Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu,
saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat menyusun
Makalah ini dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa melaluinya
sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini terutama dosen pengampu mata kuliah Theologi Sistematika.
Selain itu saya sangat berterima kasih kepada orang tua, sahabat, dan teman-teman.
Mereka telah memberikan dukungan serta doa sehingga saya memiliki kekuatan lebih
untuk menyusun makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis,
saya berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik.
Di sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan
penelitian ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada
manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari saya.
Terima kasih
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misteri Kerajaan Sorga adalah sesuatu yang hanya dapat diterima oleh
iman, karena semua hal mengenai keTuhanan Yesus yang adalah raja yang
bertakhta di dalam Kerajaan Sorga itu tidak dapat diterima oleh akal manusia
yang terbatas, demikian juga mengenai ketritunggalan Allah Yang Maha Esa
tetapi memiliki tiga pribadi adalah sesuatu yang masih menjadi polemik hingga
saat ini. Perumpamaan-perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus Kristus dalam
kitab-kitab injil itu semua adalah misteri yang meskipun sudah dijelaskan oleh
Tuhan Yesus kepada murid-muridn-Nya, namun tetap saja masih menjadi misteri
bagi kita.
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat 4:17b) adalah
seruan yang disampaikan Yesus diawal pelayanan-Nya. namun Ia pada mulanya
tidak memberikan penjelasan tentang apakah yang dimaksud dengan istilah
“Kerajaan Sorga” tersebut. Nampaknya ada anggapan bahwa para pendengar-Nya
saat itu mengenal dengan jelas arti istilah itu oleh karena konsep tentang
Kerajaan ini merupakan bagian nubuatan yang tercatat di dalam Perjanjian Lama,
yaitu berkenaan dengan pemerintahan Allah; bahwa Allah akan menegakkan
kebenarannya didalam setiap aspek dari pengalaman manusia.
B. Tujuan
A. Pengertian
1. Misteri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Misteri adalah sebagai
berikut:
1 sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi teka-teki; masih belum
terbuka rahasianya): mengapa dia terbunuh dan siapa yang membunuh
masih merupakan --;
2 kenyataan yang begitu luhur sehingga secara mendasar melampaui daya
tangkap manusia; apa pun yang semakin dapat dimengerti atau dihayati,
tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia
menyangkut kehadiran atau kegiatan Ilahi, misalnya Allah Tritunggal;
-- Paskah wafat dan kebangkitan Yesus Kristus
Allah (Kel 19:6 Bd: 2Sam 7:16; Yeh 37:22). juga menunjuk kepada seorang
raja tertentu yang memerintah sebuah Kerajaan (Bd: 1Sam 28:17).
C. Allah Tritunggal
Konsep tentang Allah Tritunggal adalah sebuah misteri yang sangat sulit dipahami
oleh akal manusia yang terbatas, namun Tuhan Yesus berkata kepada kita yang sudah
menjadi murid-Nya bahwa kita akan diberi kemampuan untuk dapat memahami misteri
apapun itu tentang Kerajaan Sorga termasuk tentang Allah Tritunggal.
Menurut Henry Allah Tritunggal adalah Allah Yang Esa didalam Hakekatnya dan
tiga di dalam Pribadinya, artinya Allah memiliki tiga pribadi yaitu Allah Bapa, Allah
Anak dan Roh Kudus, namun hanya satu dalam hakekatnya sebagai Allah. Sama dengan
Henry, Wesley juga mengatakan bahwa Allah adalah satu Pribadi, Satu pribadi memiliki
tiga hal: memiliki pengetahuan, memiliki perasaan, memiliki kehendak
diri. Dan ada tiga manifestasi Allah yaitu :
1. Bapa ialah kepenuhan Allah yang tidak kelihatan (TB
Yohanes 1:18);
2. Anak ialah kepenuhan Allah yang telah dinyatakan (/TB #Yohanes 1:14-18*);
3. Roh Kudus ialah kepenuhan Allah yang bekerja di dalam diri manusia (/TB
#1Korintus 2:9,10).
