Anda di halaman 1dari 3

Nama : Teofilus Indi Prasetya

NIM : 0220190508

Prodi : Teologi Kependetaan

Mata Kuliah : Pembimbing dan Pengantar Perjanjian Baru 2

Dosen : Pdt. Dr. Norhayati, M.Th.

Struktur Kitab Wahyu

A. Pendahuluan dan Garis Besar Kitab

Kitab Wahyu merupakan kitab penutup kanon Perjanjian Baru sekaligus sebagai penutup
sejarah Perjanjian Baru. Kitab wahyu termasuk dalam jenis sastra apokaliptis. Artinya, gambaran
struktur dasar kitab berkaitan dengan wahyu/penyataan yang diberikan oleh Allah melalui
perantara Yesus Kristus dan malaikat kepada seorang pelihat mengenai kejadian-kejadian di
masa depan. Hal-hal yang disingkapkan seorang pelihat bukan hanya kejadian-kejadian yang
belum terjadi, tetapi juga “rahasia-rahasia jagad raya, surga, neraka, tingkat-tingkat langit, dan
takhta Allah” yang selalu mempengaruhi perjalanan sejarah kehidupan manusia. 1 Berikut adalah
garis-garis besar kitab/surat Wahyu:

1. Why. 1:1-8 Prolog


2. Why. 1:9-20 Penglihatan mengenai Anak Manusia
3. Why. 2:1-3:22 Surat kepada ketujuh jemaat
4. Why. 4:1-5:22 Penglihatan mengenai surga
5. Why. 6:1-8:5 Ketujuh meterai
6. Why. 12:1-14:20 Latar belakang konflik duniawi
7. Why. 15:1-16:21 Ketujuh cawan
8. Why. 17:1-19:21 Kejatuhan Babel
9. Why. 20:1-22:5 Kerajaan yang mencapai kesempurnaannya
10. Why. 22:6-21 Epilog2
B. Penulis Kitab
1
Arie de Kuiper, Mulai dari Musa dan Segala Nabi, ed.: Andar Ismail, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia), hal. 49.
2
R.M. Drie S. Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017), hal. 274, 277.

1
Dalam Why. 1:1-3, secara eksplisit, penulis kitab Wahyu adalah Yohanes, murid Yesus
Kristus sendiri.

C. Tema Kitab

Tema kitab Wahyu adalah rahasia kesetiaan Allah dan rencana keselamatan-Nya atas
manusia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus yang disebut juga sebagai Anak Domba Allah.
Wahyu Allah memuncak pada peristiwa Kristus dalam kedatangan-Nya yang kedua kali.3

D. Tanggal Penulisan Kitab

Kitab Wahyu penulisannya bertahap dan mencapai kesatuannya secara sempurna pada
akhir pemerintahan Kaisar Domitianuis sekitar tahun 81-96. Mengacu pada masa kekaisaran itu,
dapat diperkirakan bahwa kitab Wahyu selesai ditulis pada tahun 93 atau 95 di pulau Patmos.4

E. Latar Belakang Penulisan Kitab

Penglihatan Yohanes di Pulau Patmos tentang eskaton (kejadian-kejadian pada akhir


zaman) dan mengenai parousia (kedatangan Yesus kedua kalinya) menjadi latar belakang yang
pokok dalam penulisan kitab Wahyu ini. Dalam keyakinan dan pengakuan penulis kitab ini,
masa kejadian-kejadian ini akan segera datang dan pesan yang ditekankan adalah agar semua
orang-orang percaya bersedia menyambut kedatangan Yesus Kristus itu.5

F. Tujuan Penulisan Kitab

Tujuan kitab Wahyu adalah menyatakan kepada gereja bagaimana kemenangan sebagai
akhir perjuangan. Kitab ini menekankan akan terjadi kedatangan Yesus kedua kali dan dalam hal
ini melalui Yohanes, penglihatan akan kejadian-kejadian di akhir zaman dilambangkan dalam
bahasa simbol dan kiasan. Apa yang disaksikan oleh Yohanes menyatakan keadaan dari tiga
masa, yaitu yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang. Waktu Kristus akan datang dan
setiap mata akan melihat Dia.6

G. Ciri Khas Kitab

3
I. Suharyo, Gereja:Komunitas Pengharapan, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 26.
4
R.M. Drie S. Brotosudarmo, Op.cit. hal. 275.
5
Ibid., hal. 274.
6
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru, (Bandung: Kalam Hidup, 2019), hal. 208, 216.

2
1. Kitab yang bermuatan penglihatan dan nubuatan.
2. Menggunakan bahasa simbol, lambang ataupun kiasan.
3. Waktu parousia itu sudah dekat (Why. 1:3).
4. Penyebutan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah.
5. Yesus sebagai Pahlawan yang Agung dan Iblis sebagai penguasa kegelapan. Yesus akan
menang mengalahkan Iblis.7
H. Kesimpulan dan Tanggapan

Struktur kitab Wahyu menunjukkan bahwa kesudahan dunia tidaklah sedekat yang
diharapkan oleh sejumlah orang, dan bahwa kesudahan dunia Yohanes itu tidaklah berarti
kesudahan dunia keseluruhannya. Karena itu kita harus melihat janji kedatangan Yesus Kristus
yang segera dalam terang pernyataan yang diulang-ulang ini. Dalam terang ini, janji itu
mengandung dua arti:

(a) bahwa janji itu diberikan dalam bentuk masa kini, “aku datang” yang artinya bukanlah
semata-mata Yesus akan datang, melainkan bahwa Ia sesungguhnya sedang dalam perjalanan.
Kata “segera” yang berarti cepat tentu mengacu pada kecepatan bukan pada waktu yang singkat.
Maksudnya di sini adalah bahwa Yesus bergegas menemui umat-Nya. Janji akan kedatangan-
Nya menjadi peringatan bagi kita untuk betah dengan dunia yang sekarang, seperti jemaat-jemaat
di Sardis dan Laodikia. Pada pihak lain, kata-kata ini menjadi penghiburan bagi orang-orang
yang menantikan dengan sangat Tuhan Yesus, Juru Selamat.

(b) bahwa janji itu menekankan Yesus Kristus adalah “Dia yang selalu datang”. Kristus adalah
kedatangan Allah di tengah-tengah kita. Kita mengingat kembali kedatangan-Nya yang pertama
pada adven-Nya, kelahiran-Nya di Betlehem dan kedatangan-Nya yang kedua, parousia-Nya
pada akhir zaman. Maksud Allah dalam rencana “jalan keselamatan” yang telah disediakan-Nya
bagi manusia akan disingkapkan oleh Anak-Nya, Yesus Kristus. Kitab Wahyu berisikan pokok-
pokok rahasia yang akan digenapkan pada akhir zaman ini.

7
Ibid., hal. 207-210, 212.

Anda mungkin juga menyukai