Puji syukur kehadirat Tuhan kita Yesus Kristus yang telah memberikan berkat sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ciri Khas Kerajaan Allah dalam
perantaan Tuhan Yesus dan Para Rasul” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs.
Ludovikus Seda pada mata kuliah pendidikan Agama Katolik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Ciri Khas Kerajaan Allah dalam perantaan
Tuhan Yesus dan Para Rasul” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II Kerajaan Allah.................................................................................................................3
2.1. Kerajaan Allah ............................................................................................................3
2..2 Pewartaan kerajan Allah dalam perantaan Tuhan Yesus............................................6
2.3. Pewartaan Kerajan Allah dalam perantaan para rasul..............................................11
2.4 Tujuan pemberitahuan Kerajaan Allah..................................................................... 15
BAB III
PENUTUP .....................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................17
BAB I
1.1 Pendahuluan
Dalam Injil Matius 6:9-13, Yesus mengajarkan suatu doa kepada murid-murid-Nya, yang kita
kenal dengan Doa Bapa Kami. Dalam Doa Bapa Kami kita akan mengucapkan kata-kata “Datanglah
Kerajaan-Mu”. Tentu saja yang dimaksud Kerajaan-Mu adalah Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga. Apakah
yang dimaksud dengan Kerajaan Allah itu? Paham atau pengertian “Kerajaan Allah” tidak muncul begitu
saja pada zaman Yesus tetapi sudah berkembang sejak Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, bangsa
Israel sering menyebut Allah (Yahwe) sebagai Raja. Allah diimani mereka sebagai Raja yang kuat, yang
berkuasa, yang berdaulat. Kekuatan, kekuasaan dan kedaulatan Allah itu misalnya dialami oleh bangsa
Israel dalam peristiwa penyeberangan Laut Merah (lih. Kel 15:11-13; Ul 3:24; Bil 23:21 dst). Sebagai Raja,
Allah adalah Raja yang adil (baca Mzm 146:6-10), yang melindungi orang miskin (lih. Im 25: 35-55). I Raja
yang Mulia (Mzm 24: 8,10) Raja yang berkuasa atas seluruh bumi (lih. Mzm 47:8), dan berkuasa untuk
selama-lamanya (Mzm 29:10). Namun dalam hidupnya bangsa Israel sebagai bangsa terpilih, seringkali
mereka tidak setia kepada Allah Sang Raja yang selalu setia kepada mereka. Mereka sering menjauh dari
Allah. Perbuatan dosa inilah yang menyebabkan mereka jatuh dalam pembuangan dan penindasan oleh
bangsa lain. Pada masa bangsa Israel mengalami penindasan, Allah tetap menunjukkan kesetiaan-Nya
dengan mewartakan kehendak-Nya melalui perantaraan para Nabi. Para Nabi menegaskan bahwa akan
tiba saatnya Allah akan membela mereka, Allah akan membangun suatu dunia baru, dengan hati yang
baru (lih. Yeh 36:24-28), dengan perjanjian baru (lih. Yer 31:31-34). Dunia baru itu Allah untuk semua
bangsa (lih. Yes 2:1-5;19:16-25). Dalam dunia baru itu Allah akan menegakkan kembali pemerintahan-Nya
melalui anak-Nya sendiri, “dan namanya disebut orang Penasehat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai” (Yes 9:5). Melalui kekuasaan-Nya yang besar Ia akan menegakkan kembali damai
sejahtera seperti pada pemerintahan Raja Daud. Dan ketika Yesus hidup, pada saat itu bangsa Israel
berada dalam penjajahan bangsa Romawi. Yesus menghidupkan kembali harapan tegak-Nya Kerajaan
Allah seperti yang pernah dilakukan oleh para Nabi.