Masing-masing orang memang diberi karunia untuk memahami misteri Tritunggal
secara berbeda-beda dan saya memiliki pemahaman Tritunggal yang sedikit berbeda
pula dari keduanya.
Allah Tritunggal tidak dijelaskan secara akurat di dalam Alkitab, namun sudah
disinggung sejak pasal pertama kitab pertama di dalam Alkitab, yaitu kitab Kejadian
pasal 1 tentang Penciptaan Alam Semesta, Bumi dan segala isinya termasuk manusia.
Disana dicatat oleh Nabi Musa bahwa ada Allah, ada Firman Allah dan ada Roh Allah
sebelum segala sesuatu itu ada.
Saat Tuhan menciptakan manusia, Tuhan bersabda dalam Kej. 1:26 demikian;
“baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas
seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Artinya manusia
adalah makhluk paling mulia yang diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Tuhan
untuk melakukan pekerjaan Tuhan di bumi menjadi tuhan atas ciptaan yang lain, sama
seperti ciptaan manusia yang paling canggih yaitu komputer dengan kecerdasan buatan
diciptakan serupa dengan manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan manusia dalam
kegiatan usaha sehari-hari.
Komputer untuk bisa hidup dan bekerja diperlukan tiga komponen yaitu: 1) Hard
Ware / Perangkat Keras / Fisik dari komputer itu sendiri; 2) Soft Ware / Perangkat
Lunak yaitu Operating System dan berbagai aplikasi yang di instal sesuai keperluan
manusia; 3) Listrik sebagai energi atau daya untuk menghidupkan komputer. Ketiga
komponen dari komputer ini harus ada dan menjadi satu kesatuan agar bisa hidup dan
berfungsi, salah satu dari komponen ini saja tidak ada, maka komputer tidak bisa
berfungsi.
Sama sepeti komputer, manusia juga memiliki 3 komponen kehidupan yang harus
menjadi satu kesatuan baru bisa hidup yaitu: 1) Tubuh / Fisik, adalah sesuatu yang bisa
ditangkap oleh panca indera; 2) Jiwa, yaitu pikiran, kecerdasan, daya cipta, kesadaran,
kehendak dan sebagainya; 3) Roh yaitu energi, kekuatan, kemampuan, kuasa, yang
menghidupkan manusia itu sendiri. Jiwa dan roh manusia adalah satu tapi bisa
dibedakan, keduanya adalah kehidupan yang diciptakan Tuhan untuk tubuh manusia
bisa hidup dan berkarya di bumi.
Jika manusia adalah gambar dan rupa Allah, maka Allah juga memiliki Fisik yaitu
Firman atau Perkataan Allah, karena Firman Allah bisa ditangkap oleh indera
pendengaran dan kemudian Firman Allah itu menjadi Manusia (Injil Yohanes 1:1-18).
Allah juga memiliki Jiwa yang disebut oleh Yesus Kristus sebagai Bapa, sebagaimana
perkataan saya keluar dari pikiran atau jiwa saya, demikian juga Firman Allah keluar
dari Sang Bapa. Kemudian Allah juga memiliki Roh yang disebut dengan Roh Kudus,
dan Ketiganya adalah Satu.
Sekarang akan dibahas secara khusus konsep tentang Kerajaan Allah ini di dalam
berita setiap para penulis Injil. Pengajaran Tuhan Yesus yang penting di dalam Kitab-
kitab Injil adalah Ia menekankan perihal Kerajaan Allah dan hal ini berkaitan dengan
tujuan misi Yesus.
1. Injil Matius
Matius menuliskan Injilnya ini kurang lebih tahun 60 AD. Ia tidak menggunakan
istilah “Kerajaan Allah”, melainkan “Kerajaan Sorga”. Hal ini berkaitan dengan
tujuan atau alamat Injil ini ditujukan, yaitu kepada orang Yahudi. Mereka sangat
menghargai dan menghormati nama “Allah” (YHWH) sehingga istilah ini diganti
dengan “Sorga” namun tidak mengurangi arti yang dimaksud.
Berita tentang Kerajaan ini mulai diberitakan oleh Yohanes dan kemudian
diajarkan Tuhan Yesus. Ia mulai membuktikan Diri-Nya sebagai Mesias yang
dinanti-nantikan mereka melalui sejumlah perbuatan mujizat yang dilakukan-Nya.
