Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kelompok IV Teologi PB

Bertobatlah Sebab Kerajaan Allah Sudah Dekat: Sebuah Kajian Teologi Terhadap
Konsep Kerajaan Allah Menurut Argumentasi Yesus

Disusun Oleh :

 Yafet sapan salombe (2020185899)


 Oktavani Lukin Caliane 2020185870)
 Fenianti Banne Arruan (2020185908)
 Merlin Alfa Gloria (2020185898)
 Iin (2020185917)
 Septiani Matang Saranga (202018592)

Institute Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................
D. Manfaat ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kerajaan Allah ...................................................................................
B. Kerajaan Allah Menurut Yesus ............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bagi kita orang Kristen terutama bagi kalangan yang berlatar belakang teologia
istilah kerajaan Allah tentu bukan lagi sebuah istilah yang baru, karena dalam kitab suci
yang kita percayai, kerejaan Allah merupakan salah satu tema penting yang dibahas baik
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Bahkan tema tentang kerajaan Allah
merupakan inti misi Kristus.1 Tentu ada banyak pendangan mengenai kerajaan Allah
yang dibahas dalam Alkitab. Contoh misalnya dalam pemahaman orang Yahudi secara
umum tentang Kerajaan Allah berbeda dengan pemahaman kaum Zelot. Yudaisme
merupakan sistem keagamaan Yahudi yang muncul pada saat berada di pembuangan di
Babel. Dalam kitab suci orang Yahudi kerajaan Allah merupakan gabungan dari tradisi
Ibrani dengan bangsa-bangsa sekitar, dan pemahaman ini telah melekat dalam kesadaran
orang Yahudi sebagai tujuan Allah yang aktual dalam sejarah untuk memerintah secara
universal.2

Menurut sekte Zelot Kerajaan Allah harus didahului dengan aksi politis secara mutlak
dan hal itu dibuktikan dengan tindakan ragu-ragu menggunakan pedang sebagai alat
mencapai tujuan.3 Orang Zelot mengawali peperangan atau tindakan kekerasan sebagai
sebuah peristiwa yang harus terjadi sebelum Kerajaan Allah hadir ditengah-tengah mereka.
Pemahaman orang Zelot tentu dilatarbelakangi oleh situasi pada zaman itu, dimana kerajaan
Romawi berkuasa atas Israel sehingga melawan pemerintahan secara fisikal adalah cara satu-
satunya untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Orang Zelot memandang Kerajaan Allah dari
sudut pandang politik, sehingga mereka berusaha mengalahkan orang Romawi supaya Israel
dapat berdiri sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai pemerintahan. Ada juga yang
berpendapat bahwa kerajaan Allah adalah Israel, umat Allah yang telah dipilih dan
dipelihara-Nya.4 Namun ada pula yang menolak dan mengatakan bahwa Kerajaan Allah tidak
menunjukan kepada Israel sebagai bangsa pilihan Allah dengan argument bahwa mereka
(bangsa Israel) menolak Allah menjadi raja atas mereka. Tentu mustahil jika Israel dikatakan
1
George Eldon Ladd, The Gospel Of The Kingdom (Malang: Gandum Mas, 1994 ), hlm 14.
2
Thomas H. Grooma, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi cerita dan Visi kita (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), hlm 50.

3
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm 24.
4
Ibid.24-25
sebagai kerajaan Allah. Pandangan ini rupanya sejalan dengan pernyataan Richard yang
mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap para nabi membuat Allah memberikan kerajaan
itu dengan mengajak orang masuk dalam Kerajaan Allah.5

