Anda di halaman 1dari 15

Kitab Injil (bahasa Yunani: Εὐαγγέλιον, Evanggélion; bahasa Latin: Evangeliarium) adalah

kodeks atau kitab berjilid yang memuat satu atau lebih Injil dari Alkitab Perjanjian Baru Kristen.
Lazimnya sebuah kitab Injil memuat seluruh Injil yang terdapat dalam Alkitab Perjanjian Baru,
yakni keempat versi riwayat hidup Yesus dari Nazaret yang merupakan akar iman Kristen. Istilah
"kitab Injil" dapat pula berarti buku liturgi yang juga disebut Evangeliarium, yakni kumpulan
bacaan Injil yang disusun menurut penanggalan liturgi untuk dibacakan dalam perayaan Misa
atau ibadat-ibadat lainnya.[1]

Pemakaian kitab Injil dalam peribadatan adalah hal yang lumrah bahkan wajib sifatnya di
lingkungan Gereja-Gereja Timur, serta sangat umum dijumpai dalam Gereja Katolik Roma,
beberapa gereja Anglikan, dan sejumlah gereja Lutheran. Gereja-gereja Protestan lain hanya
menggunakan Alkitab yang utuh.

Pada permulaan Abad Pertengahan, salinan-salinan Alkitab yang lengkap jarang sekali dibuat
karena mahalnya harga perkamen. Kitab atau kumpulan kitab dibuat untuk maksud-maksud
khusus. Sejak abad ke-4, kitab-kitab Injil sudah dibuat untuk digunakan dalam peribadatan,
untuk dikaji secara pribadi, dan untuk dijadikan "kitab pajangan", baik sebagai sarana upacara
maupun sekadar hiasan belaka.[2] Kodeks Washington (bahasa Latin: Codex Washingtonianus)
atau Injil-Injil Freer adalah salah satu contoh kitab Injil tertua yang memuat keempat Injil dalam
bahasa Yunani, dibuat pada abad ke-4 atau abad ke-5. Pada abad ke-7, nas-nas Injil disusun
menurut hari-hari dalam penanggalan liturgi; sebelum itu, nas-nas Injil seringkali dibacakan
mengikuti urut-urutannya dalam Alkitab Perjanjian Baru.[3] Banyak dari kitab-kitab ini dibuat
dengan sangat cermat; kitab Injil adalah naskah yang mula-mula paling banyak dihiasi iluminasi
sampai akhirnya diungguli oleh Alkitab dan Kitab Mazmur bergaya Roman pada sekitar abad ke-
11 di Dunia Barat. Di Dunia Timur, kitab Injil tetap menjadi subjek penting bagi karya-karya
iluminasi sampai mesin cetak ditemukan. Potret penginjil adalah salah satu unsur hiasan yang
menjadi ciri khas kitab Injil.[4] Sebagian besar mahakarya seni iluminasi Insular dan Otto adalah
hiasan naskah kitab-kitab Injil,[5] dan ada banyak sekali peninggalan naskah kitab Injil dengan
hiasan yang bergaya seni Bizantin serta Karoling.

Meskipun demikian, sebagian besar naskah kitab Injil tidak diiluminasi sama sekali, atau sekadar
diperindah dengan inisial-inisial hias dan sentuhan-sentuhan hiasan kecil lainnya. Selain nas-nas
Injil, kitab-kitab ini seringkali memuat pula teks-teks tambahan seperti tabel-tabel kanon Alkitab,
rangkuman-rangkuman, glosarium, dan tulisan-tulisan penjelasan lainnya. Kitab-kitab Injil
berbahasa Latin juga seringkali memuat surat Hieronimus kepada Paus Damasus yang berisi
penjelasan Hieronimus kepada Sri Paus tentang alasan yang mendasari pembuatan terjemahan
Vulgata dan penataan kitab-kitab suci yang dibuatnya, sementara kitab-kitab Injil berbahasa
Yunani seringkali memuat pula Epistula ad Carpianum (surat kepada Karpianus) dari Eusebius
yang berisi penjelasan mengenai kanon-kanon yang disusunnya.[6]

Kitab-kitab Injil yang mewah sebagian besar dihasilkan pada Awal Abad Pertengahan, manakala
orang semakin gemar membubuhkan hiasan yang berlimpah ruah pada evangeliarium atau
leksionari (bahasa Latin: lectionarium), yang lambat laun semakin lazim digunakan dalam
peribadatan, serta teks-teks lainnya.[7]

Penggunaan kitab Injil di Gereja Barat


Di Gereja Katolik

Dalam Gereja Katolik Roma sekarang ini, kitab Injil atau evangeliarium[1] memuat teks lengkap
dari ayat-ayat keempat Injil yang akan dibacakan atau dilantunkan oleh diakon atau imam dalam
perayaan Misa sepanjang tahun liturgi. Meskipun demikian, penggunaan kitab Injil tidak
diwajibkan, dan bacaan-bacaan Injil juga dimuat dalam leksionari (daftar bacaan Alkitab)
standar.[8][9]