Meskipun banyak orang menjadi takjub dan menyambut pengajaran serta
perbuatan mujizat itu, Tuhan Yesus berkata tentang mereka, “Hati bangsa ini telah
menebal” (Mat 13:15). Di bagian lain Ia berkata, “Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu … tetapi kamu tidak mau (Mat 23:37). Orang Israel
tidak mau menerima dan bahkan menolak Kerajaan yang diberitakan Yesus dan
pada akhirnya menyalibkan Dia. Para pemimpin Yahudi berseru di waktu huru-
hara penyaliban, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan anak-anak
kami!” (Mat 27:25).
Kerajaan Sorga di dalam Injil ini bersifat lahir, dapat terlihat dan akan terjadi di
dunia ini pada masa yang akan datang. Ketika malaikat memberitakan kelahiran
Yesus, ia mengatakan “Tuhan akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya (Luk 1:32). Semua ini akan menjadi kenyataan yang pasti pada saat
kedatangan-Nya yang kedua kelak, Ia akan menaiki takhta itu. Jadi hal ini tidak
dapat diartikan secara rohani.
2. Injil Markus
Di dalam Injil Markus menyatakan berita Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah
yang dikaitkan dengan berita Injil dan aspek waktu, “Waktunya telah genap;
Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” (1:15). Di
dalam struktur Markus, berita ini menunjukkan proklamasi Kerajaan Allah yang
menjadi inti khotbah Yesus. Inilahseruan tentang penggenapan kedatangan
Kerajaan Allah. Walaupun masih dimengerti di dalam aspek masa mendatang,
digambarkan juga sebagai sudah dekat dan bahkan sudah datang.
3. Injil Lukas
Berita tentang Kerajaan Allah pertama kali muncul di dalam pasal 1:33, yaitu pada
saat berita yang disampaikan malaikat kepada Maria bahwa Anak yang sedang
dikandungnya pada saatnya akan menduduki takhta Daud dan Ia akan memerintah
untuk selamanya sebagai Mesias. Selanjutnya konsep tentang Kerajaan ini
dihubungkan dengan pelayanan Tuhan Yesus (4:43), yaitu pada saat Ia
menyatakan bahwa Ia harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah
Ia diutus. Hal yang sama juga dicatat oleh Lukas di dalam pasal 8:1.
Catatan tentang Khotbah di Bukit tentang Kerajaan Allah yang disampaikan oleh
Tuhan Yesus juga tidak luput dari perhatian Lukas (6:20). Tuhan Yesus juga
berbicara tentang siapakah yang besar di dalam Kerajaan Allah ketika berbicara
tentang Yohanes Pembaptis (7:28). Demikian juga tentang misteri Kerajaan Allah
yang hanya diberikan kepada para murid dan kepada yang lainnya diberitakan di
dalamperumpamaan (8:10).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian juga di sini adalah Lukas menghubungkan
kematian Anak Manusia dengan kedatangan Kerajaan Allah dan bahkan ada di
antara mereka yang ada pada saat itu tidak akan mati sebelum mereka melihat
Kerajaan itu (9:27). Hal ini menyatakan konsep kekinian Kerajaan tersebut. Di
dalam bagian lain, Yesus memberikan penegasan yang bersifat perintah untuk
memberitakan Kerajaan Allah di mana-mana (9:60) dan setiap orang yang
menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah itu (9:62). Kedatangan
Kerajaan Allah ini digambarkankan di dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan
Yesus kepada para murid-Nya (11:2).
Perihal Kerajaan Allah ini juga mempengaruhi aspek kehidupan dan harus
mendapatkan prioritas utama dan Allah akan menambahkan semua yang
diperlukan (12:31). Selain itu Lukas juga memberikan penjelasan bahwa Kerajaan
Allah ini tidak berkaitan dengan hal yang bersifat fisik, melainkan pada
penerimaan terhadap keadaan dari Kerajaan tersebut. Mereka yang ingin masuk
kedalamnya harus berjuang memasuki pintu yang sempit dari Kerajaan ini (13:23-
29).