Perbedaan pandangan diatas dapat memberikan kita pemahaman yang lebih luas
tenang kerajaan Allah, namun pertanyaan yang mungkin sangat mendasar bagi gereja Kristen
adalah Apakah kerajaan Allah itu?, kapan dan bagaimana datangnya?. Beberapa tokoh telah
mencoba memberikan pandangan dan berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut seperi
Adolf Von Harnack. Menurut Adolf seperti yang dikutip Oleh Ladd dalam bukunya, kerajaan
Allah adalah suatu kekuatan rohani yang masuk ke dalam jiwa manusia dan menguasainya.
Sementara C H Dodd memandang kerajaan Allah sebagai sesuatu yang absolut, menurutnya
kerajaan Allah adalah sesuatu yang sama sekali lain yang telah memasuki dimensi waktu dan
tempat dalam pribadi Yesus orang Nazaret. Namun berbeda dari kedua tokoh diatas Albert
Schweitzer justru berpendapat bahwa kerajaan Allah sama sekali bukanlah suatu kenyataan
rohani atau kenyataan yang ada sekarang, kerajaan seluruhnya adalah kenyataan masa yang
akan datang dan bersifat adikodrati. Sedangkan menurut bapa gereja yaitu Agustinus
berpendapat bahwa kerajaan Allah dapat diidentifikasikan dengan gereja yang bertumbuh,
dan terus berkembang di dunia ini.6 Pendapat Agustinus diatas hampir serupa dengan
pandangan Wittness Lee yang mengatakan bahwa ada orang yang mempercayai hari
pentakosta sebagai awal gereja dan Kerajaan Sorga, dan setiap orang percaya berada dalam
realitas Kerajaan Sorga.7

Berdasarkan ulasan singkat dari beberapa pandangan para tokoh seperti yang telah
disebutkan diatas dapat memberikan kita informasi bahwa terdapat banyak pemahaman
mengenai kerajaan Allah, beragam pemahaman diatas itulah yang melatar belakangi
penulisan makalah ini namun perlu dipahami bahwa tulisan ini tidaklah bermaksud untuk
menunjukkan mana pandangan yang lebih benar karena setiap pandangan tentu memiliki
konteks dan latarbelakang dan tujuan masing, tulisan ini hanya berupaya mengupas atau
membedah apa itu kerajaan Allah menurut argumentasi Yesus. Selain itu makalah ini ini juga
dibuat untuk memenuhi mata kuliah teologi Perjanjian Baru.

B. Rumusan Masalah
5
Richahard A. Burrdge, Four Gospel One Jesus? (Malang: Gandum Mas, 2008), hlm 97.
6
George Eldon Ladd, Injil Kerajaan (Malang: Gandum Mas, 1994 ), hlm 15-16.
7
Wittness Lee, Yasperin, Kerajaan 2 (Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2016), hlm 449.
1. Apa yang dimaksud dengan kerajaan Allah?
2. Bagaimana kerajaan Allah menurut Yesus?
C. Tujuan
1. Untuk memahami kerajaan Allah
2. Untuk memahami maksud kerejaan Allah dalam perspektif Yesus
D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan kerajaan
Allah
2. Memberikan gambaran tetang kerajaan Allah menurut Argumentasi Yesus
Bab II