Sedangkan Kisah Para Rasul menceritakan sejarah gereja Kristen awal setelah naiknya Yesus
Kristus ke surga. Amanat Kisah Para Rasul ini menjelaskan bagaimana pengikut-pengikut Yesus Kristus—
dengan pimpinan Roh Kudus—menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea,
di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (1:8). Buku ini adalah cerita tentang pergerakan Kristen yang
dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia, tidak hanya untuk
orang Yahudi. Penulis kitab ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang
Kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap Kekaisaran Romawi, tetapi bahwa agama Kristen
merupakan penyempurnaan agama Yahudi inti dari pengajaran Yesus ketika Ia berada di dunia ini, ialah
memberitakan tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga yang akan datang. Namun, ketika orang
percaya Menaruh harapan mereka akan keberadaan kerajaan yang akan datang tersebut, apa Sebenarnya
yang di maksud Yesus dengan kerajaan itu sendiri?. Banyak bagian Alkitab yang Memaparkan mengenai
kerajaan itu, namun apakah kerajaan yang di maksud oleh Yesus Dalam pemberitaanNya sama dengan
yang dimengerti selama ini oleh orang percaya? Dan Sejauh mana pemberitaan mengenai kerajaan itu
mempengaruhi kehidupan orang percaya.
1.1 Tujuan
Kerajaan Surga adalah kepenuhan Kerajaan Allah di Surga kelak, yang sebenarnya adalah
pemenuhan ketiga hal di atas sekaligus, sebab di Kerajaan Surga maka kita semua sebagai
umat beriman yang tergabung dalam Gereja, akan bersatu dengan Kristus yang adalah
Kepalanya, sehingga Kristus meraja di hati semua manusia.
Atau jika kita melihat bahwa Kerajaan Surga adalah Kerajaan Allah di Surga kelak, maka di
sini pengertian “Kerajaan Allah” terlihat lebih luas artinya, karena mencakup Kerajaan-Nya
yang masih mengembara di dunia ini, yaitu Gereja-Nya. Gereja sebagai Kerajaan Allah ini
akan mencapai kesempurnaannya di dalam Kerajaan Surga. Maka Surga dan Kerajaan Surga
itu sama, hanya penekanannya agak berbeda. Kata “Surga” biasanya dipakai untuk
menyatakan tempat/ keadaan terberkati yang ilahi, biasanya untuk dikontraskan dengan
neraka. Sedangkan Kerajaan Surga biasanya untuk menekankan kesempurnaan Kerajaan
Allah, yang telah dibentuk Allah sejak awal mula, sejak dari masa Penciptaan, pembentukan
bangsa Israel (Kerajaan Allah di PL), dan Gereja (Kerajaan Allah di PB) yang akan terus
bertahan sampai akhir jaman, dan yang disempurnakan sebagai Kerajaan Surga
1. Injil Matius
Injil ini menunjukkan mengenai kedatangan Kerajaan Sorga (Mat 3:2), kerajaan yang
dimaksud disini adalah pelayanan Kristus yang sebentar lagi akan di mulai, perbuatan yang
akan dilakukan Yesus nantinya (Mat 4:17)1, maka kerajaan itu merupakan suatu penyataan
akan pekerjaan Allah melalui Kristus yang beberapa saat lagi akan dilakukan Yesus. Di
bagian lain (Mat 6:10) menggambarkan kerajaan itu merupakan sesuatu yang akan datang/
dinyatakan, situasi tertentu yang akan terjadi.
2. Injil Markus
Tidak jauh berbeda dengan Matius, Markus melihat kerajaan Allah juga merupakan
suatu kondisi yang akan datang, lewat apa yang nantinya akan dilakukan Kristus serta
dampaknya yaitu mempertobatkan dunia (Mrk 1:15)2
, menunjuk pada kondisi yang akan
datang ketika Yesus melakukan pelayananNya. Namun sekaligus juga menunjuk pada tempat
(Mrk 10:23) masuk ke dalam kerajaan Allah, sulit untuk mencapai tempat itu.
