Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KESAKSIAN YESUS TENTANG KERAJAAN ALLAH

DISUSUN OLEH :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2

1. EVRIT JEREMIA MANDALA

2. ANA ANTONIA PURNAMA NIRON

3. ANTONIO EVAN MARCELINO KLAU TAHUK

4. CLAUDIA CYINTIA NHEU

5. PETRUS ADRIANO YULIANUS LALU WELO

6. VERGINIUS ARA KIAN

7. G. MELVA KURNIARAMADHAN ADHIA LENGARY


PENDAHULUAN

Menjelang kedatangan Yesus Kristus, banyak orang Yahudi mengharapkan Mesias


yang telah lama mereka nantikan akan mendatangkan Kerajaan Allah yang sepenuhnya
sekaligus. Mereka percaya bahwa sang Mesias akan mengambil alih dunia; melengserkan
Kaisar, Roma, dan semua otoritas pemerintahan; serta menyelamatkan bangsa Israel dan
menghancurkan musuh-musuh mereka. Sejalan dengan keyakinan ini, sebagian orang
mencoba menjadikan Yesus sebagai raja mereka di bumi, dan mereka terkejut ketika Ia tidak
mengizinkan hal itu. Maka, banyak orang Yahudi menjadi frustrasi terhadap Yesus dan
berhenti mengikut Dia. Mereka tidak percaya Ia dapat menjadi Mesias mereka karena Ia tidak
memenuhi harapan mereka akan sosok raja penakluk. Kerendahan hati-Nya membingungkan
mereka, ditambah pesan-Nya tentang mendoakan musuh, perintah-Nya kepada Petrus untuk
menyarungkan pedangnya, Ia menunggangi anak keledai dan bukan kuda perang, Ia
membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia tidak membela diri di hadapan pengadilan pemerintah,
dan Ia membiarkan diri-Nya disalibkan. Mereka tidak mengharapkan sosok hamba yang
menderita, yang menyucikan Bait Suci supaya orang-orang non-Yahudi yang takut akan
Allah dapat beribadah, yang menyatakan betapa besar kasih Allah akan dunia ini, dan yang
berkata, “Berikan milik Kaisar kepada Kaisar.” Banyak orang Yahudi salah memahami
Kerajaan Allah karena mereka tidak memiliki mata untuk melihat atau hati untuk memahami
apa yang diajarkan oleh Alkitab Ibrani mereka tentang Kerajaan Allah. Karena itu, mereka
berpaling kepada apa yang dapat mereka pahami dan ikuti, yaitu tradisi mereka sendiri.

Ketika Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah, Ia terutama mengajarkan hakikat


Kerajaan Allah supaya para pengikut-Nya dapat memahami bahwa pada kedatangan-Nya
yang pertama Ia mendirikan dan mendatangkan Kerajaan-Nya, bahwa, melalui Roh Kudus, Ia
sekarang memperluas dan memperbesar Kerajaan Allah, dan suatu hari nanti Ia akan datang
kembali untuk menghakimi semua manusia. Ketika Ia datang kembali, Ia akan mendatangkan
penggenapan Kerajaan Allah yang sepenuhnya dan final; menghadirkan langit yang baru dan
bumi yang baru, menaklukkan semua musuh-Nya dan musuh kita, menyelamatkan segenap
Israel yang sejati dan yang bersatu dengan-Nya melalui iman; menyeka semua air mata kita;
dan menghapuskan dosa dan maut secara penuh dan final. Semua hal ini telah dijamin oleh
Kristus di kayu salib, dan dinyatakan melalui kebangkitan-Nya yang penuh kemenangan.
PEMBAHASAN MATERI KESAKSIAN YESUS TENTANG KERAJAAN ALLAH