Bilamana digunakan dalam ibadat, kitab Injil akan dibawa menuju Altar dalam arak-arakan pada
permulaan perayaan Misa, tidak demikian halnya jika leksionari yang digunakan.[10] Pada saat
dibawa dalam arak-arakan, kitab Injil harus agak diangkat, meskipun tidak perlu sampai
melewati kepala. Orang yang paling pantas membawa kitab Injil dalam arak-arakan adalah
diakon, karena pewartaan Injil merupakan salah satu kewenangannya. Bilamana tidak ada
diakon, kitab Injil boleh dibawa oleh lektor.[11]

Misa tengah malam pada 2008 di Katedral Santo Petrus Rasul, Jackson, Mississippi

Setibanya di altar, diakon atau lektor membungkuk hormat ke arah altar, kemudian meletakkan
kitab Injil di atas altar, dan dibiarkan tetap di atas altar sampai dengan pelantunan Alleluia.[12]

Selama Alleluia dilantunkan, diakon (yang sebelum mewartakan Injil terlebih dahulu menerima
berkat dari imam pemimpin perayaan misa), atau imam jika tidak ada diakon, mengambil kitab
Injil dari altar dan mengaraknya menuju ambo (mimbar). Jika dupa digunakan, maka kitab Injil
didupai oleh diakon sebelum dibacakan atau dilantunkan. Seorang misdinar atau akolit akan
mengayunkan pedupaan perlahan-lahan selama ayat-ayat Injil dibacakan atau dilantunkan.[13]
Kitab Injil dibiarkan tetap berada di atas ambo sampai perayaan Misa berakhir, kecuali jika
dihantarkan kepada uskup untuk dicium. Jika demikian, maka kitab Injil selanjutnya diletakkan
di meja kredens atau tempat lain yang layak dan mulia.[14]

Jika ada upacara pemulangan para katekumen dalam perayaan Misa, maka kitab Injil dibawa di
depan barisan para katekumen pada saat berarak meninggalkan gedung gereja.

Di Gereja Episkopal Amerika


Kitab Injil di Gereja Episkopal Santa Maria, Kansas City, Missouri.

Di gereja Episkopal di Amerika Serikat, praktik pemakaian kitab Injil dipulihkan dengan
terbitnya Buku Doa Bersama Amerika Serikat tahun 1979, yang menganjurkan agar bacaan-
bacaan Alkitab dan Injil "dibacakan dari buku atau buku-buku yang berukuran layak dan
mulia".[15] Mengikuti anjuran ini, beberapa penerbit telah mengeluarkan kitab-kitab Injil untuk
digunakan oleh gereja Episkopal, dan ada pula kitab-kitab Injil lain yang disusun sendiri secara
perorangan.

Diakon, misdinar, atau akolit biasanya membawa kitab Injil dalam arak-memasuki rumah ibadat
di awal peribadatan, dengan cara mengangkatnya setinggi mungkin dengan kedua belah tangan
terjulur penuh, kemudian meletakkannya di atas altar sampai saat pembacaan Injil. Sesudah itu,
kitab Injil diletakkan kembali di atas altar atau di atas sebuah meja atau rehal khusus di samping
altar

Penggunaan kitab Injil di Gereja Timur


Di Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur

Kitab Injil bertatahkan permata dan email milik Tsar Aleksey Mikhailovich (Biara Tritunggal,
Aleksandrov).

Di kalangan Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur, kitab Injil (bahasa Yunani:
Εὐαγγέλιον, Evanggélion) merupakan sarana peribadatan yang sangat penting. Kitab Injil
dianggap sebagai ikon Kristus, dan dihormati sebagaimana orang menghormati ikon.
Kitab Injil memuat bacaan-bacaan yang digunakan dalam ibadat Matin, Liturgi Ilahi, ibadat-
ibadat Moleben, dan ibadat-ibadat lainnya. Di kalangan Gereja bertradisi Yunani, kitab Injil yang
digunakan dalam liturgi pada zaman modern disusun menurut siklus bacaan sebagaimana urut-
urutannya sepanjang satu tahun liturgi, ditambah satu bagian terakhir yang berisi bacaan-bacaan
Injil untuk ibadat Matin, hari-hari raya serta perayaan-perayaan khusus, sehingga kitab ini
sebenarnya lebih mirip evangeliarium daripada kitab Injil. Di kalangan Gereja bertradisi Slavia,
kitab Injil memuat teks lengkap dari keempat Injil menurut tata urutan kanoniknya (Matius,
Markus, Lukas, Yohanes) disertai tanda-tanda khusus di tepi halaman sebagai petunjuk awal dan
akhir suatu bacaan, ditambah pula dengan sebuah tabel bacaan di halaman belakang. Kadang-
kadang kitab ini juga memuat gabungan teks-teks bacaan yang lebih rumit, misalnya "Dua Belas
Bacaan Injil" yang dibacakan dalam ibadat Matin pada hari Jumat Agung.