3. Injil Lukas
Bagian dari kitab ini, menunjukkan Kerajaan Allah itu bukan hanya sebagai suatu
kondisi melainkan suatu tempat, dimana Anak Allah menduduki tempat dimana Allah
bertahta berkaitan dengan kedudukan. Tempat yang kepadaNya Allah Bapa
mempercayakannya pada AnakNya Yesus (Luk 22:29, 30), sekaligus suatu hal yang menjadi
upah dari setiap yang mau percaya lebih dulu apa Tuhan3
Dalam bahasa apokaliptis, ‘Kerajaan Allah’ berarti suatu kenyataan tatanan transenden
di luar jangkauan waktu dan ruang yang telah menerobos ke dalam sejarah misi Yesus.4
oleh Yesus pada zaman itu (Aram) maka kerajaan Allah yang di maksud Yesus disini ialah
pemerintahan Allah sebagai Raja dan bukan wilayah kekuasaanNya.5
Kerajaan Allah juga merupakan janji penggenapan dari Allah untuk mendirikan
kerajaan Daud, Allah berjanji akan mengokohkan kerajaan orang-orang yang diberkatiNya
dan kepada orang yang dikasihiNya. Janji akan keturunan daripada Daud yang akan
memegang pemerintahan. Kerajaan yang penuh dengan kebenaran dan kemakmuran6
, kerajaan yang memperlihatkan penegakkan kerajaan Allah di dalam Kristus Yesus yang
telah
hadir di dunia. Kerajaan yang berrati pemerintahan dan kekuasaan yang dari Allah.
Dalam Matius 4 : 8 dan Lukas 4 : 5 ketika iblis mencobai Tuhan, ia menawarkan
‘kerajaan dunia’ sebagai imbalan jika Yesus mau menyembah padanya. Inilah yang di
maksudkan dengan hal ‘kerajaan’ dalam bahasa yang di pakai Yesus pada zaman itu,
menyiratkan kerajaan dalam arti daerah teritorial.7
Sedangkan dalam literatur para nabi mengembangkan dari segi eskatologi yang mengartikan
kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah – pelaksanaan kedaulatan Allah melalui
hukumNya.8
Akhirnya, orang-orang akan melihat kerajaan Allah sebagai manifestasi duniawi dari
kedaulatan Allah yang universal. Kerajaan adalah sebuah dunia di mana Allah memerintah,
sehingga kerajaan dipahami sebagai pemerintahan baik spiritual dan material.9
Pemerintahan
yang tidak memiliki batasan secara fisik maupun rohani.
Dari beberapa definisi di atas, pengertian dari ‘kerajaan Allah’ memiliki beberapa
perbedaan, namun perbedaan pengertian ini merupakan penyesuaian pengertian sesuai
dengan konteks penyampaian berita tentang Kerajaan Allah tersebut, agar lebih mudah untuk
dipahami oleh umat.
Sedangkan menurut kebanyakan ahli mengatakan bahwa sesuai dengan bahasa yang
dipakaiKerajaan adalah pemerintahan yang dikuasai seorang raja. Raja Kerajaan Allah adalah
Yesus Kristus yang sudah dibangkitkan. Ditakhtakannya dia sebagai raja di surga
digambarkan dalam sebuah penglihatan yang diberikan kepada nabi Daniel, yang menulis,
”Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, dan, lihat di sana! Seseorang seperti putra
manusia [Yesus] datang dengan awan-awan dari langit; dan ia diperbolehkan menemui
Pribadi Yang Lanjut Usia itu [Allah Yehuwa], dan ia dibawa ke hadapan Pribadi tersebut. Dan
kepadanya diserahkan kekuasaan dan kehormatan dan kerajaan, agar semua orang dari
berbagai bangsa, kelompok bangsa dan bahasa melayani dia. Kekuasaannya ialah kekuasaan
yang bertahan untuk waktu yang tidak tertentu, yang tidak akan berlalu, dan kerajaannya
ialah kerajaan yang tidak akan binasa.”—Daniel 7:13, 14.
Buku Daniel dalam Alkitab juga menunjukkan bahwa Kerajaan itu akan ditetapkan dengan
kokoh oleh Allah, akan mengakhiri semua pemerintahan manusia, dan tidak akan pernah
digulingkan. Pasal 2menjelaskan tentang patung besar yang dilihat raja Babilon dalam sebuah
mimpi terilham yang menggambarkan urutan kuasa-kuasa dunia. Nabi Daniel menafsirkan
mimpi itu. Pada ”akhir masa itu”, tulisnya, ”Allah yang berkuasa atas surga akan mendirikan
suatu kerajaan yang tidak akan pernah binasa. Dan kerajaan itu tidak akan beralih kepada
bangsa lain. Kerajaan itu akan meremukkan dan mengakhiri semua kerajaan ini, dan akan
tetap berdiri sampai waktu yang tidak tertentu.”—Daniel 2:28, 44.
