Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mustika Ayuni Ginting

Nim : 18.01.1689

Tingkat/Jurusan : IV-C/Teologi

Mata Kuliah : Seminar Perjanjian Baru

Dosen Pengampu : Dr. Batara Sihombing

KONSEP KERAJAAN ALLAH DALAM PERJANJIAN BARU

I. Pendahuluan

Berbicara mengenai topik Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang selalu


menarik. Kerajaan Allah merupakan sebuah tema sentral dalam Perjanjian Baru yang
tidak selalu mudah untuk dipahami dan dijelaskan. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini penyeminar akan membahas bagaimana sebenarnya konsep
Kerajaan Allah dalam Perjanjian baru itu, semoga materi ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi setiap orang yang membacanya.

II. Pembahasan

II.1. Pengertian Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru, dalam Bahasa Yunani “Basileiai” istilah tersebut


juga digunakan oleh Yesus dan para muridNya. Namun yang paling jelas
terdapat dalam Matius 19:23-24, Yesus berkata kepada murid-muridNya: ”Sukar
sekali orang kaya masuk Kerajaan Sorga sekali lagi Aku berkata kepadamu lebih
mudah seekor untuk masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk
Kerajaan Allah”.1 Istilah ini juga tidak berarti suatu wilayah pemerintahan
seorang raja, melainkan perbuatan atau aktivitas pemerintahan. Kerajaan Allah
merupakan pemerintahan Allah atas ciptaanNya, di mana Ia menunjukkan
kedaulatan dan kekuasaanNya atas segalanya. Markus memperkenalkan dengan
kata-kata,”…Memberitakan Kerajaan Allah….waktunya telah genap, Kerajaan
Allah sudah dekat” (Mrk. 1:14-15). Matius menjelaskan, “Yesus pun berkeliling
… dan memberitakan Injil Kerajaan Allah” (Mat. 4:23). Pandangan pendahuluan
Lukas tidak menyebutkan Kerajaan Allah tetapi di dalam ada kutipan dari Yesaya
1
Daud Kuniawan, Kerajaan Allah di Antara Kita, (Bandung: Kalam Hidup, 2006), 18.
mengenai kedatangan kerajaan dengan penegasan Yesus, “hari ini genaplah nats
ini suatu waktu mendengarnya (Luk. 4:21)”.2 Ide Alkitabiah tentang Kerajaan
Allah berakar dalam Perjanjial Lama dan di dasarkan pada keyakinan bahwa ada
satu Allah yang hidup dan kekal yang telah menyatakan diriNya kepada manusia
dan yang mempunyai rencana bagi umat manusia dan Ia sudah memilih untuk
melaksanakan rencana itu melalui orang-orang Israel.3

II.2. Latar Belakang Kerajaan Allah

II.2.1. Masa Perjanjian Lama

Latar belakang Kerajaan Allah masa Perjanjian Lama dapat dilihat dari
bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama. Israel adalah bangsa pilihan Allah,
yang di mana Allah sudah berjanji pada Abraham tentang Mesias. Allah
berjanji bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar dan menurunkan
raja-raja. Dari nubuatan tersebut raja Daud juga mendapatkan pesan akan
lahirnya Mesias yang akan menegakkan KerajaanNya dengan pemerintahan
yang tidak berkesudahan (2 Sam. 7:12-16). Bagi bangsa Israel sendiri, makna
Kerajaan Allah sangat melekat pada iman mereka, para nabi juga
memerintahkan tentang hadirnya Kerajaan Allah yang akan nyata di dunia ini.
Dalam Perjanjian Lama konsep Kerajaan Allah sangat jelas yaitu:

1. Allah sebagai hakim yang akan mengadili seluruh umat manusia (Yes.
4: 2-4; Yer. 29:10; Yer. 23: 5-8; Yeh. 20: 34-38)

2. Pengharapan akan kelahiran Yesus, pelayanan Yesus sampai kematian


dan kebangkitanNya (Yes. 7: 10-14, 8: 1-9; 6; Yes.53)

3. Kedatangan Tuhan Yesus dan karakteristik pemerintahanNya di dunia


ini (Yes. 11)