Menurut tradisi, Gereja Ortodoks tidak pernah menyampul kitab Injil dengan kulit samakan—
kulit binatang mati—karena sabda Kristus dianggap sebagai pemberi hidup. Kulit hewan juga
mengingatkan orang pada riwayat Kejatuhan Manusia, manakala Allah membuatkan pakaian
dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa setelah mereka melanggar perintah-Nya (Kej 3:21).
Rasul Paulus menyebut Kristus sebagai "Adam yang baru" (1 Kor 15:22,47-49), dan Gereja
Ortodoks mengajarkan bahwa Kristus datang untuk memakaikan "pakaian cahaya" kepada umat
manusia, yakni pakaian fitrah manusia yang hilang ketika Adam dan Hawa berdosa di Firdaus.
Menurut tradisi, kitab Injil disampul dengan emas, yakni unsur duniawi yang paling layak
dijadikan lambang kemuliaan surga. Jika tidak ada emas, kitab Injil boleh disampul dengan kain.

Kitab Injil ditempatkan di tengah-tengah Meja Suci (altar), melambangkan Salib Kristus yang
terpancang di pusat bumi. Penempatan kitab Injil semacam ini juga melambangkan karya Kristus
pada saat penciptaan alam semesta (altar persegi melambangkan jagad ciptaan). Kitab Injil
diletakkan di atas antimension, yang senantiasa berada di atas altar, sebagaimana Kristus
senantiasa menyertai Gereja sampai akhir zaman (Mat 28:20). Bahkan bilamana antimension
dibentangkan untuk mengalasi piala dan diskos, kitab Injil tidak dipindahkan dari meja suci
(altar), tetapi tetap berdiri tegak di hadapan tabernakel.

Pembacaan Injil dalam perayaan Liturgi Ilahi.

Perayaan Liturgi Ilahi diawali dengan tindakan imam mengangkat kitab Injil tinggi-tinggi dan
membuat tanda salib di atas altar dengannya. Kitab Injil dibawa dalam arak-arakan pada waktu-
waktu tertentu dengan dikawal lilin-lilin, paling sering dalam perayaan Liturgi Ilahi, manakala
kitab Injil dibawa pada saat Upacara Masuk Kecil[16] yang digelar sebelum pembacaan Epistola
dan pembacaan Injil. Kitab Injil juga dibawa dalam perarakan-perarakan pada hari raya Paskah
dan Teofani. Seusai pembacaan Injil, imam akan memberkati jemaat dengan menggunakan kitab
Injil. Pada ibadat Matin hari Minggu, seusai pembacaan Injil, seluruh jemaat maju menghormati
kitab Injil dan menerima berkat dari imam atau uskup.

Dalam upacara pengakuan dosa Gereja Ortodoks Timur, seorang pengaku dosa mengakukan
dosanya di hadapan sebuah kitab Injil dan salib. Di negeri-negeri yang warganya turun-temurun
memeluk agama Kristen Ortodoks Timur, bilamana seseorang mengikrarkan kaul atau sumpah,
ia akan melakukannya di hadapan sebuah kitab Injil dan salib. Pada akhir upacara Misteri Suci
Pengurapan, orang atau orang-orang yang diurapi akan berlutut, kemudian kitab Injil dibuka dan
ditumpangkan menghadap ke bawah di atas kepala mereka, sementara imam pemimpin upacara
mendaraskan doa khusus dari Injil.

Dalam upacara pentahbisan uskup, calon yang akan ditahbiskan berlutut dengan dahi menyentuh
altar, kemudian kitab Injil dalam keadaan terbuka dan menghadap ke bawah ditumpangkan pada
lehernya, sementara para uskup yang akan menahbiskan meletakkan tangan mereka di atas kitab
Injil sambil mendaraskan doa konsekrasi. Dalam penyelenggaraan sinode para uskup, seringkali
sebuah kitab Injil diletakkan pada tempat yang terlihat jelas untuk menandakan bahwa Kristus
sendiri hadir dalam pertemuan itu. Bilamana mengubur jenazah imam atau uskup, sebuah kitab
Injil akan diletakkan di atas dada jenazah untuk menandakan bahwa tugas mendiang adalah
mewartakan Injil kepada semua orang. Dalam upacara pemakaman seorang imam atau uskup,
pembacaan Injil dilakukan lebih dari sekali untuk menandakan pentingnya Injil dalam pelayanan
mendiang.

Di Gereja Armenia

Di Gereja Apostolik Armenia dan Gereja Katolik Armenia, pada saat pembacaan Injil, diakon
akan mengalasi tangannya dengan sehelai kain halus sebelum menyentuh kitab Injil, karena
menyentuhnya dengan tangan secara langsung dianggap kurang pantas. Panti imam dalam
gedung-gedung gereja Kristen Armenia tidak dilengkapi dengan rehal atau mimbar khusus
sebagai tempat pembacaan Injil.

Kitab-kitab Injil yang penting


Selembar halaman beriluminasi dalam Kitab Injil Rossano buatan abad ke-6, salah satu kitab
Injil tertua yang masih ada sampai sekarang.

