Di Susun Oleh :
1. Aris Lolok ( 2020185928)
2. Angraeni Domi (2020185934)
3. Leoni Patrisia (2020185940)
4. Meyske L. (2020186010)
5. Mikael Pappang (2020185962)
6. Sariawan (2020186163)
7. Sri Yuliana Salili (2020185921)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum menjelaskan mengenai Kerajaan Allah/Kerajaan Sorga, hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah mengenai hubungan antara Kerajaan tersebut dengan
eskatologi. Hubungan tersebut dapat dilihat melalui definisi yang diberikan oleh beberapa
ahli berikut ini: Penjelasan Gordon Fee yang dikutip oleh oleh Glen H. Stassen & David P.
Gushee dalam buku Etika Kerajaan, Kerajaan Allah adalah “Suatu peristiwa masa depan
sekaligus suatu realitas masa kini.1
Berbicara mengenai topik Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang selalu menarik,
tetapi sekaligus merupakan sesuatu yang selalu menantang. Menarik untuk membicarakan hal
ini, oleh karena orangorang Kristen bergumul dengan tema tersebut dalam kehidupan mereka.
Disebut menantang, oleh karena tidak mudah untuk memahami tentang tulisan-tulisan
Perjanjian Baru mengenai topik tersebut. Hal ini mengundang banyak perdebatan pendapat
mengenai topik Kerajaan Allah. Eldon Ladd berkata bahwa “Tidak ada pengajaran lain dalam
Perjanjian Baru yang diperdebatkan dengan begitu bersemangat seperti topik Kerajaan Allah
ini.”1 Jadi, dapat dikatakan bahwa topik Kerajaan Allah adalah sesuatu yang senantiasa
menarik untuk dikaji dan diselidiki.2
Jadi bagaimanapun, Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam Injil-injil Sinoptik, tidak
terlepas kaitannya dengan misi soteriologi Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari
perbudakan dosa. Walaupun manusia masih hidup di dunia ini, namun keselamatan dari dosa
telah ditawarkan oleh Allah melalui Yesus. Yesus telah menyelesaikan tugasNya untuk
masalah dosa, akan tetapi hal itu akan terwujud secara penuh pada kedatangan-Nya yang
kedua kali untuk menjemput manusia, yakni mereka yang telah diselamatkan melalui
pengorbanan-Nya sendiri. 3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerajaan Allah menurut Injil Sinoptik?
2. Bagaimana relevansi Kerajaan Allah dalam Injil Sinoptik dengan pengajaran gereja
tentang akhir zaman?
BAB II
1
Glen H. Stassen & David P. Gushee, Etika Kerajaan: Mengikut Yesus Dalam Konteks Masa Kini
(Surabaya: Momentum, 2008),hal.4.
2
Roby Pangarra,”KERAJAAN ALLAH MENURUT INJIL-INJIL SINOPTIK”jurnal jeffray,vol.11,no.1(2003),hal.112,
dapat di akses di : https://ojs.sttjaffray.ac.id , di akses tanggal 23 Juni 2021, pukul 22:30 WITA.
3
Ibid, hal.123.
PEMBAHASAN
Penggunaan kata Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam hubungannya dengan
Eskatologi dalam Injil Sinoptik merupakan dua ungkapan yang kurang lebih sama dalam
Penggunaan dan pengertiannya. Dalam Injilnya, Matius memilih untuk menggunakan istilah
“Kerajaan Sorga” daripada “Kerajaan Allah,” karena tulisannya yang cenderung ditujukan
kepada orang-orang Yahudi, sedangkan Injil Markus dan Lukas lebih memilih Menggunakan
istilah Kerajaan Allah. Hal itu merupakan upaya Matius sebagai penulis berkebangsaan
Yahudi agar pemakaian kata Allah yang sangat kudus bagi umat Yahudi dapat di hindari.
A. Pengertian Kerajaan Allah
Pemerintahan tertinggi Allah adalah Kerajaan yang di sebut sebagai kerajaan
Allah, tetapi pemerintahan Allah tang di maksudkan tersebut dinyatakan dalam
tahapan yang berbeda-beda sepanjang sejarah peggenapan janji Allah yakni
pengangkatan dan penebusan manusia. Oleh karena itu, manusia dapat masuk ke
dalam wilayah pemerintahan Allah dalam beberapa tahap perwujudannya dan
mengalami berkat-berkat pemerintahan-Nya itu dalam kadar yang berbeda-beda.