4. Pemerintahan Yesus sebagai Raja dan kekuasaanNya baik pada masa


seribu tahun dan zaman baru atau dalam Kerajaan Sorga ( 1 Tes. 4:
13-18; Why. 20, 22, 21).4
2
George Eldon Landd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung: Kalam Hidup, 2002), 72.
3
George Eldon Landd, Injil Kerajaan, (Malang: Gandum Mas, 1994), 14.
4
Nur Budi Santoso, Konsep Kerajaan Allah Menurut Yesus, di akses pada 2013 dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/
II.2.2. Masa Perjanjian Baru

Latar belakang Kerajaan Allah pada masa Perjanjian Baru, dilihat


dari sejarah bangsa Israel saat dijajah oleh bangsa Romawi. Selain
menjajah Israel, Romawi juga memperluas jajahannya atas bangsa-bangsa.
Romawi menjajah Eropa, Asia, Afrika dan bangsa-bangsa di sekitar Laut
Tengah.5 Ada 2 pengharapan dalam Yudaisme yang pertama pengharapan
nabi yang memperkirakan bahwa kerajaan itu akan timbul dari sejarah dan
akan diperintah oleh keturunan Daud seperti kerajaan dunia. Dan yang
kedua, pengharapan apokalitpis adanya kerajaan trasendental. Ada
gerakan dalam Yudaisme yang berkenaan dengan pendirian Kerajaan
Allah yaitu kaum Zelot. Mereka adalah golongan orang-orang Yahudi
radikal yang tidak sabar menantikan Allah membawa kerajaanNya, tetapi
ingin mempercepat kedatanganNya dengan pedang. Menurut Yudaisme,
kedatangan Kerajaan Allah diharapkan merupakan tindakan Allah untuk
mengalahkan musuh-musuh Israel yang jahat dan mengumpulkan umat-
umat Israel di bawah pemerintahan Allah sendiri.6

II.3. Kerajaan Allah dalam Injil Sinoptik

II.3.1. Injil Matius

Seruan pertama tentang Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah dalam


Injil Matius dimulai oleh kehadiran Yohanes Pembaptis yang berkhotbah
agar orang-orang Yahudi bertobat sebab Kerajaan Sorga sudah dekat
(Mat. 3:1-2). Sesudah penangkapan Yohanes Pembaptis, barulah Yesus
tampil untuk pertama kali di Galilea dan berbicara hal serupa yang telah
disampaikan oleh Yohanes “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah
dekat” (Mat. 4:12-17). Yesus kemudian terus mengajarkan tentang konsep
Kerajaan Allah meskipun dalam Injil Matius hal tersebut kebanyakan
menggunakan istilah Kerajaan Sorga. Hal ini merupakan ekspresi Matius

antusias/article/viewFile/
53/52&ved=2ahUKEwjni7HTuZb0AhWa7XMBHQelCu8QFnoECC8QAQ&usg=AOvVaw3OKIJmAaSHngm
VRJxz8MuQ, Pada Rabu 11 November 2021 Pukul 06:14Wib.
5
J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2 Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3.
6
George Eldon Landd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 80.
sebagai seorang Yahudi yang menulis kitab ini guna menghindari
pemakaian kata Allah yang bagiannya sangat kudus. Itulah sebabnya
dalam Injil Matius istilah Kerajaan Allah hanya dipakai 5 kali, sedangkan
istilah Kerajaan Sorga dipakai sebanyak 32 kali.7

Yesus juga mengajar murid-murid bahwa Kerajaan Allah yang Ia


beritakan merupakan kerajaan yang mengandung dengan nilai-nilai etis.
Hal tersebut dijelaskan dalam Matius 5 tentang kelemah lembutan dan
kerendahan hati, itu dapat dilihat dari “orang-orang yang mempunyai sifat
itulah yang akan masuk ke dalam kerajaan, miskin di hadapan Allah (Mat.
5:3, yang dianiaya 5:10, yang bersifat seperti anak-anak 18:1-4).8