 Kitab Injil Rossano


 Kitab Injil Rabula
 Kitab Injil Mulling
 Kitab Injil Durrow
 Kitab Injil Echternach
 Kitab Injil Santo Agustinus
 Kitab Injil Stonyhurst atau Kitab Injil Santo Kutbertus (Hanya memuat Injil Yohanes)
 Kitab Injil Durham
 Kitab Injil Lindisfarne
 Kitab Injil Lichfield (disebut pula kitab Injil Santo Ceada)
 Kitab Injil Leningrad
 Kitab Injil Kells
 Kitab Injil Barberini
 Kitab Injil Penobatan Wina
 Kitab Injil Penobatan Aachen
 Kitab Injil Ada
 Kitab Injil Ebbo
 Kodeks Aureus dari Biara Santo Emeranus
 Kitab Injil Lorsch
 Kodeks Aureus dari Echternach
 Kitab Injil Henry Si Singa
 Kitab Injil Miroslav
 Kitab Injil Tsar Ivan Aleksandar
 Kitab Injil Peresopnytsya
Kata "Injil"

Rylands Library Papyrus P52 mungkin adalah fragmen naskah Perjanjian Baru tertua; memuat
Injil Yohanes pasal 18:31-33 berdasarkan gaya tulisan tangan diperkirakan ditulis tahun 125 M.

Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab ‫ إنجيل‬ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani
ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan", yang merujuk pada 1
Peter 1:25 (BIS, TL, & Yunani). Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris
Kuno gōd-spell yang berarti "kabar baik", yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari bahasa
Yunani (eu- "baik", -angelion "kabar")

Kata "Injil" sendiri dalam Alkitab Terjemahan Baru muncul 124 kali[1] (BIS menggunakan istilah
"Kabar Baik", semuanya di Perjanjian Baru: 23 kali di keempat Injil, 17 kali di Kisah Para Rasul,
78 kali di Surat-Surat Paulus, 5 kali di Surat-Surat Lain, dan 1 kali di Kitab Wahyu.

Beberapa ayat yang penting yang memuat kata ini antara lain Markus 1:1: "Inilah permulaan Injil
tentang Yesus Kristus, Anak Allah."; Markus 1:15: ""Waktunya telah genap; Kerajaan Allah
sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"; Markus 8:35: "Karena siapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya."; 1 Korintus 9:23: "Segala
sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya."; Matius 24:14:
"Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
sesudah itu barulah tiba kesudahannya", dan di dalam Roma 1

Arti
Injil biasanya mengandung arti:
1. Pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah di dalam Yesus dari Nazaret atau
berita yang disampaikan oleh Yesus dari Nazaret. Inilah asal usul penggunaan kata "Injil"
menurut Perjanjian Baru (lihat Surat Roma 1:1 atau Markus 1:1).
2. Dalam pengertian yang lebih populer, kata ini merujuk kepada keempat Injil kanonik
(Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) dan kadang-kadang juga karya-karya lainnya yang
non-kanonik (mis. Injil Tomas), yang menyampaikan kisah kehidupan, kematian, dan
kebangkitan Yesus.
3. Sejumlah sarjana modern menggunakan istilah "Injil" untuk menunjuk kepada sebuah
genre hipotetis dari sastra Kristen perdana (bdk. Peter Stuhlmacher, ed., Das Evangelium
und die Evangelien, Tübingen 1983, juga dalam bahasa Inggris: The Gospel and the
Gospels).

Kata "injil" dipergunakan oleh Paulus sebelum kitab-kitab Injil dari kanon Perjanjian Baru
ditulis, ketika ia mengingatkan orang-orang Kristen di Korintus "kepada Injil yang aku beritakan
kepadamu" (1 Korintus 15:1). Melalui berita itu, Paul menegaskan, mereka diselamatkan, dan ia
menggambarkannya di dalam pengertian yang paling sederhana, sambil menekankan
penampakan Kristus setelah kebangkitan (15:3-8):

"... bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia
telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan
Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua
belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara
sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di
antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian
kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga
kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya."

Penggunaan kata injil (atau ekuivalennya dalam bahasa Yunani evangelion) untuk merujuk pada
suatu genre tulisan yang khas yang berasal dari abad ke-2. Kata ini jelas digunakan untuk
menunjuk suatu genre dalam Yustinus Martir (l.k. 155) dan dalam pengertian yang lebih kabur
sebelumnya dalam Ignatius dari Antiokhia (l.k. 117).

Penulisan Injil
Beberapa catatan :

1. Kitab Perjanjian Baru terbit antara tahun 50 dan 100 Masehi. Yang mula-mula adalah
Surat-surat Paulus, kemudian barulah bagian-bagian lain. Beberapa abad sesudah Masehi,
Gereja baru mensahkan kanon Kitab Perjanjian Baru setelah urutannya diubah dan
sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah Keselamatan (Intisari Iman Kristen oleh
Ds.B.J. Boland, 1964).
2. Umumnya boleh dikatakan bahwa kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada
tahun 200, secara definitif pada tahun 380 (Sejarah Gereja oleh Dr. H. Berkhof dan
Dr.I.H. Enklaar, 1962).
3. De Arameesche tekst van het Mattheus-evengelie is reeds vroegtijdig gegaan. De andrere
drie evangelien, zijn in het Grieksch geschreven. De boeken van de Heilige Schrift, zelfs
de evengelien, zijn niet volkomen in de zelfds toestand bewaard gebleven, waarin
zijoorspronkelijk zijn geschreven. Daar de boekdrukkeenst niet bestond, warden zij
eeuwen long telkens overgeschreven en hijdat overschrijoen werden soms woorden
uitgelaten, verwisseld of verkeerd geschreven ... Artinya : Injil Matius yang berbahasa
Arami telah lama hilang. Tiga Injil lainnya ditulis dalam bahasa Yunani. Buku-buku dari
Kitab Suci juga injil-injilnya tidak tersimpan dengan sempurna dalam keadaan yang
sama, dalam mana itu asalnya ditulis. Karena tidak adanya cetak-mencetak buku maka
seringkali dilakukan pemindahtulisan berabad-abad lamanya, dan dalam
memindahtuliskan itu kadang-kadang terjadi penghapusan kata-kata, penukaran kata-kata
atau penulisan terbalik ... (Het Evangelie, 1929, Badan Perpustakaan Petrus Canisius)

