DISUSUN OLEH :
Kerajaan Allah" merupakan konsep yang penting dalam agama katholik.Dalam agama
Katholik , istilah "Kerajaan Allah" sering kali merujuk kepada pemerintahan atau
kedaulatan ilahi yang dinyatakan dalam ajaran Yesus Kristus. Namun, pemahaman
tentang apa sebenarnya Kerajaan Allah berbeda-beda antara denominasi Kristen dan
bahkan di antara individu-individu diantaranya:
d. Akhirat dan Masa Depan: Beberapa pemahaman tentang Kerajaan Allah juga
berkaitan dengan pemahaman tentang akhirat, di mana Kerajaan Allah akan
diwujudkan sepenuhnya setelah kembalinya Kristus dan dalam kehidupan setelah
kematian.
2. Sejarah Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah
Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah adalah bagian penting dari ajaran dan
pelayanan-Nya selama hidup di bumi. Sejarah kesaksian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Kasih dan Belas Kasihan: Kerajaan Allah adalah tempat di mana kasih dan
belas kasihan Allah mendominasi. Yesus mengajarkan bahwa pengikut-Nya harus
menunjukkan kasih kepada sesama dan memperlihatkan belas kasihan, seperti
dalam perumpamaan Orang Samaria yang baik (Lukas 10:25-37).
c. Ketundukan: Yesus mengajarkan bahwa mereka yang tunduk dan rendah hati
akan mendapatkan tempat dalam Kerajaan Allah (Matius 5:3).
j. Iman dan Kesetiaan kepada Yesus: Yesus mengajarkan bahwa iman dan
kesetiaan kepada-Nya adalah kunci masuk dalam Kerajaan Allah (Yohanes 14:6).
Yesus memberikan banyak ajaran dan perumpamaan tentang Kerajaan Allah selama
pelayanan-Nya. Ajaran-ajaran ini terdokumentasi dalam Perjanjian Baru, khususnya
dalam kitab-kitab Injil seperti Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Berikut beberapa
contoh kesaksian dan ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah:
g. Kerendahan Hati: Yesus mengajarkan bahwa orang yang rendah hati dan
hamba akan lebih besar di Kerajaan Allah (Matius 18:4).
Kristus serta para rasul dan nabi-Nya mengajarkan bahwa setiap bagian Alkitab
menyetujui atau menyepakati setiap bagian Alkitab yang lain. Seluruh Alkitab
menyingkapkan satu iman yang sejati, yaitu sebuah sistem kepercayaan yang koheren,
satu kisah tunggal, satu jalan hidup untuk diikuti hamba-hamba-Nya yang setia. Namun,
memahami bagaimana segala sesuatu di dalam Alkitab disusun bukanlah hal yang
mudah.Tetapi terdapat 3 pokok penting didalamnya yaitu:
a. Sang raja kerajaan
Firman Allah menyingkapkan banyak hal yang berbeda tentang Allah, tetapi yang
pertama dan terutama Alkitab berbicara tentang Allah sebagai Raja atas segala
ciptaan. Para penulis Alkitab secara aklamsi menegaskan bahwa Allah telah dan akan
selalu memerintah atas segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh pemazmur,
“takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (Mzm. 93:2). Setiap
orang yang mengenal Alkitab tahu bahwa Perjanjian Lama dan Baru dengan eksplisit
menyebut Allah “sang Raja”. Ratusan kali kedua Perjanjian tersebut berbicara tentang
“takhta” Allah, “pemerintahan” atau “peraturan” Allah, dan “Kerajaan” Allah. Akan
tetapi, Alkitab juga menyatakan Allah sebagai Raja dalam banyak cara. Pada zaman
Alkitab, raja-raja manusia sering kali dipuji sebagai arsitek dan pembangun yang
agung, pemimpin tentara yang kuat, pahlawan yang menghancurkan musuh-
musuhnya, penyelamat umatnya, seorang yang sangat bijaksana, pembuat hukum
yang baik hati, pelaksana perjanjian, gembala yang baik, dan bapa yang mengasihi
rakyatnya. Raja-raja manusia dipuji sebagai sumber terang dan harapan kehidupan di
dalam kerajaan mereka. Apakah gambaran kuno tentang raja-raja manusia ini
terdengar akrab bagi Anda? Berulang kali Alkitab berbicara tentang Allah dengan
cara-cara ini ketika mengagungkan Dia sebagai Raja atas segala sesuatu. Jika kita
berharap dapat melihat bagaimana segala sesuatu yang dikatakan Alkitab saling
berkaitan, maka kita harus selalu kembali kepada keyakinan teguh yang mengikat
segala sesuatu yang dituliskan oleh para penulis Alkitab: Allah adalah Yang berdaulat
atas alam semesta dan “segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Rm. 11:36).