II.3.2. Injil Markus

Sebagaimana Matius, Markus juga menampilkan pelayanan Yesus


di Galilea setelah penangkapan Yohanes, dengan seruan: waktunya telah
genap, Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk. 1:14-15). Namun, hal yang
menarik dalam cara Markus merumuskan pernyataannya ialah adanya
waktunya telah genap. Markus melihat kemasa lampau, kepada pelayanan
Yesus di Galilea dan memahami bahwa dalam diri Yesus Kerajaan Allah
telah tiba. Namun ia menyadari bahwa kerajaan itu telah berlangsung
hingga masa kini. Dalam kaitan ini, Markus ingin menekankan suatu
eskatologi yang telah mewujud sebagai kunci hermeneutik dalam dirinya.
Sebab menurut Markus, dengan mulainya pelayanan Yesus di Galilea,
waktu penggenapan itu telah tiba dari suatu permulaan baru sudah
memulai. Permulaan baru itu adalah membelah masuknya Kerajaan Allah
dalam sejarah manusia.9 Jadi pada suatu pihak kata Kerajaan Allah sudah
dekat menggambarkan aspek kekinian yakni kehadiran Kerajaan Allah
secara tersembunyi pada masa kini pelayanan Yesus, tetapi pada pihak
lain, mempertahankan pada aspek ke-akan-an dari kerajaan itu.
Pemenuhan Kerajaan Allah itu dengan kuasa masih ada di depan.
Memang Kerajaan Allah telah datang dalam sejarah. Pemerintahan Allah
7
David Iman Santoso, Theology Matius: Intisari dan Aplikasinya, (Malang: SAAT, 2009), 144.
8
Leon Moris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2001), 174-175.
9
Samuel Benjamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal
Info Media, 2007), 24-25.
telah berlaku dan waktu yang telah ditetapkan itu telah genap. Meskipun
begitu pemenuhan secara sempurna itu belum sempurna, pemenuhan itu
masih di depan.10

II.3.3. Injil Lukas

Menurut Injil Lukas bahwa sesudah kebangkitan dan kenaikan


Tuhan Yesus sejarah keselamatan manusia dilanjutkan. Sehubungan
dengan itu, ia ingin menghindarkan salah paham seakan-akan kedatangan
pemerintahan Allah dalam kemuliaan pasti akan terjadi dalam waktu
dekat. Untuk menghindari pengertian yang salah, ia tidak mengambil alih
beberapa perkataan atau nats dari Markus. Pada Injil Lukas tidak ada
perkataan “Kerajaan Allah sudah dekat” seperti Markus 1:14 dan Matius
4:17. Berdasarkan Lukas 6:20 dikatakan bahwa “berbahagialah hai kamu
yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”.
Kebahagiaan yang dimaksudkan di sini bukanlah kebahagiaan karena
alasan duniawi, tetapi karena apa yang dibuat oleh Allah kepada orang
yang bersangkutan. Perbuatan Allah yang membuat orang yang miskin
menjadi bahagia adalah karena Allah memberikan kerajaanNya menjadi
milik orang miskin.11 Lukas pun memberikan perhatian tentang Kerajaan
Allah, hanya saja berbeda dengan Matius dan Markus, Lukas lebih
menekankan “aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan Kerajaan
Allah itu sendiri”. Akan tetap, bagaimanapun Lukas sependapat bahwa
Kerajaan Allah juga memiliki dimensi kekinian dan juga futuris yang akan
terjadi di masa mendatang (Luk. 9:27; Luk 10:9).12

II.4. Kerajaan Allah Menurut Paulus

Kerajaan Allah bukanlah tema utama dalam surat-surat Paulus, tetapi


gagasan ini muncul tiga belas kali dalam surat-suratnya. Kerajaan itu bukanlah
soal makanan dan minuman, melainkan soal kebenaran dengan damai sejahtera
dan sukacita dalam Roh Kudus (Rm. 14:17). Hal ini merupakan sebuah koreksi

10
Samuel Benjamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, 25-25.
11
Edward A. Kotynski, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: LAI bekerja sama dengan
KARTIDAYA, 2005), 546.
12
Samuel Benjamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, 53.
yang sangat jelas terhadap orang-orang yang keliru membayangkan bahwa
kerajaan itu berhubungan dengan soal pantangan-pantangan makanan. Di dalam
1 Korintus 4:20 Paulus menolak pemahaman bahwa kerajaan adalah soal
perkataan, dan hal ini menentang pendapat orang-orang yang bersandar pada
kefasikan berbicara. Para warga kerajaan diharapkan hidup sesuai dengan
kehendak Allah (1 Tes. 2:12). Paulus memandang bahwa kerajaan itu dirancang
bagi orang-orang yang murni secara moral, dalam Galatia 5:21, yang menyebut
bahwa perbuatan daging membuat seseorang “tidak mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah”. 13

