yang jauh
lebih umum ialah pemakaian istilah "wajah Allah" dalam arti kiasan bagi kehadiran-
Nya. Bila wajah Tuhan menyinari seseorang berarti dia diberkati (Bil 6:25). Bila
Tuhan menyembunyikan wajah-Nya berarti mengalamii penderitaan/ kesusahan (Maz
13:2).
3. Kemuliaan Allah (Kej 31:1). Kemul iaan dalam PL berkenaan dg bobot dan hakikat
yg terlihat. Kej 31:1, "kekayaan" adalah kata lbrani untuk "Kemuliaan". Pemahaman
kemuliaan punya arti ganda yaitu menunjukkan homat (memuliakan) dan yang
membangkitkan rasa hormat.
4. Antropomorfisme. Sering Allah disebutkan dengan istilah-isti lah manusiawi. (Kej
1:3, Im 4:1, Kel 16:12, Kej 1:4, 1 Sam 26:19, Bil 6:25, Kel 33:23, Yes 14:27) dsb.
Dengan menyebut diri-Nya dg istilah-istilah manusiawi, la mengambil bagian dalam
dunia kita. Antropomorfisme berbicara mengenai penciptaan manusia menurut
gambar Allah dan keinginan Allah untuk bersekutu dengan kita.
Watak Allah
Ateisme teoritis (penolakan aktual adanya Allah) tidak dikenal dalam PL. Orang bebal
berkata: "Tidak ada Allah" (Maz 14:1) adalah seorang ateis praktis, seorang yang menolak
relevansi Allah dalam kehidupannya (Yer 5:12). PL tidak berusaha membuktikan adanya
Allah. PL lebih memperhatikan kenyataan kongkret Allah dalam aktifitas-Nya, ketimbang
menyajikan doktrin mengenai Allah.
1. Allah adalah Prib adi. Allah memberi nama pada diri-Nya sendiri. Allah membuka
diri-Nya. Tetapi jangan disebut sembarangan (Kel 20:7). Dengan memberi Nama,
Allah menekankan tiga hal: 1) Menitik beratkan kehadiran-Nya. 2) Pemakaian
berbagai nama menceminkan campur- tangan Allah.
a. El : Arti dasarnya ialah seorang menekankan jarak antara All ah dan Mahakua
sa (Kej 17:1 dan 40), El Alion (Kej 14:18-19): Allah Mahatinggi, El Olam:
tiada berkesudahan (Kej 21:33), El Roeh: Allah yang melihat (Kej 16:13),
Elohim: Kedaulatan tertinggi, jamak (Kej 1:1).
b. Yahweh:
c. Tuhan Sabaoth
d. Melek (Raja).
2. Allah Adalah Roh
3. Allah Itu Esa
Karakter Kegiatan Allah
1. Kekuasaan Allah Kekudusan Allah
2. Kekudusan Allah
3. Kebenaran Allah
4. Kemurahan dan Kasih Allah

3) PENCIPTAAN DAN PEMELIHARAAN


Penciptaan
1. Dengan Firman dan perbuatan
2. Ex Nihilio (Latin). Berdasarkan perkataan Latin ini, para bapa-bapa gereja dan teolog
percaya atau mengimani bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan
menggunakan materi yang sudah ada. Allah Sang Pencipta mencipta ciptaan-Nya dari
sama sekali tidak ada. Itu keluar dari perkataan-Nya (Firman-Nya) sendiri.
3. Catatan Mengenai Dua Kisah Penciptaan
Pandangan mengenai Penciptaan:
a. Tradisi Imam (), Firman yang kreatif sebagai alat penciptaan, Transedensi
Allah atas penciptaan yang bersifat progresif yang menuju kepada pencipta an
man usia sebagai puncaknya. Pandangan ini tentu bertentangan dengan
pandangan ilmiah (sebenarnya pandangan Alkitabiah sangat erat dengan
pengetahuan yang ada bilamana kita mau tel usuri dengan sungguh dan
terbuka).
b. Tradisi Yahwist (Y), melihat semua dari sisi ke-Allahan, bahwa Allahlah yang
memulai segalanya, la yang memperakarsa kehidupan, sebgitu juga la yang
mencipta benda-benda mati atau partikel tanah air dan udara, la yang
"membentuk manusia dan karakternya, la sebagai yang "membentuk", sebagai
seorang Penjunan (lbrani 2:7). Calvin mengatakan bahwa seluruh yang hidup
adalah panggung kemuliaan Tuhan.
c. Ringkasan: Sifat Penciptaan
Mitos dan Sejarah Dalam Perjanjian Lama Pemeliharaan: Hubungan Allah yang
berkesinambungan dengan Ciptaan
1. Penyelesaian Ciptaan
2. Pemeliharaan yang berkesinambungan
3. Tingkat-Tingkat Pemeliharaan Allah.

4) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN


Penciptaan Laki-Laki dan Perempuan
1. Hubungan Khusus Dengan Ciptaan
2. Hubungan Khusus antara Orang-orang
3. Hubungan khusus dengan Allah Watak Manusia
Watak Manusia
1. Jiwa
2. Roh
3. Daging
4. Jantung atau hati
5. Darah
6. Anggota-anggota Tubuh.

5) DOSA
Asal Mula Dosa: Kejahatan
1. Batas Persekutuan
2. Terputusnya Persekutuan
3. Perlindungan Persekutuan
Kosakata dan Definisi Dosa
1. Peny impangan
2. Kesalahan
3. Pembrontakan
4. Sifat dosa Dalam Perjanjian Lama
Sifat Dosa dalam Perjanjian Lama.
1. Sifat Teologianya
2. Sifat Objektifnya
3. Sifat yang Pribadi dan Sadar.
4. Sifat Universalnya
5. Sifat dosa yang sudah tetap
Akibat-Akibat Dosa
1. Bersalah.
2. Hukuman.

6) PERJANJIAN
Latar Belakang Gagasan Perjanjian
Perkembangan Perjanjian Dalam Perjanjian Lama
1. Perjanjian dengan Nuh
2. Perjanjian Dengan Abraham
3. Perjanjian Dengan Musa
4. Perjanjian Den gan Daud
Implikasi-Implikasi Teologis dari Perjanjian
7) HUKUM
Latar Belakang dan Perkembangan Konsepsi
1. Perkembangan Hukum Taurat
2. Beberapa Bagian Utama Mengenai Hukum
3. Hukum Perjanjian Lama dan Hukum Bangsa-Bangsa Tetangga.
Hukum Dalam Masyarakat
1. Keutamaan Perjanjian
2. Hukum Dalam Kitab Nabi-Nabi
3. Perkembangan Setelah Masa Pembuangan
Sifat Hukum Taurat
1. Jangkauan Yang Luas
2. Imbauan yang Bersifat Pribadi
3. Kekuatan Mutlak
4. Penerapan Universal

8) IBADAH
Perlunya Bentuk
1. Bentuk dan lbadah
2. Tempat Bagi Upacara Dalam Agama Perjanjian Lama.
Tempat-Tempat Kudus
Hari-Hari Kudus
1. Hari Raya Roti Tidak Beragi.
2. Hari Raya Tujuh Minggu.
3. Hari Raya Pondok Daun
4. Hari Raya Pendamaian
5. Hari Sabat
6. Upacara Pembaharuan Perjanjian
Perbuatan-Perbuatan Kudus
1. Upacara-Upacara Pengudusan
2. Ibadah Upacara Pengorbanan
a. Korban Bakaran
b. Korban Sajian
c. Korban Keselamatan
d. Korban Penebus Salah atau Penghapus Dosa
Teologi Upacara lbadah
9) KESALEHAN
Sifat Teologis Dari Kesalehan
1. Takut Akan Tuhan
2. Iman Kepada Allah
3. Mengasihi Allah
Ungkapan-Ungkapan Khas Dari Kesalehan.
1. Memuji Allah
2. Doa
3. Memuliakan Allah

10) ETIKA
Dasar Etika Perjanjian Lama
1. Watak Allah
2. Ciptaan Menurut Gambar Allah
Perkembangan Prinsip-Prinsip Etika Perjanjian Lama
1. Perintah-Perintah dan Peraturan-peraturan yang Berkaitan Dengan Ciptaan
2. Berbagai Ketetapan, Lembaga, dan Adat Bagi Umat Perjanjian Allah.
a. Sepuluh hukum
b. Bidang-bidang problematik