Injil kanonik
Dari banyak injil yang ditulis, ada empat injil yang diterima sebagai bagian dari Perjanjian Baru
dan dikanonkan. Hal ini merupakan tema utama dalam sebuah tulisan oleh Irenaeus, l.k. 185.

Dalam tulisannya yang diberi judul "Melawan Kesesatan" Irenaeus menentang beberapa
kelompok Kristen yang menggunakan hanya satu Injil saja, seperti kelompok Marsion - yang
menggunakan versi Injil Lukas yang sudah diubah sedemikian rupa. Irenaeus juga menentang
beberapa kelompok yang menekankan tulisan-tulisan berisi wahyu-wahyu baru, seperti
kelompok Valentinius (A.H. 1.11.9).

Irenaeus menyatakan bahwa ada empat injil yang adalah tiang-tiang gereja.

"tak mungkin ada lebih atau kurang daripada empat," katanya, sambil mengajukan
analogi sebagai logikanya bahwa ada empat penjuru dunia dan empat arah angin (1.11.8).

Citranya ini, yang diambil dari Kitab Yehezkiel 1:10, tentang takhta Allah yang didukung oleh
empat makhluk dengan empat wajah—"Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka
singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang"— ekuivalen
dengan Injil yang "berwajah empat", adalah lambang-lambang konvensional dari para penulis
Injil: singa, lembu, rajawali, dan manusia. Irenaeus berhasil menyatakan bahwa keempat Injil itu
bersama-sama, dan hanya keempat Injil inilah, yang mengandung kebenaran. Dengan membaca
masing-masing Injil di dalam terang yang lainnya, Irenaeus menjadikan Yohanes sebagai lensa
untuk membaca Matius, Markus dan Lukas.

Pada peralihan abad ke-5, Gereja Barat di bawah Paus Innosensius I, mengakui sebuah kanon
Alkitab yang meliputi keempat Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, yang
sebelumnya telah ditetapkan pada sejumlah Sinode regional, yaitu Konsili Roma (382), Sinode
Hippo (393), dan dua Sinode Kartago (397 dan 419).[2] Kanon ini, yang sesuai dengan kanon
Katolik modern, digunakan dalam Vulgata, sebuah terjemahan Alkitab dari awal abad ke-5 yang
dikerjakan oleh Hieronimus[3] atas permintaan Paus Damasus I pada 382.

Waktu penulisan
Perkiraan kurun waktu ditulisnya injil kanonik bervariasi, namun tidak lebih dari tahun 100 M.
Jadi tidak lebih dari 70 tahun setelah Yesus Kristus meninggalkan dunia. Berikut perkiraan kurun
waktu yang diberikan oleh Raymond E. Brown, dalam buku-nya "An Introduction to the New
Testament", sebagai representasi atas konsensus umum para sarjana, pada tahun 1996:

 Markus: sekitar tahun 68–73,[4] 65–70.[5]


 Matius: sekitar tahun 70–100,[4] 80–85.[5]
 Lukas: sekitar tahun 80–100 (sebagian berpendapat pada tahun 85),[4] 80–85.[5]
 Yohanes: sekitar tahun 90–100,[5] 90–110.[6]

Sedangkan, perkiraan kurun waktu yang diberikan dalam NIV Study Bible:

 Markus: sekitar tahun 50-an hingga awal 60-an, atau akhir 60-an
 Matius: sekitar tahun 50-70-an
 Lukas: sekitar tahun 59-63, atau tahun 70-an hingga 80-an
 Yohanes: sekitar tahun 85 hingga mendekati 100, atau tahun 50-an hingga 70

Kanon Muratori (170 M) memaparkan urutan pembuatan Injil Lukas dan Yohanes sebagai
berikut (bagian depan hilang, dan yang tersisa dimulai dengan kata "di mana ia" dan seterusnya;
pengembangan terjemahan diletakkan di antara tanda kurung siku. Angka-angka menunjukkan
nomor baris teks aslinya yang tersisa dan dapat dibaca) :