1. Pengertian Kerajaan Allah

Kerajaan Allah" merupakan konsep yang penting dalam agama katholik.Dalam agama
Katholik , istilah "Kerajaan Allah" sering kali merujuk kepada pemerintahan atau
kedaulatan ilahi yang dinyatakan dalam ajaran Yesus Kristus. Namun, pemahaman
tentang apa sebenarnya Kerajaan Allah berbeda-beda antara denominasi Kristen dan
bahkan di antara individu-individu diantaranya:

a. Pemerintahan Ilahi: Kerajaan Allah adalah pemerintahan atau kedaulatan Allah


yang dimaksudkan untuk mengatur hidup umat manusia. Dalam doa Bapa Kami,
Yesus mengajarkan pengikut-pengikutnya untuk berdoa agar "KerajaanMu
datang, terjadilah kehendakMu seperti di surga, demikian pula di atas bumi"
(Matius 6:10). Di dalam Perjanjian Lama, ada beberapa nas yang berbicara
mengenai perkataan yang searti dengan Kerajaan atau pemerintahan Allah (dalam
bahasa Yunani: Basileia) yaitu: Mazmur 22:29, (Sebab Tuhanlah yang empunya
kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.)

b. Kehendak Allah: Kerajaan Allah juga melibatkan pelaksanaan kehendak Allah


dan nilai-nilai-Nya di dunia ini. Pengikut Kristus diyakini memiliki tanggung
jawab untuk mengikuti dan mematuhi kehendak Allah dalam kehidupan mereka.

c. Keadilan, Kasih, dan Kebaikan: Kerajaan Allah sering kali dihubungkan


dengan nilai-nilai kerajaan surgawi, seperti keadilan, kasih, perdamaian, dan
kebaikan. Pengikut Kristus diharapkan untuk berkontribusi dalam membawa
nilai-nilai ini ke dalam dunia.

d. Akhirat dan Masa Depan: Beberapa pemahaman tentang Kerajaan Allah juga
berkaitan dengan pemahaman tentang akhirat, di mana Kerajaan Allah akan
diwujudkan sepenuhnya setelah kembalinya Kristus dan dalam kehidupan setelah
kematian.
2. Sejarah Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah

Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah adalah bagian penting dari ajaran dan
pelayanan-Nya selama hidup di bumi. Sejarah kesaksian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:

a. Kehidupan Awal dan Pembaptisan: Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah


dimulai dengan pembaptisan-Nya oleh Yohanes Pembaptis. Setelah pembaptisan-
Nya, Yesus menghabiskan waktu di padang gurun dan mengalami pencobaan.
Kemudian, Ia mulai berkhotbah dan memberikan kesaksian tentang Kerajaan
Allah (Matius 4:17, Markus 1:15).

b. Khotbah dan Perumpamaan: Selama tiga tahun pelayanannya, Yesus


melakukan banyak khotbah di seluruh Palestina. Dia sering kali menggunakan
perumpamaan untuk menjelaskan konsep dan karakteristik Kerajaan Allah.
Contohnya adalah perumpamaan tentang benih, perumpamaan tentang harta
karun, dan banyak lagi.

c. Mukjizat-Mukjizat: Yesus juga mendukung kesaksian-Nya dengan melakukan


berbagai mukjizat. Tindakan-tindakan luar biasa ini, seperti menyembuhkan
orang sakit, membangkitkan yang mati, dan memberkati makanan, adalah tanda-
tanda kehadiran Kerajaan Allah dan kuasa-Nya.

d. Pengajaran Privat: Selain pengajaran publik, Yesus juga memberikan


pengajaran pribadi kepada para murid-Nya. Dalam pengajaran-pengajaran ini,
Dia lebih mendalam menjelaskan konsep Kerajaan Allah dan bagaimana
pengikut-Nya harus hidup sesuai dengan nilai-nilai-Nya.

e. Penghakiman Terakhir dan Masa Depan: Yesus juga memberikan kesaksian


tentang penghakiman terakhir dan akhir zaman. Ia meramalkan bahwa pada
akhirnya, Kerajaan Allah akan diwujudkan sepenuhnya, dan orang-orang akan
dihakimi berdasarkan tindakan mereka terhadap orang lain.

f. Penyaliban dan Kebangkitan: Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah


mencapai puncaknya dengan penyaliban dan kebangkitan-Nya. Dalam
penyaliban-Nya, Ia mengalahkan dosa dan kematian, membuka pintu bagi umat
manusia untuk berpartisipasi dalam Kerajaan Allah. Kebangkitan-Nya adalah
bukti kuasa Kerajaan Allah dan janji kehidupan kekal bagi mereka yang percaya.

