Anda di halaman 1dari 4

KERAJAAN ALLAH MENURUT ALKITAB

Sebelum penulis mendeskripsikan mengenai hakikat kerjaan Allah yang telah banyak
dipelintir oleh kaum sekularis, universalis, liberalis dan pluralis. Apa sesungguhnya yang Alkitab
ajarkan mengenai kerajaan Allah?Tentu, dengan syarat tanpa memakai kaca mata hermeneutika
yang telah diatur atau dikekang oleh presuposisi (kesimpulan-kesimpulan awal). Penelitian
Alkitab, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, khususnya melalui pri-badi dan
pengajaran Tuhan Yesus, tentu merupakan acuan bagi pembahasan berikut ini mengenai kerajaan
Allah.

A. Kerajaan Allah dalam Pengajaran Perjanjian Lama


Memang frase “kerajaan Allah”, tidaklah ditemukan dalam Perjanjian Lama, namun
Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru pun tidak mungkin dipahami tanpa penjelasan
Perjanjian Lama. Pembahasan mengenai misi kerajaan Allah dalam perjanjian Lama, akan
diawali dengan pembahasan mengenai istiah.

1. Istilah yang Dipaham

Walaupun frase “Kerajaan Allah” tidak muncul dalam Perjanjian Lama secara eksplisit,
dan ide mengenai Kerajaan Allah sangat menonjol ditemukan dalam pengajaran Yesus. Dalam
Perjanjain Lama, istilah “Kerajaan” adalah kata yang jarang muncul berkenan dengan Allah,
namun sesungguhnya kata tersebut dimengerti dalam kaitan dengan pemerintahaan Allah sebagai
Raja atas seluruh dunia.

Kerajaan Allah adalah satu frase yanag sangat dominan pemakaiannya di dalam
Perjanjian Baru (Basileia tou Theou, tonouranon). Frase tersebut menerangkan mengenai
pekerjaan Allah yang berdaulat dalam menyelamatkan manusia.Pengertian ini adalah similar
dengan arti dalam Perjanian Lama (Malkuth), dimana arti uatama, baik istilah malkuth dalam
Perjanjian Lama dan istilah Basileia dalam Perjanjian Baru. Jadi suatu kerajaan, itu berarti
otoritas untuk memerintah berdasarkan kedaulatannya sebagai raja.

Pengertian seperti di atas ini, juga biasannya diterapkan kepada Allah sebagai Raja yang
agung di atas dan seluruh dunia. Dengan kata lain, sekalipun Israel adalah umat Allah yang
kepadannya Allah memerintah, namun itu bukan berarti seluas itu pula kedaulatan dan
kekuasaan Allah. Kerajaan Allah jauh melampaui batas-batas geografis dan batas-batas kerajaan
dunia, termasuk Israel.

Secara umum beberapa teolog memulai penelitian mereka tentang Kerajaan Allah adalah
dari Kerajaan Allah dalam konteks pemerintahaan Allah dalam Kerajaan Israel. Karena Ia adalah
Pencipta, Penopang dan Raja atas segala sesuatu.Allah sebagai Raja atas Israel, serta
pemerintahan Allah pada masa yanag akan datang
2. Hakikat Kerajaan Allah
Kitab Suci dengan jelas mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta dan penopang
serta Raja atas seluruh alam semesta. Hal ini di laporkan oleh Yesaya dan Daud, (Yes 66:1)
(Mzm 24:1-2). Dalam hal ini, Allah adalah Raja yang hanya memerintah seluruh dunia,
melainkan juga menciptakan dan memiliki seluruh ciptaan-Nya.
Kerjaan Allah juga didasarkan pada tiga atribut Allah yang menonjol yang dalam
kepenuhannya hanya berkenan dengan Allah saja, yaitu kemahakuasan-Nya (Yes 40:12-
31), kebijaksana-Nyayang sempurna (Rm 11:33-36) dan kebaikan-Nya (Mzm 145:17)

a. Kerjaan Allah dan Penciptaan: Allah Sebagai Pencipta


Awal dari laporan Alkitab memberitakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi. (Kej 1:2), (Kej 1:26-27). Hal ini diterangkan jelas dalam Yohanes 1:3
bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan.
Jadi, penciptaan adalah tindakan berdaulat dari Allah yang berkemenangan yang
telah ada sebelum segala sesuatu ada, Karena segala sesuatu berasal dari pada-Nya.
Karena itu, misi Allah harus dimulai, bukan dari setelah kejatuhan manusia dalam dosa
seperti pada umumnya orang berfikir,melainkan harus dimulai dari penciptaan dunia ini
dengan segala isinya.
Pada waktu kita belajar tentang misi Allah yang benar, tidaklah bisa mengabaikan
titik berangkatnya, yakni dari penciptaan, karena misi Allah adalah berurusan bukan
dengan dunia, melainkan dengan manusia dan dunia manusia.
Dengan demikian, percaya kepada penciptaan dalam pengertian berdasarkan Kitab
Suci membawa kita untuk mengakui bahwa relasi antara Allah dan dunia adalah suatu
relasi dengan makluk ciptaan tertinggi,yaitu relasi antara pencipta dan manusia (Mzm
104:31).
b. Allah Sebagai Raja Seluruh Dunia (Kerajaan Kini dan Nanti)
Sebagai Pencipta dan Penopang segala sesuatu yang ada karena diadakan-Nya. Ia
adalah Raja yang Agung yang memerintah atas seluruh dunia (Mzm 47:2-8).
Pemerintahan-Nya adalah dijelaskan dalam Alkitab dengan ungkapan yang tertulis
(Mzm 103:19; Yeh 1:26-28), (1 Taw 29:11; Mzm 103:19), (Mzm 33:13), ( 1 Raj
22:19), (Mzm 145:13). Dengan kata lain, Allah adalah Raja atas seluruh sejarah
manusia di semua generasi manusia, bahkan melampaui segala tempat dan waktu
Jadi Kerajaan Allah tidak bergantung pada dunia fisik ini atau pada wilayah dunia
ini, tetapi bergantung pada kedaultan Allah yang kekal. Dalam Daniel 2:37, tertulis:
“Engkau, ya Raja, Raja segala Raja, yang kepada-Nya Allah telah memberikaan
kerajaan, kuasa, kekuatan, dan kemuliaan. (Mat 28:18), (Mat 28:19-20). Konfirmasi
otoritas Yesus ini, sebagai jaminan bagi gereja dalam pelaksanaan misi Allah di dalam
dan melalui gereja sebagai agen misi Allah untuk dunia.

c. Kerajaan Allah dan Perjanjian Allah: Allah sebagai Penebus


Setelah penciptaan , Allah sendiri mengkomunikasikan kehendak-Nya kepada
Adam dan Hawa. Kehendak tersebut merupakan perjanjian kerja (Kej 2:16-17).
Namun kenyatannya mereka memberontak kepada Allah dan jatuh ke dalam dosa.
Namun Allah berinisiatif untuk mencari mereka dan memberikan janji pemebusan yang
berbunyi dalam (Kej 3:15). Perjanjian ini disebut protoevangelium. Protoevangelium
mengekspresikan kekuasaan Allah atas setan dan dosa.
Lebih jauh lagi, Van Engen menunjukkan enam wujud perjanjian Allah dengan
umut-Nya dalam persepektif misi Allah untuk semua manusia di dunia:
1. Adam (Kej 9:21)
2. Nuh (Kej 6:17; 9:1-17)
3. Abraham (Kej 12,15,17); (Kej 26:3-5); (Kej 28:13-15)
4. Musa (Kel 2-24, 19:4-6, 20:1-17)
5. Daud (1 Taw 16:15-17, 17:1-27 Pararel dengan II Sam 7:1-29, 23:5)
6. Yesus Kristus (Yes 54:10, 55:3; Yer 4:3-4)

Dari enam wujud perjanjian Allah ini kita menyimpulkan bahwa Allah
memanifestasikan kehendak-Nya dalam sejarah manusia melalui Abraham dan Israel sebagai
umat pilihan Allah. “Sebagai Allah Pencipta, seluruh dunia adalah tempat perwujudan Allah
yang berdaulat, namun Ia memilih mengkonsentrasikan kasih-Nya kepada suatu umat yang
melaluinya dunia akan mengenal dan menerima manfaat penebusan dari misi Allah untuk
manusia.

d. Allah Sebagai Raja Israel (Kerajaan Allah Masa Kini)


Seorang raja dalam konteks dunia kuno, biasanya memperoleh takhta melalui
warisan yang diturunkan oleh orang lain, khususnya orang tua kepada anak.
Seorang raja harus mengakui Tuhan sebagai Allah dan Rajanya. Pemazmur
mangakui bahwa Tuhan adalah Allah dan Raja, untuk mengekspersikan hubungannya
yang untin dengan Allah (Mzm 5:2, 44:4, 68:24, 47:12, 84:3, 145:1)

e. Kerajaan Allah Pada Masa yang Akan Datang


Nabi-nabi Israel menantikan suatu waktu dimasa yang akan datang ketika Allah
memberikan keselamatan penuh kepada umut-Nya. Ia akan mewujudkan kekuasaan
kerajaan-Nya dari musuh-musuh mereka . (Yes 34:12,44:6; Zef 3:15)

f. Kesimpulan
Mempelajari Kerajaan Allah dalam pengajaran Perjanjian Lama, harus berangkat
dari penyataan Allah sendiri tentang diri-Nya sebagai pencipta, penopang, dan
penyelamaat umat ciptaan-Nya. Karena Allah memerintah semua ciptaan-Nya, Allah
menguasai semua sejarah dunia, termasuk memerintah setiap kerajaan manusia yang
ada di dunia dan menguasai semua kuasa jahat apapun, menguasai dunia di segala
tempat dan waktu.
Kerajaan Allah dalam pengajaran Perjanjian Lama dapat dikarakteristikkan
sebagai berikut: Kerajaan Allah adalah kerajaan yang kekal, tidak bergantung pada
wilayah tertentu dimanapun, dan tidak bergantung pada kuasa apapun yang ada di
dunia. Misi kerjaan Allah ini diwujudkan dan dipusatkan pada misi Tuhan Yesus.
Melalui Dia dan di dalam Dia, Kerajaan Allah hadir di dunia ini, dalam dimensi ruang
dan waktu.

B. Kerajaan Allah dalam Pengajaran Perjanjian Baru


Berbeda dengan Perjanjian Lama, Frase “Kerajaan Allah” atau “Kerajaan
Surga”muncul banyak sekali dalam PB, secara khusus dalam tulisan-tulisan Injil Sinoptis,
di mana frase tersebut merupakan sentral utama dalam proklamasi Tuhan Yesus.

Anda mungkin juga menyukai