II.5. Kerajaan Allah Menurut Kisah Para Rasul

Dalam adat budaya orang-orang Yahudi abad pertama, Kerajaan Allah


berarti suatu kerajaan Israel yang bersifat politik, yang dalam arti pada suatu titik
tertentu orang-orang Yahudi bersedia untuk memaksa Yesus menjadi Raja
mereka. Namun misi Yesus bukanlah untuk mendatangkan kerajaan dengan
kemegahan duniawi tetapi dengan kuasa Rohani. Hal ini adalah sesuatu yang
sulit dipahami oleh murid.14 Dalam Kitab Kisah Para Rasul 1:3, Yesus
menunjukkan diriNya kepada rasul bahwa Ia hidup. Hal ini terlihat jelas karena
selama 40 hari, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada
mereka tentang Kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah ini terlihat dalam
peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus serta
memberitakan Injil Kerajaan Allah itu sendiri, hal inilah yang memperjelas
kepada para murid hubungan antara kesengsaraan dan kemenangan Yesus dengan
berita Kerajaan Allah.15 Selanjutnya, Yesus yang telah bangkit memerintahkan
murid-muridNya untuk tinggal di Yerusalem sampai mereka dibaptiskan dengan
Roh Kudus dalam waktu yang tidak lama lagi (Kis. 1:5). Kemudian dalam
ayatnya yang ke 9 dikatakan, “Terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka dan awan
menutupNya dari pandangan mereka” dari peristiwa ini, dapat diberi kesan bahwa
seolah-olah alam semesta terdiri dari 3 lapisan. Peristiwa kenaikan Yesus
menimbulkan penafsiran mula-mula oleh orang Kristen, yaitu seperti yang
terdapat dalam (Kis. 2:33) dikatakan bahwa Allah telah meninggikan Yesus
13
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 41-42.
14
Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang: Gandum Mas, 2013), 517.
15
…., Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta: YKBK, 2003), 341.
dengan memberikanNya kedudukan disebelah kanan Allah, dan sebagai
akibatnya maka dicurahkanlah Roh Kudus. Kemudian dalam (Kis. 3:21), Yesus
digambarkan sebagai orang “yang harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan
segala sesuatu”.16 Yesus tidak mau berbicara panjang lebar tentang Kerajaan
Allah kepada muridNya dan dengan tegas Yesus katakan tentang apa yang harus
diperbuat oleh para murid Yesus: “ Tetapi kamu akan menerima kuasa, yaitu Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan
seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Dalam hal ini jelas
dikatakan bahwa para murid tidak boleh tinggal diam dan menantikan Kerajaan
Allah. Mereka harus menjadi saksi dan harus berangkat keseluruh dunia untuk
memberitakan Yesus. Dengan demikian turunlah Kerajaan Allah ke atas seluruh
dunia.17

Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali secara eksplisit dalam
kitab Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, di mana hal ini merupakan pemberitaan
Paulus di Roma. Dalam konteks ini Kerajaan Allah disertai dengan berita tentang
Yesus. Dalam proses kenaikan Yesus, Kerajaan Allah terlihat dalam dua dimensi,
yaitu dimensi “sudah hadir” dan dimensi “akan hadir”. Dalam hal ini yang
dikatakan yaitu bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di
bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatanganNya
kembali ke bumi. Namun, di dalam kitab ini secara implisit “Kerajaan Allah”
juga diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara
penuh (Kis. 28:20), yang menunjukkan sifat dari Kerajaan Allah itu sendiri. 18
sehingga hal yang menonjol dalam kitab Kisah Para Rasul yaitu penggenapan
janji Allah melalui pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh yang
dikaruniakan pada hari Pentakosta menjadi tanda keselamatan Allah dan
penggenapan janji akhir zaman. Dalam kitab ini juga dipandang bagaimana Roh
Kudus berkaitan dengan Kerajaan Allah, di mana Roh Kudus menjadi tanda
penyempurnaan rencana Allah.19 Kerajaan Allah dalam kitab Kisah Para Rasul
16
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 450-452.
17
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 660-
661.
18
Adji A. Sutomo, Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 80-
81.
19
Thomas R. Schreiner, New Testament Theology, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 5.
disejajarkan dengan Injil kasih karunia Allah, di mana Paulus memberitakan
tentang Kerajaan Allah dan juga mengajarkan tentang Yesus kepada semua orang
yang datang padaNya (Kis. 28:31).20 Makna Kerajaan Allah dalam Kisah Para
Rasul adalah terjadi ketika Yesus terangkat ke Sorga dan memberikan kuasa
kepada para murid-muridNya sehingga mereka melanjutkan kembali tugas Yesus
yang telah dilakukanNya selama Ia ada di dunia ini (Kis. 1:8). Inilah yang
menjadi inti pokok dari Kisah Para Rasul yaitu para murid-murid akan menjadi
saksi-saksi Yesus di Yerusalem ke Roma, tempat Paulus memberitakan Kerajaan
Allah dan hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus tanpa halangan (Kis. 23:31).21