b. Tempat Kerajaan Allah
Pada awal Kitab Kejadian, Allah membuat sebuah taman kudus dengan tujuan bahwa
suatu hari nanti Kerajaan-Nya akan memenuhi seluruh bumi dengan hamba-hamba-Nya
yang taat. Dosa menyebabkan manusia diusir dari Eden dan kerusakan dunia fisik.
Namun, pada zaman Musa, Allah menuntun bangsa Israel kembali ke tempat yang
mungkin merupakan lokasi Eden sebelumnya, ke tempat yang kita sebut tanah
perjanjian. Kerajaan Allah berkembang di tanah perjanjian itu, bahkan melampaui
batasan-batasannya, terutama pada zaman Daud dan Salomo. Namun, seiring waktu,
Israel memberontak terhadap Allah, dan Ia mengusir mereka ke tempat pembuangan.
Selama berabad-abad, Kerajaan Allah di bumi melemah. Namun, sekalipun telah
mengantisipasi masa-masa sukar dalam sejarah ini, para nabi Allah dengan berani
memproklamirkan bahwa suatu hari nanti “segala ujung bumi melihat keselamatan dari
Allah kita” (Yes. 52:10).
Perjanjian Baru menjelaskan bagaimana Kristus menggenapi pengharapan nubuat ini.
Ia memulainya dengan keyakinan teguh ketika Ia melayani di tanah perjanjian dan
mengutus murid-murid-Nya untuk menyebarkan Kerajaan Allah ke segala bangsa di
bumi. Yesus terus memperluas Kerajaan-Nya di seluruh dunia saat ini melalui
pemberitaan Injil, dan Kerajaan Allah akan mencapai ujung bumi ketika Ia kembali
dalam kemuliaan. Pada hari itu setiap pengikut Kristus akan melihat bahwa
“Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia
akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya” (Why. 11:15).
c. Hamba-hamba Kerajaan Allah
Segala macam manusia, melakukan segala macam hal, muncul di sepanjang Alkitab.
Namun, di atas semua itu, Alkitab mengajarkan bahwa umat manusia, dengan satu atau lain
cara, akan dipakai untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah di seluruh bumi.
Allah bisa saja menggenapi rencana ini sendirian secara instan, tetapi Ia memilih untuk
memakai manusia di sepanjang sejarah. Pastinya, dosa telah begitu merusak manusia
sehingga kita semua membutuhkan pengampunan dosa dan ketergantungan pada kuasa Allah.
Namun, meski para malaikat juga mempunyai peran mereka, setiap bagian Alkitab
menyingkapkan bahwa manusia yang telah ditebus, dan setia, adalah sarana-sarana utama
yang melaluinya Kerajaan Allah akan datang. Tuhan pertama-tama menyebut umat manusia
sebagai gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26). Pada zaman Alkitab, banyak bangsa di sekeliling
Israel menganggap raja-raja mereka sebagai gambar dari ilah-ilah bangsa mereka. Raja-raja
ini seharusnya mewakili kepentingan ilah-ilah mereka dengan mempelajari apa yang ilah-ilah
mereka inginkan dan memastikan terlaksananya kehendak mereka di bumi. Namun, dari
sudut pandang Alkitab yang benar, setiap manusia seharusnya mewakili Allah yang sejati dan
melaksanakan kehendak-Nya di bumi.