Kerajaan Allah merupakan zaman yang akan datang, yang kita disebut sebagai Sorga.
Saat masa itu tiba, kita akan menerima berkat-berkat pemerintahan-Nya yang
berwujud kepenuhan yang sempurna. Kerajaan itu ada di masa kini dan sudah dapat
kita rasakan sebagian dari berkat-berkat pemerintahan Allah itu secara nyata.4
3. Injil Lukas
Beberapa prikop dalam Injil Lukas (Luk. 4:43; 8:1; 9:11) menunjukkan
bahwa pokok mengenai Kerajaan Allah terlihat dalam pemberitaan Yesus.
Istilah Basileia tou Theou (Kerajaan Allah) terutama dipakai dalam Injil ini untuk
menunjuk kepada campur tangan Allah dalam sejarah manusia untuk mendirikan
kerajaanNya. Beberapa waktu terjemahan RSV menerjemahkan kata basileia
dengan kata “Kerajaan” atau kekuasaan raja11. Jadi ungkapan Kerajaan Allah
dalam Injil Lukas lebih menekankan aksi atau tindakan Allah dari pada
pemberitaan tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Dalam perkataan lain, tekanan
yang sangat kuat tentang Kerajaan Allah itu terletak pada diri Yesus sebagai wakil
Allah yang melaluiNya pemerintahan Allah itu terwujud kan.12. Apa arti
“Kerajaan Allah” menurut Firman Tuhan sendiri ? pertama-tama, kita perlu
mengerti bahwa tidak ada perbedaan pokok antara istilah “Kerajaan Allah” dan
“Kerajaan Surga/Sorga” yang di gunakan Yesus dan para penulis Injil. Ada
banyak bukti yang dapat di sebutkan13. Dalam arti dari Kerajaan Allah dan
Kerajaan surga adalah sama. Dalam Injil Lukas menggunakan kata KerajaanAllah
dikarenakan Injil Lukas di tulis untuk kaum Yunani dimana akan lebih mudah
mengerti jika menggunakan kata Kerajaan Allah. Tetapi jika kita melihat Injil
Matius akan di temukan menggunakan kata Kerajaan Surga karena Matius adalah
orang Yahudi asli dan nama Allah adalah nama Kudus tidak sembarang saja di
10
I. Howard Marshall, New Testament Teology (USA: InterVarsity Press, 2004), 130.
11
George Eldon Ladd,Teologi Perjanjian Baru jilid 1, (Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2006),Hlm 81.
12
Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), 129
13
Daud Kurniawan. Kerajaan Allah di antara kita, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006),Hlm. 18
ucapkan. Jadi Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga memiliki arti yang sama yaitu
tempat dimana Allah yang berkuasa dan dapat melaksanakan semua kehendaknya.
Kerajaan Allah pada dasarnya adalah pemerintahan Allah. Kerajaan Allah adalah
kedaulatan Allah yang sedang bekerja. Pemerintahan Allah terwujud pada waktu
sekarang dan pada masa mendatang dan karena itu ada kerajaan pada waktu
sekarang dan kerajaan masa mendatang yang di dalamnya manusia dapat
menikmati berkat pemerintahan Allah14. Penekanan Lukas terhadap sejarah
membuat adanya perbedaan pengutipan pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah
dalam Markus 1:14- 15 dengan Lukas 4:14-15, dimana Lukas mengutip secara
berbeda dengan yang Matius lakukan (Matius 4:12-17). Namun lebih lanjut
Samuel Hakh menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti Lukas mengabaikan
pemberitaan tentang Kerajaan Allah sebagai pokok pemberitaan Yesus. Hal
tersebut akan menjadi jelas, jika membaca Lukas 4:43; 8:1 dan 9:11. Lukas 4:43,
Yesus berkata: “juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan
Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Demikian juga pasal 8:1 “Yesus berjalan
berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan
Allah. Sementara itu pasal 9:11 “Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada
mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang
memerlukan penyembuhan.” “Lebih lanjut Tuhan Yesus menjelaskan bahwa
siapa saja yang menerima pengajaran-Nya dan misi-Nya sudah masuk Kerajaan
Allah pada saat ini (Lukas 16:16).” Dengan demikian, jelas bahwa Lukas pun
memberi perhatian tentang Kerajaan Allah; hanya saja berbeda dengan Matius dan
Markus, Lukas lebih menekankan “aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan
tentang Kerajaan Allah itu sendiri.” Akan tetapi, bagaimana pun Lukas juga
sependapat bahwa Kerajaan Allah memiliki dimensi kekinian dan juga futurisme
yang akan terjadi di masa mendatang (Lukas 9:27 bnd Lukas 10:9).15
14
George Eldon Ladd. Injil Kerajaan. Yayasan penerbit Gandum Mas. Malang. 1999. Hlm. 27
15
Ibid, 28.