Sejarah kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah mencakup seluruh


pelayanannya, mulai dari awal hingga akhir hidup-Nya di bumi. Kesaksian ini
menjadi dasar ajaran Kristen dan memengaruhi pemahaman orang tentang
hubungan mereka dengan Allah dan bagaimana mereka harus hidup sesuai
dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

3.Tujuan Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah

Tujuan Yesus memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah dapat diuraikan


dalam beberapa aspek berikut:

a. Memberikan Pemahaman Spiritual: Salah satu tujuan utama Yesus dalam


memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah adalah untuk memberikan
pemahaman spiritual kepada para pengikut-Nya dan kepada orang-orang yang
mendengar-Nya. Ia ingin mereka memahami bahwa Kerajaan Allah tidak hanya
berkaitan dengan pemerintahan fisik, tetapi juga dengan pemerintahan ilahi dalam
hati dan jiwa manusia. Yesus ingin mengarahkan perhatian kepada hubungan
manusia dengan Allah dan pentingnya mengikuti kehendak-Nya.

b. Mengajak Orang Bertobat: Yesus berkhotbah bahwa "Kerajaan Allah telah


dekat" (Markus 1:15) dan mengajak orang untuk bertobat. Dengan ini, Ia ingin
mengubah hati dan hidup orang, mengarahkan mereka untuk meninggalkan dosa-
dosa dan mengambil jalan menuju Kerajaan Allah yang benar.

c. Memberikan Petunjuk Hidup: Yesus memberikan ajaran-ajaran tentang


Kerajaan Allah sebagai petunjuk hidup bagi pengikut-pengikut-Nya. Ia
menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang harus mereka anut dalam hidup
sehari-hari, seperti kasih, belas kasihan, rendah hati, dan keadilan.

d. Mengungkapkan Karakter Allah: Ajaran-ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah


mencerminkan karakter Allah sebagai Allah yang penyayang, adil, dan penuh
kasih. Yesus ingin menyampaikan bahwa dalam Kerajaan Allah, kasih dan
perdamaian menjadi nilai-nilai utama, dan Allah adalah sumber segala kebaikan.
e. Persiapan bagi Masa Depan: Yesus juga memberikan kesaksian tentang
Kerajaan Allah sebagai persiapan bagi masa depan yang lebih besar. Ia merujuk
pada masa depan ketika Kerajaan Allah akan diwujudkan sepenuhnya dan ketika
Ia akan kembali dalam kemuliaan-Nya. Ini merupakan pengharapan bagi para
pengikut-Nya dan undangan kepada mereka untuk hidup dalam kesiapan dan
kesetiaan kepada-Nya.

f. Menggoyahkan Konsep-Konsep Dunia: Ajaran-ajaran Yesus tentang Kerajaan


Allah sering kali menantang konsep-konsep dunia tentang kekuasaan, kekayaan,
dan kesuksesan. Ia ingin mengubah cara orang memandang dunia dan
mengarahkan perhatian mereka kepada realitas yang lebih tinggi dan abadi.

4.Karakteristik Kerajaan Allah Dalam Kesaksian Yesus

Yesus memberikan sejumlah karakteristik yang menggambarkan Kerajaan Allah


dalam ajaran-Nya. Berikut adalah beberapa karakteristik Kerajaan Allah yang
disaksikan oleh Yesus:

a. Kasih dan Belas Kasihan: Kerajaan Allah adalah tempat di mana kasih dan
belas kasihan Allah mendominasi. Yesus mengajarkan bahwa pengikut-Nya harus
menunjukkan kasih kepada sesama dan memperlihatkan belas kasihan, seperti
dalam perumpamaan Orang Samaria yang baik (Lukas 10:25-37).

b. Keadilan: Kerajaan Allah adalah tempat keadilan dan kebenaran. Yesus


mengajarkan bahwa orang harus mengejar keadilan dan berbuat benar untuk
masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 5:20).

c. Ketundukan: Yesus mengajarkan bahwa mereka yang tunduk dan rendah hati
akan mendapatkan tempat dalam Kerajaan Allah (Matius 5:3).