Kerajaan Allah di dalam bentuk masa depan dijanjikan Yesus di dalam peristiwa
Perjamuan Terakhir, bahwa Ia tidak akan minum lagi dari pokok anggur sampai
Kerajaan Allah telah datang (22:17). Hak-hak mengenai Kerajaan itu ditentukan
oleh Yesus sendiri seperti yang diberikan atau ditentukan Bapa kepada-Nya
(22:29-30). Konteks pembicaraan di sini bersifat Eskatologis.
Pada akhirnya, ketika Yesus berada di atas salib, salah seorang pencuri yang
dihukum bersama-Nya mengatakan agar Yesus mengingat dia pada saat datang
kembali sebagai Raja (23:42) dan Yusuf dari Arimathea disebutkan Lukas sebagai
orang yang menanti-nantikan kedatangan Kerajaan itu (23:51).
4. Injil Yohanes
Di dalam Injil Yohanes, konsep tentang Kerajaan Allah tidak menjadi perhatian
utama dan signifikan. Yohanes lebih banyak membicarakan perihal “Kehidupan
Kekal” atau tentang “Kehidupan”. “Kehidupan kekal” dan “Kerajaan Allah”
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab
ekuivalensinya dibuktikan dengan digunakannya kedua istilah ini saling
bergantian di dalam Injil-injil Sinoptik. Selain itu penggunaan istilah “Kerajaan
Allah” juga di hindari oleh Yohanes nampaknya oleh karena ia menghindari kaitan
istilah ini dengan pengharapan eskatologis dan juga oleh karena tujuan penulisan
Injilnya ini adalah bagi pembaca non-Yahudi.
Meskipun demikian, tidak berarti istilah ini tidak muncul di dalamnya. Konsep ini
muncul pada percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus di dalam pasal 3
walaupun dengan penekanan kepada perihal kelahiran kembali lebih daripada
kepada Kerajaan Allah. Kelahiran kembali menjadi syarat yang utama memasuki
Kerajaan Allah. Istilah ini juga muncul di dalam percakapan Tuhan Yesus dengan
Pilatus di dalam pasal 18, yaitu pada saat Pilatus bertanya kepada-Nya, “Apakah
Engkau Raja orang Israel?” (18:33). Jawaban Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari
dunia ini” lebih kepada usaha menunjukkan konsep “Kerajaan” yang diajarkan-
Nya hanya mempunyai arti yang kecil saja dalam hubungannya dengan
pengharapan orang Yahudi. Peristiwa penolakan, penghukuman terhadap Tuhan
Yesus pada akhirnya menunjukkan kekecewaan orang Yahudi oleh karena
penolakan Tuhan Yesus untuk menerima konsep tentang Mesias yang dimengerti
mereka secara nasional dan politik yang mereka pahami dan harapkan terwujud
selama ini.
KESIMPULAN
Yesus memang menggunakan dasar Perjanjian Lama ini untuk mengajarkan tentang
Kerajaan Allah tersebut; bahwa Kerajaan Allah memang memiliki aspek fisik yang
penggenapannya pada akhir jaman kelak, namun yang menjadi inti pemberitaan-Nya lebih
kepada pemerintahan Allah, di mana di dalamnya Allah menjadi raja secara spiritual di dalam
diri setiap orang yang percaya. Dengan kata lain pemberitaan dan pengajaran Tuhan Yesus
tentang hal ini lebih kepada perihal kebenaran, keadilan, kebahagiaan, kebebasan dari dosa
dan pemulihan hubungan seseorang dengan Allah daripada pengharapan yang bersifat
nasionalistik dan universal sebagaimana yang dipahami orang Yahudi selama ini.
Gereja pada saat ini memiliki mandat memberitakan “Kerajaan Allah” di dalam
kehidupannya dengan pengertian sebagaimana yang dimaksud dan dijelaskan oleh Tuhan
Yesus, yaitu berkenaan dengan “Kehidupan kekal” dan “Keselamatan”. Inti utama ini yang
harus dipertahankan walaupun di dalam pemberitaannya mempertimbangkan aspek dinamika
perkembangan jaman (baca: “Kontekstualisasi”).