"(1) . . . di mana ia bagaimana pun juga turut hadir, dan karenanya ia menempatkannya
[dalam tulisannya]. (2) Kitab Injil ketiga adalah menurut Lukas. (3) Lukas, tabib terkenal
itu, setelah Kenaikan Kristus, (4-5) ketika Paulus membawanya bersama dia sebagai
seorang yang mempelajari tentang hukum [Romawi], (6) menyusunnya atas namanya
sendiri, menurut anggapan [umum]. Namun, ia sendiri tidak pernah (7) melihat Tuhan
dalam daging; dan karenanya, sesuai peristiwa yang dapat dipastikannya, (8) demikianlah
sesungguhnya ia memulai menceritakan kisah dari kelahiran Yohanes [Pembaptis]. (9)
Yang keempat dari kitab-kitab Injil adalah dari Yohanes, [seorang] dari murid-murid.
(10) Kepada murid-murid dan uskup-uskup sejawatnya, yang menghimbaunya [untuk
menulis], (11) ia berkata, 'Berpuasalah bersamaku dari hari ini selama tiga hari, dan apa
(12) yang akan dinyatakan kepada setiap orang (13) marilah kita mengatakannya satu
dengan yang lain.' Pada malam yang sama itu dinyatakan (14) kepada Andreas, [salah
satu] dari rasul-rasul, (15-16) bahwa Yohanes harus menuliskan semua hal atas namanya
sementara yang lain harus memeriksanya. Dan demikianlah, meskipun berbagai (17)
elemen sudah diajarkan dalam masing-masing kitab Injil [yang lain], (18) bagaimanapun
juga hal ini tidak menyebabkan perubahan dalam iman (19) orang-orang percaya, karena
oleh satu Roh yang berkuasa segala hal (20) telah dinyatakan dalam semua [kitab-kitab
Injil]: mengenai (21) kelahiran, mengenai kesengsaraan, mengenai kebangkitan, (22)
mengenai hidup bersama para murid-Nya, (23) dan mengenai dua kali kedatangan-Nya;
(24) yang pertama dalam kemiskinan ketika Ia dihina, yang sudah terjadi, (25) yang
kedua dalam kemuliaan kekuasaan kerajaan, (26) yang masih akan terjadi kelak. Apa (27)
yang menakjubkan sehingga, jika Yohanes begitu konsisten (28) menyebutkan poin-poin
khusus ini juga dalam surat-suratnya, (29) mengatakan tentang dirinya sendiri, 'Apa yang
telah kami lihat dengan mata kami, (30) yang telah kami dengar dengan telinga kami dan
dengan tangan kami (31) yang telah kami raba --itulah yang kami tuliskan kepada kamu'?
[1 Yohanes 1:1] (32) Karena dengan cara ini Ia mengaku [dirinya] bukan hanya sebagai
saksi mata dan pendengar, (33) melainkan juga penulis dari semua perbuatan ajaib
Tuhan, sesuai urutannya..."[7

Injil Apokrif
Beberapa injil yang tidak dikanonkan meskipun mempunyai keserupaan dalam hal sebagian isi
dan gaya bahasa, dibandingkan dengan injil-injil kanonik. Kebanyakan (yang lainnya) adalah
gnostik dalam hal isi dan gaya bahasa, mempresentasikan / mengemukakan ajaran-ajaran dari
sudut pandang yang sangat berbeda dan dalam beberapa kasus dicap sebagai bid'ah.

Injil-injil ini termasuk dalam tulisan-tulisan apokrif :

 Injil Tomas
 Injil Yudas
 Injil Filipus
 Injil Petrus
 Injil Maria Magdalena
 Injil Yakobus
 Injil Bartolomeus
 Injil Barnabas
 Injil Andreas
 Injil Nikodemus
 Injil Matias
 Injil Mesir
 Injil Ibrani
 Injil Nazaret
 Injil Ebionim (Ebionites)
 Injil Hawa
 Injil Kebenaran
 Injil Kesempurnaan
 Injil Empat Alam Surgawi (Four Heavenly Realms)
 Injil Dua Belas
 Injil Tujuh Puluh
 Injil Tadeus
 Injil Cerinthus
 Injil Basilides
 Injil Marsion
 Injil Appelles
 Injil Bardesanes
 Injil Mani

 Lihat juga "Injil Hermes" yang disalah-mengerti.

"Injil Barnabas"
Kitab yang sering disebut sebagai "Injil Barnabas" adalah pemalsuan abad ke-16 M.
Penulisannya menggunakan bahasa Italia dan informasinya mengenai geografi Palestina banyak
yang tidak masuk akal, menunjukkan bahwa penulis tidak pernah berada di tanah Israel. Selain
itu, tidak satupun Injil kanonik yang ditulis menggunakan bahasa Italia (yang baru muncul
sebagai bahasa tulis pada abad pertengahan, yaitu setelah abad ke-15 M), melainkan umumnya
ditulis dalam bahasa Yunani atau Aram kuno.[8]

Terjemahan dalam bahasa Indonesia yang beredar di Indonesia diterjemahkan dari buku yang
ditulis oleh Lonsdale and Laura Ragg, namun komentar-komentar kritisnya mengenai bukti
pemalsuan tidak diterjemahkan.

Pengaruh Injil terhadap kebudayaan dan pengaruh


Kebudayaan terhadap Injil

Kitab Injil beraksara Arab-Melayu yang disebarkan Belanda di Kalimantan Selatan (koleksi
Museum Lambung Mangkurat).