d. Kesederhanaan dan Ketergantungan kepada Allah: Yesus mengatakan bahwa


orang harus menjadi seperti anak-anak kecil dalam iman dan ketergantungan
kepada Allah untuk masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3).

e. Kepentingan Orang Lain: Kerajaan Allah mendorong pelayanan dan perhatian


terhadap orang lain. Yesus mengajarkan bahwa pelayanan kepada sesama adalah
cara untuk melayani-Nya (Matius 25:31-46).
f. Pengampunan dan Tobat: Kerajaan Allah menawarkan pengampunan dosa dan
peluang untuk bertobat. Yesus mengajarkan pentingnya bertobat agar dapat
mengalami Kerajaan Allah (Matius 4:17).

g. Kemuliaan Surga: Kerajaan Allah adalah realitas surgawi yang membawa


kemuliaan dan kenyataan kehidupan kekal. Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan
Allah adalah kehidupan yang lebih baik yang akan datang (Matius 6:10).

h. Transformasi Hati dan Karakter: Kerajaan Allah melibatkan transformasi hati


dan karakter. Yesus mengajarkan bahwa kejahatan yang keluar dari hati manusia
adalah yang memurnikan atau menodai seseorang (Matius 15:10-20).

i. Kerendahan Hati: Orang-orang yang rendah hati dan mengakui ketergantungan


kepada Allah memiliki tempat dalam Kerajaan Allah (Matius 5:5).

j. Iman dan Kesetiaan kepada Yesus: Yesus mengajarkan bahwa iman dan
kesetiaan kepada-Nya adalah kunci masuk dalam Kerajaan Allah (Yohanes 14:6).

5.Bukti Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah

Yesus memberikan banyak ajaran dan perumpamaan tentang Kerajaan Allah selama
pelayanan-Nya. Ajaran-ajaran ini terdokumentasi dalam Perjanjian Baru, khususnya
dalam kitab-kitab Injil seperti Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Berikut beberapa
contoh kesaksian dan ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah:

a. Pengajaran Perumpamaan: Yesus sering kali menggunakan perumpamaan


untuk menggambarkan Kerajaan Allah. Salah satu contoh yang terkenal adalah
Perumpamaan tentang Benih (Matius 13:1-23), di mana Yesus menjelaskan
bagaimana orang-orang merespons ajaran Kerajaan Allah.

b.Injil Kerajaan: Yesus berkhotbah tentang Injil Kerajaan Allah, yang


menyatakan bahwa Kerajaan Allah telah dekat (Markus 1:15). Ia mengajak orang
untuk bertobat dan percaya kepada Injil ini.

c. Anak-Anak Kecil: Yesus mengajarkan bahwa orang harus menjadi seperti


anak-anak kecil untuk masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3). Ini
menunjukkan kebutuhan akan iman sederhana dan ketergantungan kepada Allah.
d. Kehendak Allah: Dalam doa Bapa Kami (Matius 6:9-13), Yesus mengajarkan
kepada pengikut-pengikut-Nya untuk berdoa agar Kerajaan Allah datang dan
kehendak Allah terjadi di bumi seperti di surga.

e. Pencarian Kerajaan Allah terlebih dahulu: Yesus mengingatkan bahwa orang


harus mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan semua
kebutuhan lainnya akan ditambahkan kepada mereka (Matius 6:33).

f.Perumpamaan tentang Penghakiman Terakhir: Yesus memberikan


perumpamaan tentang Penghakiman Terakhir (Matius 25:31-46), di mana Dia
menjelaskan bahwa orang akan dihakimi berdasarkan bagaimana mereka telah
memperlakukan orang lain, yang juga merujuk pada Kerajaan Allah.

g. Kerendahan Hati: Yesus mengajarkan bahwa orang yang rendah hati dan
hamba akan lebih besar di Kerajaan Allah (Matius 18:4).