Pembahasan

A. Kerajaan Allah
Apa bila kita merujuk pada pengertian kamus, sala satu arti dari kata kerajaan adalah
wilayah kekuasaan seorang raja.8 Ungkapan kerajaan Allah adalah ungkapan yang khas di
dalam seluruh Perjanjian Baru. Kerajaan Allah merupakam pokok yang sangat sentral di
dalam pemberitaan Yesus. Yesus sendiri mengatakan bahwa pemberitaan tentang kerajaan
Allah adalah tugas yang harus dilakukannya (Markus 1:38) selain itu Yesus pergi kesetiap
kota dan desa memberitakan dan menunjukakan kabar baik tentang Kerajaan Allah (Lukas
8:1).9 Bahwa Allah adalah raja sangat jelas bila dilihat dari ungkapan-ungkapan dan istilah-
istilah yang digunakan penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Sebagaian besar dari ungkapan-
ungkapan tersebut tidak berbentuk pernyataan langsung yang menyebutkan Allah sebagai raja
tetapi menggunakan bahasa yang besifat simbolis.10 Kerajaan Allah menunjukkan bahwa
Allah sedang memerintah di dalam sebuah kerajaan dan Dia sendirilah yang menjadi raja di
dalamnya. Selain Yohanes Pembabtis, Yesus sendiri yang memperkenalkan dan
mensosialisasikan kerajaan Allah. Yesus berkeliling dari kota ke kota bahkan sampai ke
pedesaaan untuk menyampaikan bahwa kerajaan Allah sudah datang. Kerajaan Allah sedang
berlangsung seperti pukat yang mengumpulkan berbagai jenis ikan, tentu saja pukat dan ikan
disini tidak dapat diartikan secara harfiah.
Sebutan Lord untuk Allah mengandung makna bahwa Allah adalah Raja. Yesus
sendiri sering menggunakan istilah ini dan memandang BapaNya sebagai Raja yang berkuasa
dan berdaulat dan yang patut disembah (Mat. 4:7, 10; Luk. 4:8, 12). Dalam sebuah kerajaan
terdapat sebuah takhta, yang dalam Perjanjian Baru menyatakan bahwa Allah mempunyai
Tahkta dan Ia duduk diatas takhta itu sebagai Raja (Mat. 5: 34-35; Why. 2: 4; 20:11 dan 1
Tim. 1:17). Pengertian Allah sebagai Raja dalam perjanjian Baru mengacu kepada:
1. Kedaulatan Allah.

Kedaulatan Allah dipahami sebagai Allah sang pencipta, segala sesuatu terjadi
karena kehendakNya serta memiliki otoritas mutlak atasnya. Kedaulatan dan otoritas
mutlak Allah atas segala ciptaanNya menjadi satu pengakuan dalam jemaat mula-mula.
8
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,
2005), hlm 127
9
Willam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Matius pasal 1-10 ( Jakarta:Bpk Gunung Mulia,
2012), hlm 348-349.
10
Samuel Tandiassa, Teologi Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Moriel Publishing House, 2010), hlm 45.
2. Tanggung Jawab

Sebagai Raja bagi umat manusia, Allah mempunyai tanggung jawab dan atas
segala ketertiban di dalam alam semesta.

Tema kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru sangat penting bahkan melalui tema
kerajaan inilah kita akan mengenal Yesus secara lebih baik. 11 Baik Yohanes Pembabtis
maupun Yesus memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat (Mat. 3:2 dan 4:17). Dalam
bahasa Yunani Basileia toon ouranoon (Kerajaan Sorga) dan Basileia tou theou (Kerajaan
Allah). Kerajaan Allah sebenarnya sudah berakar juga dalam Perjanjian Lama hal itu dapat
dilihat sejak penciptaan, ketika Adam dan Hawa diciptakan mereka diberikan perintah untuk
menguasai bumi dan mengelolahnya (Kejadian 1:26-28). Itu bererati Allah sebagai pencipta
adalah Raja alam semesta dan manusia adalah penerima mandat. Perikop dalam 1 Samuel
Pasal 8 juga memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah adalah Raja .12 H.L
Willmington mengatakan bahwa sifat-sifat kerajaa Allah yaitu: Pertama, Damai sejahtera.
pemerintahan Mesias penuh sukacita secara pribadi dan secara nasional dalam kehidupan
manusia (Yes. 2:4; 11:6-9). Kedua, sukacita penuh sebagai tanda khusus pada masa
pemerintahan Mesias (Yes. 9:2; Yer. 30:18). Ketiga, kudus. karena Allah kudus maka
kerajaan-Nya pun kudus (Yes. 1:26; 4:3; Yer. 31:23). Keempat, Kemuliaan Allah yang
nampak dalam kerajaan-Nya yang gemilang (Yes. 35:32; 60:1-9). Kelima, Raja menjadi
penghibur dengan melayani dan menyediakan semua kebutuhan warga kerajaan (Yes. 29:22;
Yer. 31:23-25; Zef. 3:18). Keenam, Keadilan bagi semua orang (Yes. 9:6; Yer. 23:5).
Ketujuh. Raja dan warga kerajaan memiliki pengenalan Penuh (Yes. 11:1).