11) HIKMAT
Perkembangan Gagasan Tentang Hikmat
1. Gagasan Hikmat
2. Bagaimana Supaya Menjadi Bijak
Sifat Teologis Hikmat
1. Hikmat Berasal Dari Allah
2. Agama Bagi Orang Biasa
3. Dua jalan: Hikmat dan Kebodohan
Masa Depan Hikmat
1. Keterbatasan Hikmat
2. Janji Hilkmat

12) ROH ALLAH


Kosa Kata Dan Arti Dasar
Perkembangan Teologis
1. Periode Awal
2. Hakim-hakim Dan Kerajaan
3. Periode Nabi-Nabi
a. Makna etis dari Roh
b. Kehadiran Roh secara pribadi
c. Pekerjaan Roh yang universal

13) NUBUAT
Asal Mula Nubuat Perjanjian Lama
1. Musa Sebagai Nabi Pertama
2. Tradisi Kenabian
3. Kerajaan
Nabi-Nabi Klasik
1. Watak Mereka
2. Pesan Mereka dan Filsafat Sejarah

14) PENGHARAPAN
Harapan Mengenai Kerajaan
1. Gambaran Nubuat Mengenai Kerajaan Allah.
a. Mutlak berdasarkan keputusan Allah
b. Ciptaan Baru
c. Seorang Perantara
d. Tujuan Penyelamatan dari Allah.
2. Gagasan Mengenai Pengadilan.
Kematian dan Akhirat
1. Maut dan Sheol (dunia orang mati)
2. Kebangkitan Tubuh dan Pengharapan Akan Hidup Kekal
a. Dasar teologis
b. Dasar etis
c. Dasar Historis / Eskatologis

B. PENDEKATAN PENULIS
William Dyrness mengambil pendekatan yang berimbang dalam menjelaskan teologi
Perjanjian Lama. Ia menerapkan metode historis-kritis dan hermeneutika yang memadai,
sambil tetap berpegang pada keyakinan iman Kristen. Ini membantu menjadikan buku ini
relevan baik bagi pembaca yang lebih berfokus pada studi akademis maupun bagi mereka
yang mencari pemahaman teologis untuk keyakinan iman mereka.
C. STRUKTUR BUKU
Buku ini dibagi menjadi beberapa bab, masing-masing fokus pada tema utama yang berbeda
dalam Perjanjian Lama. Struktur ini memudahkan pembaca untuk menjelajahi berbagai aspek
teologi Perjanjian Lama secara terperinci. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan indeks
dan referensi yang cukup baik, yang dapat membantu pembaca yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut.
D. KELEBIHAN BUKU
Kedalaman Isi: Buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang tema-tema kunci dalam
Perjanjian Lama dengan memberikan referensi literatur dan konteks sejarah yang sangat
berguna.
Pendekatan Berimbang: Penulis berhasil menggabungkan pendekatan teologis dan kritis
dengan baik, menjadikannya relevan untuk berbagai jenis pembaca.
Struktur yang Jelas: Struktur buku yang baik membantu pembaca untuk mengikuti isi dengan
mudah.
E. KEKURANGAN BUKU
Kebaruan: Buku ini mungkin tidak memberikan banyak kontribusi baru dalam bidang teologi
Perjanjian Lama, terutama bagi mereka yang telah memiliki pemahaman yang mendalam
tentang topik ini.
Bahasa: Bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan terminologi teologi Kristen, beberapa
bagian buku mungkin terasa sulit dimengerti.
KESIMPULAN
Buku "Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama" oleh William Dyrness ini adalah sumber
yang berharga untuk memahami teologi Perjanjian Lama. Penulis berhasil menyajikan
informasi dengan pendekatan yang berimbang, menggabungkan aspek akademis dan teologis.
Meskipun mungkin tidak sesuai untuk pembaca yang sudah sangat ahli dalam subjek ini,
buku ini cocok untuk mereka yang ingin mendalami atau memulai studi tentang teologi
Perjanjian Lama.

Anda mungkin juga menyukai