Raja Kerajaan Allah tidak memerintah sendirian. Selama pelayanannya di bumi, Yesus
meyakinkan para rasulnya yang setia bahwa mereka, bersama yang lain, akan dibangkitkan
ke surga dan duduk di atas takhta. (Lukas 22:28-30) Yang ia maksud bukan takhta harfiah,
karena sebagaimana Yesus tunjukkan, Kerajaan itu akan berkedudukan di surga. Alkitab
menerangkan bahwa rekan penguasa ini berasal dari ”setiap suku dan bahasa dan umat dan
bangsa”. Mereka akan menjadi ”suatu kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan
mereka akan memerintah sebagai raja-raja atas bumi”.—Penyingkapan (Wahyu) 5:9, 10.
Apakah Kerajaan Allah sudah datang? Ada beberapa pandangan mengenai hal ini, yaitu:
Satu-satunya cara untuk memahami dengan baik pesan atau makna Kerajaan Allah yang
disampaikan Yesus adalah dengan melihat kembali konsep ini sedikit ke belakang menurut
tradisi Perjanjian Lama, sebab apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus bersumber dari
Perjanjian Lama (bdk. Mat. 5:17-19). Konsep Kerajaan Allah ini tentu tidak asing bagi
kalangan Yudaisme yang pada saat itu yang memang erat memegang Perjanjian Lama.
Pada umumnya, para ahli setuju bahwa konsep Kerajaan Allah yang berkembang dalam
Yudaisme bukan dalam makna area kekuasaan atau sebuah teritorial dengan seorang raja
yang memerintah atasnya. Kerajaan Allah ju ga tidak boleh dipahami dalam pengertian
modern seperti halnya kekaisaran Jepang atau konsep kerajaan Inggris (Kingdom). Frasa ini
bertendensi simbolik saja.
Kata Ibrani untuk kerajaan adalah malkuth. Seorang ahli Perjanjian Baru, C. H.
Dodd mengatakan bahwa malkuth merupakan kata benda abstrak yang dapat
berarti kedudukan atau martabat raja (kingship), kuasa pemerintahan (kingly rule),
pemerintahan (reign), atau kedaulatan (sovereignty). Secara sederhana, ia mengartikan the
malkuth of God (Kerajaan Allah) sebagai: “God reigns as King” atau bertakhtanya Allah
sebagai raja.
Dengan demikian, frasa Kerajaan Allah dapat diartikan, “. . . the idea of God, and the term
‘kingdom’ indicates that spesific aspect, attribute or activity of God, in which He is revealed
as King or sovereign Lord of His people, or of the universe which He created.” Kaufmann
Kohler, seorang theolog Yahudi, memberikan definisi lain tetapi serupa (dan menguraikan
secara lebih jelas tentang King of the universe yang dipaparkan Dodd), “Reign or sovereignty
of God as contrasted with the kingdom of the worldly powers. The hope that God will be
King over all the earth, when all idolatry will be banished, is expound in prophecy and
song.” (Pemerintahan atau kedaulatan Allah berbeda dengan kerajaan kekuasaan duniawi.
Harapan bahwa Allah akan menjadi Raja atas seluruh bumi, ketika semua penyembahan
berhala akan dibuang, adalah menjelaskan nubuat dan lagu).