Injil dan Kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, pada saat Injil disampaikan
maka kebudayaan ikut serta dalam pemberitaan Injil tersebut. keterkaitan antara injil dan
kebudayaan seperti kulit dan buah, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. kebudayaan bisa
saja menimbulkan efek positif terhadap injil namun bisa juga menimbulkan efek negatif. sebaga
contoh, pada saat Injil disampaikan, maka seorang pembawa injil (misionaris) akan mengunakan
kebudayaan masyarakat tersebut sebagai pendekatan sehingga injil yang disampaikan tersebut
dapat dengan mudah diterima. Namun kebudayaan juga tentunya bisa menimbulkan efek negatif
terhadap pengabaran Injil, jika kebudayaan suatu masyarakat sangat kental, misalnya agama
leluhur suatu masyarakat sangat kental dan memiliki kefanatikan yang kuat maka tentunya Injil
akan sulit untuk masuk menembus kedalam masyarakat tersebut.
PERCAYA kepada kitab-kitab Allah merupakan bagian dari rukun iman dan umat Nabi
Muhammad beriman kepada al-Qur’an dan kepada kitab-kitab yang pernah diturunkan oleh
Allah sebelumnya. Seperti Shuhuf Nabi Ibrahim, Taurat turun kepada Nabi Musa, Zabur kepada
Nabi Daud serta Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. “Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya…” QS (4: 136).

Dalam tulisan kali ini penulis mencoba mengulas salah satu kitab yang diturunkan Allah yaitu
kitab Injil, karena sebagian orang ketika mendenger kata-kata Injil merupakan hal yang aneh atau
telah terdoktrin bahwa Injil identik dengan umat Kristiani (bukan bagian dari Islam). Nah
disinilah penulis ingin menggaris bawahi bahwa Injil adalah kitab Allah yang diturunkan kepada
Nabi Isa dan wajib kita imani adanya namun belakangan kitab tersebut telah banyak diutak-atik
oleh tangan manusia. Jadi dengan tulisan singkat ini kita bisa mengetahui Injil versinya umat
Kristiani dan Injil versinya Islam yang akan dijelaskan dibawah ini.

Injil dalam bahasa Yunani yaitu euaggelion yang artinya kabar baik/berita gembira, adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut keempaat kitab pertama dalam al-kitab perjanjian baru
menurut kepercayaan Kristen. Keempat kitab tersebut adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan
Injil Yohanes. Disebut kabar baik karena orang Kristen percaya bahwa narasi keempat Injil
yang berpuncak pada kematian dan kebangkitan Yesus tersebut merupakan kisah penyelamatan
Allah kepada umat manusia yang berdosa, supaya manusia dapat kembali mengenal Allah yang
sesungguhnya dan dapat masuk ke surga.

Dalam Islam, Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Kata Injil merupakan
bahasa Arab yang jamaknya Innajil, kata ini masuk kedalam bahasa Indonesia tanpa mengalami
perubahan. Kata Injil dalam al-Qur’an disebut sebanyak dua belas kali dalam enam surat yaitu:
QS (3: 3, 48, 65). (5: 46-47, 66-68, 110). (7: 157). (9: 111). (48: 29) dan QS (57: 2).

Bible

Al-kitab atau bible adalah kitab suci agama Kristen. sebutan al-Kitab mengambil dari kata Arab
“kitab” dengan sandang ‘al’, sedangkan sebutan Bible mengambil dari kata Inggris. Baik kata
“al-kitab” maupun “Bible”, keduanya menerjemahkan kata Yunani “biblos” yang berarti
kumpulan kitab-kitab, bentuk jamak dari kata “biblion” yang berarti sebuah kitab.

Al-kitab ini dibagi menjadi dua bagian, yakni perjanjian lama dan perjanjian baru. Kitab
perjanjian lama diakui oleh umat Yahudi dan Kristen sedangkan perjanjian baru hanya diakui
oleh umat Kristen sedangkan Yahudi tidak mau menerimanya sebagai kitab suci. Perjanjian
Lama (PL)

Ada tiga versi kanon (daftar/catalog) kitab perjanjian lama dalam al-kitab (Bible), yaitu: Daftar
PL Yahudi, Daftar PL Katholik dan Ortodoks Timur, Daftar PL Protestan. Kemudian dalam
kanonisasi (pengesahan) modern perjanjian lama, bertitik tolak dari sudut sastra dan theology
yang komprehensif,

maka theolog abad modern membagi kitab-kitab perjanjian lama menjadi: Taurat: Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Karya Deuteronomista. Karya Penyusun Tawarikh.
Kitab-kitab Historis-Didaktis. Kitab-kitab Para Nabi dan Kitab-kitab Didaktis-Hikmat.

Perjanjian Baru

Pada zaman dahulu, semua kitab perjanjian baru hanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Euaggelion (Injil) dan Apostolos (Rasul). Injil ada empat nama seperti yang telah ditulis diatas
(Injil Matius, Markus, Lukas dan Injil Yohanes. Sementara Rasul, menurut keyakinan orang pada
zaman dahulu, kitab-kitab ini ditulis oleh seorang rasul atau murid seorang rasul dan dibagi
kedalam tiga kelompok, yaitu kisah para rasul, surat-surat Katholik dan surat-surat Paulus.