II.6. Konsep Kerajaan Allah Menurut Yesus

Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah menyampaikan definisi yang


secara tepat mengenai Kerajaan Allah. Yesus megatakan bahwa Kerajaan-Nya
bukan dari dunia (Yoh. 18:36 melainkan di Sorga. Kerajaan yang bersifat kekal
bukan kerajaan yang akan hancur. Ia juga menduduki sebagai raja yang kekal.
Sistem pemerintahan yang ada di dunia diserahkan kepada manusia untuk
berkuasa, mengatur dan mengelolanya sedangkan Kerajaan yang kekal akan
dipimpin langsung oleh Yesus Kristus di masa yang akan datang. Meskipun Yesus
tidak secara langsung memberikan penjelasan mengenai apa yang Dia sebut
sebagai Kerajaan Allah, namun salah satu pentunjuk untuk dapat mengerti apa
yang dimaksud Yesus tentang Kerajaan Allah, adalah dengan menelusuri bahasa
yang Ia pakai untuk mengajar. Ada dugaan bahwa kemungkinan Yesus menguasai
beberapa bahasa dan sangat mungkin jika Dia mengajar dalam bahasa Aram yakni
bahasa sehari-hari yang dipakai oleh kebanyakan orang pada zaman Yesus.
Menurut kebanyakan ahli kata basileia (Yunani) yang digunakan dalam
Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari kata Aram “Malkuta” yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “Kerajaan” yang lebih merujuk kepada
pemerintahan seorang Raja dalam wilayah kekuasaannya. Kerajaan Allah yang
dimaksud Yesus bukanlah menunjuk pada satu wilayah politis dalam kehidupan
perorangan. Istilah “tidak menunjuk pada suatu wilayah politis” yang digunakan
di sini bukan berarti bahwa Kerajaan Allah tidak bersifat politik. Kerjaan Allah

20
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 43.
21
Will Marxen, Pengantar Perjanjian Baru, Ter. Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 202.
tetap bersifat politis, akan tetapi maksud dari istilah tersebut adalah bahwa orang-
orang tidak bisa membayangkan suasana atau wilayah (politis) Kerajaan Allah
dengan suasana atau wilayah (politis) kerajaan dunia yang dilihat dan pahami
sekarang. Sama seperti ketika orang Yahudi membayangkan Mesias akan datang
memulihkan Israel dan mendirikan kerajaan baru sebagai panglima perang yang
perkasa dan penaklukan melalui peperangan dan pedang. Hal itu sejalan dengan
pemahaman M. K. Sembiring yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah yang
dimaksud Yesus ini berbeda dengan kerjaan yang ada di dunia dan yang dikenal
oleh manusia, di mana kerajaan duniawi orang dapat melihat raja duduk di tahta
disuatu tempat tertentu tetapi Kerajaan Allah orang tidak bisa menunjukkan batas-
batasanya.22

