Anda di halaman 1dari 3

Kerajaan Allah sebagai Pokok Pewartaan Yesus

Paham atau pengertian “Kerajaan Allah” tidak muncul begitu saja pada zaman Yesus
tetapi sudah berkembang sejak Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel sering
menyebut Allah (Yahwe) sebagai Raja. Allah diimani mereka sebagai Raja yang kuat, yang
berkuasa, yang berdaulat. Kekuatan, kekuasaan dan kedaulatan Allah itu misalnya dialami oleh
bangsa Israel dalam peristiwa penyeberangan Laut Merah (lih. Kel 15:11-13; Ul 3:24; Bil 23:21
dst). Sebagai Raja, Allah adalah Raja yang adil (baca Mzm 146:6-10), yang melindungi orang
miskin (lih. Im 25: 35-55). I Raja yang Mulia (Mzm 24: 8,10) Raja yang berkuasa atas seluruh
bumi (lih. Mzm 47:8), dan berkuasa untuk selama-lamanya (Mzm 29:10).

Namun dalam hidupnya bangsa Israel sebagai bangsa terpilih, seringkali mereka tidak
setia kepada Allah Sang Raja yang selalu setia kepada mereka. Atas dasar ini mereka mengalami
penderitaan dan penindasan oleh bangsa lain. Tetapi pada masa seperti ini, Allah tetap
menunjukkan kesetiaan-Nya dengan mewartakan kehendakNya melalui perantaraan para Nabi.
Para Nabi mewartakan bahwa akan tiba saatnya Allah akan membela mereka. Bentuk pembelaan
atau penyelamatan Allah itu kepada bansa Israel aadalah melalui Putra-Nya Yesus Kristus yang
hadir di bumi.

Dan ketika Yesus hidup, pada saat itu bangsa Israel berada dalam penjajahan bangsa
Romawi. Yesus menghidupkan kembali harapan tegak-Nya Kerajaan Allah seperti yang pernah
dilakukan oleh para Nabi. Bagaimana masyarakat Yahudi pada zaman Yesus memahami
pengertian tentang Kerajaan Allah?

Pada umumnya masyarakat Yahudi pada saat itu sesungguhnya mempunyai harapan
tentang tegaknya kembali pemerintahan dan kekuasaan Allah atas bangsa mereka. Namun
penghayatan mereka antara orang per orang maupun antar kelompok berbeda. Dalam bangsa
Yahudi saat itu ditemukan beberapa paham tentang makna Kerajaan Allah, diantaranya adalah
sebagai berikut.

1. Kerajaan Allah yang bersifat Politis


Paham ini beranggapan bahwa Kerajaan Allah yang damai dan sejahtera hanya
akan terwujud bila Allah tampil sebagai seorang tokoh politik yang dengan gagah
berani mampu memimpin bangsa Israel melawan penjajah Romawi dan para penindas
rakyat.
2. Kerajaan Allah yang Bersifat Apokaliptis
Paham ini memandang Kerajaan Allah akan tercapai bila Allah menunjukkan
kuasa-Nya dengan menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan bumi. Pada saat
itulah Allah akan membangkitkan suatu dunia baru. Dan mereka menganggap
penderitaan yang dialami bukan akhir segala-galanya, kelak pada akhir zaman Allah
akan menegakkan Kerajaan-Nya dan membebaskan manusia dari segala penderitaan.
3. Paham Kerajaan Allah yang Bersifat Yuridis-Religius
Paham ini memandang bahwa Hukum Taurat sebagai wujud Kekuasaan Allah
yang mengatur manusia. Maka mereka yang sekarang taat kepada hukum Taurat
sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan apa yang dituntut
dalam hukum Taurat mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Mesias sebagai tokoh agama yang mampu menegakkan hukum Taurat. Inilah paham
Kerajaan Allah yang diyakini oleh para tokoh agama Yahudi yakni Para Imam dan
Ahli Taurat. Bagaimana pandangan Yesus sendiri tentang Kerajaan Allah?

Tema pokok pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah: “Waktunya telah genap; Kerajaan
Allah sudah dekat” (Mrk 1:15). Kerajaan Allah, yaitu Allah yang datang sebagai Raja, sudah
dekat. Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat
dinyatakan akan terjadi dengan segera. Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat
(Mrk 1:15; 13:29;Mat 10:7), sudah di ambang pintu (Luk 17:20-21,37). Walaupun pewartaan
Kerajaan Allah sudah ada sebelum Yesus, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam agama
Yahudi, bagi Yesus pewartaan Kerajaan mempunyai arti yang khusus. Pertama karena Kerajaan
Allah paling pokok dalam sabda dan karya Yesus. Tetapi juga karena Kerajaan mempunyai ciri-
ciri khas dalam pewartaan Yesus.

Pewartaan Kerajaan adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu merupakan warta
pengharapan. Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan, untuk
membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (lih. Luk 10:18). Maka sabda Yesus tertuju
kepada orang yang menderita (lih. ”Sabda bahagia”: Luk 6:20-23 dsj.). Pewartaan Yesus bukan
janji-janji lagi. Dan dalam diri Yesus, Kerajaan Allah telah datang, “Pada hari ini genaplah nas
ini sewaktu kamu mendengarnya” (Baca Luk 4:14-32).

Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia. Ia


memanggil orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang.

Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus
menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik, sebab Kerajaan
Allah, kendatipun berarti Allah dalam kerahiman-Nya, juga merupakan kenyataan bagi manusia.
Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam kehidupan manusia. Pengharapan akan Kerajaan
tidak tertuju kepada suatu peristiwa yang akan terjadi dalam masa yang akan datang, melainkan
diarahkan kepada Allah sendiri dan menjadi kenyataan dalam penyerahan itu sendiri, kalau
manusia boleh bertemu dengan Allah.

1. Jelaskan menurut pemahamanmu apa yang dimaksudkan dengan “Kerajaan Allah”!


2. Ceritakan secara singkat menurut pemahamanmu alasan bangsa Israel sangat
merindukan atau mengharapkan“Kerajaan Allah”.
3. Dapatkah kamu temukan “Kerajaan Allah” dalam kehidupan setiap hari? Jika “Ya”
mengapa? Dan jika “tidak” mengapa?
4. Di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, apakah sudah menggambarkan
datangnya Kerajaan Allah? Mengapa?
5. Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi warga Kerajaan Allah?

Anda mungkin juga menyukai