Perkembangan kanonisasi (pengesahan) selanjutnya, akibat pengaruh pembagian yang berlaku


dalam perjanjian lama, maka kitab-kitab perjanjian baru pun akhirnya dibagi menjadi tiga
kelompok: Pertama, Kitab-kitab Historis (Sejarah), terdiri dari empat kitab Injil (Injil Matius,
Markus, Lukas, Yohanes) dan kisah para rasul. Kedua, Kitab-kitab Didaktis. Ketiga, Kitab
Nubuat (Kenabian), yaitu wahyu Yohanes.

Injil Versinya Kristiani dan Islam

Menurut umat Kristiani, Injil adalah kitab suci yang merupakan firman dan wahyu Tuhan yang
diterima oleh Nabi Isa as, yang disampaikan kepada umatnya dan dibukukan para pengikutnya.
Injil adalah kisah atau laporan yang disusun oleh para pengikut Isa al-Masih tentang
kehidupannya termasuk perbuatan dan pengajarannya. Selama bertugas mengajak Bani Israil
atau umat Yahudi agar mereka beragama secara benar, para penulisnya dianggap mendapat
bimbingan dari roh kudus.

Pada abad pertama masehi beredar banyak versi Injil, tapi sekitar abad ke-4 masehi, bapak-bapak
gereja menetapkan hanya empat versi saja yang dianggap sah (kanonik) yaitu Injil Karangan
Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Mengenai kriteria konsisten atas penetapan
tersebut, para teolog Kristen menganggap bahwa keputusan ini merupakan hasil dari bimbingan
roh kudus. Kitab yang sah ini karenanya selain merupakan karangan manusia juga karangan
Tuhan, ini adalah firman Tuhan yang tertulis.

Adapun menurut Islam, Injil adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa as, kitab Injil
wajib di imani sebagai kitab suci yang memiliki kedudukan sama dengan kitab suci lainnya
dalam Islam. Injil maupun Taurat mengakui akan datangnya seorang nabi yang ummi (tidak
pandai membaca dan menulis). Nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw, sebagaimana
firman Allah swt: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka…” QS (7: 157).

Injil adalah kitab penyempurna kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat. Sementara al-Qur’an adalah
penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Menurut al-Maududi, lahirnya Nabi Isa bukan berarti
Allah menciptakan agama baru bagi umat manusia tapi ia meluruskan segala kekacauan di
masyarakat dan kitab Injil sebagai petunjuk dan pedoman hidup.

Islam tidak membenarkan konsep Trinitas dalam Kristen. Menurut Islam Isa al-Masih adalah
manusia biasa yang mempunyai kapasitas kenabian seperti juga Nabi-nabi sebelumnya dan
paling penting yang harus dipahami disini ialah al-Qur’an membenarkan Injil bukan dalam
pengertian Injil Matius, Markus, Lukas dan Injil Yohaness. Tapi Injil yang diturunkan kepada
Nabi Isa as.

Berdasarkan QS (5: 46), Injil seharusnya sama versi dengan al-Qur’an. Ia harus murni firman
Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Isa as dan berbahasa Aramea sebagaimana bahasa umat
Nabi Isa as. Penelitian historis tidak mampu melacak apakah Nabi Isa as pernah menyuruh
umatnya untuk menghafal, menuliskan serta membukukan Injil lalu menyebarkannya. Jika
memang umat Nabi Isa berhasil membukukannya berarti Injil yang asli dan berbahasa Aramea
telah hilang pada awal masehi ketika pertentangan sengit terjadi dikalangan umat Kristiani
mengenai apakah Isa itu oknum Tuhan atau manusia dan apakah Roh Kudus juga oknum Tuhan.

Keberadaan Injil yang sekarang memang banyak diperdebatkan, apakah ia Injil yang asli atau
bukan. Tapi terlepas dari itu semua, Injil sebagai kitab suci umat Kristiani memiliki kemiripan
dengan al-Qur’an, baik dari segi pernyataan maupun kebudayaan masyarakat yang
digambarkannya. Masa diturunkannya dua kitab suci ini memang berbeda jauh, tetapi kemiripan
ajaran dan budayanya menunjukkan, bahwa al-Qur’an datang untuk menyempurnakan ajaran-
ajaran kitab suci yang dibawa sebelumnya.

Demikianlah tulisan singkat ini semoga menambah wawasan pengetahuan dalam bidang
pemikiran Islam khususnya bagi penulis sendiri, dengan tulisan singkat ini kita mengetahui
bahwa Injil merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Isa as dan kita wajib
mengimaninya, sementara Injil yang ada sekarang telah diutak-atik oleh tangan manusia seperti
empat nama Injil yang telah disebutkan diatas.

Sumber bacaan: Sebagai catatan, untuk lebih jauh serta memahami secara mendalam tentang
kitab Injil ini bisa dilihat dalam buku: Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, Ensiklopedi al-Qur’an:
Dunia Islam Modern serta kajian-kajian Orientalisme (Orientalisme begitu getol meneliti
tentang Islam khususnya bidang-bidang yang berkaitan dengan aqidah, oleh karena itu kita
umat Islam jangan sampai terlena; kita harus mengetahui fenomena ini dengan gigih).

Anda mungkin juga menyukai