Menurut Jhon Drane Kerajaan Allah yang dimaksud Yesus lebih merujuk
kepada umat baru artinya bahwa ketika Allah memasuki kehidupan seseorang
maka terbentuklah umat yang baru. Namun penekanan tentang umat baru tidak
hanya diberikan kepada hubungan pribadi antara manusia dan Allah. Sementara
itu Paulus mengingatkan umat Kristen di Korintus bahwa Kerajaan Allah bukan
terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa yakni kuasa Allah yang berkarya di dalam
kehidupan yang menyatakan kesetian mereka hanya kepada Allah saja (1 Kor.
4:20). Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dengan tiga kenyataan. Pertama,
Ia berbicara tentang kerajaan itu sebagai kenyataan masa lalu, Ia mengatakan
bahwa Abraham, Ishak dan Yakub serta semua nabi ada dalam kerajaan itu (Luk.
13:28; Mat 8:11) dengan demikian, kerajaan yang dimaksud itu telah ada di
dalam sejarah sejak masa lampau. Kedua, Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah
sebagai kenyataan masa kini. Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu
(Luk. 17:21) jadi, Kerajaan Allah adalah suatu kenyataan masa kini, di sini dan
sekarang. Yang ketiga, Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagai
kenyataan masa depan karena Ia mengajar semua orang untuk berdoa bagi
kedatangan Kerajaan Allah itu (Mat. 6:10).23

Kerajaan Allah adalah suatu masyarakat di dunia ini di mana kehendak


Allah berlaku secara sempurna seperti di sorga. Itu berarti setiap orang yang hidup

22
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: LAI, 2005), 546.
23
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 128-129.
di dalam sejarah, kapan saja, yang melakukan kehendak Allah secara sempurna
berarti hidup di dalam Kerajaan Allah. Tetapi karena dunia ini belum secara
sempurna dipenuhi oleh kehendak Allah, maka kesempurnaan dan kepenuhan
Kerajaan Allah masih akan terjadi pada waktu yang akan datang. Hidup di dalam
Kerajaan Allah adalah menaati kehendak Allah, dengan demikian setiap orang
juga segera melihat bahwa Kerajaan Allah bukanlah utamanya sesuatu yang
berhubungan dengan bangsa-bangsa, negara dan daerah tertentu. Kerajaan Allah
adalah suatu yang berkenaan langsung dengan masing-masing diri manusia dan
kebersamaan manusia. Kerajaan Allah bersifat pribadi menuntut penyerahan diri,
hati dan hidup pribadi manusia. Kerajaan itu datang hanya jika setiap manusia
baik sebagai pribadi maupun secara bersama-sama memutuskan untuk
menyerahkan diri kepada Allah dan kehendak-Nya.24 Dalam berbagai
perumpamaan Yesus berbicara tentang Kerajaan Sorga. Jika diperhatikan kalimat
“Kerajaan Sorga seumpama” yang diucapkan Yesus dapat dipahami bahwa yang
dimaksud Kerajaan Allah/Sorga ialah mengenai seluruh negeri diatas bumi ini.
Segala keadaan tentang baik dan jahat, benar dan pura-pura, suci dan najis.
menggambarkan dengan jelas tentang Kerajaan Allah yang disebut ladang. Dalam
Lukas Pasal 6:20, berbicara mengenai Kerajaan Allah bukan hanya sekedar
tempat atau daerah tetapi itu lebih kepada kehidupan di mana Allah memerintah
dan kehendak-Nya terlakasana. Ungkapan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat”
secara sederhana dapat dipahami dengan ilustrasi sebagai berikut: Ketika
seseorang akan pergi kesuatu tempat di mana ia sama sekali belum pernah kesana
atau tinggal di sana sebelumnya, lalu ia membayangkan bahwa perjalanan kesana
itu pasti sangat jauh. Dan ia menerima informasi dari beberapa orang yang juga
sebelumnya belum pernah kesana, bahwa untuk dapat masuk atau sampai
ketempat itu ia harus melalui jalan ini dan itu melakukan ini dan itu, melewati
rambu-rambu ini dan itu belok kiri belok kanan, naik atau turun dan sebagainya
dan informasi yang diberikan oleh beberapa orang tersebut tidak sama dan bahkan
ada yang berlawanan sehingga membuat ia semakin bingung dan merasa tempat
itu sangat jauh. Lalu kemudian ada seorang yang datang kepada ia dan mengaku
bahwa orang itu dari tempat itu dan orang itu melihat jalan kesana, lalau ia
memberitahukan atau menunjukkan jalan kesana, dan dari informasi yang