Dari dua definisi ini terlihat satu pengertian yang sama bahwa Kerajaan Allah sama sekali
tidak menunjuk kepada sebuah lokasi atau tempat yang istimewa dan penuh dengan
kebahagiaan (seperti gambaran surga yang banyak dipahami orang Kristen selama ini), tetapi
menunjuk kepada pemerintahan Allah atas umat-Nya dan atas semesta ciptaan-Nya, yang
berbeda bahkan bertolak belakang dari pemerintahan dunia ini. Hal ini dapat dipahami lebih
jauh dengan memerhatikan pandangan John Meier, seorang theolog Katolik, yang
mempertegas bahwa definisi ini berlaku untuk menunjukkan relasi yang erat antara Allah
sebagai Raja dengan umat sebagai hamba-hamba yang diperintah-Nya, bukan dalam
pengertian suatu cakupan teritorial, “Hence his action upon and his dynamic relationship to
those ruled, rather than any delimited territory, is what is primar
2.1 Pewartaan Kerajaan Allah dalam perantaan Tuhan Yesus
Perumpamaan
Yesus bukan saja berbicara tentang Kerajaan Allah, tetapi juga memberi kesaksian
tentang Kerajaan Allah dengan tindakan-tindakan-Nya. Memang ada kesatuan antara
Sabda dan karya-Nya. Ia tampil sebagai nabi, tetapi juga sebagai tabib. Unsur hakiki nabi
dan tabib, masing-masing mewakili unsur perkataan dan perbuatan, yang merupakan
kesatuan yang tak terpisahkan dalam hidup Yesus. Kesatuan antara Sabda dan karya
Yesus itu bersifat sedemikian rupa sehingga kebenaran perkataan Yesus itu tampak
dalam perbuatan-Nya; dan arti perbuatan Yesus diberitahukan dalam perbuatan-Nya.
Pada bagian awal Kisah Para Rasul, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali, yaitu pada
Kisah Para Rasul 1:3 dan 6. Istilah ini tampaknya menjadi tema dasar di awal Kisah Para
Rasul. Hal ini didukung oleh fakta bahwa hal “Kerajaan Allah” menjadi pokok pembicaraan
antara Yesus dan murid-murid-Nya, yang kini dinamakan rasul-rasul. Yesus mengajarkan
mereka perihal Kerajaan Allah dan menjelaskan bahwa waktu dan saat pemulihan Kerajaan
Allah secara genap akan ditentukan Allah sendiri. Disini “Kerajaan Allah” dipandang dari
segi “ke-akan-an”.
Pokok mengenai “Kerajaan Allah akan dipulihkan sepenuhnya” didukung juga oleh ucapan
dua malaikat yang tiba-tiba hadir sesudah Yesus diangkat naik ke surga. Menurut mereka,
Yesus akan datang kembali sebagaimana Ia pergi. Kedatangan-Nya kembali tentu
mengingatkan pembaca pada ramalan di dalam Lukas bahwa pada saat kedatangan-Nya
kembali, Kerajaan Allah secara genap akan dipulihkan (Luk.19:11-27; 21:27).
Tema “Kerajaan Allah” juga didukung oleh detail lain dalam episode kenaikan ini, yaitu
“awan” (Kis.1:9). Awan yang menyertai Yesus naik ke surga menggambarkan awan yang
akan menyertai Yesus turun pada kedatangan-Nya kembali, ketika Ia datang sebagai raja dari
Kerajaan Allah. Hal ini dikatakan (tokoh) Yesus sendiri di dalam Lukas 21:27, “Pada waktu
itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya.
Jadi, pada episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul, tema dasarnya ialah “Kerajaan
Allah”. Dalam hal ini Kerajaan Allah dilihat dari dimensi keakanan. Sebagaimana di dalam
Lukas, Kerajaan Allah pada prinsipnya memiliki dua dimensi, yaitu dimensi “sudah hadir”
(Luk.4:21; 11:20; 16:16; 17:21) dan dimensi “akan hadir” (Luk.12:40; 17:24; 19:11-27;
21:27; 22:16, 18, 30; 23:42). Dengan demikian, bila kedua dimensi ini dipadukan, dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi dan akan
terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangan-Nya kembali ke bumi.
Dimensi keakanan Kerajaan Allah pun tersirat dalam harapan para rasul akan kehadiran
Kerajaan itu secara penuh. Harapan ini tersirat di dalam episode yang terjadi tak lama
sesudah episode kenaikan yaitu “Matias dipilih menggantikan Yudas” (Kis.1:15-26). Pada
dirinya, kisah ini memang bercerita tentang pengangkatan Matias sebagai rasul kedua belas
untuk menggantikan Yudas Iskariot yang berkhianat dan telah mati. Namun, secara tersirat,
kisah ini mengungkapkan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah secara penuh. Dasar
penafsiran ini ialah keterangan Lukas 22:30 bahwa para rasul akan menghakimi kedua belas
suku Israel di dalam Kerajaan Allah yang akan datang. Penalarannya adalah bahwa untuk
menghakimi kedua belas suku dibutuhkan kedua belas rasul sehingga “harus” diangkat rasul
kedua belas mencerminkan pengharapan para rasul akan datangnya Kerajaan Allah secara
penuh.
Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” juga muncul dua kali secara eksplisit dibagian akhir Kisah
Para Rasul (28:23 dan 31). Konteks dari istilah ini “Kerajaan Allah” ini adalah pemberitaan
Paulus di Roma. Dalam konteks ini, berita tentang Kerajaan Allah selalu disertai dengan
berita tentang Yesus. Artinya, “Kerajaan Allah” di sini lebih dipandang dari dimensi
“kesudahan”, yaitu Kerajaan Allah sudah datang melalui diri Yesus.
Namun, tema “Kerajaan Allah” juga secara implisit diungkapkan dibagian akhir Kisah Para
Rasul. Di dalam Kisah Para Rasul 28:20 diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan
Kerajaan Allah secara penuh (bnd. Kis.1:6). Dalam hal ini Kerajaan Allah lebih dipandang
dari dimensi keakanan.
Jadi, pada bagian awal maupun diakhir Kisah Para Rasul tampaknya tema “Kerajaan Allah”
ingin ditekankan. Namun, karena muncul diawal dan diakhir, maka terbentuklah struktur
pemelukan (inklusio), yang secara tak langsung mengungkapkan bahwa berita mengenai
Yesus – yang diberitakan baik melalui perkataan maupun perbuatan para rasul disepanjang
cerita Kisah Para Rasul – adalah berita mengenai Kerajaan Allah (bnd. Kis.8:12; 14:22; 19:8;
20:25). Maka diagram inklusio Kerajaan Allah di seluruh Kisah Para Rasul adalah sebagai
berikut:
AWAL TENGAH AKHIR
Kerajaan Allah - karya dan ajaran para rasul - Kerajaan Allah
Kerajaan Allah telah hadir dan akan hadir secara penuh, maka salah satu efek retorika yang
diharapkan terjadi pada pembaca ialah pembaca diajak untuk percaya pada kehadiran-Nya
dan berpartisipasi dalam Kerajaan Allah yang sedang berkembang menuju penggenapannya
secara sempurna. Pembaca diajak untuk berpartisipasi penuh sebab keterlibatan mereka
mengandung resiko sebagaimana yang sudah mereka saksikan sendiri dalam hidup Yesus (di
Injil Lukas) dan para rasulnya (di Kisah Para Rasul), misalnya dimusuhi, dianiaya, dibunuh,
atau dipenjarakan.
Peramalan
Ramalan mengenai kenaikan Yesus ke surga sudah diungkapkan di dalam Lukas 24:25-27.
Dalam ramalan yang telah dinyatakan oleh para nabi dan seluruh Kitab Suci itu sekarang
digenapi. Yesus sendiri juga sudah meramalkan, dalam bentuk cerita perumpamaan, bahwa Ia
akan pergi kepada Allah untuk dinobatkan menjadi raja dan akan datang kembali sebagai raja
(Luk.19:12). Jadi, pada dasarnya kenaikan ke surga merupakan kepergiaan-Nya untuk
dinobatkan menjadi raja.
Namun, dalam episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul bukan kepergiaan-Nya itu yang
ditekankan. Di dalam Kisah Para Rasul 1 hal yang ditekankan justru beberapa ramalan yang
masih akan digenapi. Ada empat ramalan, yang disebutkan dalam pasal pertama:
1. Ayat 5: ramalan bahwa rasul-rasul akan dibaptis dengan Roh Kudus sesuai dengan janji
Bapa;
2. Ayat 7: ramalan bahwa Kerajaan Allah akan dipulihkan, tetapi mengenai waktu dan
saatnya Allah Bapa sendiri yang menentukan;
3. Ayat 8: ramalan bahwa para saksi akan bersaksi sampai ke ujung bumi;
4. Ayat 11: ramalan bahwa Yesus yang diangkat naik ke surga itu akan datang dengan cara
yang sama sebagaimana Ia pergi.