Pada mulanya, Allah memanggil orang tua dari seluruh umat manusia untuk beranak
cucu dan menaklukkan seluruh bumi sebagai pelayanan bagi-Nya (Kej. 1:28). Ketika bangsa-
bangsa lain melayani tujuan para ilah palsu, yang adalah roh-roh jahat, Raja alam semesta
yang sejati memanggil bangsa Israel, dan sekarang gereja Kristen, untuk melayani Dia
sebagai “kerajaan imam/imamat yang rajani dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6; 1 Pet. 2:9).
Seperti bangsa Israel, Anda dan saya seharusnya “memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib” (1 Pet. 2:9). Semua gambar Allah yang telah ditebus telah dipanggil untuk
menyebarluaskan terang Kerajaan Allah ke semua tempat di dunia.
7. Pertumbuhan Iman Melalui Kesaksian Yesus Tentang Kerajaan Allah
Dalam injilnya, Markus mengelompokkan tiga perumpamaan Yesus tentang kerajaan
yang memakai “benih” sebagai metafor kuncinya. Pada ayat 1-9 Yesus berbicara tentang
seorang penabur, benih yang ditabur, dan berbagai jenis tanah di mana benih itu ditaburkan.
Pada ayat 13-20 Yesus melanjutkan dengan memberi penjelasan terhadap perumpamaan ini.
Pada ayat 26-29 Yesus memberi sebuah perumpamaan lain yang bertema benih, yang dikenal
dengan perumpamaan tentang benih yang tumbuh.
Makna dari perumpamaan tersebut jelas dalam perumpamaan itu sendiri: orang yang
menabur tidak berkuasa atas proses bagaimana benih tersebut bertunas dan bertumbuh, atau
pun mengendalikan panennya. Rasul Paulus sepertinya merenungkan poin dari perumpamaan
ini di dalam 1 Korintus 3:6-7. “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang
menumbuhkan. Karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram,
melainkan Allah yang menumbuhkan.” Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dunia ini melalui
pelayanan Firman—penaburan benih dan penyiraman pada benih yang ditabur. Seperti yang
dikatakan Paulus dengan tepat, menanam dan menyiram terjadi melalui sarana manusia (lihat
juga Ef. 4:15-16), tetapi Allah adalah penyebab efisien atas buah apa pun yang dihasilkan. Di
dalam Markus 4:30-32 kita menemukan perumpamaan bertema benih yang ketiga di dalam
pasal tersebut. Yesus bertanya, “Dengan apa kita hendak mengumpamakan Kerajaan Allah
itu, atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya?” Ia melanjutkan
dengan berkata bahwa kerajaan itu seumpama biji sesawi yang sangat kecil. Pelajaran umum
yang dipetik dari perumpamaan ini adalah bahwa seperti biji sesawi yang secara bertahap
menjadi pohon yang besar, Kerajaan Allah bertumbuh dari sesuatu yang kecil menjadi
sesuatu yang lebih agung dan megah. Ketika kita melihat 120 orang yang berkumpul di ruang
atas setelah kenaikan Kristus, dan melihat bagaimana jumlah tersebut telah berlipat ganda,
mencakup orang-orang dari setiap bahasa, suku, dan bangsa, tentu kita dapat melihat bahwa
biji sesawi tersebut telah menjadi lebih besar. Akan tetapi, selain merujuk kepada
pertumbuhan Kerajaan Allah secara bertahap, mungkin Yesus bermaksud menyampaikan
poin lain di sini. Lagipula, poin referensi-Nya adalah biji sesawi. Seorang pengamat menulis,
“Di daerah di mana Yesus tinggal, sesawi tumbuh subur di mana-mana seperti rumput liar
yang umum dan kuat. Sesawi bisa muncul di mana saja lalu berlipat ganda.” Lagipula, biji
sesawi tumbuh menjadi semak – bukan pohon tarbantin yang perkasa, tetapi semak (semak
yang kuat dan mungkin cukup lebat, tetapi tetap merupakan semak).
Bahkan, mungkin perkataan Paulus di dalam 1 Korintus 1:26 memberi pengertian yang baik
terhadap perumpamaan ini: “Saudara-saudara, ingatlah bagaimana keadaan kamu ketika
kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak.” Tidak hanya
pertumbuhan kerajaan secara bertahap, tetapi menurut ukuran dunia, mungkin tidak terlihat
seperti pertumbuhan sama sekali. Paulus melanjutkan, “Apa yang tidak terpandang dan yang
hina bagi dunia, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti, supaya jangan ada seseorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah”
(ay. 28-29).