6. Kerajaan Allah dan Alkitab

Kristus serta para rasul dan nabi-Nya mengajarkan bahwa setiap bagian Alkitab
menyetujui atau menyepakati setiap bagian Alkitab yang lain. Seluruh Alkitab
menyingkapkan satu iman yang sejati, yaitu sebuah sistem kepercayaan yang koheren,
satu kisah tunggal, satu jalan hidup untuk diikuti hamba-hamba-Nya yang setia. Namun,
memahami bagaimana segala sesuatu di dalam Alkitab disusun bukanlah hal yang
mudah.Tetapi terdapat 3 pokok penting didalamnya yaitu:
a. Sang raja kerajaan
Firman Allah menyingkapkan banyak hal yang berbeda tentang Allah, tetapi yang
pertama dan terutama Alkitab berbicara tentang Allah sebagai Raja atas segala
ciptaan. Para penulis Alkitab secara aklamsi menegaskan bahwa Allah telah dan akan
selalu memerintah atas segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh pemazmur,
“takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (Mzm. 93:2). Setiap
orang yang mengenal Alkitab tahu bahwa Perjanjian Lama dan Baru dengan eksplisit
menyebut Allah “sang Raja”. Ratusan kali kedua Perjanjian tersebut berbicara tentang
“takhta” Allah, “pemerintahan” atau “peraturan” Allah, dan “Kerajaan” Allah. Akan
tetapi, Alkitab juga menyatakan Allah sebagai Raja dalam banyak cara. Pada zaman
Alkitab, raja-raja manusia sering kali dipuji sebagai arsitek dan pembangun yang
agung, pemimpin tentara yang kuat, pahlawan yang menghancurkan musuh-
musuhnya, penyelamat umatnya, seorang yang sangat bijaksana, pembuat hukum
yang baik hati, pelaksana perjanjian, gembala yang baik, dan bapa yang mengasihi
rakyatnya. Raja-raja manusia dipuji sebagai sumber terang dan harapan kehidupan di
dalam kerajaan mereka. Apakah gambaran kuno tentang raja-raja manusia ini
terdengar akrab bagi Anda? Berulang kali Alkitab berbicara tentang Allah dengan
cara-cara ini ketika mengagungkan Dia sebagai Raja atas segala sesuatu. Jika kita
berharap dapat melihat bagaimana segala sesuatu yang dikatakan Alkitab saling
berkaitan, maka kita harus selalu kembali kepada keyakinan teguh yang mengikat
segala sesuatu yang dituliskan oleh para penulis Alkitab: Allah adalah Yang berdaulat
atas alam semesta dan “segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Rm. 11:36).
b. Tempat Kerajaan Allah
Pada awal Kitab Kejadian, Allah membuat sebuah taman kudus dengan tujuan bahwa
suatu hari nanti Kerajaan-Nya akan memenuhi seluruh bumi dengan hamba-hamba-Nya
yang taat. Dosa menyebabkan manusia diusir dari Eden dan kerusakan dunia fisik.
Namun, pada zaman Musa, Allah menuntun bangsa Israel kembali ke tempat yang
mungkin merupakan lokasi Eden sebelumnya, ke tempat yang kita sebut tanah
perjanjian. Kerajaan Allah berkembang di tanah perjanjian itu, bahkan melampaui
batasan-batasannya, terutama pada zaman Daud dan Salomo. Namun, seiring waktu,
Israel memberontak terhadap Allah, dan Ia mengusir mereka ke tempat pembuangan.
Selama berabad-abad, Kerajaan Allah di bumi melemah. Namun, sekalipun telah
mengantisipasi masa-masa sukar dalam sejarah ini, para nabi Allah dengan berani
memproklamirkan bahwa suatu hari nanti “segala ujung bumi melihat keselamatan dari
Allah kita” (Yes. 52:10).
Perjanjian Baru menjelaskan bagaimana Kristus menggenapi pengharapan nubuat ini.
Ia memulainya dengan keyakinan teguh ketika Ia melayani di tanah perjanjian dan
mengutus murid-murid-Nya untuk menyebarkan Kerajaan Allah ke segala bangsa di
bumi. Yesus terus memperluas Kerajaan-Nya di seluruh dunia saat ini melalui
pemberitaan Injil, dan Kerajaan Allah akan mencapai ujung bumi ketika Ia kembali
dalam kemuliaan. Pada hari itu setiap pengikut Kristus akan melihat bahwa
“Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia
akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya” (Why. 11:15).
c. Hamba-hamba Kerajaan Allah
Segala macam manusia, melakukan segala macam hal, muncul di sepanjang Alkitab.
Namun, di atas semua itu, Alkitab mengajarkan bahwa umat manusia, dengan satu atau lain
cara, akan dipakai untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah di seluruh bumi.
Allah bisa saja menggenapi rencana ini sendirian secara instan, tetapi Ia memilih untuk
memakai manusia di sepanjang sejarah. Pastinya, dosa telah begitu merusak manusia
sehingga kita semua membutuhkan pengampunan dosa dan ketergantungan pada kuasa Allah.
Namun, meski para malaikat juga mempunyai peran mereka, setiap bagian Alkitab
menyingkapkan bahwa manusia yang telah ditebus, dan setia, adalah sarana-sarana utama
yang melaluinya Kerajaan Allah akan datang. Tuhan pertama-tama menyebut umat manusia