Keempat ramalan itu memiliki kaitan erat satu sama lain. ramalan kedua mengenai pemulihan
Kerajaan Allah, akan terjadi pada saat ramalan keempat digenapi yaitu saat Yesus datang
kembali. Kerajaan Allah akan digenapi secara penuh pada kedatangan Yesus kembali. Sebab,
pada kedatangan-Nya kembali, Yesus akan datang sebagai raja dalam kemuliaan-Nya untuk
secara penuh memerintah Kerajaan Allah itu (Luk.19:11-29; 23:42; Kis.3:21; 17:31).
Namun, sebelum pengenapan kedua ramalan tersebut, ramalan pertama dan ketiga akan
digenapi terlebih dahulu. Sebab, berita mengenai Injil Kerajaan Allah harus diberitakan lebih
dahulu sampai ke ujung bumi; dan sehubungan dengan tugas pemberitaan Injil ini para rasul
perlu diperlengkapi dulu dengan Roh Kudus, sebagaimana yang dialami Yesus dahulu
(Luk.3:22; 21:12-13; Kis.1:5; 2:17-20).[3]
Transposisi adalah pergeseran dalam ruang dan waktu
Menurut laporan Lukas dalam Kisah para Rasul, mengira bahwa Kerajaan Allah akan
diwujudkan tanpa suatu transposisi iman dari Yerusalem ke seluruh dunia. Mereka bertanya
kepada Yesus, mungkin dengan rasa tidak sabar dan prihatin,: Tuhan, maukah Engkau pada
masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” perhatian mereka terutama sekali masih tertuju
pada kedaulatan politis. Yesus dengan segera menekan pengharapan ini dan menjelaskan
kepada mereka bahwa transposisi iman harus terjadi terlebih dulu. Katanya, “kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”
(Kis.1:6-8).[4]
Karya Kristus melalui umat
Sebagaimana Injil Lukas mengetengahkan penggenapan janji-janji Perjanjian Lama, Kisah
Para Rasul menceritakan realisasi janji Kristus kepada murid-Nya. Kisah Para Rasul
merupakan lanjutan dari semua “yang dikerjakan dan diajarkan Yesus” (Kis.1:1), yang
direalisasikan dan hidup dan pelayanan para rasul. Injil Lukas berakhir dengan perintah untuk
“tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi”
(Luk.24:49); Kisah Para Rasul dimulai dengan turunnya kuasa tersebut (Kis.2). Selain itu,
pengajaran para rasul dalam Kisah Para Rasul berakar pada perbuatan-perbuatan Allah dalam
Kristus yang memuncak kepada pencurahan Roh Kudus, dengan cara yang sama seperti
pelayanan Yesus berkembang dalam terang perbuatan-perbuatan Allah dalam Perjanjian
Lama. Apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan itu merupakan awal dari Kerajaan Allah, yang
disempurnakan ketika Ia datang kembali. Namun waktu diantara kedua kejadian itu bukan
sekedar masa antara di mana kesaksian-kesaksian lisan dikemukakan, melainkan lebih
merupakan perluasaan Kerajaan Allah yang diperkenalkan Yesus melalui kuasa Roh Kudus.
[5]
Bab III
Kesimpulan
Walaupun sejatinya hal Kerajaan Allah ini tidak dapat dijelaskan secara gambling,
tetapi dari penjelasan dalam Injil Sinoptik dan beberapa bagian dari surat-surat sedikit
membantu kita untuk memahami maksud sebenarnya dari Allah menyampaikantentang
Kerajaan Allah dan mengapa kita perlu mengetahui dan mengerti bahwa Kerajaan itu tidak
hanya dilihat sebagai suatu bentuk penegakan kekuasaan tetapi juga merupakan suatu masa/
kondisi/ situasi yang sedang dialami manusia dimasa penantian zaman akhir ini.Sebagai
Murid Yesus, kita harus mampu meneladani apa yang telah dilakukan-Nya, menyandarkan
hidup kita kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan hidup kita. Dan
kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan belas kasih, kitapun juga mesti
mampu berbuat belas kasih pada sesama terutama mereka yang menderita, yang
tersingkirkan, dan kurang mendapat perhatian.
Daftar Pustaka
[1] William Barclay, 2010. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hal.1-6.
[2] Ds. H. V. D. Brink, 1993. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hal. 11.