16
Seri Damarwanti, “STUDI KOMPARATIF ESKATOLOGI LUKAS TERHADAP PANDANGAN ESKATOLOGI MATIUS
DAN MARKUS”, jurnal Teologi SANCTUM DOMINE, hal. 12-14, dapat di akses di:
https://journal.sttni.ac.id/index.php/SDJT/article/download/29/25 , di akses pada tanggal: 9 Juni 2021, pukul
12:00 WITA.
Yang berbeda dalam ketiga Injil itu terletak pada isu pokok setiap penulis
Injil, yaitu : pada Lukas, eskatologi lebih menekankan isu “kesegeraan” dimana
kedatangan Anak Manusia untuk menyelesaikan misi Allah bagi dunia akan terjadi
“secepatnya”, dalam arti bahwa tanda-tanda yang menyertainya sudah ada ; pada
Matius, yang ditekankan adalah pada aspek “penundaan” berhubung dengan masa
penantian sehingga Yesus ingin agar para murid lebih berfokus pada apa yang perlu
mereka lakukan dalam masa penantian ini agar mereka tidak kehilangan bagian yang
telah dijanjikan itu ; pada Markus, kehadiran Kerajaan Allah menjadi pokok utama,
dimana sesungguhnya kehidupan Kerajaan itu sendiri telah hadir di tengah-tengah
umat percaya, dan di sisi lain juga menantikan.17
datangnya penggenapan hadirnya Kerajaan Allah di masa yang akan datang.
Menurut (Mat 13:39-40; 24:25-36) Akhir zaman merupakan masa akhir
bahwa zaman telah berakhir oleh sebab penggenapan karya penyelamatan Allah
terhadap langit, bumi dan semua isinya sudah di genapi. Setelah akhir zaman itu,
Allah akan datang dan menjadi pemerintah atas manusia yakni memerintah seperti
seorang Raja di langit yang baru dan bumi yang baru (2 Petrus 3:13-Why 21:1), dan
kerajaan itu diawali dengan kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. Kerajaan Allah
yang seperti itulah yang di perkenalkan Yesus Kristus ketika Ia datang untuk kedua
kalinya, yang ia mulai dengan mengajak manusia untuk bertobat dan kembali kepada
Allah, yang kemudian menjadi tanda bahwa zaman akhir telah di mulai (Kis 2:17 dyb;
bnd Mrk 1:15).
Pemerintahan Kristus yang dinantikan tidaklah terbatas pada akhir zaman
saja, karena Kristus yang akan datang pada akhir zaman itu adalah Kristus yang ada
sejak awal, yaitu “yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang”. Justru keyakinan
inilah, yaitu bahwa Kristus yang akan datang adalah sama dengan Kristus yang telah
menyerahkan dirinya demi membebaskan manusia, yang menjadi sumber bagi
kepercayaan. Dasar kepercayaan ini menjadi nampak dalam doksologi, yaitu dalam
pujian yng terkandung dalam Wahyu 1:5b-6. “Bagi Dia yang menngasihi kita dan
yang telah melepaskan kita dari dosa oleh darah-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan
kuasa sampai selama-lamanya Amin”.18
Bentuk kata kerja “mengasihi” di sini menyatakan bahwa motivasi utama yang
memperteguh jemaat Kristen, juga dalam penganiayaan dan tantangan-tantangan yang
lain, ialah kasih Kristus. jadi jemaat tidak sekedar dihiburkan dengan menunjuk pada
masa depan yang cerah kelak yakni kerajaan Allah yang akan di alami, melankan
diarahkan pada cinta kasih yang tidak berubah, dan karenanya kristus telah
melepaskan jemaat, bahkan telah menjadi raja dan imam. Dalam jemaat itu,
pemerintahan Allah telah menjadi realitas, di mana mereka hanya mengakui
17
Seri Damarwanti, “STUDI KOMPARATIF ESKATOLOGI LUKAS TERHADAP PANDANGAN ESKATOLOGI MATIUS
DAN MARKUS”, jurnal Teologi SANCTUM DOMINE, hal. 12-14, dapat di akses di:
https://journal.sttni.ac.id/index.php/SDJT/article/download/29/25 , di akses pada tanggal: 9 Juni 2021, pukul
12:00 WITA
18
Hank ten Napel, JALAN YANG LEBIH UTAMA LAGI:ETIKA PERJANJIAN BARU,(Jakarta:Gunung
Mulia,1991),Hal.227.