sebagai gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26). Pada zaman Alkitab, banyak bangsa di sekeliling
Israel menganggap raja-raja mereka sebagai gambar dari ilah-ilah bangsa mereka. Raja-raja
ini seharusnya mewakili kepentingan ilah-ilah mereka dengan mempelajari apa yang ilah-ilah
mereka inginkan dan memastikan terlaksananya kehendak mereka di bumi. Namun, dari
sudut pandang Alkitab yang benar, setiap manusia seharusnya mewakili Allah yang sejati dan
melaksanakan kehendak-Nya di bumi.
Pada mulanya, Allah memanggil orang tua dari seluruh umat manusia untuk beranak
cucu dan menaklukkan seluruh bumi sebagai pelayanan bagi-Nya (Kej. 1:28). Ketika bangsa-
bangsa lain melayani tujuan para ilah palsu, yang adalah roh-roh jahat, Raja alam semesta
yang sejati memanggil bangsa Israel, dan sekarang gereja Kristen, untuk melayani Dia
sebagai “kerajaan imam/imamat yang rajani dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6; 1 Pet. 2:9).
Seperti bangsa Israel, Anda dan saya seharusnya “memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib” (1 Pet. 2:9). Semua gambar Allah yang telah ditebus telah dipanggil untuk
menyebarluaskan terang Kerajaan Allah ke semua tempat di dunia.
7. Pertumbuhan Iman Melalui Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah
Dalam injilnya, Markus mengelompokkan tiga perumpamaan Yesus tentang kerajaan
yang memakai “benih” sebagai metafor kuncinya. Pada ayat 1-9 Yesus berbicara tentang
seorang penabur, benih yang ditabur, dan berbagai jenis tanah di mana benih itu ditaburkan.
Pada ayat 13-20 Yesus melanjutkan dengan memberi penjelasan terhadap perumpamaan ini.
Pada ayat 26-29 Yesus memberi sebuah perumpamaan lain yang bertema benih, yang dikenal
dengan perumpamaan tentang benih yang tumbuh.
Makna dari perumpamaan tersebut jelas dalam perumpamaan itu sendiri: orang yang
menabur tidak berkuasa atas proses bagaimana benih tersebut bertunas dan bertumbuh, atau
pun mengendalikan panennya. Rasul Paulus sepertinya merenungkan poin dari perumpamaan
ini di dalam 1 Korintus 3:6-7. “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang
menumbuhkan. Karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram,
melainkan Allah yang menumbuhkan.” Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dunia ini melalui
pelayanan Firman—penaburan benih dan penyiraman pada benih yang ditabur. Seperti yang
dikatakan Paulus dengan tepat, menanam dan menyiram terjadi melalui sarana manusia (lihat
juga Ef. 4:15-16), tetapi Allah adalah penyebab efisien atas buah apa pun yang dihasilkan. Di
dalam Markus 4:30-32 kita menemukan perumpamaan bertema benih yang ketiga di dalam
pasal tersebut. Yesus bertanya, “Dengan apa kita hendak mengumpamakan Kerajaan Allah
itu, atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya?” Ia melanjutkan
dengan berkata bahwa kerajaan itu seumpama biji sesawi yang sangat kecil. Pelajaran umum
yang dipetik dari perumpamaan ini adalah bahwa seperti biji sesawi yang secara bertahap
menjadi pohon yang besar, Kerajaan Allah bertumbuh dari sesuatu yang kecil menjadi
sesuatu yang lebih agung dan megah. Ketika kita melihat 120 orang yang berkumpul di ruang
atas setelah kenaikan Kristus, dan melihat bagaimana jumlah tersebut telah berlipat ganda,
mencakup orang-orang dari setiap bahasa, suku, dan bangsa, tentu kita dapat melihat bahwa
biji sesawi tersebut telah menjadi lebih besar. Akan tetapi, selain merujuk kepada
pertumbuhan Kerajaan Allah secara bertahap, mungkin Yesus bermaksud menyampaikan
poin lain di sini. Lagipula, poin referensi-Nya adalah biji sesawi. Seorang pengamat menulis,
“Di daerah di mana Yesus tinggal, sesawi tumbuh subur di mana-mana seperti rumput liar
yang umum dan kuat. Sesawi bisa muncul di mana saja lalu berlipat ganda.” Lagipula, biji
sesawi tumbuh menjadi semak – bukan pohon tarbantin yang perkasa, tetapi semak (semak
yang kuat dan mungkin cukup lebat, tetapi tetap merupakan semak).
Bahkan, mungkin perkataan Paulus di dalam 1 Korintus 1:26 memberi pengertian yang baik
terhadap perumpamaan ini: “Saudara-saudara, ingatlah bagaimana keadaan kamu ketika
kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak.” Tidak hanya
pertumbuhan kerajaan secara bertahap, tetapi menurut ukuran dunia, mungkin tidak terlihat
seperti pertumbuhan sama sekali. Paulus melanjutkan, “Apa yang tidak terpandang dan yang
hina bagi dunia, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti, supaya jangan ada seseorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah”
(ay. 28-29).