1.Kerajaan Allah adalah Realitas Spiritual: Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah
bukanlah kerajaan fisik di bumi seperti kerajaan manusia biasa. Ini adalah realitas spiritual
yang hadir dalam hati setiap orang yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kebenaran ini menekankan pentingnya hubungan pribadi dengan Allah.
2.Kerajaan Allah adalah Dekat: Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Ini
mengingatkan kita bahwa kesempatan untuk mengalami Kerajaan Allah tidak selalu berada di
masa depan, tetapi bisa kita alami sekarang.
3.Pemeliharaan Etika dan Moral: Kesaksian Yesus tentang Kerajaan Allah menekankan
pentingnya hidup sesuai dengan etika dan moral yang diterapkan dalam Kerajaan. Ini
mencakup kasih, perdamaian, kebenaran, dan kekudusan.
4.Keselamatan melalui Iman dan Pertobatan: Kebenaran ini menunjukkan bahwa untuk
masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang perlu memiliki iman kepada Yesus Kristus
sebagai Juruselamat dan melakukan pertobatan. Iman dan pertobatan adalah jalan menuju
keselamatan.
9.Pemberitaan Injil: Yesus juga memberi tugas kepada pengikut-Nya untuk memberitakan
Kabar Baik tentang Kerajaan Allah kepada seluruh dunia. Ini adalah panggilan untuk
mengambil bagian dalam misi-Nya.
1.Kepenuhan Waktu: Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah telah dekat dan akan datang
dengan cepat. Ia mengumumkan bahwa "waktu adalah tergenapkan dan Kerajaan Allah telah
dekat; bertobatlah dan percayalah kepada berita baik" (Markus 1:15). Penerapannya adalah
bahwa setiap orang harus bersiap-siap dan bertobat.
2.Garis Besar Etika: Yesus mengajarkan etika Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya. Ia
menegaskan kasih, belas kasih, kerendahan hati, perdamaian, dan keadilan sebagai nilai-nilai
inti dalam Kerajaan Allah. Penerapannya adalah kita diharapkan untuk hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip etika ini.
3.Kebutuhan untuk Iman dan Percaya: Yesus sering mengatakan bahwa untuk memasuki dan
mengalami Kerajaan Allah, seseorang perlu memiliki iman dan percaya kepada-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Penerapannya adalah bahwa iman adalah kunci akses ke Kerajaan
Allah.
4.Perhatian Terhadap Orang Miskin dan Terpinggirkan: Yesus menekankan perhatian kepada
orang miskin, terlantar, dan terpinggirkan dalam Kerajaan Allah. Penerapannya adalah kita
juga harus peduli dan melayani mereka.
5.Pengampunan dan Kasih: Yesus mengajarkan tentang pengampunan dan kasih dalam
Kerajaan Allah. Ia mengatakan bahwa kita harus memaafkan orang lain sebagaimana Allah
telah memaafkan kita. Penerapannya adalah kita harus hidup dalam kasih dan pengampunan.
6.Pemberitaan Injil: Yesus juga mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Kabar Baik
tentang Kerajaan Allah kepada seluruh dunia. Penerapannya adalah kita juga harus menjadi
saksi-saksi Kerajaan Allah dengan memberitakan Injil dan mengajak orang lain untuk
mengenal Kristus.
KESIMPULAN
Kerajaan yang diwartakan oleh Yesus masih tersembunyi di masa sekarang, namun
telah membuat klaim untuk menang atas segala sesuatu di Akhir. Yesus mengklaim akan
otoritas dan pesannya saat ini dan kerajaan Kerajaan yang akan datang tidak bisa lama tetap
bersifat politis, meskipun pada dasarnya tidak dipahami secara politis, Yesus lebih memilih
bentuk perumpamaan. Dengan menceritakan perumpamaan, ia membawa realitas kerajaan
Allah di dalam realitas kehidupan manusia-dunia.