pemerintahan itu bagi Allah19, yakni Allah yang memerintah sebagai raja atas mereka
saat masa sebelum akhir zaman dan saat di mana akhir zaman itu telah datang seperti
yang telah di janjikan oleh Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan frase Kerajaan Allah dan Kerajaan sorga dalam hubungannya
dengan Eskatologi dalam Injil Sinoptik merupakan dua ungkapan yang
kurang lebih sama dalam penggunaan dan pengertiannya. Dalam Injilnya,
Matius lebih memilih menggunakan istilah “Kerajaan Sorga” daripada
19
Hank ten Napel, JALAN YANG LEBIH UTAMA LAGI:ETIKA PERJANJIAN BARU,(Jakarta:Gunung
Mulia,1991),Hal.227.
“Kerajaan Allah”, karena kecenderungan dari tulisannya yang ditujukan
kepada pembaca Yahudi.
2. Relevansinya adalah bahwa yang terpenting ialah bahwa pada akhir zaman
itu terwujudlah kerejaan Allah secara penuh, sebagai kuasa dan
pemerintahan Allah yang menyelamatkan, yang tampil dalam hidup yang
sarat kasih, kebenaran keadilan, damai sejahtera, sukacita pemulihan dan
pembaharuan hidup.
3. Kerajaan Allah adalah masa yang akan kita temui di Akhir Zaman nanti,
dimana kita percaya bahwa pada saat itu Allah yang akan memerintah
sebagai raja serta Tuhan Yesus akan menjadi hakim atas seluruh umat
manusia baik yang hidup maupun yang mati. Dan gereja telah
menanamkan itu sebagai suatu ajaran yang kita percayai hingga saat ini.
B. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan tang dimiliki. Maka dari itu sangat diharapkan saran dan kritikan atau
masukan dari pembaca untuk penulis dalam menyusun makalah tentang “
Kerajaan Allah Dalam Injil Sinoptik dan Relevansinya Bagi Pengajaran Gereja
Mengenai Akhir Zaman”
DAFTAR PUSTAKA
Stassen, Glen H. & Gushee, David P.2008.Etika Kerajaan: Mengikut Yesus Dalam Konteks
Masa Kini.Surabaya: Momentum.
Tenney,Merrill Chapin. 1995).Survei Perjanjian Baru.Malang: Gandum Mas.
Ladd,George Eldon.1995.Injil Kerajaan.Malang:Gandum Mas.
West,Sandy Lane, terj. Fong,Yap Wei dkk.2016.HAND BOOK TO THE BIBLE.Jawa Barat:
Penerbit Kalam Hidup.
Hakh Samuel Benyamin.2007.Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-injil Sinoptik.
Bandung:Jurnal Info Media.
Marshall,Howard2004.New Testament Teology.USA: InterVarsity Press.
Ladd, George Eldon.2006.Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Bandung :Yayasan Kalam Hidup..
Marshall,Howard.1997.Luke-Historian & Theologian.Great Britain: Paternoster Press.
Kurniawan,Daud.2006.Kerajaan Allah di antara kita.Bandung:Yayasan Kalam Hidup
Damarwanti,S.STUDI KOMPARATIF ESKATOLOGI LUKAS TERHADAP PANDANGAN
ESKATOLOGI MATIUS DAN MARKUS”, jurnal Teologi SANCTUM DOMINE, hal.
12-14,dapat di akses di:
https://journal.sttni.ac.id/index.php/SDJT/article/download/29/25
Napel Hank ten.1991. JALAN YANG LEBIH UTAMA LAGI:ETIKA PERJANJIAN
BARU.Jakarta:Gunung Mulia.
Pangarra Roby.2003.”KERAJAAN ALLAH MENURUT INJIL-INJIL SINOPTIK”jurnal
jeffray,vol.11,no.1(2003).Dapat di akses di : https://ojs.sttjaffray.ac.id