8. Kebenaran Pokok Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah


Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah mengandung beberapa kebenaran pokok yang
menjadi dasar bagi ajaran-Nya. Berikut adalah beberapa kebenaran yang terkandung dalam
kesaksian tersebut:

1.Kerajaan Allah adalah Realitas Spiritual: Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah
bukanlah kerajaan fisik di bumi seperti kerajaan manusia biasa. Ini adalah realitas spiritual
yang hadir dalam hati setiap orang yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kebenaran ini menekankan pentingnya hubungan pribadi dengan Allah.

2.Kerajaan Allah adalah Dekat: Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Ini
mengingatkan kita bahwa kesempatan untuk mengalami Kerajaan Allah tidak selalu berada di
masa depan, tetapi bisa kita alami sekarang.

3.Pemeliharaan Etika dan Moral: Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah menekankan
pentingnya hidup sesuai dengan etika dan moral yang diterapkan dalam Kerajaan. Ini
mencakup kasih, perdamaian, kebenaran, dan kekudusan.

4.Keselamatan melalui Iman dan Pertobatan: Kebenaran ini menunjukkan bahwa untuk
masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang perlu memiliki iman kepada Yesus Kristus
sebagai Juruselamat dan melakukan pertobatan. Iman dan pertobatan adalah jalan menuju
keselamatan.

5.Perhatian Terhadap Yang Lemah dan Terpinggirkan: Kesaksian Yesus menekankan


perhatian terhadap orang miskin, terlantar, dan terpinggirkan dalam masyarakat. Ini
mengajarkan kita untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan untuk melayani
sesama dengan kasih.
6.Pengajaran dengan Perumpamaan: Yesus sering menggunakan perumpamaan untuk
mengajar tentang Kerajaan Allah. Perumpamaan ini mengandung kebenaran-kebenaran
mendalam yang memerlukan pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

7.Pengharapan Kedatangan Kembali Kristus: Yesus mengajarkan bahwa Ia akan datang


kembali untuk mendirikan Kerajaan Allah secara sempurna. Ini mengajarkan kita untuk hidup
dalam pengharapan dan kesiapan akan kedatangan-Nya.