24
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1-10, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), 351-352.
diberikan itu ia mengerti dan melihat bahwa ternyata tempat itu tidak sejauh yang
ia bayangkan dan yang dikatakan oleh beberapa orang sebelumnya.25

III. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas penyeminar menyimpulkan:

1. Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah yang telah memasuki zaman ini
melalui kehadiran Yesus dan akan menjadi sempurna pada saat kedatangan-Nya untuk
kedua kalinya. Ungkapan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga memiliki makna yang
sama, tanpa ada maksud untuk membedakan kedua objek dari ungkapan tersebut.
Pemakaian Kerajaan Sorga oleh Matius lebih kepada latar belakang keyahudiaan
Matius, untuk menghindari pemakaian nama Allah.

2. Injil sinoptik menegaskan bahwa Kerajaan Allah yang akan datang merupakan
sesuatu yang rahasia dan tidak diketahui kepastian waktunya. Hanya saja ada tanda-
tanda zaman yang dapat dikenali sebagai tanda kedatangan Yesus yang kedua kali.
Injil sinoptik memiliki pandangan yang sama tentang dimensi waktu sekarang dan
futuris tentang Kerajaan. Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam Injil-injil Sinoptik,
tidak terlepas kaitannya dengan misi soteriologi Allah untuk menyelamatkan umat-
Nya dari perbudakan dosa. Kerajaan Allah telah membawa kemenangan atas roh
jahat, dosa, serta mendatangkan keselamatan bagi mereka yang membuka hati
terhadap pemberitaan kerajaan itu.

3. Kerajaan Allah bekerja melalui gereja sekarang ini untuk mengabarkan kabar baik
tentang tindakan Allah dalam sejarah, meskipun gereja bukanlah Kerajaan Allah itu
sendiri. Manusia tidak dapat membangun Kerajaan Allah, melainkan Yesuslah yang
akan membawa kerajaan itu secara sempurna pada masa depan yang akan datang.
Kerajaan Allah mengharuskan pertobatan untuk menyambutnya, di mana pertobatan
itu akan menghasilkan sebuah kehidupan berbeda dari sebelumnya, oleh karena
adanya prinsip-prinsip etis dari Kerajaan Allah yang perlu dihidupi oleh warga
kerajaan tersebut. Yesus adalah inti pembicaraan Injil, sedangkan inti pemberitaan
Yesus adalah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah hadir melalui diri-Nya dan akan hadir
secara sempurna dalam pemerintahan-Nya pada waktu kedatangan Yesus yang kedua
kali di waktu yang akan datang.

25
R.A Jaffray, Perumpamaan Tuhan Yesus, (Bandung: Kalam Hidup, 2013), 22.
IV. Daftar Pustaka

…., Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK, 2003.

Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1-10, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.

Bavinck, J., H., Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003.

Bavinck,J., H., Sejarah Kerajaan Allah 2 Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997.

Drane, Jhon, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016.

Eldon, George, Landd, Injil Kerajaan, Malang: Gandum Mas, 1994.

Eldon, George, Landd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung: Kalam Hidup,
2002.

F., Harrison, Everett, Tafsiran Alkitab Wycliffe, Malang: Gandum Mas, 2013.

Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.

Guthrie,Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Hakh,Samuel, Benjamin Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik,


Bandung: Jurnal Info Media, 2007.

Iman, David, Santoso, Theology Matius: Intisari dan Aplikasinya, Malang: SAAT,
2009.

Jaffray, R.A., Perumpamaan Tuhan Yesus, Bandung: Kalam Hidup, 2013.

Kotynski,Edward, A., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI bekerja
sama dengan KARTIDAYA, 2005.

Kuniawan,Daud, Kerajaan Allah di Antara Kita, Bandung: Kalam Hidup, 2006.

Marxen, Will, Pengantar Perjanjian Baru, Ter. Stephen Suleeman, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006.
Moris, Leon, Teologi Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2001.

R., Schreiner, Thomas, New Testament Theology, Yogyakarta: ANDI, 2015.

Sembiring,M., K., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI, 2005.

Sutomo, Adji, A., Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.

Jurnal

Budi, Nur, Santoso, Konsep Kerajaan Allah Menurut Yesus, di akses pada 2013.

Anda mungkin juga menyukai