Dalam bahasa Ibarni Kerajaan Allah diterjemahkan dari Malkuth Elohim. Tentu saja
Allah adalah Raja yang sempurna serta tidak tertandingi dalam keadailan, kebijaksanaan, dan
kesanggupan-Nya untuk memelihara serta melindungi umat yang percaya kepada-Nya.
Kerajaan Allah tidak menunjukkan pada suatu tempat tertentu melainkan suatu peristiwa
yakni dimana Allah memerintah sebagai Raja. Jadi kerajaan Allah bukan suatu tatanan
pemerintahan yang baru tetapi dimana Allah berkuasa dan kedaulatann-Nya diterima serta
kehendak-Nya dilakukan disitulah Kerajaan Allah. Artinya bahwa Kerajaan Allah berarti
semua orang dimana saja mengakui Allah sebagai Raja dan tunduk pada hukum Allah.13
11
Yan Antoni, Teologi Perjanjian Baru: Mengungkap Siapakah Yesus Sebenarnya, (Bandung: Kalam
Hidup, 2014), hlm 11.
12
Ibid. 11-12
13
France R.T, Jesus the radical: a portrait of the man they crucifield, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,
2009), hlm 117-118
B. Kerajaan Allah menurut Yesus

Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah menyampaikan definisi yang secara tepat
mengenai Kerajaan Allah. Yesus megatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia (Yoh.
18:36 melainkan di Sorga. Kerajaan yang bersifat kekal bukan kerajaan yang akan hancur. Ia
juga menduduki sebagai raja yang kekal. Sistem pemerintahan yang ada di dunia diserahkan
kepada manusia untuk berkuasa, mengatur dan mengelolanya sedangkan Kerajaan yang kekal
akan dipimpin langsung oleh Yesus Kristus di masa yang akan datang. Meskipun Yesus tidak
secara langsung memberikan penjelasan mengenai apa yang Dia sebut sebagai kerajaan
Allah, namun sala satu pentunjuk untuk dapat mengerti apa yang dimaksud Yesus tentang
Kerajaan Allah, adalah dengan menelusuri bahasa yang Ia pakai untuk mengajar.

Ada dugaan bahwa kemungkinan Yesus menguasai beberapa bahasa dan sangat
mungkin jika Dia mengajar dalam bahasa Aram yakni bahasa sehari-hari yang dipakai oleh
kebanyakan orang pada jaman Yesus. Menurut kebanyakan ahli kata basilea (Yunani) yang
digunakan dalam perjanjian baru merupakan terjemahan dari kata Aram “Malkuta” yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “kerajaan” yang lebih merujuk kepada
pemerintahan seorang Raja dalam wilayah kekuasaannya. Kerajaan Allah yang dimaksud
Yesus bukanlah menunjuk pada satu wilayah politis dalam kehidupan perorangan. Istilah
“tidak menunjuk pada suatu wilayah politis” yang digunakan disini bukan berarti bahwa
kerajaan Allah tidak bersifat politik. Kerjaan Allah tetap bersifat politis, akan tetapi masud
dari istilah tersebut adalah bahwa kita tidak bisa membayangkan suasan atau wilayah (politis)
kerajaan Allah dengan suasana atau wilayah (politis) kerajaan dunia yang kita lihat dan
pahami sekarang. Sama seperti ketika orang Yahudi membayangkan Mesias akan datang
memulihkan Israel dan mendirikan kerajaan baru sebagai panglima perang yang perkasa dan
penaklukan melalui peperangan dan pedang. Hal itu sejalan dengan pemahaman Sembiring
yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah yang dimaksud Yesus ini berbeda dengan kerjaan
yang ada di dunia dan yang dikenal oleh manusia, dimana kerajaan duniawi orang dapat
melihat Raja duduk di tahta disuatu tempat tertentu tetapi kerajaan Allah orang tidak bisa
menunjukkan batas-batasanya.14

Menurut Jhon Drane kerajaan Allah yang dimaksud Yesus lebih merujuk kepada umat
baru artinya bahwa ketika Allah memasuki kehidupan seseorang maka terbentuklah umat

14
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005)
hlm 546
yang baru. Namun penekanan tentang umat baru tidak hanya diberikan kepada hubungan
pribadi antara kita dan Allah. Sementara itu Paulus mengingatkan umat Kristen di Korintus
bahwa Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa yakni kuasa Allah yang
berkarya di dalam kehidupan yang menyatakan kesetian mereka hanya kepada Allah saja (1
Korintus pasal 4:20.15 Yesus berbicara tentang kerajaan Allah dengan tiga kenyataan.
Pertama, Ia berbicara tentang kerajaan itu sebagai kenyataan masa lalu, Ia mengatakan
bahwa Abraham, Ishak dan Yakub serta semua nabi ada dalam kerajaan itu (Luk. 13:28; Mat
8:11) dengan demikian, kerajaan yang dimaksud itu telah ada di dalam sejarah sejak masa
lampau. Kedua, Yesus berbicara tentang kerajaan Allah sebagai kenyataan masa kini.
Sesungguhnya kerajaan Allah ada di antara kamu (Luk. 17:21) jadi, kerajaan Allah adalah
suatu kenyataan masa kini, disini dan sekarang. Yang ketiga. Yesus berbicara mengenai
kerajaan Allah sebagai kenyataan masa depan karena Ia mengajar semua orang untuk berdoa
bagi kedatangan kerajaan Allah itu (Mat. 6:10).16

Kerajaan Allah adalah suatu masyarakat di dunia ini dimana kehendak Allah berlaku
secara sempurna seperti di sorga. Itu berarti setiap orang yang hidup di dalam sejarah, kapan
saja, yang melakukan kehendak Allah secara sempurna berarti hidup di dalam kerajaan Allah.
Tetapi karena dunia ini belum secara sempurna dipenuhi oleh kehendak Allah, maka
kesempurnaan dan kepenuhan kerajaan Allah masih akan terjadi pada waktu yang akan
datang. Hidup di dalam kerajaan Allah adalah menaati kehendak Allah, dengan demikian kita
juga segera melihat bahwa kerajaan Allah bukanlah utamanya sesuatu yang berhubungan
dengan bangsa-bangsa, Negara dan daera tertentu. Kerajaan Alllah adalah suatu yang
berkenaan langsung dengan masing-masing kita dan kebersamaan kita. Kerajaan Allah
bersifat pribadi menuntut penyerahan diri, hati dan hidup pribadi kita. Kerajaan itu datang
hanya jika kita baik sebagai pribadi maupun secara bersama-sama memutuskan untuk
menyerahkan diri kepada Allah dan kehendak-Nya17.

Dalam berbagai perumpamaan Yesus berbicara tentang kerajaan sorga. Jika kita
memperhatikan kalimat “Kerajaan Sorga seumpama” yang diucapkan Yesus dapat kita
pahami bahwa yang dimaksud kerajaan Allah/Sorga ialah mengenai seluruh negeri diatas
bumi ini. Segala keadaan tentang baik dan jahat, benar dan pura-pura, suci dan najis

15
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,
2016), hlm 128-129
16
ibid
17
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1-10, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), hlm 351-352.
menggambarkan dengan jelas tentang kerajaan Allah yang disebut ladang 18. Dalam Lukas
Pasal 6;20, berbicara mengenai kerajaan Allah bukan hanya sekedar tempat atau daerah tetapi
itu lebih kepada kehidupan di mana Allah memerintah dan kehendak-Nya terlakasana.
Ungkapan bahwa “kerajaan Allah sudah dekat” secara sederhana dapat dipahami dengan
ilustri sebagai berikut.

Ketika kita akan pergi kesuatu tempat dimana kita sama sekali belum pernah kesana
atau tinggal disana sebelumnya, lalu kita membayangkan bahwa perjalanan kesana itu pasti
sangat jauh. Dan kita menerima informasi dari beberapa orang yang juga sebelumnya belum
pernah kesana, bahwa untuk dapat masuk atau samapai ketempat itu kamu harus melalui
jalan ini dan itu melakukan ini dan itu, melewati rambu-rambu ini dan itu belok kiri belok
kanan, naik atau turun dan sebagainya dan informasi yang diberikan oleh beberapa orang
tersebut tidak sama dan bahkan ada yang berlawanan sehingga membuat kita semakin
bingung dan merasa tempat itu sangat jauh. Lalu kemudian ada seorang yang datang kepada
kita dan menagaku bahwa saya dari tempat itu dan saya melihat jalan kesana, lalau ia
memberitahukan atau menunjukkan jalan kesana, dan dari informasi yang diberikan itu kita
mengerti dan melihat bahwa ternyata tempat itu tidak sejauh yang kita bayangkan dan yang
dikatan oleh beberapa orang sebelumnya.

18
R.A Jaffray, Perumpamaan Tuhan Yesus, (Bandung: Kalam Hidup, 2013), hlm 22.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kami simpulkan bahwa kerajaan adalah kerajaan dimana
Allah memerintah sebagai raja. Kerajaan Allah merupakan pusat utama misi pelayanan
Yesus. Kerajaan menurut argumentasi Yesus tidak menunjuk kepada satu tempat di dalam
dunia ini bukan pula bersifat politis seperti yang kita bayangkan tetapi kerajaan Allah
menurut Yesus adalah suatu peristiwa dimana kehendak Allah berlaku secara sempurna.
Karena itu kerajaan Allah sudah ada sejak dahulu kala, saat ini dan akan datang. Dengan kata
lain kerajaan Allah adalah kerajaan kekal dari sejak semula sampai selama-lamanya.

Maksud kerajaan Allah sudah dekat tidak berati bahwa kiamat itu akan segera datang
dan sebentar lagi akan terjadi tetapi ketika kita mengerti dan melihat jalan yang benar musuk
kesana dan mengikuti petunjuk yang di diberikan oleh orang yang berasal dari sana yaitu
Yesus sendiri, sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Yan. Teologi Perjanjian Baru:Mengungkapkan Siapakah Yesus Sebenarnya.


Bandung: Kalam Hidup, 2014.

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari:Injil Matius pasal 1-10. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012.

Burrdge, Richard A. Four Gospel One Jesus?. Malang: Gandum Mas, 2008.

Drane, Jhon. Pemahaman Perjanjian Baru:Pengantar Historis Teologis. Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 2005.

Grooma, Thomas H. Pendidikan Agama Kristen:Berbagi Cerita dan Visi Kita. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Jaffray,R.A. Perumpamaan Tuhan Yesus. Bandung: Kalam Hidup, 2013.

Ladd, George Eldon. The Gospel Of The Kingdom. Malang: Gandum Mas, 1994.

Lee, Wittness, Yasperin. Kerajaan 2. Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2016.

R.T, France. Jesus the Radical: A Portrain Of the Man They Crucifield. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.

Sembiring, M.K. Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta:Lembaga Alkitab


Indonesia, 2005.

Tandiassa, Samuel. Teologi Perjanjian Baru. Yogyakarta: Moriel Publishing House, 2010.

Anda mungkin juga menyukai