8.Kasih dan Pengampunan: Kesaksian Yesus mengajarkan pentingnya kasih dan


pengampunan dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Kita dipanggil untuk
mengampuni orang lain sebagaimana Allah telah mengampuni kita.

9.Pemberitaan Injil: Yesus juga memberi tugas kepada pengikut-Nya untuk memberitakan
Kabar Baik tentang Kerajaan Allah kepada seluruh dunia. Ini adalah panggilan untuk
mengambil bagian dalam misi-Nya.

9.Penerapan Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah


Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah adalah inti dari ajaran dan pewartaan-Nya selama
pelayanannya di Bumi. Ia sering menggunakan perumpamaan (parables) untuk menjelaskan
konsep dan karakteristik Kerajaan Allah. Berikut adalah beberapa penerapan dari ajaran-
ajaran tersebut:

1.Kepenuhan Waktu: Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah telah dekat dan akan datang
dengan cepat. Ia mengumumkan bahwa "waktu adalah tergenapkan dan Kerajaan Allah telah
dekat; bertobatlah dan percayalah kepada berita baik" (Markus 1:15). Penerapannya adalah
bahwa setiap orang harus bersiap-siap dan bertobat.

2.Garis Besar Etika: Yesus mengajarkan etika Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya. Ia
menegaskan kasih, belas kasih, kerendahan hati, perdamaian, dan keadilan sebagai nilai-nilai
inti dalam Kerajaan Allah. Penerapannya adalah kita diharapkan untuk hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip etika ini.

3.Kebutuhan untuk Iman dan Percaya: Yesus sering mengatakan bahwa untuk memasuki dan
mengalami Kerajaan Allah, seseorang perlu memiliki iman dan percaya kepada-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Penerapannya adalah bahwa iman adalah kunci akses ke Kerajaan
Allah.
4.Perhatian Terhadap Orang Miskin dan Terpinggirkan: Yesus menekankan perhatian kepada
orang miskin, terlantar, dan terpinggirkan dalam Kerajaan Allah. Penerapannya adalah kita
juga harus peduli dan melayani mereka.

5.Pengampunan dan Kasih: Yesus mengajarkan tentang pengampunan dan kasih dalam
Kerajaan Allah. Ia mengatakan bahwa kita harus memaafkan orang lain sebagaimana Allah
telah memaafkan kita. Penerapannya adalah kita harus hidup dalam kasih dan pengampunan.

6.Pemberitaan Injil: Yesus juga mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Kabar Baik
tentang Kerajaan Allah kepada seluruh dunia. Penerapannya adalah kita juga harus menjadi
saksi-saksi Kerajaan Allah dengan memberitakan Injil dan mengajak orang lain untuk
mengenal Kristus.
KESIMPULAN

Kerajaan yang diwartakan oleh Yesus masih tersembunyi di masa sekarang, namun
telah membuat klaim untuk menang atas segala sesuatu di Akhir. Yesus mengklaim akan
otoritas dan pesannya saat ini dan kerajaan Kerajaan yang akan datang tidak bisa lama tetap
bersifat politis, meskipun pada dasarnya tidak dipahami secara politis, Yesus lebih memilih
bentuk perumpamaan. Dengan menceritakan perumpamaan, ia membawa realitas kerajaan
Allah di dalam realitas kehidupan manusia-dunia.

Kesaksian-kata-kata dan ajaran Yesus ini tentang Kerajaan Allah menekankan


pentingnya kesetiaan kepada Allah, kehendak-Nya, nilai-nilai-Nya, dan kasih-Nya. Selain itu,
Yesus juga menggambarkan Kerajaan Allah sebagai kenyataan yang hadir dan yang akan
datang, dengan dimensi duniawi dan rohani, serta merujuk kepada kenyataan akhirat yang
akan diwujudkan pada saat kedatangan-Nya yang kedua. kesaksian Yesus tentang Kerajaan
Allah memiliki tujuan yang sangat dalam, yakni mengubah hati dan hidup manusia,
menghubungkan mereka dengan Allah, memberikan petunjuk etika, dan mempersiapkan
mereka untuk masa depan yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai