Sebelum penulis mendeskripsikan mengenai hakikat kerjaan Allah yang telah banyak
dipelintir oleh kaum sekularis, universalis, liberalis dan pluralis. Apa sesungguhnya yang Alkitab
ajarkan mengenai kerajaan Allah?Tentu, dengan syarat tanpa memakai kaca mata hermeneutika
yang telah diatur atau dikekang oleh presuposisi (kesimpulan-kesimpulan awal). Penelitian
Alkitab, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, khususnya melalui pri-badi dan
pengajaran Tuhan Yesus, tentu merupakan acuan bagi pembahasan berikut ini mengenai kerajaan
Allah.
Walaupun frase “Kerajaan Allah” tidak muncul dalam Perjanjian Lama secara eksplisit,
dan ide mengenai Kerajaan Allah sangat menonjol ditemukan dalam pengajaran Yesus. Dalam
Perjanjain Lama, istilah “Kerajaan” adalah kata yang jarang muncul berkenan dengan Allah,
namun sesungguhnya kata tersebut dimengerti dalam kaitan dengan pemerintahaan Allah sebagai
Raja atas seluruh dunia.
Kerajaan Allah adalah satu frase yanag sangat dominan pemakaiannya di dalam
Perjanjian Baru (Basileia tou Theou, tonouranon). Frase tersebut menerangkan mengenai
pekerjaan Allah yang berdaulat dalam menyelamatkan manusia.Pengertian ini adalah similar
dengan arti dalam Perjanian Lama (Malkuth), dimana arti uatama, baik istilah malkuth dalam
Perjanjian Lama dan istilah Basileia dalam Perjanjian Baru. Jadi suatu kerajaan, itu berarti
otoritas untuk memerintah berdasarkan kedaulatannya sebagai raja.
Pengertian seperti di atas ini, juga biasannya diterapkan kepada Allah sebagai Raja yang
agung di atas dan seluruh dunia. Dengan kata lain, sekalipun Israel adalah umat Allah yang
kepadannya Allah memerintah, namun itu bukan berarti seluas itu pula kedaulatan dan
kekuasaan Allah. Kerajaan Allah jauh melampaui batas-batas geografis dan batas-batas kerajaan
dunia, termasuk Israel.
Secara umum beberapa teolog memulai penelitian mereka tentang Kerajaan Allah adalah
dari Kerajaan Allah dalam konteks pemerintahaan Allah dalam Kerajaan Israel. Karena Ia adalah
Pencipta, Penopang dan Raja atas segala sesuatu.Allah sebagai Raja atas Israel, serta
pemerintahan Allah pada masa yanag akan datang
2. Hakikat Kerajaan Allah
Kitab Suci dengan jelas mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta dan penopang
serta Raja atas seluruh alam semesta. Hal ini di laporkan oleh Yesaya dan Daud, (Yes 66:1)
(Mzm 24:1-2). Dalam hal ini, Allah adalah Raja yang hanya memerintah seluruh dunia,
melainkan juga menciptakan dan memiliki seluruh ciptaan-Nya.
Kerjaan Allah juga didasarkan pada tiga atribut Allah yang menonjol yang dalam
kepenuhannya hanya berkenan dengan Allah saja, yaitu kemahakuasan-Nya (Yes 40:12-
31), kebijaksana-Nyayang sempurna (Rm 11:33-36) dan kebaikan-Nya (Mzm 145:17)
Dari enam wujud perjanjian Allah ini kita menyimpulkan bahwa Allah
memanifestasikan kehendak-Nya dalam sejarah manusia melalui Abraham dan Israel sebagai
umat pilihan Allah. “Sebagai Allah Pencipta, seluruh dunia adalah tempat perwujudan Allah
yang berdaulat, namun Ia memilih mengkonsentrasikan kasih-Nya kepada suatu umat yang
melaluinya dunia akan mengenal dan menerima manfaat penebusan dari misi Allah untuk
manusia.
f. Kesimpulan
Mempelajari Kerajaan Allah dalam pengajaran Perjanjian Lama, harus berangkat
dari penyataan Allah sendiri tentang diri-Nya sebagai pencipta, penopang, dan
penyelamaat umat ciptaan-Nya. Karena Allah memerintah semua ciptaan-Nya, Allah
menguasai semua sejarah dunia, termasuk memerintah setiap kerajaan manusia yang
ada di dunia dan menguasai semua kuasa jahat apapun, menguasai dunia di segala
tempat dan waktu.
Kerajaan Allah dalam pengajaran Perjanjian Lama dapat dikarakteristikkan
sebagai berikut: Kerajaan Allah adalah kerajaan yang kekal, tidak bergantung pada
wilayah tertentu dimanapun, dan tidak bergantung pada kuasa apapun yang ada di
dunia. Misi kerjaan Allah ini diwujudkan dan dipusatkan pada misi Tuhan Yesus.
Melalui Dia dan di dalam Dia, Kerajaan Allah hadir di dunia ini, dalam dimensi ruang
dan waktu.