Nim : 18.01.1689
Tingkat/Jurusan : IV-C/Teologi
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
Latar belakang Kerajaan Allah masa Perjanjian Lama dapat dilihat dari
bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama. Israel adalah bangsa pilihan Allah,
yang di mana Allah sudah berjanji pada Abraham tentang Mesias. Allah
berjanji bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar dan menurunkan
raja-raja. Dari nubuatan tersebut raja Daud juga mendapatkan pesan akan
lahirnya Mesias yang akan menegakkan KerajaanNya dengan pemerintahan
yang tidak berkesudahan (2 Sam. 7:12-16). Bagi bangsa Israel sendiri, makna
Kerajaan Allah sangat melekat pada iman mereka, para nabi juga
memerintahkan tentang hadirnya Kerajaan Allah yang akan nyata di dunia ini.
Dalam Perjanjian Lama konsep Kerajaan Allah sangat jelas yaitu:
1. Allah sebagai hakim yang akan mengadili seluruh umat manusia (Yes.
4: 2-4; Yer. 29:10; Yer. 23: 5-8; Yeh. 20: 34-38)
antusias/article/viewFile/
53/52&ved=2ahUKEwjni7HTuZb0AhWa7XMBHQelCu8QFnoECC8QAQ&usg=AOvVaw3OKIJmAaSHngm
VRJxz8MuQ, Pada Rabu 11 November 2021 Pukul 06:14Wib.
5
J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2 Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3.
6
George Eldon Landd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 80.
sebagai seorang Yahudi yang menulis kitab ini guna menghindari
pemakaian kata Allah yang bagiannya sangat kudus. Itulah sebabnya
dalam Injil Matius istilah Kerajaan Allah hanya dipakai 5 kali, sedangkan
istilah Kerajaan Sorga dipakai sebanyak 32 kali.7
10
Samuel Benjamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, 25-25.
11
Edward A. Kotynski, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: LAI bekerja sama dengan
KARTIDAYA, 2005), 546.
12
Samuel Benjamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptik, 53.
yang sangat jelas terhadap orang-orang yang keliru membayangkan bahwa
kerajaan itu berhubungan dengan soal pantangan-pantangan makanan. Di dalam
1 Korintus 4:20 Paulus menolak pemahaman bahwa kerajaan adalah soal
perkataan, dan hal ini menentang pendapat orang-orang yang bersandar pada
kefasikan berbicara. Para warga kerajaan diharapkan hidup sesuai dengan
kehendak Allah (1 Tes. 2:12). Paulus memandang bahwa kerajaan itu dirancang
bagi orang-orang yang murni secara moral, dalam Galatia 5:21, yang menyebut
bahwa perbuatan daging membuat seseorang “tidak mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah”. 13
Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali secara eksplisit dalam
kitab Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, di mana hal ini merupakan pemberitaan
Paulus di Roma. Dalam konteks ini Kerajaan Allah disertai dengan berita tentang
Yesus. Dalam proses kenaikan Yesus, Kerajaan Allah terlihat dalam dua dimensi,
yaitu dimensi “sudah hadir” dan dimensi “akan hadir”. Dalam hal ini yang
dikatakan yaitu bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di
bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatanganNya
kembali ke bumi. Namun, di dalam kitab ini secara implisit “Kerajaan Allah”
juga diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara
penuh (Kis. 28:20), yang menunjukkan sifat dari Kerajaan Allah itu sendiri. 18
sehingga hal yang menonjol dalam kitab Kisah Para Rasul yaitu penggenapan
janji Allah melalui pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh yang
dikaruniakan pada hari Pentakosta menjadi tanda keselamatan Allah dan
penggenapan janji akhir zaman. Dalam kitab ini juga dipandang bagaimana Roh
Kudus berkaitan dengan Kerajaan Allah, di mana Roh Kudus menjadi tanda
penyempurnaan rencana Allah.19 Kerajaan Allah dalam kitab Kisah Para Rasul
16
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 450-452.
17
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 660-
661.
18
Adji A. Sutomo, Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 80-
81.
19
Thomas R. Schreiner, New Testament Theology, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 5.
disejajarkan dengan Injil kasih karunia Allah, di mana Paulus memberitakan
tentang Kerajaan Allah dan juga mengajarkan tentang Yesus kepada semua orang
yang datang padaNya (Kis. 28:31).20 Makna Kerajaan Allah dalam Kisah Para
Rasul adalah terjadi ketika Yesus terangkat ke Sorga dan memberikan kuasa
kepada para murid-muridNya sehingga mereka melanjutkan kembali tugas Yesus
yang telah dilakukanNya selama Ia ada di dunia ini (Kis. 1:8). Inilah yang
menjadi inti pokok dari Kisah Para Rasul yaitu para murid-murid akan menjadi
saksi-saksi Yesus di Yerusalem ke Roma, tempat Paulus memberitakan Kerajaan
Allah dan hal-hal mengenai Tuhan Yesus Kristus tanpa halangan (Kis. 23:31).21
20
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 43.
21
Will Marxen, Pengantar Perjanjian Baru, Ter. Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 202.
tetap bersifat politis, akan tetapi maksud dari istilah tersebut adalah bahwa orang-
orang tidak bisa membayangkan suasana atau wilayah (politis) Kerajaan Allah
dengan suasana atau wilayah (politis) kerajaan dunia yang dilihat dan pahami
sekarang. Sama seperti ketika orang Yahudi membayangkan Mesias akan datang
memulihkan Israel dan mendirikan kerajaan baru sebagai panglima perang yang
perkasa dan penaklukan melalui peperangan dan pedang. Hal itu sejalan dengan
pemahaman M. K. Sembiring yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah yang
dimaksud Yesus ini berbeda dengan kerjaan yang ada di dunia dan yang dikenal
oleh manusia, di mana kerajaan duniawi orang dapat melihat raja duduk di tahta
disuatu tempat tertentu tetapi Kerajaan Allah orang tidak bisa menunjukkan batas-
batasanya.22
Menurut Jhon Drane Kerajaan Allah yang dimaksud Yesus lebih merujuk
kepada umat baru artinya bahwa ketika Allah memasuki kehidupan seseorang
maka terbentuklah umat yang baru. Namun penekanan tentang umat baru tidak
hanya diberikan kepada hubungan pribadi antara manusia dan Allah. Sementara
itu Paulus mengingatkan umat Kristen di Korintus bahwa Kerajaan Allah bukan
terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa yakni kuasa Allah yang berkarya di dalam
kehidupan yang menyatakan kesetian mereka hanya kepada Allah saja (1 Kor.
4:20). Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dengan tiga kenyataan. Pertama,
Ia berbicara tentang kerajaan itu sebagai kenyataan masa lalu, Ia mengatakan
bahwa Abraham, Ishak dan Yakub serta semua nabi ada dalam kerajaan itu (Luk.
13:28; Mat 8:11) dengan demikian, kerajaan yang dimaksud itu telah ada di
dalam sejarah sejak masa lampau. Kedua, Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah
sebagai kenyataan masa kini. Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu
(Luk. 17:21) jadi, Kerajaan Allah adalah suatu kenyataan masa kini, di sini dan
sekarang. Yang ketiga, Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagai
kenyataan masa depan karena Ia mengajar semua orang untuk berdoa bagi
kedatangan Kerajaan Allah itu (Mat. 6:10).23
22
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: LAI, 2005), 546.
23
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 128-129.
di dalam sejarah, kapan saja, yang melakukan kehendak Allah secara sempurna
berarti hidup di dalam Kerajaan Allah. Tetapi karena dunia ini belum secara
sempurna dipenuhi oleh kehendak Allah, maka kesempurnaan dan kepenuhan
Kerajaan Allah masih akan terjadi pada waktu yang akan datang. Hidup di dalam
Kerajaan Allah adalah menaati kehendak Allah, dengan demikian setiap orang
juga segera melihat bahwa Kerajaan Allah bukanlah utamanya sesuatu yang
berhubungan dengan bangsa-bangsa, negara dan daerah tertentu. Kerajaan Allah
adalah suatu yang berkenaan langsung dengan masing-masing diri manusia dan
kebersamaan manusia. Kerajaan Allah bersifat pribadi menuntut penyerahan diri,
hati dan hidup pribadi manusia. Kerajaan itu datang hanya jika setiap manusia
baik sebagai pribadi maupun secara bersama-sama memutuskan untuk
menyerahkan diri kepada Allah dan kehendak-Nya.24 Dalam berbagai
perumpamaan Yesus berbicara tentang Kerajaan Sorga. Jika diperhatikan kalimat
“Kerajaan Sorga seumpama” yang diucapkan Yesus dapat dipahami bahwa yang
dimaksud Kerajaan Allah/Sorga ialah mengenai seluruh negeri diatas bumi ini.
Segala keadaan tentang baik dan jahat, benar dan pura-pura, suci dan najis.
menggambarkan dengan jelas tentang Kerajaan Allah yang disebut ladang. Dalam
Lukas Pasal 6:20, berbicara mengenai Kerajaan Allah bukan hanya sekedar
tempat atau daerah tetapi itu lebih kepada kehidupan di mana Allah memerintah
dan kehendak-Nya terlakasana. Ungkapan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat”
secara sederhana dapat dipahami dengan ilustrasi sebagai berikut: Ketika
seseorang akan pergi kesuatu tempat di mana ia sama sekali belum pernah kesana
atau tinggal di sana sebelumnya, lalu ia membayangkan bahwa perjalanan kesana
itu pasti sangat jauh. Dan ia menerima informasi dari beberapa orang yang juga
sebelumnya belum pernah kesana, bahwa untuk dapat masuk atau sampai
ketempat itu ia harus melalui jalan ini dan itu melakukan ini dan itu, melewati
rambu-rambu ini dan itu belok kiri belok kanan, naik atau turun dan sebagainya
dan informasi yang diberikan oleh beberapa orang tersebut tidak sama dan bahkan
ada yang berlawanan sehingga membuat ia semakin bingung dan merasa tempat
itu sangat jauh. Lalu kemudian ada seorang yang datang kepada ia dan mengaku
bahwa orang itu dari tempat itu dan orang itu melihat jalan kesana, lalau ia
memberitahukan atau menunjukkan jalan kesana, dan dari informasi yang
24
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1-10, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), 351-352.
diberikan itu ia mengerti dan melihat bahwa ternyata tempat itu tidak sejauh yang
ia bayangkan dan yang dikatakan oleh beberapa orang sebelumnya.25
III. Kesimpulan
1. Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah yang telah memasuki zaman ini
melalui kehadiran Yesus dan akan menjadi sempurna pada saat kedatangan-Nya untuk
kedua kalinya. Ungkapan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga memiliki makna yang
sama, tanpa ada maksud untuk membedakan kedua objek dari ungkapan tersebut.
Pemakaian Kerajaan Sorga oleh Matius lebih kepada latar belakang keyahudiaan
Matius, untuk menghindari pemakaian nama Allah.
2. Injil sinoptik menegaskan bahwa Kerajaan Allah yang akan datang merupakan
sesuatu yang rahasia dan tidak diketahui kepastian waktunya. Hanya saja ada tanda-
tanda zaman yang dapat dikenali sebagai tanda kedatangan Yesus yang kedua kali.
Injil sinoptik memiliki pandangan yang sama tentang dimensi waktu sekarang dan
futuris tentang Kerajaan. Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam Injil-injil Sinoptik,
tidak terlepas kaitannya dengan misi soteriologi Allah untuk menyelamatkan umat-
Nya dari perbudakan dosa. Kerajaan Allah telah membawa kemenangan atas roh
jahat, dosa, serta mendatangkan keselamatan bagi mereka yang membuka hati
terhadap pemberitaan kerajaan itu.
3. Kerajaan Allah bekerja melalui gereja sekarang ini untuk mengabarkan kabar baik
tentang tindakan Allah dalam sejarah, meskipun gereja bukanlah Kerajaan Allah itu
sendiri. Manusia tidak dapat membangun Kerajaan Allah, melainkan Yesuslah yang
akan membawa kerajaan itu secara sempurna pada masa depan yang akan datang.
Kerajaan Allah mengharuskan pertobatan untuk menyambutnya, di mana pertobatan
itu akan menghasilkan sebuah kehidupan berbeda dari sebelumnya, oleh karena
adanya prinsip-prinsip etis dari Kerajaan Allah yang perlu dihidupi oleh warga
kerajaan tersebut. Yesus adalah inti pembicaraan Injil, sedangkan inti pemberitaan
Yesus adalah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah hadir melalui diri-Nya dan akan hadir
secara sempurna dalam pemerintahan-Nya pada waktu kedatangan Yesus yang kedua
kali di waktu yang akan datang.
25
R.A Jaffray, Perumpamaan Tuhan Yesus, (Bandung: Kalam Hidup, 2013), 22.
IV. Daftar Pustaka
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius pasal 1-10, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2012.
Bavinck, J., H., Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003.
Bavinck,J., H., Sejarah Kerajaan Allah 2 Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997.
Drane, Jhon, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016.
Eldon, George, Landd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung: Kalam Hidup,
2002.
F., Harrison, Everett, Tafsiran Alkitab Wycliffe, Malang: Gandum Mas, 2013.
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Iman, David, Santoso, Theology Matius: Intisari dan Aplikasinya, Malang: SAAT,
2009.
Kotynski,Edward, A., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI bekerja
sama dengan KARTIDAYA, 2005.
Marxen, Will, Pengantar Perjanjian Baru, Ter. Stephen Suleeman, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006.
Moris, Leon, Teologi Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2001.
Sembiring,M., K., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: LAI, 2005.
Sutomo, Adji, A., Mengapa Kamu Menengadah Ke Langit?, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.
Jurnal
Budi, Nur, Santoso, Konsep Kerajaan Allah Menurut Yesus, di akses pada 2013.